Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,

dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure, dan daerah interproksimal) meluas ke daerah gigi lainnya.

Karies gigi dapat, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan meluas ke bagian yang lebih

dalam (Tarigan, 2013). Menurut GV Black mengklasifikasikan kareis berdasarkan permukaan gigi

yang terkena (terlibat) lesi karies, salah satu contohnya karies yang terletak pada bagian anterior gigi

(klas I, III, IV, V dan VI) secara klinis karies pada gigi anterior akan berwarna coklat kehitaman atau

berbayang kehitaman yang mengakibatkan estetika gigi kurang baik. Berdasarkan kedalamannya

karies gigi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Karies Superfisialis atau gigi berlubang yang hanya

mengenai lapisan terluar (email); 2) Karies Media atau gigi berlubang yang sudah mengenai lapisan

dentin; 3) Karies Profunda atau berlubang mencapai jaringan pulpa (Salmiah S, 2018). Penelitian

Tanvi et al tahun 2016 menunjukkan prevalensi karies yang tidak dirawat sebesar 61%, dimana

hampir 2/3 karies yang tidak dirawat berkembang menjadi penyakit pulpa (Tanvi P, 2016). Penyakit

pulpa (pulpitis) adalah suatu proses inflamasi pada jaringan pulpa yang umumnya merupakan

lanjutan dari proses karies. Selama ini pulpitis ditentukan dengan adanya keluhan rasa sakit yang

bersifat subyektif. Secara klinis, pulpitis dibagi menjadi pulpitis reversible dan pulpitis irreversible.

Hal penting dalam menentukan diagnosis pulpitis adalah jaringan pulpa tersebut masih dapat

dipertahankan atau sudah tidak dapat dipertahankan lagi (Widodo, 2005)

Pulpitis reversible merupakan inflamasi pulpa yang ringan yang ditandai dengan adanya

stimulus thermal, berupa panas atau dingin serta asam ataupun manis yang menyebabkan sensasi

ngilu pada pasien ketika makan atau minum. Rasa ngilu ini dapat hilang apabila stimulus

dihilangkan. Perawatan inflamasi pada tahap pulpitis reversible sangat diperlukan, apabila tidak

dirawat akan berkembang menjadi pulpitis irreversible, terjadi rasa ngilu secara spontan dan tidak

dapat hilang apabila stimulusnya dihilangkan, inflamasi akan berkembang menjadi nekrosis pulpa.

(Torabinejad., 2014) Perawatan pada tahap pulpitis reversible sangat penting dilakukan, karena
prognosisnya masih baik, tidak memerlukan waktu kunjungan yang panjang, dan biaya yang

diperlukan untuk perawatan tidak terlalu mahal. (Torabinejad.,2014)

Salah satu metode perawatan inflamasi pulpa pada tahap reversible pulpitis adalah dengan

dilakukan pulp capping. Terdapat dua jenis perawatan pulp capping dewasa ini, yaitu indirect pulp

capping dan direct pulp capping. Indirect pulp capping adalah perawatan yang diberikan pada pulpa

gigi tidak terbuka atau masih tertutup oleh lapisan dentin yang tipis, sedangkan direct pulp capping

merupakan suatu prosedur penutupan sesegera mungkin dengan bahan dressing atau basis protektif

yang diletakkan diatas pulpa sesegera mungkin. Tujuan dari pulp capping adalah untuk

mempertahankan vitalitas pulpa dan merangsang proses penyembuhan di dalamnya. (Ingle, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut laporan kasus ini membahas lebih lanjut mengenai

penatalaksanaan indirect pulp capping pada gigi anterior.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

- No. Rekam Medis : IKG/ 00816/IKG/PSPDG/XII/2019


- Nama Pasien : Elgio Farel
- Tanggal Lahir : 24 Juni 1994
- Berat Badan : 58 kg
- Tinggi Badan : 161 cm
- Alamat : Jl Mahendradatta no 10. Denpasar Selatan
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 25 Tahun
- Telepon : 081298697268
- Pendidikan : Sarjana
- Pekerjaan : Fotografer

2.2 Pemeriksaan Subjektif

2.2.1 Anamnesis

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan sakit gigi pada bagian depan atas

2. Keadaan sakit sekarang

Pasien datang ke RS Universitas Udayana mengeluh gigi depan atasnya ngilu

kurang lebih 2 bulan yang lalu, rasa ngilu muncul saat pasein makan dan minum yang

dingin, selain itu pasien juga mengeluhkan tidak percaya diri karena gigi depannya tersebut

tampak berbayang kehitaman. Pasein pernah melakukan perawatan tambal ke tukang gigi

kira kira 8 bulan yang lalu, namun ngilunya timbul kembali. Pasien tidak pernah minum

obat penghilang rasa nyeri sebelumnya.


3. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien menyangkal memiliki penyakit turunan yang terkait dengan sistemik maupun

gigi geligi dan tidak memiliki alergi

4. Riwayat kesehatan umum


Pasein dalam keadaan baik, dan siap menerima perawatan

5. Riwayat kesehatan dental


Pasien pernah melakukan tambal gigi di tukang gigi kira kira setahun yang lalu, dan
menyikat gigi 2 kali sehari saat mandi.

2.2.2 Riwayat kesehatan penderita yang perlu diperhatikan

1. .Riwayat penyakit menular


Pasien menyangkal memiliki penyakit menular

2. Riwayat penyakit yang dimiliki penderita


Pasien menyangkal memiliki penyakit sistemik

3. Riwayat alergi obat obatan


Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap obat obatan
2.3 Pemeriksaan Objektif
2.3.1 Status Lokalis

BE

B
E
BE

B
Keterangan : E

= sisa akar ; = karies,; BE = Belum Erupsi ; FR= fraktur


2.3.2 Oklusi

Oklusi Statik
a. Hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge)
- sisi kiri : normal
- sisi kanan : normal
b. Hubungan gigi posterior
- sisi kiri : normal
- sisi kanan : normal
c. hubungan gigi anterior ( dalam mm)
- overjet : 2.5 mm
- overbire : 2 mm
2.3.3 Tes Vitalitas
- a. tes thermal : positive
- b. tes kavitas : tidak dilakukan
- c. tes jarum miller : tidak dilakukan
- d. EPT : 1.2, 1.3, 1 (pada gigi 11)

2.3.4 Tes Jaringan Pendukung


- a. Perkusi : Negatif
- b. Palpasi : Negatif
- c. Mobilitas : Tidak ada

2.3.5 Diskolorisasi
- Terdapat diskolorisasi (berbayang keabuan pada bahan tambal) dan disekitar
bahan tambal.
2.3.6 Keadaan Gingiva
- Normal

2.4 Pemeriksaan Radiografis

Gigi 11

Jaringan keras : terdapat gambar radiolucent pada bagian proksiml distal yang
mendekati pulpapada gigi 11, gambaran radiopak pada mesial gigi akibat
tambalan, tidak terlihat interdental antara gigi 11 dan 21
Akar : tidak terdapat kelainan
Lamina dura : lamina dura sedikit terputus di bagian mesial dan distal
PDLS : tidak terdapat kelainan
Tulang alveolar : terjadi resorpsi pada alveolar crest mesial dan distal
2.5 Diagnosis
Diagnosis : Pulpitis reversible gigi 11
ICDX : K04.1
2.6 Rencana Perawatan
Restorasi tetap : Pulp capping dan resin komposit
Bahan restorasi : Pulp capping dan Resin Komposit
Prognosis : Baik
2.7 Penatalaksanaan
Tanggal 22 Juli 2019
Persiapan APD dan persiapan alat dan bahan seperti alat diagnosa,plastic filling, contra
angle handpiece, cotton roll, diamond bur, fine finishing bur, arkansas stone, rubber cup,
bahan etsa bonding dan composite.
1. Persiapan APD
Persiapan alat dan bahan seperti alat diagnosa,plastic filling, contra angle handpiece,
cotton roll, diamond bur, fine finishing bur, arkansas stone, rubber cup, bahan etsa bonding
dan composite
2. Preparasi kavitas
1. Preparasi kavitas menghilangkan karies dengan menggunakan contra angle handpice dan
round end diamond bur, bur diposisikan paralel dengan akses mahkota kemudian melintang
ke mesial mengikuti arah fissure
2. Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dentin dan variasinya tergantung pada perluasan
kariesnya. Pada kelas III dianjurkan membuat bevel email selebar 0,2-0,5 mm sebagai tahap
akhir preparasi dengan menggunakan fisurre bur. Lebar bevel dibatasi untuk menghindari
kesulitan dalam menyelesaikan restorasi resin.
3. Isolasi daerah kerja
- Kavitas dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu dengan semprotan 3 way syiringe, isolasi
daerah kerja menggunakan rubber dam atau cotton roll.
4. Keringkan kavitas dengan catton pellet, aplikasikan kalsium hidroksida Ca(OH)2 yang
diletakkan diatas kavitas ( dengan mengaduk pasta dan catalyst) sampai setting pada dasar
kavitas
5. Pemasangan celuloid strip di bagian proksimal, untuk membentuk area proksimal.
6. Kemudian dilapisi basis GIC tipe 7 untuk tambalan sementara gigi anterior. Diawali dengan
aplikasi dentin conditioner dengan micro brush di dasar kavitas selama 10-15 detik, di cuci,
dijaga kelembaban daerah dentin, aduk bahan liquid powder GIC kemudian aplikasikan,
kelebihan dikurangi dengan excavator
7. Perawatan dilanjutkan 1 minggu kemudian (untuk kontrol) . Saat kontrol pasien ditanya
“apakah ada keluhan pada pasien atau tidak?” pada pasien tidak ada keluhan, kerapatan
tambalan baik, palpasi perkusi negatif, tes vitalitas dengan nilai 1.2 (vital) . Jaringan disekitar
baik, edukasi pasien untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut., selanjutnya dilakukan
restorasi 1- 2 minggu kemudian.
8. Restorasi tetap dilakukan (pada bagian mesial dan distal) dengan resin komposit, tambalan
sementara dikurangi terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan restorasi tetap dan carving
sesuai dengan bentuk anatomi gigi anterior, finishing dan polishing
- Penyesuaian shade guide komposit di sesuaikan dengan warna gigi yaitu menggunakan
shade A3 sesuai brand
- Etsa dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%, aplikasi menggunakan micro brush steril
pada permukaan cavo surface enamel margin, ditunggu selama 15-30 detik kemudian di
cuci sampai berwarna keputihan (frosty appearance)
- Bonding : pengulasan bonding menggunakan microbrush diseluruh permukaan kavitas
dan permukaan yang tadi di etsa, kemudian di anginkan dengan 3 way syringe secara
perlahan, kemudian di lightcure( disinari) selama 10 detik, terlihat permukaan mengkilat
- Penumpatan dengan teknik layering pada seluruh kavitas klas III, dengan warna
komposit yang telah di sesuaikan sebelumnya. Tiap lapisan di lightcure 15-20 detik, pada
lapisan atas di carving sesuai bentuk anatomi oklusal gigi,
- Cek oklusi dengan articulating paper, Finishing menggunakan dengan fine finishing bur
dan fine finishing strip, white stone dan Polishing (dengan fine finishing bur, white
stone, polishing, silicon rubber, softlex disc, finishing strip, pasta poles)
- Dilakukan cek oklusi dengan articulating paper, finishing menggunakan fine finishing
burdiseluruh permukaan anatomi, finishing strip untu pemukaan proksimal, disesuaikan
dengan anatomi, kemudian dilanjutkan dengan polishing menggunakan silicon rubber
dan pasta poles
- 1 minggu kemudian melakukan kontrol restorasi (kerapatan, perkusi, palpasi dan vitalitas
pulpa) pada gigi 11
- KIE pasien untuk tetap menjaga kebersihan gigi, tidak makan makanan keras pada gigi
yang telah di tambal, dan memeriksakan gigi secara rutin tiap 6 bulan sekali
DAFTAR PUSTAKA

Torabinejad, M., Walton R. E. 2014. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia. Alih bahasa: Narlan S,
Winiati S, Bambang N. Edisi 4. Jakarta: EGC. h.76.

Widodo, T. 2005. Respon Imun Humoral pada Pulpitis (Humoral Immune Response on Pulpitis).
Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) 38(2):49-51

Virdi MS. Emerging trends in oral health sciences and dentistry. Kroasia: InTech, 2015: 35-6.

Salmiah S,Luthfiani L,Amalia Z,Kusumah D. The Correlation between untreated caries and the nutritional
status of 6-12 years old children in the Medan Maimun and Medan Marelan Sub-district. Dent J Majalah
Ked Gigi 2018;51(1) : 10-3

Tanvi P, Nagar P, Borse M, Jessy P. Untreated severe dental decay- a neglected determinant of child’s
oral health. Int J Contemporary Med Res (IJCMR) 2016; 3(8): 2343-5.

Anda mungkin juga menyukai