Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH :
Komunikasi Dalam Keperawatan Gigi
Tingkat I Semester II
“Fissure Sealent”

Dosen Pengampuh :
NOVARITA KOCH, SST, M.Kes
NIP : 197511301998032001

POLITEKKNIK KESEHATAN
KEMENKES MANADO
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha ESA
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah yg berjudul “Fissure Sealent” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada mata kuliah “Komunikasi Dalam Keperawatan Gigi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Fissure Sealent” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang study yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................

1.1 Rumusan Masalah....................................................................


1.2 Tujuan.......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................
2.1 Pit dan Fissure........................................................................
2.2 Tujuan dari Sealent................................................................
2.3 Bahan Sealent berbasis resin.................................................
2.4 Bahan Sealant Semen Ionomer Kaca.....................................

BAB 3 PENUTUP………………………………………………..………………..

3.1 Kesimpulan…………………………………....………………….
3.2 Saran………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran gigi anak, salah satu yang dipelajari adalah tentang
suatu metode pencegahan terhadap terjadinya karies pada gigi anak.
Berbagai tindakan pencegahan terjadinya karies telah diupayakan melalui
fluoridasi air minum, topikal aplikasi fluor pada fase perkembangan enamel,
dan program kontrol plak bagi masing-masing individu. Hal ini tidak
terbukti efektif mengurangi insiden karies pada pit dan fisura yang
merupakan bagian yang rentan karies, karena bentukan anatomisnya yang
menyempit (Robert G.Craig: 1979: 28).
Pemberian fluor secara topikal dan sistemik, tidak banyak
berpengaruh terhadap insidensi pada karies pit dan fisura. Hal ini karena pit
dan fisura merupakan daerah cekungan yang terlindung (Gambar 7).
Kondisi ini mendukung terjadinya proses karies. Fluor yang telah diberikan
tidak cukup kuat untuk mencegah karies. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukanlah suatu cara preventif yang ditujukan khusus untuk mencegah
karies pada daerah ini melalui teknik fissure sealant (R.J Andlaw, 1992: 58).

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pit dan Fissure?
2. Apa tujuan dari sealent?
3. Apa saja bahan sealent berbasis resin dan sealent semen ionomer kaca
1.2 Tujuan
1. Dapat memahami pengertian pit dan Fissure

4
2. Dapat memahami tujuan dari sealent
3. Dapat mengetahui bahan-bahan sealent berbasis resin dan sealent
semen ionomer kaca

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pit dan Fisura


Pit adalah titik terdalam berada pada pertemuan antar beberapa groove
atau akhir dari groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura. Fisura
adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi (Russel
C.Wheeler, 1974).
Jadi pit dan fissure merupakan anatomi gigi yang rentan karies di
area sekitar oklusal umumnya sempit dan tidak teratur. Macam pit dan
fisura bervariasi bentuk dan kedalamannya, dapat berupa tipe U (terbuka
cukup lebar); tipe V (terbuka, namun sempit); tipe I (bentuk seperti leher
botol).
Bentuk pit dan fisura bentuk U cenderung dangkal, lebar sehingga
mudah dibersihkan dan lebih tahan karies. Sedangkan bentuk pit dan fisura
bentuk V atau I cenderung dalam, sempit dan berkelok sehingga lebih rentan
karies. Bentukan ini mengakibatkan penumpukan plak, mikroorganisme dan
debris.
Morfologi permukaan oklusal gigi bervariasi berbagai individu. Pada
umumnya bentuk oklusal pada premolar nampak dengan tiga atau empat pit.
Pada molar biasanya terdapat sepuluh pit terpisah dengan fisura tambahan
(M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 454).

2.2 Tujuan Dari Sealent

5
Tujuan utama diberikannya Sealent adalah agar terjadinya penetrasi
bahan kedalam pit dan fissure serta berpolimerasai dan menutup daerah
tersebut dari bakteri dan debris (kenneth J Anusavice, 2004: 260-261).

