Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS RADIOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

PERIODONTITIS

Operator : Sita Ratna Pratis

No Mahasiswa : 21101900097

Pembimbing : drg. Niluh Ringga Woroprobosari, M.HKes

Tanggal presentasi : 27 Oktober 2021

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Periodontitis merupakan penyakit periodontal berupa inflamasi kronis pada


jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri plak. Umumnya penyakit ini
memiliki tipe progresifitas yang lambat hingga sedang, tetapi dapat terjadi juga
kerusakan dengan periode cepat. Peningkatan progresifitas disebabkan oleh adanya
pengaruh faktor lokal, sistemik, dan lingkungan. Penampakan klinis yang
membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah keberadaan kehilangan perlekatan
(attachment loss) yang dapat dideteksi. Hal ini sering disertai dengan pembentukan
poket periodontal dan perubahan densitas serta ketinggian tulang alveolar di
bawahnya. Pada beberapa kasus, resesi gingiva marginal dapat menyertai attachment
loss, yang menyembunyikan perkembangan penyakit apabila hanya dilakukan
pengukuran kedalaman poket tanpa dilakukan pengukuran tingkat perlekatan klinis.
Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan konsistensi serta
pendarahan pada saat probing, tidak selalu menjadi indikator positif terjadinya
attachment loss. Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing
dalam pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya
terhadap adanya inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang
berdarah. Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis
agresif.
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan
secara umum berkembang lambat, tetapi nampak periode destruksi yang cepat.
Peningkatan perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal,
sistemik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi akumulasi plak. Penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus dan HIV dapat mempengaruhi pertahanan hospes; faktor
lingkungan seperti kebiasaan merokok dan stress juga dapat mempengaruhi respon
hospes terhadap akumulasi plak.
Pemeriksaan penyakit periodontal mencakup pemeriksaan klinis dan
penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang pada periodontitis yaitu dengan
melakukan radiografi intra oral untuk mengetahui secara jelas kondisi jaringan
periodontal pasien.
1. TUJUAN
1) Untuk mengetahui gambaran radiologi mengenai periodontitis
2) Untuk menegakkan radiodiagnosis pada pasien
BAB II

LAPORAN KASUS

a) Anamnesis :
Seorang pasien perempuan usia 41 tahun datang dengan keluhan gusi
sering berdarah saat menyikat gigi dan gigi depan bawah goyang. Pasien
menyikat gigi dua kali sehari pagi dan sore saat mandi. Pasien terakhir
melakukan kunjungan ke dokter gigi satu minggu yang lalu untuk melakukan
pencabutan gigi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak
merokok. Pasien mengaku memiliki kebiasaan buruk menggertakan gigi saat
tidur berdasarkan informasi keluarga.
a) Pemeriksaan Objektif :
Pemeriksaan ekstraoral tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan gingiva hiperemi dan oedema. BOP pada seluruh regio.
Pemeriksaan OHI-S didapatkan skor 3,16 (Buruk), ditemukan kalkulus pada
seluruh region, terdapat poket absolut 4-5 mm pada gigi 13 dan 31. Pada gigi
31 terdapat resesi gingiva 1 mm dan kegoyangan derajat 1 miller.

2. HASIL FOTO PEMERIKSAAN RADIOGRAFI


3. TEKNIK DAN JENIS PEMERIKSAAN
Pemeriksaan radiografi intraoral periapikal
4. ANALISA KUALITAS MUTU HASIL FOTO
a) Analisa kualitas mutu gigi 13
 Objek yang dituju mencakupi gigi 13, mencakup mahkota, akar, tulang
alveolar, membrane periodontal, lamina dura
 Tidak ada tumpang tindih/overlapping
 Distorsi: terdapat elongasi
 Kontras, densitas dan sharpness kurang baik
b) Analisa kualitas mutu gigi 31
 Objek yang dituju mencakupi gigi 31, mencakup mahkota, akar, tulang
alveolar, membrane periodontal, lamina dura
 Tidak ada tumpang tindih/overlapping
 Distorsi: terdapat elongasi
 Kontras, densitas dan sharpness kurang baik
5. KESIMPULAN KUALITAS FOTO
a) Kesimpulan kualitas foto gigi 13
Diagnostically acceptable
b) Kesimpulan kualitas foto gigi 31
Diagnostically acceptable
6. INTERPRETASI FOTO RADIOGRAFI

