SKENARIO CBL 2
Seorang pasien usia 13 tahun diantar oleh ibunya ke RSGM UMY. Pasien mengeluhkan
banyak celah pada gigi depan rahang atas. Tampak gigi geligi ibunya juga sama seperti yang
dikeluhkan pasien. Hasil pemeriksaan objektif tampak multiple spacing pada gigi depan
rahang atas, gigi geligi peiode gigi permanen, overjet: 1,5mm, overbite: 3,8 mm, edge to
edge bite: 23 terhadap 33, saat oklusi sentrik tonjol mesio bukal gigi geraham pertama
rahang atas baik kanan maupun kiri terletak pada bukal groove gigi molar pertama bawah,
sedangkan relasi C klas II Pemeriksaan blanched test didapatkan perlekatan frenulum labii
superior tebal dan tinggi. Hasil perhitungan metode Pont, Korkhaus, dan Howes tidak dapat
dihitung karena agenese gigi 12 dan 22. Hasil pemeriksaan radiografi panoramik tidak
terdapat benih gigi 12 dan 22 (Agenese).
Analisis sefalometri diperoleh hasil SNA: 87° (Normal 82±2°); SNB: 85° (Normal 80±2°); I-NA:
2 mm (Normal: 4 mm), I-NB: 2,5mm (Normal: 4 mm), IMPA: 83° (Normal: 81,5° -97°).
18 November 2021
DESKRIPSI KASUS
SUBYEKTIF :
Pasien mengeluhkan banyak celah pada gigi RA, ibu pasien memiliki kondisi yg
sama dg pasien genetik
OBYEKTIF :
Intra Oral (IO):
o Terdapat multiple spasing pada gigi depan RA, gigi pasien masuk periode gigi
permanent,
o Saat oklusi sentrik tonjol mesio bukal gigi geraham pertama rahang atas baik
kanan maupun kiri terletak pada celah bagian buccal/ bukal groove gigi molar
pertama bawah (Klasifikasi Angle kelas I),
o Overjet : 1,5 mm (kurang dari normal)
o Overbite 3,8 (normal) normal: 2-4 mm atau 1/3 insisivus bawah. Jika >2/3
maka deep overbite
o Edge to egde : 23 thd 33
o Relasi kaninus kelas II : Cusp tip C Ra Lebih ke mesial dari embrasur C dan P1 Rb
o Pemeriksaan blanched test : perlekatan frenulum labii superior tebal + tinggi
Malposisi Gigi Individual:
- 23: distopalato versi
- 33: distolabio versi
- 31: mesiolinguo versi
- 41: mesiolinguo versi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Analisis sefalometri:
o Radiograf Sefalometri yaitu untuk mendapatkan gambaran radiografi tulang tengkorak.
melalui sefalometri ini, dapat digunakan untuk:
- Menunjukkan hubungan dimensional dari komponen kraniofasial yaitu basis kranial,
maksila, mandibula, gigi, dan jaringan lunak.
- Memaparkan manifestasi dari pertumbuhan dan abnormalitas perkembangan skeletal
dan dental.
- Membantu merencanakan perawatan dan mengevaluasi kemajuan perawatan.
- Membantu dalam mengevaluasi keefektifan dari prosedur perawatan ortodontik.
- Menunjukkan perubahan pertumbuhan dentofasial setelah perawatan selesai.
