I. PENDAHULUAN
A. DEFINISI PENYAKIT
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu karbohidrat yang dapat
difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi
yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Klasifikasi berdasarkan kedalaman permukaannya:
1. Karies email (karies superficial)
2. Karies dentin (karies media)
3. Karies pulpa (karies profunda)
Karies dentin adalah penyakit progresif yang reversibel dari jaringan
keras gigi. Keadaan ini disebabkan oleh kerja bakteri atas karbohidrat yang
dapat difermentasikan yang terdapat dalam biofilm plak di permukaan gigi.
Bakteri akan menyebabkan asam dan akan mendemineralisasikan jaringan
keras gigi yang akhirnya mengakibatkan terjadinya proteolisis (penguaraian
protein) dari komponen organik jaringan gigi (Banerjee and Watson, 2014).
Karies dentin klas II GV Black yaitu karies kedalaman dentin yang mengenai
proksimal gigi posterior yang juga melibatkan bagian oklusal.
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor utama yang saling berperan dalam etiologi proses karies
tersebar dimana-mana didalam biofilm plak. Faktor-faktor tersebut adalah:
-
Bakteri: pada plak terdapat ratusan spesies bakteri, salah satunya adalah
Streptococcus mutans yang merupakan spesies bakteri yang sejak dulu
dianggap sebagai penyebab utama karies.
karbohidrat
diet
tertentu
yang
kemudian
akan
C. PATOFISIOLOGI
Lesi karies terjadi dimulai dari jaringan keras gigi: email, dentin, atau
sementum. Proses ini diawali dengan demineralisasi sederhana pada
permukaan jaringan keras gigi. Demineralisasi merupakan suatu keadaan
dimana kristal-kristal permukaan gigi mengalami kehilangan mineral. Jika
kadar keasaman pada suatu gigi berada di bawah pH 5,5 akan terjadi peruraian
ion kalsium dan fosfat dari gigi ke dalam saliva dan meninggalkan matriks
kolagen yang mengalami demineralisasi. Kemudian bakteri berkembang
menyebabkan kerusakan struktur kolagen pada dentin dan menyebabkan
lubang pada permukaan gigi. Keadaan ini merupakan gejala dasar karies gigi
(Mount, 2000).
D.GEJALA
Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi
antara lain adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Terdapat lesi
Tampak lubang pada gigi
Bintik hitam pada tahap karies awal
Kerusakan leher gigi (pada karies botol susu)
Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentin
Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala
g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan
terutama pada waktu malam
g. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah
Tanda-tanda klinis yang timbul pada kasus karies dentin telah mengalami
kavitas (terbuka) baik yang didaerah oklusal maupun di daerah permukaan
halus, banyak email yang tidak terdukung oleh dentin lagi dan akan terlihat
berbayang keabu-abuan atau opak, yang menjadi rapuh dan mudah sekali
fraktur ketika menerima tekanan oklusal (Banerjee dan Watson, 2014).
Data Pasien
Nama Lengkap
: Sri Murwanti
Alamat
Telepon / HP
:-
Pemeriksaan Subjektif
Keluhan Utama (CC) :
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang.
Riwayat Perjalanan Penyakit (PI) :
Pasien sudah mengeluhkan hal tersebut sejak 2 tahun yang lalu dan belum
pernah melakukan perawatan apapun pada gigi tersebut. Pasien tidak
merasakan sakit pada gigi tersebut.
Riwayat Kesehatan Umum (PMH) :
Pasien pernah di rawat di rumah sakit karena penyakit typus saat SMA.
Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan ataupun
cuaca. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien
tidak sedang mengkosumsi obat dan tidak sedang dalam perawatan dokter.