Elemen gigi 13 Kondisi


Mahkota Dbn

Akar Jumlah 1, dengan 1 saluran akar

Lamina dura Menghilang sampai 1/3 servikal


bagian mesial gigi 13
Alveolar crest Terdapat penurunan tulang secara
horizontal sampai dengan 1/3
servikal, ± 4 mm
Membran Menghilang sampai 1/3 servikal
periodontal bagian mesial gigi 13

Furkasi Tidak ada

Periapikal dbn

Elemen gigi 31 Kondisi


Mahkota Dbn

Akar Jumlah 1, dengan 1 saluran akar

Lamina dura Menghilang sampai 2/3 servikal


bagian mesial dan distal gigi 31
Alveolar crest Terdapat penurunan tulang secara
horizontal sampai dengan 2/3
servikal, ± 4 mm
Membran Menghilang sampai 2/3 servikal
periodontal bagian mesial dan distal gigi 31

Furkasi Tidak ada

Periapikal dbn

7. INTERPRETASI LESI
a) Interpretasi Lesi Gigi 13
 Lokasi  Lokasi lesi berdasarkan gambaran radiografi yang dilakukan pasien
yaitu pada bagian mesial akar gigi 13
 Bentuk & Batas tepi  Bentuk lesi irregular dengan batas tepi jelas
 Struktur internal lesi  Struktur internal lesi radiolusen
 Efek pada jaringan sekitar  Lesi tersebut menimbulkan efek terhadap
jaringan sekitar yaitu adanya penurunan tulang alveolar dengan pola
horizontal
b) Interpretasi Lesi Gigi 31
 Lokasi  Lokasi lesi berdasarkan gambaran radiografi yang dilakukan pasien
yaitu pada bagian mesial dan distal akar gigi 13
 Bentuk & Batas tepi  Bentuk lesi irregular dengan batas tepi jelas
 Struktur internal lesi  Struktur internal lesi radiolusen
 Efek pada jaringan sekitar  Lesi tersebut menimbulkan efek terhadap
jaringan sekitar yaitu adanya penurunan tulang alveolar dengan pola
horizontal
8. ANALISA RADIODIAGNOSIS
Diagnosis pada kasus tersebut adalah periodontitis kronis
9. DIAGNOSIS BANDING
Periodontitis Agresif
BAB III

PEMBAHASAN

A. Jaringan Periodontal Sehat

Tulang alveolar normal yang menopang gigi geligi memiliki

penampilan yang khas. Lapisan tipis tulang kortikal sering menutupi puncak

tulang alveolar. Ketinggian puncak tulang alveolar terletak pada tingkat

sekitar 0,5 sampai 2,0 mm di bawah tingkat CEJ gigi yang berdekatan. Di

antara gigi posterior, puncak alveolar sejajar dengan garis yang

menghubungkan CEJ yang berdekatan. Di antara gigi anterior, puncak tulang

alveolar biasanya runcing dan mungkin memiliki korteks yang berbatas tegas.

Garis kortikal yang termineralisasi dengan baik dari puncak alveolar

menunjukkan tidak adanya aktivitas periodontitis. Namun, kurangnya tulang

alveolar yang termineralisasi dengan baik dapat ditemukan pada pasien

dengan atau tanpa periodontitis.

Puncak alveolar berlanjut dengan lamina dura gigi yang berdekatan.

Jika tidak ada penyakit, tulang antara puncak alveolar dan lamina dura gigi

posterior ini membentuk sudut tajam di sebelah akar gigi. Ruang ligamen

periodontal (PDL) seringkali sedikit lebih lebar di sekitar bagian servikal akar

gigi, terutama pada remaja dengan gigi erupsi. Dalam situasi ini, jika lamina

dura masih membentuk sudut yang tajam dan jelas dengan puncak alveolar,

kondisi ini merupakan varian dari normal dan bukan merupakan indikasi

penyakit. Ketebalan bukal-lingual puncak alveolar sangat bervariasi, dan

mungkin sangat tipis di bagian koronal. Ini mungkin muncul dalam gambar

dua dimensi sebagai peningkatan radiolusensi menuju puncak. Variasi densitas


semacam ini saja bukan merupakan indikasi penyakit dan mungkin merupakan

variasi normal.

