Anda di halaman 1dari 125

Tugas Kelompok D Angkatan 2015

Diskusi • Dhira Rama Haidar P. • Julia Dharmawan

Anatomi
• Faiz Abdurrrahman • Kartika Devy Pragitara
• Aqila Putri Sabrina • Oceana Roswin
• Ardelia Nada • Gyachienta Nuriftitie P.
• Dwinda Rizky Afdrian • Tivania Wiradinata
Anatomi Gigi dan Tulang
Rahang pada Anterior dan
Posterior Rahang Atas
SUTURA
INTERMAKSILA
• Disebut juga sebagai sutura median
Garis radiolusensi tipis antar kedua insisif
sentral
• Arah garis radiolusensi:
– Ke arah superior  meluas dari alveolar crest antar
insisif sentral ke anterior nasal spine
– Berlanjut ke arah posterior  antara prosesus
palatinus ke palatum durum

• Variasi normal: Ujung garis radiolusensi


pada alveolar crest berbentuk melingkar
atau V-shaped  bukan merupakan
kerusakan jaringan periodontal

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
ANTERIOR
NASAL SPINE
• Paling sering terlihat pada radiograf
periapikal dari gigi insisif sentral maksila
• Terletak di midline, sekitar 1,5 - 2 cm di
atas alveolar crest
• Umumnya terletak di bawah batas
pertemuan nasal septum inferior dan
outline inferior nasal aperture
–Radiopak : tulang
–Bentuk : V-shaped
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
NASAL
APERTURE
• Karena terletak diatas kavitas oral,
dapat terlihat sebagai gambaran
radiolusen pada foto radiograf intraoral
maksila, khususnya gigi insisif
• Pada foto periapical insisif maksila,
batas inferior dari nasal aperture
terlihat sebagai garis radiopak yang
meluas secara bilateral menjauhi basis
anterior nasal spine.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
NASAL
CONCHAE
• Dinding lateral pada cavum nasi memiliki
tulang yang tipis  Conchae
• Conchae + Mukosa  Turbinates (Superior,
Mid, Inferior)
• Antara bagian Turbinates terdapat space
disebut meatus (Superior, Mid, Inferior)
• Pada foto periapical regio insisif dan kaninus
maksila, inferior nasal conchae kadang
terlihat, meluas dari kanan dan kiri dinding
lateral nasal terhadap septum nasal

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
FORAMEN
INSISIVUS
• Foramen dari kanal nasoplatinus
• terletak di midline anterior prosesus
palatinus atau palatal gigi insisif sentral
maksila
• Pada foto intraoral dan panoramik, foramen
insisvum terlihat diantara akar gigi insisif
sentral dan regio 1/3 apikal dan tengah dari
gigi insisif sentral
• Terlihat radiolusen berbentuk ovoid dengan
outline diffuse

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
KANAL
NASOPALATINUS
• Berasal dari dasar anterior cavum
nasi dan berakhir sebagai foramen
insisivum
• ujung foramen kanal nasoplatinus
yang terletak pada dasar cavum nasi
– Foramen stensesn  vaskularisasi A.
descending palatine & N. nasopalatine
• terlihat sebagai garis radiopak yang
terlihat dari dasar nasal aperture ke
foramen insisivum

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
FOSSA LATERAL
/INSISIVE FOSSA
• Merupakan radiolusensi difus yang
superimposed terhadap apeks gigi
insisif lateral.
• Merupakan keadaan tulang yang
normal
• Cara membedakan dengan kelainan
periapikal:
– Lamina dura akar gigi insisif lateral intak
– Tanda klinis kelainan periapikal tidak ada

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Jaringan Lunak
Hidung
• Sering terlihat pada radiograf
insisif sentral dan lateral rahang
atas

• Gambaran radiopak berbatas


jelas, tumpang tindih dengan
akar-akar gigi insisivus atas

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Kanal Nasolakrimal
• Gambaran radiolusensi bulat atau
oval dengan batas jelas di regio
molar

• Biasa terlihat pada radiograf


dengan proyeksi oklusal rahang
atas

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th
ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Sinus Maksilaris
• Rongga radiolusen
yang dibatasi oleh
dinding dasar berupa
garis radiopak tipis
meluas dari daerah
apikal premolar
hingga molar kedua
atau ketiga.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and


Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Sinus Maksilaris
• Dapat ditemukan garis
radiolusen tipis dalam
gambar sinus maksilaris
yang merupakan bayangan
dari kanal neurovaskular di
dinding lateral sinus.

• Terkadang terdapat satu


atau beberapa garis
radiopak melintasi sinus
maksilaris, garis-garis ini
disebut septa.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and


Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Prosessus Zygomatik dan Zygoma
• Prosessus zygomatik berupa gambaran radiopak berbentuk huruf “U”,
dengan ujungnya sering ditemukan di regio molar pertama dan kedua.
• Batas inferior zygoma berupa gambaran radiopak di sekitar apikal gigi
molar.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Nasolabial Fold
• Garis oblique yang menutupi
sebagian daerah gigi premolar
dengan radiodensitas yang sedikit
radiopak.

• Bagian radiopak  jaringan


bukal yang tebal (hasil
superimposed dengan gigi dan
prosesus alveolaris).

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Pterygoid Plates
• Terletak di posterior dari
tuberositas maksila.
• Tidak selalu ada pada
gambaran radiograf molar
ketiga.
• Berupa gambaran radiopak
homogen tanpa adanya
trabekulasi.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Hamular Process
• Processus atau tonjolan
tulang yang berasal dari
ujung inferior medial
pterygoid plate.