Ekstraoral • Analisis bentuk kepala • Analisis Bentuk Muka • Analisis Profil muka •
Analisis Kesimetrisan wajah • Analisisi garis simo
o SNA: 87° (Normal 82±2°); > normal, maka kedudukan maksila terhadap
basis cranium prognatik
o SNA : menentukan posisi anteroposterior maksila terhadap basis
cranium
o SNB: 85° (Normal 80±2°); > normal, maka kedudukan mandibula
terhadap basis cranium prognatik
o SNB : menentukan posisi anteroposterior mandibula terhadap basis
cranium
o I-NA: 2 mm (linier) (Normal: 4 mm), < normal, gigi Insisivus atas pasien
retrusif
o INA : Jarak permukaan gigi insisif paling labial terhadap garis N-A
o I-NB: 2,5mm (Normal: 4 mm), < normal, gigi insisivus bawah pasien retrusif
o INB : jarak permukaan gigi insisif paling labial terhadap gari N-B
o Pemeriksaan panoramic
o Hipodonsia : absence 1-2 gigi
o Terdapat benih gigi M3 pada semua regio
o Periodontal: DBN, tidak terdapat karies
o M3 impaksi 18,28,38, dan 48 Klasifikasi impaksi mesioangular
o untuk perhitungan metode pont, korkhous, dan howes tidak dapat dihitung
karena pasien agenese gigi 12 dan 22 sehingga bisa menggunakan
determinasi lengkung.
o Usia pasien 13 tahun : periode gigi permanen permanen muda yg harus
diperhatikan ketika menggunakan perawaatan orthodonsi cekat kekuatan
giginya (dikhawatirkan bisa nekrose)
ASSESSMENT
Dx: maloklusi Angel kelas I tipe I Dewey dengan hubungan skeletal kelas I,
prognasi bimaksiler, bidental retrusive dengan overjet 1,5 mm disertai
malrelasi edge to edge gigi 23 terhadap 33, diastema multiple, dan disertai
malposisi gigi individual
- 23: distopalato versi
- 33: distolabio versi
- 31: mesiolinguo versi
- 41: mesiolinguo versi
Dx sefalo : hubungan skeletal kelas I, bimaksiler prognasi,
bidental retrusive
Kasifikasi Dewey
o Kelas I
- Tipe I : crowding anterior
- Tipe II: Insisivus atas protrusif
- Tipe III: crossbite anterior
- Tipe IV: crossbite posterior
- Tipe V: mesial drifting M permanen, karena m2 decidui tanggal
lebih awal
ETIOLOGI diastema :
o Agenesis benih gigi 12 & 22 genetik riwayat ibunya memiliki
kondisi serupa. Agenesis merupakan suatu kondisi dimana gigi tidak
dijumpai di dalam rongga mulut pada waktu perkiraan erupsinya akibat
ketiadaan benih gigi. Etiologi terjadinya agenesis bersifat multifaktorial yaitu
faktor lingkungan, polimorfisme genetik, penyakit sistemik, pola makan,
serta fungsi mastikasi.
Macam-macam agenesis/agenese :
hipodonsia (kehilangan 1-6 gigi) oligodonsia (>6 gigi) anodonsia (kehilangan
perkembangan gigi seluruhnya)
o Pemeriksaan blanch test : perlekatan frenulum labialis tebal dan tinggi
yang menyebabkan diasteme pada insisivus central . Frenulum
tinggi (melekat pada mukosa alveolar sampai attached gingiva dan
margin gingiva)
o Pemeriksaan blanch test = bibir pasien ditarik ke atas diperhatikan
papilla insisivus bagian palatal inspeksi pucat / tidak jika pucat
maka diastemanya disebabkan oleh migrasi frenulum labialis ke
palatum, jika tidak pucat kemungkinan diastemanya tidak disebabkan
oleh frenulum labialis. Letak frenulum yang normal berada pada gingival
cekat
PLANNING
1. KIE
2. Frenektomi
3. Ortho lepasan dengan plat aktif
6. GTS dengan bahan valplast (tidak membutuhkan retainer seperti jika menggunakan
bahan akrilik ada retainer dengan kawat) / GTC anterior (memperhatikan estetik
pasien karena gigi anterior)
Note :
Pasien masih tumbuh kembang, rahang masih berkembang sehingga pasien harus dilakukan
observasi dan diikuti terus termasuk pemakaian retainer.
DOKUMENTASI KEGIATAN