Oleh :
Tatha Febilla K
2041412038
Pembimbing :
drg. Aria Fransiska MDSc
A. DATA PASIEN
Nama : TFK
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 11 tahun
Alamat : Jati Baru
No. Rekam Medik : -
Elemen Gigi : 14, 25 dan 44
B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama (Chief Complain)
Pasien datang untuk pemeriksaan gigi rutin.
2. Perjalanan Penyakit (Present Illnes)
Dari hasil pemeriksaan ditemukan pit dan fissure yang dalam pada gigi P1
kanan atas, P2 kiri atas dan P1 kanan bawah.
3. Riwayat Kesehatan Gigi (Past Dental History)
Pasien pernah ke dokter gigi bersama ibunya untuk cabut gigi geraham
pertama sulung. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari (pagi setelah makan dan
malam sebelum tidur). Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti,
mengunyah satu sisi, bruxism, bernafas melalui mulut dll. Pasien tidak
memiliki keluhan di rongga mulutnya.
4. Riwayat Kesehatan Umum (Past Medical History)
Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik. Pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit. Tidak memiliki riwayat ataupun sedang
mengonsumsi obat-obatan jangka panjang. Tidak memiliki riwayat alergi
makanan dan obat.
5. Riwayat Keluarga (Family History)
Ayah, ibu, dan keluarga sedarah pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik.
6. Riwayat Sosial (Social History)
Pasien seorang siswa kelas VI SD, pasien tinggal bersama dengan kedua
orangtua. Pasien makan 2 kali sehari, konsumsi buah dan sayur cukup,
minum ±8 gelas perhari, dan tidur 8-9 jam per hari.
C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Elemen Gigi : 14,25, dan 44
Sondasi :-
Perkusi :-
Palpasi :-
Termal :-
Adanya pit dan fissure yang dalam
D. DIAGNOSIS
Pulpa normal dengan pit dan fissure yang dalam pada gigi 14,25, dan 44
E. RENCANA PERAWATAN
Pit fissure sealant gigi 14,25, dan 44
F. PROGNOSIS
Baik
G. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
Diagnostic Set
Brush
Microbrush
Light cure
Bur Poles Komposit / White stone bur
2. BAHAN
Pumice
Cotton Roll
Etching Agent
Flowable Resin
Articulating Paper
H. PROSEDUR PEKERJAAN
1) Bersihkan seluruh permukaan gigi yang akan dilakukan pit fissure
sealant menggunakan sonde dan brush dengan bahan pumice dan air.
Tujuannya untuk menghilangkan plak dan yang akan menghambat proses
etsa.
2) Bersihkan permukaan gigi dan sisa pumice dengan water syring dan
syring.
3) Isolasi gigi agar tidak terkontaminasi saliva dengan cotton roll.
5) Cuci dan keringkan permukaan enamel. Pasien tidak boleh berkumur dan
isolasi gigi dari mukosa dan saliva. Kontaminasi saliva akan
melemahkan ikatan resin.
6) Keringkan permukaan yang dietsa dengan syring selama 30 detik.
7) Aplikasikan bonding agent, kemudian lightcure selama 20 detik.
8) Aplikasikan bahan fissure sealant pada salah satu fisur dan biarkan
mengalir ke seluruh fisur. Bahan sealant menutupi sampai radius 3-4 mm
dari fisur.
9) Lightcure selama 20 detik.
10) Periksa dengan ujung sonde di atas permukaan resin untuk memastikan
apakah seluruh fisur sudah tertutup resin.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karies Gigi
Karies merupakan kehilangan ion mineral kronis yang berlanjut pada
email, mahkota, maupun permukaan akar yang disebabkan oleh flora bacterial
dan produk-produknya. Kehilangan mineral dini hanya dapat terlihat secara
mikroskopis namun seringkali pada email terlihat sebagai white spot (bercak
putih) atau pada akar berupa perlunakan sementum. Kegagalan untuk
mengkompensasi kehilangan mineral tersebut akan menimbulkan kavitas yang
dapat berlanjut terus hingga menyebabkan kerusakan ireversibel pada pulpa.
Ada empat faktor utama penyebab karies yaitu mikroorganisme, gigi dan
saliva, substrat serta waktu.
Mikroorganisme
Mikroorganisme menempel di gigi bersama dengan plak atau
debris. Plak gigi adalah media lunak non mineral yang menempel
erat di gigi. Plak terdiri dari mikroorganisme (70%) dan bahan
antar sel (30%). Menurut Kessel dalam Tarigan (1990),
mikroorganisme yang ada sangkut pautnya dengan kerusakan gigi
adalah Lactobacillus, Streptococcus dan Bacillus acidophilus.
Gigi dan saliva
Menurut Kidd dan Bechal (1992), plak yang mengandung bakteri
merupakan awal bagi terbentuknya gigi berlubang. Kawasan gigi
yang memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan terkena
gigi berlubang tersebut adalah:
a. Pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit
bucal molar dan pit palatal incisive.
b. Permukaan halus di daerah approximal sedikit di bawah titik
kontak.
c. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit diatas tepi
gingiva.
d. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingival karena
penyakit periodontal
e. Tepi tumpatan, terutama yang kurang.
f. Permukaan gigi yang berdekatan dengan GTJ
Substrat
Menurut Newburn dalam Suwelo (1992), substrat adalah campuran
makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang
menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap
gigi berlubang secara lokal di dalam mulut. Makanan pokok
manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Karbohidrat yang
dikandung oleh beberapa jenis makanan merupakan yang
mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai
pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak
akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu, dan untuk
kembali ke pH normal sekitar tujuh dibutuhkan waktu 30-60 menit.
Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka
sukrosa merupakan penyebab gigi berlubang yang utama.
Waktu
Menurut Newburn dalam Suwelo (1992), waktu merupakan
kecepatan terbentuknya gigi berlubang serta lama dan frekuensi
substrat menempel di permukaan gigi. Gigi berlubang merupakan
penyakit kronis, dan kerusakan berjalan dalam periode bulan atau
tahun.
Struktur anatomis gigi juga berperan penting dalam pembentukan karies.
Permukaan gigi yang rentan karies adalah permukaan yang mudah mengalami
retensi plak dan sulit dibersihkan. Salah satu daerah gigi tersebut yaitu pit dan
fisur permukaan oklusal gigi posterior.
Gambar 1. (A) tipe V (B) tipe U (C) tipe I (D) tipe IK.
Bahan Sealant
American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) dan American Dental
Association (ADA) dalam laporannya mengungkapkan bahwa Anusavice et
al mengklasifikasikan bahan sealant menjadi empat, yaitu
a. Resin-based sealant
Sealant berbahan dasar resin biasanya berupa monomer urethane
dimethacrylate (UDMA) atau bisphenol A-glycidyl methacrylate (bis-
GMA) yang dipolimerisasi baik oleh aktivator dan inisiator kimia atau
cahaya dengan panjang gelombang dan intensitas tertentu. Sealant ini
biasanya resin yang bersifat unfilled, tidak berwarna, atau transparan
atau dapat berupa resin filled, opak, sewarna gigi, atau putih.
Prosedur pengaplikasian dimulai dengan profilaksis pit dan fisur,
pengetsaan asam dan isolasi sampai sealant dipasang dan
disembuhkan. Literatur menyarankan teknik tambahan, seperti
penggunaan bonding, daripada preparasi enamel secara mekanis.
Setelah selesai, retensi harus diperiksa dengan probe setelah
polimerisasi untuk menilai apakah sealant tersebut efektif.
b. Glass ionomer (GI) sealant
Glass ionomer sealant adalah sealant yang dikembangkan dan
digunakan karena sifatnya yang dapat melepas fluor, yang berasal dari
reaksi asam basa antara bubuk kaca fluoraluminosilikat dan larutan
asam poliakrilat berbasis air.
Masalah utama dengan penggunaan GIC sebagai bahan sealant adalah
kerapuhan material saat digunakan pada bagian tipis di atas permukaan
oklusal. Namun, telah dibuktikan bahwa meskipun tingkat retensi
sangat rendah, kejadian karies di bawah sealant GIC rendah, dalam
jangka panjang mirip dengan retensi sealant berbasis resin.
c. Polyacid-modified resin sealant
Sealant resin yang dimodifikasi dengan polyacid, atau juga disebut
sebagai kompomer ini menggabungkan bahan berbasis resin yang
ditemukan dalam sealant berbasis resin tradisional dengan sifat
pelepasan dan adhesi fluor dari sealant GI. Bahan ini tidak
mengandung air, bersifat hidrofobik dan dapat dipolimerisasi setelah
mengaplikasikan bonding, dan melepaskan fluorida, meskipun dalam
jumlah yang jauh lebih kecil.
d. Resin-modified GI sealant
Sealant ini pada dasarnya adalah sealant GI dengan komponen resin.
Resin digabungkan dengan GI untuk meningkatkan karakteristik fisik
material. Jenis sealant ini memiliki sifat pelepasan fluor yang sama
dengan GI, tetapi memiliki waktu kerja yang lebih lama dan
sensitivitas air yang lebih rendah daripada sealant GI tradisional.
Sealant ini mengalami setting melalui reaksi asam basa dan sebagian
melalui reaksi polimerisasi foto-kimia.
Pemilihan gigi untuk dilakukan pit fissure sealant oleh dokter gigi
harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti usia, kebersihan rongga
mulut, morfologi gigi, status erupsi, penilaian risiko karies, pola diet,
asupan fluor, dan riwayat karies gigi individu serta keluarganya.
4. Garg, A., & Garg, N. (2013). Textbook of Operative Dentistry. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.
5. Naaman, R., El-Housseiny, A. A., & Alamoudi, N. (2017). The Use of Pit and
Fissure Sealants—A Literature Review. Dentistry Journal, 5(34):1-19.
6. Sreedevi A, Brizuela M, Mohamed S. Pit and Fissure Sealants. [Updated 2020
Oct 3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448116/
7. Simonsen RJ, Neal RC. (2011) A Review of the clinical application and
performace of pit and fissure sealants. Australian Dent J. 56: 45-58
8. Veiga, N.J. et al., 2014. Fissure Sealants : A Review of their Importance in
Preventive Dentistry. OHDM, 13, p.989.