• Terdapat di sebelah posterior


tuberositas maksila.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Anatomi Gigi dan Tulang
Rahang pada Rahang Bawah
ANATOMI JARINGAN
PENDUKUNG
Lamina Dura
• Pada gigi yang normal  soket dikelilingi oleh lapisan radiopak tipis
tulang padat  LAMINA DURA.
• Menyatu dengan tulang kortikal pada alveolar crest.
• Gambaran: sedikit lebih tebal dari tulang kanselus.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
• Ketebalan dan densitas lamina dura
pada radiograf dipengaruhi oleh
besarnya occlusal stress pada gigi.
• Lamina dura menebal dan lebih padat
pada akar gigi yang memiliki beban
oklusal besar

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Alveolar Crest
• Merupakan tepi gingival dari
prosesus alveolaris yang
memanjang diantara gigi 
gambaran berupa garis radiopak.
• Normal: berjarak tidak lebih dari 1,5
mm dari CEJ.
• Alveolar crest dapat turun ke arah
apikal seiring bertambahnya usia.
• Dapat mengalami resorpsi akibat
penyakit periodontal.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Alveolar Crest
• Anterior: lancip (berupa titik).
• Posterior: datar.

• Kontinyu dengan lamina dura dan


membentuk sudut lancip terhadap
lamina dura  jika membulat
menandakan adanya penyakit
periodontal.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Ruang Periodontal
• Karena utamanya tersusun oleh
kolagen  rongga radiolusen
antara akar gigi dengan lamina
dura.
• Rongga ini dimulai dari alveolar
crest, meluas hingga akar gigi, dan
kembali ke alveolar crest pada sisi
sebrangnya.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Tulang Kanselus
• Disebut juga tulang trabekular atau spongiosa.
• Berada diantara cortical plates .
• Terdiri dari gambaran plates dan rods radiopak tipis mengelilingi
banyak gambaran radiolusen kecil.

• Pada anterior RB  trabekula lebih tebal daripada RA, pola lebih


kasar, dan arahnya lebih horizontal, marrow spaces lebih besar.
• Pada posterior RB  trabekula periradikular dan ruang sama dengan
anterior tetapi biasanya lebih besar.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Simfisis
• Gambaran simfisis mandibula
pada bayi  garis radiolusen
pada midline rahang antara
gigi desidu I1.
• Garis akan menyatu pada
akhir usia satu tahun.
• Jika terjadi pada usia dewasa
 abnormal (fraktur atau
cleft).

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Genial Tubercles/ Mental Spine
• Berada di permukaan lingual mandibula  area bawah-
tengah.
• Berupa tonjolan tulang, spine-shaped yang biasa dibagi
menjadi tonjolan kanan-kiri serta superior-inferior.
• Tempat menempelnya otot genioglossus (pada superior
tubercles) dan geniohyoid (pada inferior tubercles) terhadap
mandibula
• Dapat dilihat pada radiograf oklusal mandibula.
• Gambaran pada periapikal radiograf pada insisif mandibula
beragam  massa radiopak (berdiameter 3 – 4mm) pada
midline di bawah akar insisif.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Foramen Lingual
• Foramen yang berada di permukaan midline
lingual mandibula pada daerah genial
tubercle.
• Terkadang dua atau lebih seperti foramina.
• Superior foramen terdiri atas neurovaskular
dari arteri dan saraf lingual.
• Inferior foramen disuplai dari arteri sublingual
atau submental dan dari saraf mylohyoid.
• Terlihat seperti bulatan kanal radiolusen
tunggal dengan batas radiopak jelas berada
di tengah bawah apikal insisif.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Mental Ridge

• Pada gambaran radiograf periapikal insisif


sentral  garis dua radiopak bilateral tumpang
tindih pada midline.
• Ketebalan dan densitas bervariasi.
• Dapat ditemukan meluas dari premolar pada
setiap sisi sampai ke midline yang terletak
inferior atau superimpossed pada akar insisif
mandibula.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014. p.155-160, 179-180.
Mental fossa
• Merupakan indentasi atau
cekungan pada bagian labial
mandibula, meluas ke lateral dari
midline dan berada diatas mental
ridge
• Pada bagian ini akan menjadi lebih
tipis dan dapat disalahartikan
sebagai lesi periapical pada gigi
insisif

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Mental foramen
• Foramen mental biasanya berada
pada tepi bawah mandibula,
yaitu biasanya berada di dekat
apikal P2. tergantung pada
perbedaan angulasinya, foramen
mental bias berada di apikal
mesial M1 hingga apikal P1.
• Sering disalahartikan menjadi
kelainan periapikal

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Mandibular kanal
• Terlihat sebagai garis radiolusensi
dengan batas inferior dan superiornya
berupa garis radiopak tipis
• Terkadang batas radiopak hanya terlihat
sebagian atau tidak terlihat sama sekali
• Kanal mungkin terlihat diantara
foramen mandibula dan mental
• Kanal mandibula memiliki kemungkinan
untuk berhubungan dengan apical akar
gigi terutama gigi M3.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Nutrient canals
• Kanal nutrisi berisi kesatuan neurovaskuler
dan terlihat sebagai garis radiolusen dengan
kelebaran yang merata
• Paling sering terlihat pada foto periapical
mandibular, mengalir secara vertikal dari
inferior mandibular kanal secara direk ke
apical gigi atau ke daerah interdental antara
insisif mandibula
• Terlihat pada 5%-40% pasien, lebih sering
pada pasien berkulit hitam, laki-laki, lanjut
usia, dan pasien dengan tekanan darah tinggi,
diabetes melitus, atau penyakit periodontal

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Mylohyoid ridge
• Disebut juga internal oblique
ridge
• Merupakan crest tulang yang
irregular pada permukaan lingual
badan mandibula
• Merupakan tempat melekatnya
otot mylohyoid
• Biasanya berada disekitar apical
gigi M3 hingga premolar