a. Perawatan Pit dan Fissure


Menurut M. John Hick (dalam J.R Pinkham, 1994: 456), sejumlah
pilihan perawatan bagi para dokter gigi dalam merawat pit dan fisura,
meliputi:
a. Melalui pengamatan (observasi), menjaga oral higiene, dan pemberian
fluor
b. Pemberian sealant
Upaya pencegahan terjadinya karies permukaan gigi telah dilakukan
melalui fluoridasi air minum, aplikasi topikal fluor selama perkembangan
enamel, dan program plak kontrol. Namun tindakan ini tidak sepenuhnya
efektif menurunkan insiden karies pada pit dan fisura, dikarenakan adanya
sisi anatomi gigi yang sempit (Robert G.Craig:1979: 29).
Pemberian fluor secara topikal dan sistemik, tidak banyak
berpengaruh terhadap insidensi karies pit dan fisura. Hal ini karena pit dan
fisura merupakan daerah cekungan yang dalam dan sempit. Fluor yang telah
diberikan tidak cukup kuat untuk mencegah karies. (R.J Andlaw, 1992: 58).
Pemberian fluor ini terbukti efektif bila diberikan pada permukaan gigi yang
halus, dengan pit dan fisura minimal (M. John Hick dalam J.R Pinkham,
1994: 455).
Upaya lain dalam pencegahan karies pit dan fisura telah dilakukan
pada ujicoba klinis pada tahun 1965 melalui penggunaan sealant pada pit
dan fisura. Tujuan sealant pada pit dan fisura adalah agar sealant
berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan fisura pada permukaan
oklusal baik gigi sulung maupun permanent. Area tersebut diduga menjadi

6
tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara
mekanis (Robert G.Craig :1979: 29).
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:
a. Dalam, pit dan fisura retentif
b. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal
c. Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen
lainnya
d. Tidak adanya karies interproximal
e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Sedangkan kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah
a. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura
b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal
yang memerlukan perawatan
c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari
kontaminasi saliva
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
(M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 459-61)

Pertimbangan lain dalam pemberian sealant juga sebaiknya


diperhatikan. Umur anak berkaitan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi
tersebut. Umur 3-4 tahun merupakan waktu yang berharga untuk pemberian
sealant pada geligi susu; umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi
permanen molar pertama; umur 11-13 tahun merupakan saatnya molar
kedua dan premolar erupsi. Sealant segera dapat diletakkan pada gigi
tersebut secepatnya. Sealant juga seharusnya diberikan pada gigi dewasa
bila terbukti banyak konsumsi gula berlebih atau karena efek obat dan
radiasi yang mengakibatkan xerostomia (Norman O. Harris, 1999: 245-6).

b. Bahan Penutup Pit dan Fisura


Terdapat beberapa bentukan pit dan fisura, seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Bahan sealant yang ada diaplikasikan untuk menutupi
bentukan anatomi tersebut, guna mencegah masuknya bakteri, food debris
ke dalam pit dan fisura (Carline Paarmann, 1991:10).

7
Pencegahan karies pada permukaan gigi terutama, pit dan fisura
perlu perhatian khusus. Hal ini dikarenakan bagian ini merupakan daerah
yang paling rentan karies. Prevalensi karies oklusal pada anak-anak
terbanyak ditemukan pada permukaan pit dan fisura. Area ini sering tidak
terjangkau oleh bulu sikat gigi. Molar pertama merupakan gigi permanen
yang memiliki waktu terlama berada dalam rongga mulut.
Sealant diaplikasikan pada pit dan fisura guna menutup dan melindungi
dari karies. Bahan sealant dibedakan menurut bahan dasar yang digunakan,
metode polimerisasi, dan ada tidaknya kandungan fluoride. Meskipun
kebanyakan sealant di pasaran, bahan sealant berbahan dasar dan memiliki
komposisi kimia sama, namun hal ini penting guna mengetahui keefektifan
dan kemampuan retensi masing-masing bahan tersebut.
Kemampuan sealant untuk melepaskan fluoride, pada permukaan pit
dan fisura akan memberikan keuntungan tersendiri pada bahan sealant
semen ionomer. Semen ionomer disarankan sebagai bahan ideal untuk
menutup pit dan fisura karena memiliki kemampuan melepas fluoride dan
melekat pada enamel (Subramaniam, 2008).

2.3 Bahan Sealant Berbasis Resin


a. Bahan matriks resin
Bahan matriksnya adalah bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA),
suatu resin dimetakrilat. Karena bis-GMA memiliki berat molekul yang
lebih tinggi dari metal metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan
ganda adalah lebih rendah dalam monomer bis-GMA, suatu faktor yang
mengurangi pengerutan polimerisasi. Penggunaan dimetakrilat juga
menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat polimer
(Kenneth J Anusavice, 2004: 230).
Bis-GMA, urethane dimetrakilat (UEDMA), dan trietil glikol
dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam
komposit gigi. Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya bis-GMA
amatlah kental pada temperature ruang. Penggunaan monomer pengental

8
penting untuk memperoleh tingkat pengisi yang tinggi dan menghasilkan
konsistensi pasta yang dapat digunakan secara klinis. Pengencer bisa berupa
monomer metakrilat dan monomer dimetakrilat (Kenneth J Anusavice,
2004: 230).
Kebanyakan bahan resin saat ini menggunakan molekul bis-GMA,
yang merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis oleh reaksi antara
bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Reaksi ini dikatalisasi melalui sistem
amine-peroksida (Lloyd Baum, 1997: 254).
b. Partikel bahan pengisi
Dimasukkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara
nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar
berikatan dengan matriks. Penyerapan air dan koefisiensi termal dari
komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi.
Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan modulus
elastis membaik, begitu juga ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi
dengan peningkatan volume fraksi bahan pengisi (Kenneth J Anusavice,
2004: 230-1).
Bis-GMA saat ini merupakan matriks resin pilihan sebagai bahan
sealant. Bisa dengan atau tanpa bahan pengisi. Penambahan bahan pengisi
meliputi serpih kaca mikroskopis, partikel quartz dan bahan pengisi lainnya.
Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap abrasi (Norman O. Harris,
1999: 246).
Bahan yang digunakan bahan pengisi makro adalah partikel-partikel
halus dari komponen silika, cristalin quartz, atau silikat glass boron. Quartz
telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi. Quartz memiliki
keunggulan sebagai bahan kimia yang kuat. Sementara sifat radiopak bahan
pengisi disebabkan oleh sejumlah kaca dan porselen yang mengandung
logam berat seperti barium, strontium dan zirconium. Penambahan bahan
pengisi mengurangi pengerutan pada saat polimerisasi dan menambah
kekerasan (Lloyd Baum, 1997: 254).
c. Bahan coupling

9
Bahan pengisi sangatlah penting berikatan dengan matriks resin. Hal ini
memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan
ke partikel yang lebih kaku. Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan
bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatan sifat
mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah
air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. γ-
metakriloksipropiltrimetoksi silane adalah bahan yang sering digunakan
sebagai bahan coupling (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1).
d. Penghambat
Untuk mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan
penghambat ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai
potensi reaksi kuat dengan radikal bebas. Bila radikal bebas telah terbentuk,
bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal bebas kemudian
menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal
bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum
digunakan adalah butylated hydroxytoluene (Kenneth J. Anusavice, 2004:
232).
e. Sifat bahan resin
Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik, kelarutan bahan
resin sangat rendah. Sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang
baik. Bahan resin memiliki koefisien termal yang tinggi. Kebanyakan resin
bersifat radiopaque (E.C Combe, 1992: 176-7).
Resin memiliki karakteristik warna yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan perawatan. Sifat mekanis yang baik sehingga dapat digunakan
pada gigi dengan beban kunyah besar. Terjadinya pengerutan selama proses
polimerisasi yang tinggi menyebabkan kelemahan klinis dan sering
menyebabkan kegagalan. Kebocoran tepi akibat pengerutan dalam proses
polimerisasi dapat menyebabkan karies sekunder. Pemolesan bahan harus
bagus karena kekasaran pada permukaan komposit dapat dijadikan tempat
menempelnya plak (Kenneth J Anusavice, 2004: 247).
f. Indikasi fisure sealant berbasis resin
Penggunaan sealant berbasis resin digukanan pada hal berikut:
a. Digunakan pada geligi permanen

10
b. Kekuatan kunyah besar
c. Insidensi karies relatif rendah
d. Gigi sudah erupsi sempurna
e. Area bebas kontaminasi atau mudah dikontrol
f. Pasien kooperatif, karena banyaknya tahapan yang membutuhkan
waktu lebih lama.