Karena gingivitis adalah kondisi inflamasi yang terbatas pada gingiva,

tidak ada perubahan signifikan pada tulang di bawahnya, dan oleh karena itu

penampilan tulang pada citra diagnostik adalah normal.

Gambar 1. Radiografi jaringan periodontal sehat

B. Gambaran Radiografi Penyakit Periodontal

a) Perubahan morfologi tulang alveolar

Perubahan morfologi menjadi jelas sebagai akibat dari hilangnya

tulang interproksimal dan tulang yang tumpang tindih dengan aspek bukal

atau lingual dari akar gigi.

1. Early bone changes

Periodontitis awal muncul sebagai daerah erosi lokal dari

puncak tulang alveolar interproksimal. Regio anterior menunjukkan

penumpulan puncak alveolar dan sedikit kehilangan tinggi tulang

alveolar. Regio posterior juga dapat menunjukkan hilangnya sudut yang

biasanya tajam antara lamina dura dan puncak alveolar. Pada penyakit

periodontal awal, sudut ini mungkin kehilangan permukaan kortikal

normalnya (margin) dan tampak membulat, memiliki permukaan yang

tidak teratur dan menyebar.


Gambar 2. Early bone changes

2. Horizontal bone loss

Kehilangan tulang horizontal menggambarkan tampilan

hilangnya ketinggian tulang alveolar di mana puncak masih horizontal

(yaitu, sejajar dengan garis bayangan yang menghubungkan CEJ gigi

yang berdekatan) tetapi diposisikan secara apikal lebih dari beberapa

milimeter dari CEJ. Kehilangan tulang horizontal mungkin ringan,

sedang, atau berat, tergantung pada luasnya. Kehilangan tulang ringan

dapat didefinisikan sebagai kehilangan 20%, atau sekitar 1 sampai 2 mm

dari tinggi tulang penyangga normal, dan kehilangan sedang adalah

kehilangan antara 20%, atau sekitar 2 mm, dan kehilangan berat adalah

kehilangan sampai 50% keatas.

Gambar 3. Horizontal bone loss

3. Vertical bone loss

Defek osseus vertikal (atau angular) adalah lesi tulang yang

terlokalisasi pada satu gigi, meskipun seseorang mungkin memiliki

defek osseus vertikal multipel. Perubahan pada aspek internal tulang

alveolar mencerminkan pengurangan atau peningkatan struktur tulang


atau campuran keduanya. Penurunan terlihat sebagai peningkatan

radiolusensi karena penurunan jumlah dan kepadatan trabekula yang

ada. Bermanifestasi sebagai deformitas vertikal di dalam tulang alveolar

yang meluas ke apikal sepanjang akar gigi yang terkena dari puncak

alveolar. Garis besar tulang alveolar yang tersisa biasanya menunjukkan

sudut miring ke garis imajiner yang menghubungkan CEJ dari gigi yang

terkena ke gigi tetangga. Pada bentuk awalnya, defek vertikal tampak

sebagai pelebaran abnormal dari ruang PDL pada puncak alveolar.

Gambar 4. Vertikal bone loss

4. Interdental Creaters

Cekungan berdinding dua seperti cekungan yang terbentuk di

puncak tulang interdental di antara gigi yang berdekatan. Dinding

kortikal luar bukal dan lingual dari tulang interproksimal memanjang

lebih jauh ke koronal daripada tulang kanselus di antara keduanya, yang

telah diresorbsi. Pada gambar ini tampak sebagai daerah tulang yang

seperti pita atau tidak beraturan dengan kepadatan yang lebih rendah di

puncak, berbatasan langsung dengan tulang normal yang lebih padat di

apikal ke dasar cekungan.