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Fossa kelenjar submandibula
• Berada pada permukaan lingual
badan mandibula, di bawah
mylohyoid ridge, terdapat
cekungan pada tulang.
• Cekungan ini mengakomodasi
kelenjar submandibular dan biasa
terlihat area radiolusen dengan
karakteristik pola trabecular
tulang yang jarang/sedikit.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
External oblique ridge
• External oblique ridge
merupakan lanjutan dari batas
anterior dari ramus mandibula
• Biasanya berada superior dari
mylohyoid ridge dan hampir
terletak parallel
• Terlihat sebagai garis radiopak
dengan lebar, densitas, dan
Panjang yang bervariasi

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Inferior border of mandible
• Biasanya terlihat pada foto
proyeksi periapical dengan
karakteristik padat dan radiopak

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th edition 2014. Mosby Elsevier.
Pneumatization
Pneumatization
Sebuah proses fisiologis berupa pembentukan atau
perkembangan sinus paranasal selama periode
pertumbuhan sehingga volume/ ukurannya
meningkat
• Penyebab:
• Terjadi karena resorpsi tulang kortikal dari
dinding sinus
• Faktor herediter, tekanan udara sinus, ekstraksi
molar atas, infeksi, dll.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Pneumatization Sinus
Maxillary
Pneumatization Sinus
Pneumatization Sphenoid
Sinus Paranasal Pneumatization Sinus Ethmoid

Pneumatization Sinus Frontal

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
• Sinus maxillary dibatasi oleh roof, floor, dan tiga
dinding – medial, anterior, dan lateral
• Roof  memisahkan sinus maxillary dari orbit;
• Dinding medial membentuk dinding lateral dari kavitas
nasal.
• Invaginasi berkembang dalam dinding lateral fossa
nasal pada middle meatus dan kavitas sinus meluas
secara lateral ke badan maksila
Pneumatization • Seiring waktu, maksila berkembang bertahap
menjadi lebih pneumatic karena rongga udara
Sinus Maxillary meluas jauh ke dalam kedua tulang di bawah orbit
(secara lateral menuju prosesus zigomatik, secara
inferior menuju prosesus alveolaris)
• Dasar sinus maxillary sering terlihat seperti ombak
(superimpose) disekitar akar gigi premolar dan molar,
memberikan false impression bahwa akar gigi
menembus dasar sinus.
• Secara radiograf, gambaran sinus maxillary adalah
garis radiopak tipis
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
• Pemeriksaan lebih lanjut pada area periapical gigi
dapat menunjukkan lamina dura dan ligament
periodontal yang intak
• Pada pasien dengan pneumatisasi besar prosesus
alveolar maksila, lamina dura dari gigi premolar
atau molar dapat membentuk bagian dasar sinus
• Pneumatisasi maksila dapat meluas ke palatal,
zigomatik, dan prosesus frontal maksila  dapat
diperiksa dengan cone-beam computed
tomographic (CBCT), computed tomographic (CT),
atau magneting resonance (MR) imaging.
• Pada beberapa kasus, pneumatisasi maksila normal
dapat mistakenly confused dengan a benign space-
occupying lesion
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
• Sinus sphenoid merupakan midline
structures dari badan tulang sphenoid
dan mulai berkembang dalam utero
sekitar 4 bulan
Pneumatization • Sinus sangat bervariasi dalam hal ukuran,
dan terkadang sinus sphenoid kanan dan
Sinus Sphenoid kiri berbentuk asimetri dan dipisahkan
oleh septum tulang.
• Sinus sphenoid dapat meluas ke inferior
menghasilkan pneumatisasi tulang
pterygoid.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
• Sinus ethmoid mulai berkembang dalam utero
sekitar bulan ke 5 (hingga dinding sinus
mencapai tulang padat)
• Sinus ethmoid dibagi menjadi anterior, middle,
dan posterior ethmoidal air cells
• Anteroinferior extension dari anterior ethmoidal
Pneumatization complex  agger nasi cells
Sinus Ethmoid • Inferiomedially dari middle ethmoidal cells 
concha bullosa
• Inferiolaterally ke infraorbital  Haller’s cells
• Dalam beberapa kasus, sel-sel udara ethmoid
dapat merambah ke tulang maxillary, lacrimal,
frontal, sphenoid, dan palatine yang
berdekatan.
1. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7 th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
2. Scuderi, Anthony J., H. Ric Hamsberger, Richard S. Boyer. “Pneumatization of the Paranasal Sinuses: Normal Features of Importance to the Accurate Interpretation of CT Scans and MR Images”.
1992. American Roentgen Ray Society.
• Sinus frontal adalah sinus paranasal terakhir
Pneumatization yang berkembang. Sinus frontal adalah ektensi
Sinus Frontal belakang sinus ethmoidal anterior yang pelan-
pelan berkembang.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Anatomi Jaringan Keras dan
Jaringan Lunak dalam
Radiograf Panoramik
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
Anatomi
Rahang Atas

1. Articular tubercle, 4. Pterygomaxillary 7. Nasal septum


temporal bone 10. Maxillary third molar
fissure 8. Anterior nasal spine (developing)
2. Zygoma 5. Floor of orbit
9. Floor of maxillary 11. Ear lobe
6. Anterior aspect of
3. Zygomatic process of sinus 12. Cervical vertebral body
maxilla inferior concha
Anatomi
Rahang
Bawah

1. Mandibular condyle 4. Ghost image, posterior aspect of 7. Superimposed shadow of 10. Mandibular
inferior border of left side of cervical vertebrae
2. Neck of mandibular angle
madnible 8. Mental foramen
condyle 11. External
5. Inferior alveolar (mandibular) 9. Submandibular fossa (lingual
oblique ridge
3. Coronoid process of canal salivary gland depression)
mandible 12. Sigmoid notch
6. Inferior border of mandible
Anatomi
Jaringan
Keras
Anatom
i
Jaringan
Lunak
Anatomi yang Tampak dalam
Radiograf Lateral Sephalometri
dan PA Sephalometri
Anatomi Radiografi TMJ dari
Berbagai Jenis Proyeksi beserta
Indikasi Masing-Masing Proyeksi
Kondilus Mandibula
• Struktur tulang terhubung dengan ramus mandibula melalui leher yang sempit
• Panjang mediolateral: 20 mm, tebal anteroposterior 8-10 mm
• Bentuk elips dengan variasi aspek superior bisa :rata, membulat, atau cembung

• Ujung cembung dari kondilus disebut: medial poles dan lateral poles
• Kondilus mempunyai ridge yang menonjol secara mediolateral pada permukaan
anterior  membatasi artikulasi anteroinferior
• Dibawah ridge tersebut, terdapat pterygoid fovea yang merupakan depresi kecil
pada permukaan anterior diantara kondil dan leher kondil  tempat melekatnya
otot lateral pterygoid

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
• Terdiri atas
Komponer Temporal
 glenoid atau mandibula fossa pada posterior
Dilapisi dengan lapisan tipis fibrokartilago
Kedalaman fossa orang beragam
Batas posterior: Squamotympanic fissure dan petrotympanic fissure
Batas medial: punggung spenoid
 articular eminence dan articular tubercle pada bagian anterior
Permukaan posterior dari articular eminence berbentuk cembung,
Bagian paling inferiornya disebut summit atau apex
Pertumbuhannya bergantung stimulus fungsional kondil
• Atap dari mandibula fossa , slope dari articular eminence, dan summit membentuk huruf S bila dilihat dari sagital
plane

• Di semua aspek temporal bisa saja memiliki area kavitas berisikan udara (pneumatisasi) dari mastoid air cell
complex  2% pasien
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and
Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Interarticular Disc
• Berupa jaringan ikat fibrous avascular
• Terletak diantara kondilus dan komponen temporal
• Disc ini memisahkan 2 ruang sendi, yaitu ruang sendi inferior dan superior.

• Disc normal berbentuk biconcave dengan:


anterior band tebal yang melekat pada bagian atas otot lateral pterigoid,
posterior band yang lebih tebal pada sisi superior kondil, melekat pada permukaan kapsul sendi,
jaringan retrodiscal
bagian tengah yang tipis merupakan area artikulasi , sebagai bantalan antara permukaan konvex
kondil dan articular eminence.

• Disc lebih tebal pada area medial dibandingkan lateral.

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
Retrodiscal tissue
(posterior disc attachment)
• Terdiri atas lamina superior dan lamina inferior menutupi area jaringan
vaskular (bilaminar zone)
 Lamina superior
terdiri atas elastin, ada di dalam dinding posterior dari fossa mandibula
bisa tertarik agar disc dapat maju ke depan untuk translasi kondilus, lalu
bisa kembali menarik disc ke posterior saat mandibula menutup.
 Lamina inferior melekat lebih kencang pada permukaan posterior kondil
• Tujuan: Membantu mempertahankan posisi normal disc
• Jaringan retrodiscal terinervasi

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology:
Principles and Interpretation. 7th ed.
Mosby Elsevier. 2014: 492-499
JOINT SPACE (pada radiograf)
• Area radiolusen antara kondilus dan komponen temporal pada radiograf
• Terdiri atas komponen jaringan lunak dari TMJ

• aspek anterior dan posterior dari area radiolusen seragam  Kondilus


pada posisi sentrik
• lebar joint space posterior lebih kecil daripada anterior  Kondilus
retruded
• joint space posterior lebih lebar daripada anterior  Kondilus
protruded

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
PERGERAKAN KONDIL
• Ketika mandibula terbuka:
– kondilus berputar dan translasi ke bawah dan depan.
– Disc berpindah ke depan dan berputar sehingga area central tetap di antara konveksitas
dari kepala kondil dan articular eminence. Disc melekat pada area kondilar secara lateral
dan medial, mempertahankan pergerakan pasif dari disc dengan kondil.
– Volume Jaringan retrodiscal membesar.
• Pada pembukaan mandibula maksimal:
 kondilus translasi ke bawah dan depan ke summit dari articular eminence atau sedikit ke
depannya. Pergerakannya dalam range jarak 2-5 mm ke posterior dan 5-8 mm anterior dari
crest eminence.
• Saat mandibula menutup, disc kembali dengan kondil menuju fossa mandibula

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
White SC, Pharoah MJ. Oral
Radiology: Principles and
Interpretation. 7th ed. Mosby
Elsevier. 2014: 492-499
Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
Proyeksi-proyeksi TMJ
Panoramik --> Struktur Tulang 
• Mengidentifikasi perubahan tulang secara keseluruhan pada kondil, seperti:
asimetris, perluasan erosi, tumor, fraktur, dsb.
• Menyediakan gambaran perbandingan antara mandibula kanan dan kiri, serta
penyakit odontogenik dan kelainan lain yang mungkin mempengaruhi TMJ
• Kekurangan:
• Tidak dapat memberikan informasi mengenai posisi dan fungsi kondil
karena mandibula sedikit terbuka dan maju saat pengambilan foto
• Perubahan tulang ringan tidak terlalu jelas terlihat, perubahan pada morfologi artikular
eminence hanya dapat terlihat jika sudah ditandai sebagai akibat dari tumpang
tindihnya gambar dengan dasar tengkorak dan zygomatic arch
• Tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan mendetail karena lapisan gambar yang tebal
dan oblique, serta adanya distorsi.
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014
Tamimi D, Jalali E, Hatcher  D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
Panoramik 

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and


Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014
Panoramik
Cone-Beam Computed Tomographic (CBCT)

--> Struktur Tulang


• CBCT memungkinkan pemeriksaan struktur TMJ tanpa tertimpa oleh
bayangan anatomi di sekitarnya
• TMJ dilihat dari bidang koronal dan sagital, yang diambil dari sumbu panjang kepala
kondil. Penampang ini memberikan gambaran yang paling sedikit terdistorsi akan
kondil dan komponen temporal serta hubungan keduanya
• Posisi pasien mulut pasien biasanya tertutup untuk pengambilan foto CBCT
• CBCT dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan perluasan ankilosis dan
neoplasma, fraktur, mengevaluasi komplikasi dari penggunaan
polytetrafluoroethylene/silicon sheet implant, serta pemeriksaan pertumbuhan
tulang heterotropik
• Implan logam di sekitar sendi dapat menimbulkan artefak berupa garis yang
memburamkan tampilan struktur sendi 
CBCT
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014
Tamimi D, Jalali E, Hatcher  D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
Multidetector Computed Tomographic
(MDCT) -->Struktur Tulang
• Memberikan gambaran seperti CBCT namun jaringan lunak dapat
terlihat 
• MDCT diperlukan ketika neoplasma dicurigai meluas melewati
struktur tulang 
• Diskus artikularis kurang dapat terlihat dengan MDCT
• MDCT memiliki dosis radiasi yang lebih besar dari CBCT

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014
MRI --> Jaringan Lunak 
• Pemeriksaan jarigan lunak TMJ diperlukan untuk pemeriksaan diskus, dan
sebagai tambahan pemeriksaan tulang bila adanya infeksi atau neoplasma
• MRI memberikan kontras antar jaringan lunak sehingga proyeksi ini dapat
memberikan gambaran diskus artikularis dan jaring lunak TMJ lainnya.
Pengumpulan cairan pada sendi juga dapat dideteksi oleh MRI 
• MRI memberikan gambaran bidang sagital dan koronal TMJ tanpa perlu
mengubah posisi pasien pada saat pengambilan foto. Gambaran ini biasanya
didapatkan dengan membuka tutup mandibula dan dengan bantuan surface
coil untuk meningkatkan resolusi
• Potongan sagital harus diorientasikan tegak lurus dengan sumbu panjang
kondil  
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014
Tamimi D, Jalali E, Hatcher  D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
MRI --> Jaringan Lunak 
• MRI biasanya menggunakan T1-weighted, proton density-weighted, atau T2-
weighted
• Proton density-weighted sedikit lebih bagus daripada T1-weighted dalam
menggambarkan jaringan diskus dan tulang
• T2-weighted menggambarkan inflamasi dan pengumpulan cairan sendi/joint
effusion
• Studi pergerakkan buka tutup mulut dapat dilakukan dengan teknik fast scan
• Kontraindikasi MRI: pasien yang menggunakan pacemaker/alat lain  yang
ditanam dalam tubuh, intracranial vascular clips, atau partikel logam di struktur
vital lainnya. Alat ortodonsi dapat menimbulkan artefak pada gambar gigi namun
tidak menjadi kontraindikasi. Pasien yang klaustrofobia dan tidak bisa diam.
MRI 
White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Mosby Elsevier. 2014
Tamimi D, Jalali E, Hatcher  D, etc. Temporomandibular Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
Proyeksi
TMJ
Konvensiona
l
Transcranial
• Indikasi:
• Sindrom nyeri disfungsi TMJ
dan kerusakan internal
penyebab nyeri
• Menyelidiki ukuran dan posisi
diskus
• Menyelidiki jangka pergerkan
sendi
Transcranial Anatomy
Transpharyngea
l
• Indikasi:
• TMJ pain dysfunction
syndrome
• Investigasi ada tidaknya
penyakit sendi, seperti
osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis
• Investigasi kondisi patologis
yang mempengaruhi kepala
kondilus, termasuk kista
atau tumor
• Fraktur leher dan kepala
kondilus
Transpharyngeal
Anatomy
• Indikasi:
• Investigasi permukaan artikular dari kondilus dan
Reverse Towne’s penyakit di dalam sendi
• Fraktur leher dan kepala kondil
• Condylar hypo/hyperplasia
Tomography
• Indikasi:
• Pemeriksaan lengkap dari
keseluruhan TMJ untuk
menentukan ada tidaknya
kerusakan atau
abnormalitas tulang
• Investigasi kondilus dan
fossa articular ketika pasien
tidak bisa membuka mulut
• Pemeriksaan fraktur fossa
artikular dan fraktur
intracapsular
Presentasi Kasus
JURNAL

Morphological variations of the mandibular


canal in digital panoramic radiographs:
a retrospective study in a Chilean population
R. Fuentes, A. Arias, C. Farfán, N. Astete, I. Garay, P. Navarro, F.J. Dias
Folia Morphol. 2018, 78(1), 163-170
Pendahuluan
Gambaran radiograf
berfungsi untuk suplai darah dan
aktivitas sensorik dari gigi geligi di bayangan linier gelap antara dua
mandula, bibir bawah, tulang garis tipis radiopak yang
alveolar dan gusi yang berdekatan diproyeksikan pada tulang, yang
membatasi saluran

Dalam prosedur yg melibatkan


kanalis mandibula, seringkali
memanjang bilateral dari foramen Kanalis terjadi komplikasi terkait
mandibula ke foramen mental Mandibula dengan variasi kanal dan
konten neurofaskular
Pendahuluan
Variasi Kanalis Mandibula  0,9% dan 36,4% (dlm studi radiografi)

Kanal
Bifid Trifid
Retromolar

Berakhir di foramen
Bergabung dengan
aksesoris di daerah
kanalis mandibula Berakhir di molar
anteroinferior dari
(subklas Bifid)
prosesus koronoideus
Pendahuluan
PANORAMIK TUJUAN PENELITIAN
• Mengetahui prevalensi variasi
Alat diagnostik yang digunakan untuk morfologis Kanalis Mandibula
memberikan gambaran umum struktur rahang
yang berbeda (bifid, trifid dan
retromolar) menggunakan
Digital Panoramic Radiographs
Harganya terjangkau
(DPR) dengan sampel pasien di
Chili.
Dapat memberikan informasi anatomi klinis yang
baik kepada dokter mengenai lokasi saraf alveolar
inferior, foramen mental, dan struktur anatomi
penting lainnya pada mandibula beserta
variasinya
BAHAN DAN METODE
PENELITIAN DAN ANALISIS
• Penelitian deskriptif retrospektif dengan memeriksa database 1400 DPR rutin
(rasio 1: 1) pasien di Dental Teaching Clinic of the Dental School of Universidad
de La Frontera, Temuco, Chile.
• Analisis diproyeksikan di monitor LED 29” dengan resolusi 2560 x 1080 piksel
• Dianalisis oleh 2 pemeriksa yang sebelumnya sudah dilatih spesialis radiologi
oral dan maksilofasial. Keduanya dikalibrasi melalui pemeriksaan 100 radiografi
• Dihitung menggunakan koefisien Kappa (K) dan Analisis statistik dengan SPSS
v.20
• Demografi (jenis kelamin dan usia) serta prevalensi setiap variasi dicatat
KRITERIA EKSLUSI

• Radiografi dengan distorsi atau perubahan kontras


• Pasien usia < 18 tahun
• Keadaan gigi dalam perkembangan intra-osseous
• Terdapat tanda-tanda patologi osseous
• Adanya plat titanium
• Indikasi bedah ortognatik di area mandibula
VARIASI KANALIS MANDIBULA YANG
DITELITI :
HASIL
Usia rata-rata individu adalah
36,1 ± 15,54 tahun (36,76 ±
Total DPR (599 wanita, 326
15,55 tahun untuk
laki-laki). Koefisien Kappa
perempuan; 34,87 ± 15,49
pemeriksa 99% (baik)
tahun untuk laki-laki) dalam
kisaran 18 hingga 86 tahun.

Total prevalensi Kanalis prevalensi secara signifikan


Mandibula bifid = 11% (n = lebih tinggi di antara pasien
102), tanpa perbedaan yang yang lebih muda (p = 0,038),
signifikan berdasarkan jenis dengan kisaran usia 18
kelamin (p = 0,069) hingga 30 sebesar 56,9%
HASIL
PREVALENSI VARIASI Distribusi prevalensi Kanalis Mandibula bifid dan
kanal retromolar berdasarkan sisi kanan, kiri atau
Bifid Tipe 1 7,4% (n = 69) bilateral.
Bifid Tipe 2 2,3% (n = 23)
Bifid Tipe 3 0% (n = 0)
Bifid Tipe 4 1,1% (n = 10)

PREVALENSI KANAL RETROMOLAR


- 0,9% (n = 8), tanpa perbedaan yang signifikan
berdasarkan jenis kelamin (p = 0,893) atau usia (p =
0,371)
- Terdapat 3 (0,3%) kasus diidentifikasi di sisi kanan
- 2 (0,2%) kasus di sisi kiri
- 1 (0,1%) kasus adalah bilateral (hanya 1 kasus
ditemukan pada pria dan sisanya pada wanita).
DISKUSI
• Radiografi panoramik adalah pemeriksaan rutin pra operatif yang
banyak digunakan oleh dokter gigi
• Panoramik memberikan informasi morfologi yang baik untuk
identifikasi Kanalis Mandibula, foramen mental dan struktur penting
lainnya di mandibula
• Panoramik memungkinkan untuk evaluasi variasi kanalis mandibula
• Mendeteksi variasi Kanalis Mandibula sangat penting dalam prosedur
bedah karena elemen saraf dan pembuluh darah yang dapat
menyebabkan komplikasi tertentu
DISKUSI
• Klasifikasi kasus Bifid yang terkenal  klasifikasi menurut Langlais et
1985
• Klasifikasi kanal retromolar retromolar  klasifikasi Choi et al
• Prevalensi Kanalis Mandibula bifid adalah 11% (102 pasien dari total
sampel 925 radiografi). Yang mana jauh lebih tinggi daripada prevalensi
0,35% yang dilaporkan oleh Sanchis et al. dengan sampel radiografi
2012.
• Variasi Kanalis Mandibula bifid yang paling umum adalah tipe 1, dengan
69 dari 102 kasus (67%); Temuan serupa dilaporkan oleh Kuczynski et
al., yang menemukan 50 kasus tipe 1 dalam 60 kasus (83,33%).
DISKUSI
• Pada penelitian, prevalensi kanal retromolar adalah 0,9% (8 pasien)
dari total sampel 925 radiografi; Mirip dengan yang dilaporkan oleh
Choi et al., yang mengidentifikasi 6 kasus dengan sampel 446 data.
• Tidak ada kasus Kanalis Mandibula trifid yang ditemukan dalam
penelitian ini karena variasi anatomi tsb langka
• Diagnosis variasi morfologi Kanalis Mandibula berperan penting
dalam beberapa prosedur rutin seperti anestesi lokal untuk
perawatan gigi, karena adanya bundel peredaran darah dan saraf
ganda atau tripel di kanal yang berbeda tersebut dapat menyebabkan
efek anestesi yang kurang di beberapa daerah mandibula
KESIMPULAN
• Penelitian ini memberikan informasi tentang variasi morfologi Kanalis
Mandibula dengan sampel populasi di Chili, di mana terdapat tiga
jenis Kanalis Mandibula bifid yang dijelaskan oleh Langlais et al. serta
kanal retromolar seperti yang dijelaskan oleh Choi et al.
• Radiografi panoramik digital terbukti menjadi alat yang berguna untuk
mengidentifikasi variasi morfologi secara sederhana dan terjangkau
• Radiografi panoramik digital lebih unggul dibandingkan radiografi
konvensional (karena menghasilkan gambar dengan kualitas lebih
buruk)
Case Report

Single rooted Posterior teeth:


A rare root dysmorphism – three dimensional diagnosis

S. Jayachandran1, Bhaumik Joshi2,*

1Professor & HOD, 2PG Student, Dept. of Oral Medicine & Radiology, Tamilnadu Govt. Dental College,
Affiliated to Tamilnadu
Dr. MGR Medical University, Chennai
Abstrak
• Gangguan perkembangan anatomi gigi menimbulkan berbagai bentuk dysmorphism gigi. Hal
ini menyebabkan ukuran, bentuk, jumlah, struktur mahkota atau akar gigi berubah tidak
seperti anatomi gigi normal. Kami berusaha melaporkan bentuk Dysmorphism yang sangat
langka yang memiliki satu akar dan satu saluran akar di semua gigi posterior, bersama dengan
gigi yang dilaserasi dan beberapa gigi yang impaksi.
• Sebelumnya telah dikonfirmasi dilakukan menggunakan rekonstruksi dua dimensi (2D) dan
tiga dimensi (3D) menggunakan Cone-Beam Computed Tomography (CBCT).
• Kasus ini unik karena gigi berakar tunggal yang digeneralisasi dengan saluran akar tunggal
bersama dengan beberapa gigi impaksi Asyndromic dan kasus ini belum pernah dilaporkan
sebelumnya.
Pendahuluan
• Pengetahuan tentang anatomi akar dan saluran akar adalah penentu penting untuk
berbagai perawatan gigi termasuk Endodontik, Ortodontik, Periodontal dan perawatan
bedah lainnya. Variasi anatomi dalam jumlah akar dan saluran akar gigi multi-akar secara
luas didokumentasikan dalam literatur. Beberapa contoh termasuk akar Supernumerary,
Extra canals dan penurunan jumlah akar pada gigi yang terisolasi.
• Jumlah akar untuk gigi ditentukan oleh invaginasi oleh selubung akar epitel Hertwig
(HERS) di diafragma epitel selama pembentukan akar.
• Dalam kasus ini kami melaporkan mengenai gigi berakar tunggal dan memiliki saluran
tunggal di semua gigi premolar dan molar bersama dengan gigi yang dilaserasi dan
beberapa gigi yang impaksi.
Laporan Kasus
• Seorang pasien pria berusia 17 tahun datang dengan keluhan gigi yang erupsi dari
labial vestibulum bagian depan atas dan kadang-kadang nyeri pada gigi kanan
belakang bawah selama 1 bulan terakhir.
• Pemeriksaan intraoral menunjukan adanya erupsi ektopik secara klinis hilang gigi C
kiri, kanan dan kiri dan gigi molar 3 rahang atas dan molar 3 rahang bawah sebelah
kanan
• Buccal erupsi kanan dan kiri mandibula gigi premolar yang ke 2 gagal untuk oklusi
bersamaan dengan gigi mandibula yang kedua sebelah kanan dan mandibula
pertama sebelah kiri
• Pemeriksaan extraoral dan pemeriksaan umum tidak menunjukkan adanya kelainan
dan tidak memiliki riwayat medis masa lalu yang relevan
Laporan Kasus
• Berdasarkan temuan klinis, Intra oral Periapical (IOPA) radiografi
molar 2 kanan mandibulr dan sebuah Orthopantomogram (OPG) yang
diambil.
• IOPA mengungkapkan adanya karies mandibula kanan molar 2 dan
impaksi gigi mandibula kanan di molar 3. Tapi di antara semuanya
yang paling mencolok adalah memiliki akar tunggal dan saluran akar
tunggal bersama dengan panjang mahkota normal dan penyempitan
serviks saluran pada tingkat CEJ di tiga gigi yaitu mandibula kanan 1, 2
dan 3
Laporan Kasus
• OPG mengungkapkan keberadaan akar tunggal dengan saluran akar
tunggal di gigi premolar dan molar dari keempat regio gigi bersama
dengan temuan-temuan lain yaitu gigi maksilla kanan dan kiri, molar 3
dengan saluran akar yang tidak lengkap.
• İmpaksi mandibula kanan bawah gigi molar 3, serta gigi caninus kanan
dan kiri rahang atas yang tidak erupsi
• Kehadiran kanal tunggal adalah ditingkatkan dengan OPG terbalik,
yang merupakan tampilan negatif dari radiografi diperoleh dengan
membalikkan nilai kecerahan piksel gambar (Gbr. 2)
Laporan Kasus
• Mengikuti Temuan IOPA dan OPG ini pemindaian CBCT direkam untuk mengevaluasi
anatomi akar dan morfologi saluran akar. Rekonstruksi aksial, koronal, irisan sagital
dan panoramik dengan ketebalan 180 mikron pada 85kv, 4mA dengan paparan 8.01
detik dan 10 X 10cm bidang tampilan mengonfirmasi akar tunggal dan saluran akar
tunggal di semua premolar dan molar dalam bidang dua dimensi (Gbr. 3a, 3b, dan
3c).
• Rincian tambahan dari CBCT termasuk a mandibula kiri premolar kedua dan variasi
dalam morfologi kanal di beberapa gigi. Semua gigi mempunyai pola kelas 1 vertucci
kecuali rahang atas gigi molar 1 dan 2 yang menunjukan pola Kelas 3 Vertucci. (Gbr.
3)
Laporan Kasus
Sejarahnya:
• (18-28) Pertumbuhan gigi dari rahang atas kanan molar 3 ke kiri molar
3 kanan menurut Federation dentaire international (FDI) Federation
Nomenklatur dentaire international (FDI)
• (38-48) Pertumbuhan gigi dari rahang bawah molar 3 kiri ke molar 3
menurut Federation dentaire international (FDI) Federation
Nomenklatur dentaire international (FDI)
• CEJ- Cemento-Enamel Junction
• Rekonstruksi 3D Gigi bersama dengan saluran akar juga
mengungkapkan morfologi saluran akar tunggal umum.(Gbr. 4)
Diskusi
• Formasi akar serta bifurkasinya dan trifurkasi mengikuti perubahan struktural di Hertwig
selubung akar epitel (HERS). HERS membentuk sebuah Epithel Diafragma pada tingkat
servical loop saat pembentukan mahkota berakhir. Invaginasi dari HERS menentukan
jumlah akar untuk gigi tertentu.
• Perubahan HERS dikendalikan oleh sinyal epitel yaitu Protein Morfogenik Tulang (BMP),
Fibroblast Growth Factor (FGF) sonik hedgehog gene (Shh) dan wingless integration
(Wnt) molekul.
• Beberapa sinyal ini mempengaruhi morfogenesis gigi dengan mengarahkan ekspresi
berbagai gen (MSX1dan 2 untuk gigi seri dan HOMEBOX 1, 2, 6, 7 untuk molar).
• Perubahan genetik dalam semua ini dapat menyebabkan dysmorphogenesis akar. Dalam
hal kegagalan oleh HERS untuk memperpanjang pembentukan dari epitel diafragma akan
menyebabkan pembentukan gigi berakar tunggal.
Diskusi
• Kasus yang sangat signifikan dengan gigi berakar tunggal dan saluran akar tunggal pada gigi
permanen premolar dan molar sudah pernah dilaporkan. Namun pelaporan kondisi umum
seperti ini sangat jarang. Ada dua kasus yang ditemukan dalam literatur dengan akar tunggal
secara keseluruhan pada gigi permanen premolar dan molar, namun keduanya memiliki
Asyndromic Hipodontia.
• Sebaliknya kasus yang disajikan unik karena pasien memiliki 32 gigi yang semuanya erupsi, 3 gigi
lainnya (rahang atas Kanan dan Kiri taring dan mandibula kanan molar 3) terkena dampaknya
sedangkan 2 gigi (mandibula kanan-kiri dan premolar) mengalami oklusi dan sebagian erupsi di
luar lengkung
• Mempertimbangkan usia pasien 17 tahun, ada pendapat tentang kondisi erupsi rahang atas
kanan dan kiri molar 3 akan prematur. Beberapa literatur yang signifikan menyimpulkan bahwa
kasus gigi premolar dan molar permanen berakar tunggal dengan saluran akar tunggal, berkaitan
dengan asyndromic multipel impaksi gigi yang dilaporkan untuk pertama kalinya.
Kesimpulan
• Kami telah menyajikan bentuk akar yang langka Dysmorphism terkait
dengan Asyndromic multiple impaksi.
• Gambaran CBCT membuat presisi evaluasi dari morfologi akar dan
saluran akar terlihat oleh irisan gambar 2D seperti layaknya
pengambilan gambar volumentrik 3D.
• White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and
Interpretation. 7th ed. Missouri: Elsevier; 2014.
• Scuderi, Anthony J., H. Ric Hamsberger, Richard S. Boyer.
“Pneumatization of the Paranasal Sinuses: Normal
Features of Importance to the Accurate Interpretation of
CT Scans and MR Images”. 1992. American Roentgen Ray
Society.
• Swennen,G R J., Schutyser,F., Hausamen,J E. 2006. Three-
Referensi Dimensional Cephalometry: A Color Atlas and Manual.
Germany: Springer
• Lindner, C. et al. Fully Automatic System for Accurate
Localisation and Analysis of Cephalometric Landmarks in
Lateral Cephalograms. Sci. Rep. 6, 33581; doi:
10.1038/srep33581 (2016).
• Whaites, Eric. 2003. Essentials of Dental Radiography
and Radiology 3rd Edition. London: Churchill Livingstone.
• Tamimi D, Jalali E, Hatcher D, etc. Temporomandibular
Joint Imaging. Radiol Clin N Am. 2017:56(1):157-175.
• Edgar Schäfer, Dominik Breuer, Sabine Janzen. The Prevalence of Three-rooted Mandibular
Permanent First Molars in a German Population. Journal of Endodontics 2009 Feb; 35(2):202-205.
• De Moor, R. J. G., Deroose, C. A. J. G. and Calberson, F. L. G. The radix entomolaris in mandibular
first molars: an endodontic challenge. International Endodontic Journal 2004,37:789–799.
• De Almeida-Gomes F, Maniglia-Ferreira C, Carvalho de Sousa B, Alves dos Santos R. Six root canals
in maxillary first molar. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2009 Sep;108(3):e157-9.
• Roy, A., Velmurugan, N., & Suresh, N. Mandibular Second Molar with a Single Root and a Single
Canal: Case Series. Journal of Clinical and Diagnostic Research : JCDR 2013;7(11):2637–2638.
• Schroeder H. E. Oral Structural Biology. Stuttgart; New York, NY: Thieme Medical Publishers, 1991.
• F. J. Vertucci, Root canal anatomy of the human permanent teeth, Oral Surgery, Oral Medicine,

Referensi
Oral Pathology 1984,58(5):589–599.
• Tucker A, Sharpe P. The cutting-edge of mammalian development; how the embryo makes teeth.
Nat Rev Genet 2004;5(7):499–508.
• Jernvall J, Thesleff I. Reiterative signaling and patterning during mammalian tooth morphogenesis.
Mech Dev 2000;92:19–29.
• Shigli A, Agrawal A. Permanent maxillary first molar with single root and single canal: A case report
of a rare morphology. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2010;28:121-5.
• Chandrasekaran Sooriaprakas, Suma Ballal, and Natanasabapathy Velmurugan, “Mandibular First
Molar with a Single Root and Single Canal,” Case Reports in Dentistry, vol. 2014, Article ID 159846,
4 pages, 2014.
• Jeddy N, Radhika T, Nithya S, Krithika C, Prabakar R. Single Rooted Permanent Premolars and
Molars - A Rare Clinical Presentation Confirmed using Cone Beam Computed Tomography. Journal
of Clinical and Diagnostic Research: JCDR. 2015;9(8):ZD15-ZD17.
• Agarwal, A., Gundappa, M., Miglani, S., & Nagar, R. Asyndromic hypodontia associated with tooth
morphology alteration: A rare case report. Journal of Conservative Dentistry: JCD 2013; 16(3):269–
271

Anda mungkin juga menyukai