B. Pemeriksaan Obyektif
Kesan Umum Kesehatan Penderita :
Jasmani
Mental
: Sehat
: Sehat, komunikatif, kooperatif
Vital Sign :
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Neuromuskular
Kelenjar
Kelenjar
Tulang
TMJ
Limfe
TAK
TAK
Rahang
TAK
TAK
TAK
TAK
Deformitas
Nyeri
TAK
TAK
TAK
TAK
Ludah
TAK
TAK
Tumor
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Gangguan
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Fungsi
Pemeriksaan Intra Oral
Intra oral
Mukosa Bibir
: TAK
Mukosa Pipi
Dasar Mulut
: TAK
Lidah
: TAK
Gingiva
: TAK
Torus Palatinus
: Tidak ada
Torus Mandibula
: Tidak ada
Palatum
: dalam
Supernumerary Teeth
: Tidak ada
Diastema
: Tidak ada
Gigi Anomali
: Tidak ada
Gigi Tiruan
: Tidak ada
PEMERIKSAAN ODONTOGRAM
Gambar 2. Odontogram
ELEMEN
34
RINGKASAN HASIL
DIAGNOSIS /
RENCANA
PEMERIKSAAAN
DIFFERENTIAL
PERAWATAN
Terdapat
kavitas
permukaan
DIAGNOSIS
pada D/ Karies dentin
distooklusal
Tp/
Restorasi
resin
kedalaman dentin
Sondasi perkusi palpasi tes
34
vital +
Terdapat kavitas pada
D/ Lesi abrasif
GAMBARAN KLINIS
Tp/
Restorasi
resin
C. Diagnosis
Gigi 34 terdapat kavitas pada permukaan distooklusal kedalaman dentin dan
terdapat kavitas pada permukaan servikal bagian bukal
Sondasi () perkusi () palpasi () tes vital (+)
D/ karies dentin disertai lesi abrasif
D. Rencana Perawatan
TP/
-
KIE
Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit
Restorasi kavitas klas V dengan resin komposit
Kontrol
E. Tahapan Perawatan
1. Kunjungan
Kunjungan I :
Melakukan pemeriksaan lengkap, meliputi :
Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan objektif
Diagnosis
Rencana Perawatan
Kunjungan II :
Informed Consent
Restorasi resin komposit kavitas klas II pada gigi 34
Restorasi resin komposit kavitas klas V pada gigi 34
Kunjungan III :
Kontrol
2. Alat
- diagnostic set (kaca mulut: untuk melihat daerah yang tidak bisa dilihat
dengan mata secara langsung dan untuk meretraksi mukosa bukal, sonde:
untuk mengetahui ada tidaknya kavitas, pinset: untuk mengambil kassa
dan kapas, eskavator: untuk membersihkan jaringan karies)
- flamed bur ( untuk membentuk bevel)
- light curing litex 680 nm (untuk membantu proses setting dari resin
komposit)
- finishing bur (untuk merapikan restorasi supaya tidak ada traumatik
oklusi)
- polishing bur (untuk menghaluskan restorasi)
- shade guide (mencocokkan warna bahan restorasi dengan gigi pasien)
- plastic instrument (mengambil bahan restorasi)
- matrix holder (alat untuk melekatkan matriks, melindungi proses
restorasi dari terkontaminasi saliva)
- burnisher (memampatkan bahan tambalan supaya semua ruang kosong
terisi)
- round metal bur (membuka kavitas)
- round diamond bur (menghilangkan jaringan karies)
C. Bahan
- CE (untuk mengetahui gigi vital atau tidak)
- etsa (membentuk mikropit pada email sehingga terbentuk ikatan antara
email-resin)
- bonding (melekatkan resin komposit dengan gigi)
7. Aplikasi bonding
Aplikasi bonding menggunakan microbrush pada bagian dalam dinding
kavitas dan tepi email diamkan selama 10 detik kemudian disemprotkan
Sebelum
Sesudah
Kontrol 1 Minggu
PEMBAHASAN
Perawatan yang telah dilakukan yaitu restorasi resin komposit pada kavitas
klas II GV Black sudah tepat. Pasien tidak merasakan keluhan ngilu di gigi
tersebut. Pasien bisa oklusi dengan sempurna. Tidak ada traumatik oklusi.
Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit digunakan sebagai bahan restorasi
pada gigi tersebut karena dapat menghasilkan kualitas estetik yang baik, dapat
dipoles dengan baik, mengurangi jaringan gigi yang sehat hanya sedikit dan
memiliki stabilitas warna untuk waktu yang cukup lama (Fauziah dkk, 2008).
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara
permukaan email-resin karena asam meninggalkan permukaan email yang bersih,
yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Aplikasi
etsa asam sebaiknya dilakukan sebelum restorasi resin komposit karena etsa asam
memberikan adaptasi tepi yang baik dan bahkan mengurangi kebocoran mikro dan
juga pewarnaan (Baum dkk, 2012).
Aplikasi resin komposit kemudian dilakukan setelah aplikasi bonding
selesai. Saat aplikasi resin komposit pada gigi tersebut harus menghindari
terperangkapnya udara karena dapat mengurangi kekuatan dan merusak
estetisnya. Oleh karena hal tersebut, kecepatan aplikasi sangatlah penting dan
tindakan aplikasi bahan resin komposit harus selesai dalam waktu satu menit.
Aplikasi resin komposit juga dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan
kira-kira 2 mm karena penetrasi sinar yang terbatas. Penyinaran yang dilakukan
untuk kasus restorasi klas II dapat dilakukan pada bagian fasial maupun lingual
(Baum dkk, 2012).
B. Saran
V. DAFTAR PUSTAKA
Banerjee, A., Watson, T.F., 2014. Pickard Manual Konservasi Restoratif. Jakarta:
EGC. Hal 2-3
Baum, L., Philips., Lund., 2012. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC.
Hal 268-269, 271-272, 277-278, 279-284, 287-294
Berhman. R.E., Kliegman. R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu Kesehatan Anak
NELSON. Vol. II. Ed. 15. Jakarta: EGC
Fauziah, E., S.H., 2008. Perawatan Fraktur Kelas Tiga Ellis pada Gigi Tetap
Insisif Sentral Atas (laporan kasus). Indonesian Journal of Dentistry. 15
(2): 169-174.
Mount GJ, Ngo H. 2000, Minimal intervention: a new concept for operative
dentistry. Alih bahasa. Andreas Adyatmaka. Quintessence int.; 31:52733.