Gambar 5. Interdental creaters

5. Buccal or lingual cortical plate loss

Kehilangan lempeng kortikal dapat terjadi sendiri atau dengan

jenis kehilangan tulang lainnya, seperti kehilangan tulang horizontal.

Jenis kehilangan ini ditunjukkan dengan peningkatan radiolusensi akar

gigi di dekat puncak alveolar. Bentuk yang terlihat biasanya adalah

bayangan setengah lingkaran dengan apeks radiolusen mengarah ke

apikal dalam hubungannya dengan gigi

Gambar 6. Buccal/lingual cortical plate loss

6. Keterlibatan furkasi

Penyakit periodontal progresif dan kehilangan tulang yang

terkait dapat meluas ke furkasi gigi. Pelebaran ruang PDL di puncak

krista tulang interradikular dari furkasi adalah bukti kuat bahwa proses

penyakit periodontal melibatkan furkasi. Hilangnya tulang interradikular

pada furkasi molar rahang atas dapat berasal dari permukaan bukal,

mesial, atau distal gigi. Rute yang paling umum untuk keterlibatan

furkasi gigi molar pertama permanen rahang atas adalah dari sisi mesial.
Gambar 7. Keterlibatan furkasi

C. Periodontitis Kronis

Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan

penyokong gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik,

mengakibatkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang

alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya.” Penampakan

klinis yang membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah keberadaan

kehilangan perlekatan (attachment loss) yang dapat dideteksi. Hal ini sering

disertai dengan pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas serta

ketinggian tulang alveolar di bawahnya. Pada beberapa kasus, resesi gingiva

marginal dapat menyertai attachment loss, yang menyembunyikan

perkembangan penyakit apabila hanya dilakukan pengukuran kedalaman poket

tanpa dilakukan pengukuran tingkat perlekatan klinis (Carranza et al.,2002)

Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan konsistensi

serta pendarahan pada saat probing, tidak selalu menjadi indikator positif

terjadinya attachment loss. Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan

pada saat probing dalam pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu

indikator yang terpercaya terhadap adanya inflamasi dan potensi terjadinya

attachment loss pada daerah yang berdarah. Periodontitis dibagi menjadi dua,

yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif.


Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus

dan secara umum berkembang lambat, tetapi nampak periode destruksi yang

cepat. Peningkatan perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak

faktor lokal, sistemik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi akumulasi

plak. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan HIV dapat

mempengaruhi pertahanan hospes; faktor lingkungan seperti kebiasaan

merokok dan stress juga dapat mempengaruhi respon hospes terhadap

akumulasi plak. Karakteristik berikut ditemukan pada pasien dengan

periodontitis kronis :

 Lebih prevalen pada orang dewasa namun juga dapat terjadi pada
anak-anak
 Besarnya kerusakan konsisten/sesuai dengan faktor lokal
 Berhubungan dengan pola variabel mikrobial
 Ditemukan kalkulus subgingiva
 Tingkat perkembangan penyakit lambat sampai sedang dengan
kemungkinan periode perkembangan yang cepat
 Dapat dimodifikasi atau berhubungan dengan : penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus dan infeksi HIV faktor lingkungan seperti
merokok dan stress emosional.

Lebih jauh, peridontitis kronis dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk


localized dan generalized dan dibagi menjadi ringan, sedang atau berat
berdasarkan penampakannya, sebagai berikut:

 Localized : < 30% daerah yang terlibat


 Generalized : > 30% daerah yang terlibat
 Ringan : clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm
 Sedang : clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm
 Berat : clinical attachment loss (CAL) ≥ 5 mm
 Gambaran Radiografis
Gambaran radiografi periodontitis kronis secara umum ditandai dengan
adanya:
 Kehilangan bentuk sudut pada puncak tulang alveolar sehingga
membentuk sudut yang irregular atau membulat
 Pelebaran/kehilangan membran periodontal pada tulang alveolar
 Kehilangan lamina dura pada tulang alveolar pendukung gigi
 Kehilangan tulang alveolar pendukung gigi
 Pola kehilangan tulang horizontal
 Tampak kehilangan tulang di area furkasi pada gigi geligi dengan akar
lebih dari 1.

