Disusun Oleh :
Tamitra Malia C. / 041.216.174
Pembimbing:
drg. Dina Ratnasari, Sp.KG
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
JAKARTA
2020
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Siti Nurdiana Utami
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 31 Agustus 1996
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : S1
Berat dan Tinggi : 65 kg dan 168 cm
Keinginan : Ingin menambal gigi depannya yang patah
B. Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 23 tahun datang ke RSGMP USAKTI
dengan keluhan tambalan pada gigi depan atas kirinya patah sejak 8 tahun
yang lalu. Pasien ingin memperbaiki kondisi giginya.
C. Pemeriksaan
1. Ekstra Oral
Wajah : Simetris
Bibir : Normal
Kelenjar Getah Bening Submandibular Kanan dan Kiri : Tidak teraba
dan Tidak sakit
2. Intra Oral
Debri, Plak dan Kalkulus : Regio 1,2,3,4
Gingiva : Gingivitis
Mukosa : Normal
Palatum, Lidah dan Dasar Mulut : TAK
Hubungan Rahang : Ortognatik
D. Odontogram
CS CS CS RK CS CS CS
D3/ D3/ D3/ + D3/ D3/ D3/
1.2 1.2 1.2 F 1.1 1.1 1.1
1 1 2
17 16 15 14 12 11 21 23 24 25 26 27 28
8 3 2
4 4 3
47 46 45 44 42 41 31 33 34 35 36 37 38
8 3 2
CS CS CS CS CS
J J J D3/ D3/ D3/ D3/ D3/
1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
1) Tes Vitalitas
Sondasi :-
Dingin :+
Panas : Tidak dilakukan
4. Shade Guide
Etsa diaplikasikan pada gigi 21 yang telah dipreparasi, didiamkan selama 15 detik
kemudian di bilas dengan menggunakan air. Aplikasikan bonding dengan microbrush
pada gigi 21 didiamkan selama 10 detik dan dialiri udara selama 2 detik setelah itu di
light cure selama 10 detik.
7. Polishing
Polishing dan finishing dilakukan dengan menggunakan bur disk low speed secara
intermitten. Meliputi area facial, lingual, proximal serta incisal.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan tidak puas dengan
senyumnya (Gambar 1A). Pasien memiliki dimensi vertikal oklusi (DVO) yang
menurun dan hilangnya stabilitas oklusi gigi posterior sehingga menyebabkan
restorasi fraktur (Gambar 1B) dan gigi aus, serta adanya ketidakpuasan dengan
restorasi resin komposit kelas IV pada insisivus sentral atas kiri. Setelah DVO
posterior distabilisasi kembali dengan mahkota yang diletakan pada dental impant,
kemudian perlu distabilisasi kembali kontak anterior. Setelah pemeriksaan klinis dan
radiografi, lalu dihasilkan bahwa restorasi direct komposit sebagai pertimbangan
minimnya sesi klinis, lebih terjangkau, memberikan penyembuhan, dan sebagai
pilihan perawatan konservatif. 3
Gambar 1A, 1B. Foto preoperative menunjukan adanya fraktur pada gigi dan disharmoni
dengan bibir
Sebelumnya pasien diinformasikan dan menyetetujui untuk dilakukannya
perawatan. Lalu, pasien dilakukan pencetakan dengan bahan Irreversible hydrocolloid
dan model diartikulasikan pada artikulator semi-adjustable guna mencapai posisi
DVO yang sudah distabilisasikan kembali. Pada saat sesi yang sama dilakukan foto
dengan Digital smile design (Gambar 2). Kemudian diaplikasikan wax pada format
rencana perawatan dan posisi gigi untuk sebagai arahan kepada teknisi gigi (Gambar
3A). Dari wax menghasilkan dua silicone matrices sebagai guide untuk restorasi
direct. Untuk menghasilkan kembali porsi palatal maka dibuat palatal guide dengan
kondensasi silicone (Gambar 3B). Untuk anatomi permukaan bukal dibuat dengan
buccal silicone guide dengan bahan silicone transparan yang memberikan
karakteristik estetik (Gambar 3C). 3
Gambar 2. Desain digital smile Gambar 3A. Wax up untuk silicone guide
Gambar 3B. Palatal silicone guide dibuat dari kondensasi silicone ; Gambar 3C. Buccal silicone guide
dibuat dari kondensasi silicone transparan untuk membuat anatomi permukaan bukal
Restorasi pada pasien yang sebelumnya dibersihkan dan bevel dengan bur
diamond. Lalu, aplikasi three-step adhesive system. Asam yang digunakan adalah
asam fosfat 37% diaplikasikan selama 30 detik pada enamel dan 15 detik pada dentin
(Gambar 4A), lalu aplikasi chlorhexidine sealam 1 menit untuk mencegah degradasi
hybrid layer (Gambar 4B). Substrat dikeringkan dengan absorbent paper (Gambar
4C) dan aplikasi bahan primer adhesive system (Gambar 4D). Kemudian gigi
dipisahkan dengan polyester strip (Gambar 4E). Setelah itu dilakukan polimerisasi
selama 20 detik dengan LED light. Kemudian polyester strip dilepaskan dan insisivus
sentral kiri diisolasi dari gigi tetangga dengan Teflon strip yang tipis. Komposit
diaplikasikan lapisan tipis dengan spatula pada palatal sillicone guide insisivus sentral
atas kiri (Gambar 5A). Setelah itu dilakukan polimerisasi. Prosedur yang sama
dilakukan pada insisivus sentral atas kanan (Gambar 5B). Komposit A3 yang dipilih
guna menyerupai warna dentin dibentuk developmental grooves dan dentinal lobes
(Gambar 6). Buccal silicone guide digunakan untuk menganalisis adaptasi yang tepat
atau interferensi dari lapisan resin yang sebelumnya sudah diaplikasikan (Gambar
7A). 3
Gambar 4A. Aplikasi dental substrat dengan asam fosfat 37% selama 15 detik pada dentin dan 30 detik
pada enamel ; Gambar 4B. Aplikasi chlorhexidine selama 1 menit
Gambar 7A. Analisis insersi buccal silicone guide ; Gambar 7B. Lapisan komposit enamel
diaplikasikan diatas vestibular guide
Gambar 7C. Adaptasi vestibular guide dan ditekan ke gigi ; Gambar 7D. Polimerisasi komposit
Gambar 10. Penyesuaian estetik dan pengurangan bagian berlebih dari aspek gigi maksila ; Gambar 11.
Finishing dengan sandpaper strip