2.4 Bahan Sealant Semen Ionomer Kaca


Semen ionomer kaca adalah nama generik dari sekelompok bahan
yang menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan
ini mendapatkan namanya dari formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam
ionomer yang mengandung gugus karboksil. Juga disebut sebagai semen
polialkenoat. Bahan dalam semen ionomer kaca terdiri atas bubuk dan
cairan.
a. Bubuk semen ionomer kaca
Bubuk adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut dalam
asam. Komposisi dari bubuk semen ionomer kaca adalah silica, alumina,
aluminium fluoride, calsium fluoride, sodium fluoride, dan aluminium
phosphate. Bahan-bahan mentah digabung sehingga membentuk kaca yang
seragam dengan memanaskannya samapi temperature 1100-1500 ºC.
Lanthanum, strontium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk
menimbulkan sifat radiopak (Kenneth J. Anusavice, 2004: 449).
b. Cairan semen ionomer kaca
Cairan yang digunakan untuk semen ini adalah larutan asam
poliakrilat dengan konsentrasi 50%. Cairannya cukup kental dan cenderung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, asam
poliakrilat dalam cairan adalah dalam bentuk kopolimer dengan asam
itikonik, maleik atau trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah
reaktivitas dari cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi
kecenderungan membentuk gel. Selain itu, memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja dan memperpendek waktu
pengerasan (Lloyd Baum, 1997: 254).

11
c. Pengerasan
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk suatu pasta
permukan partikel kaca akan terpajan asam. Ion-ion kalsium, aluminium,
natrium dan fluorin dilepaskan ke dalam media yang bersifat cair. Rantai
asam poliakrilat akan berikatan silang dengan ion-ion kalsium dan
membentuk masa yang padat.
Selama 24 jam berikutnya, terbentuk fase baru dimana ion-ion
aluminium menjadi terikat dalam campuran semen. Ini membuat semen
menjadi lebih kaku. Ion natrium dan fluorin tidak berperan serta di dalam
ikatan silang dari semen. Beberapa ion natrium dapat menngantikan ion-ion
hidrogen dari gugus karboksil, sementara sisanya bergabung dengan ion-ion
fluorin membentuk natrium fluoride yang menyebar merata di dalam semen
yang mengeras (Kenneth J. Anusavice, 2004: 451).
Mekanisme pengikatan ionomer kaca dengan struktur gigi belum
dapat diterangkan dengan jelas. Meskipun demikian, perekatan ini diduga
terutama melibatkan proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam
dengan kalsium di kristal apatit pada enamel dan dentin. Ikatan antara
semen dengan enamel selalu lebih besar daripada ikatannya dengan dentin,
mungkin karena kandungan anorganiknya enamel yang lebih banyak dan
homogenitasnya lebih besar (Kenneth J. Anusavice, 2004: 452).

d. Sifat semen ionomer kaca


Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior
dibanding kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses
kelasi dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit
enamel dan dentin. Semen ini memiliki sifat anti karies karena
kemampuannya melepaskan fluor. Dalam proses pengerasan harus
dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam cairan dan menurunkan
kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara bahan dan permukaan gigi
sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Kenneth J.
Anusavice, 2004: 453).

12
e. Indikasi fisure sealant semen ionomer kaca
Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai
berikut:
a. Digunakan pada geligi sulung
b. Kekuatan kunyah relatif tidak besar
c. Pada insidensi karies tinggi
d. Gigi yang belum erupsi sempurna
e. Area yang kontaminasi sulit dihindari
f. Pasien kurang kooperatif

BAB 3
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
a. Sealant berbasis resin memiliki kemampuan retensi yang lebih
baik daripada glass ionomer
b. Bahan sealant berbasis resin digunakan pada gigi dengan beban
kunyah besar, dan mahkota gigi telah erupsi sempurna.

13
c. Bahan sealant semen ionomer kaca digunakan pada gigi dengan
beban kunyah ringan, dan mahkota gigi belum erupsi sempurna

3.2 Saran
a. Pada gigi permanen sebaiknya digunakan bahan sealant berbasis
resin karena mampu nenahan beban kunyah yang besar pada gigi
pemanen. Aplikasi bahan ini membutuhkan waktu yang lama sehingga
sebaiknya dilakukan pada pasien yang kooperatif.
a. Pada anak-anak dengan kemampuan memelihara oral hygiene
rendah sebaiknya digunakan bahan sealant semen ionomer kaca. Bahan
ini memiliki kemampuan melepaskan fluor sehingga memiliki sifat anti
karies.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1349/2/bab%201.pdf
https://id.scribd.com/doc/190207939/Pit-and-Fissure-Sealant

14
Nama : Fauzia ba'u
Nim : 711240219039
Kelas : 1/A

15

Anda mungkin juga menyukai