D. Periodontitis Agresif

Periodontitis agresif secara klinis terjadi pada orang yang sehat,

terdapat akumulasi plak dan kalkulus yang minimal dan adanya faktor genetik.

Pada periodontitis agresif juga terjadi kehilangan perlekatan dan dekstruksi

tulang alveolar yang pesat.

Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu

periodontitis agresif lokalisata dan periodontitis agresif generalisata.Pada

periodontitis agresif lokalisata, terjadi inflamasi ringan, tidak terdapat kalkulus

subgingiva atau supragingiva dan lapisan biofilm pada permukaan gigi yang

terkena masih tipis. Periodontitis agresif lokalisata terjadi pada gigi molar satu
atau insisivus dengan kehilangan perlekatan pada bagian interproksimal yang

terjadi pada minimal dua gigi permanen, yang salah satunya gigi molar dan

melibatkan tidak lebih dari dua gigi selain molar pertama dan insisivus.

Periodontitis agresif generalisata melibatkan minimal tiga gigi permanen

selain molar pertama dan insisivus. Pada periodontitis agresif generalisata

terdapat akumulasi plak dan kalkulus yang banyak dan terjadi inflamasi berat

pada gingiva. Walaupun perbedaan gambaran klinis antara periodontitis

agresif lokalisata dan generalisata cukup jelas, pada beberapa kasus tingkat

inflamasi dan jumlah plak yang terjadi baik pada periodontitis agresif

lokalisata dan generalisata bisa saja sama sehingga perbedaan di antara

keduanya dilihat dari jumlah gigi yang terlibat.

 Gambaran Radiografis
Pasien dengan periodontitis agresif pada pemeriksaan radiografis

menunjukkan gejala hilangnya tulang alveolar pada daerah

interproksimal, tidak lebih dari dua gigi permanen yaitu molar pertama

dan insisivus. Kehilangan perlekatan pada interproksimal secara

menyeluruh didapat pada pasien periodontitis agresif general, paling

sedikit 3 gigi permanen molar pertama dan insisivus

Hilangnya tulang alveolar dan perlekatan ligament periodontal terlihat

parah pada periodontitis agresif meskipun 1) faktor penyebab utama

adalah minimal; 2) hilangnya tulang dan perlekatan ligament periodontal

sangat parah (50% pada gigi berakar lebih dari satu) meskipun hanya ada

sedikit plak dan kalkulus; 3) usia pasien kurang dari 35 tahun; 4) ada

riwayat periodontitis terus berkembang meskipun sebelumnya telah

dilakukan perawatan yang cukup memadai; 5) adanya faktor risiko


sistemik seperti riwayat keluarga diabetes, lepasnya gigi lebih awal dan

lain-lain.
BAB IV

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiograf merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam


mendiagnosis, menentukan prognosis, dan mengevaluasi hasil perawatan dari
penyakit periodontal. Namun, perlu diingat bahwa radiograf hanya merupakan
pemeriksaan penunjang, bukan merupakan pemeriksaan pengganti dalam
mendiagnosis penyakit periodontal

Pada laporan kasus ini, gambaran klinis dan radiografi sesuai dengan
periodontitis kronis, periodontitis kronis ditandai dengan adanya kehilangan tulang
alveolar dengan pola horizontal.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS RADIOLOGI
KEDOKTERAN GIGI
PERIODONTITIS

Disusun oleh
Sita Ratna Pratis
21101900097

Telah disetujui oleh:


Semarang, 27 Oktober 2021
Pembimbing Klinik, Operator,

drg. Niluh Ringga Woroprobosari, M.Kes Sita Ratna Pratis


DAFTAR PUSTAKA

• Nadhia Anindhita Harsas, dkk. Curettage Treatment on Stage III and IV Periodontitis
Patients. 2021. Department of Periodontic, Faculty of Dentistry, Universitas
Indonesia. Indonesian Dental Association. Journal of Indonesian Dental Association.
4(1), 47-54.
• Mallya, Sanjay M., Ernest W.N Lam. 2019. White and Pharoah’s Oral Radiology
Principles and Interpretation 8 th Edition. Missouri : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai