Seorang mahasiswi profesi FKG UNIMUS sedang berdiskusi dengan temannya mengenai
kasus yang akan dipresentasikan besok. Hasil pemeriksaan subyektif: pasien perempuan berusia 7
tahun mengeluhkan giginya sering menyangkut ketika makan lengket pada gigi geraham dewasa kiri
bawahnya.
Hasil pemeriksaan obyektif: 36 dan 46 terdapat fissure yang dalam pada oklusal,
Sondasi : -
Perkusi : -
Vitalitas : +
Mahasiswa mencari evidence based untuk landasan dalam menetukan perawatan pencegahan pada
kasus tersebut.
LO
1. Jelaskan anatomi gigi molar permanen, kapan fissure itu dalam di erupsi umur berapa, dan
waktu erupsi!
2. Jelaskan tipe-tipe fissure sealant, serta indikasi dan kontraindikasinya!
3. Sebutkan keuntungan dan kekurangan bahan fissure sealant!
4. Jelaskan ikatan fissure sealant terhadap gigi!
5. Jelaskan tahapan fissure sealant!
6. Jelaskan pola KIE pada anak dan orangtua!
7. Hadits
1. Jelaskan anatomi gigi molar permanen, kapan fissure itu dalam di erupsi umur berapa, dan
waktu erupsi!
RA
Molar 1 Atas:
- Gigi ke 6 dari median line rahang atas
- Bentuk oklusal seperti belah ketupat
- Banyak cusp dan carabelli cusp (mesiobukal, distobukal, mesiopalatal, distopalatal, +
cusp carabelli)
- Corak developmental groove berbentuk huruf “H”
Molar 2 Atas:
RB
Molar 1 Bawah:
Molar 3 Bawah :
- Gigi ke 8 dari median line rahang bawah
- Berukuran lebih kecil dan pertumbuhannya kurang baik
- Banyak variasi dengan berbagai anomali dalam bentuk dan posisi
Gigi molar satu permanen mudah diserang karies gigi karena bentuk anatomisnya,
permukaannya memiliki pit dan fisur yang memudahkan retensi makanan dan
merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan bakteri karies. Selain itu, sulit bagi anak
untuk membersihkan secara baik daerah pit dan fisur gigi molarnya dengan sikat gigi,
karena sebagian besar bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dicapai dengan bulu sikat
gigi. Dengan demikian gigi molar satu permanen paling mudah terkena karies
dibandingkan gigi permanen lainnya (Andlaw & Rock, 1993).
Pit dan fissure yang dalam dan sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti
leher botol, secara klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena
sewaktu gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi
(Yoga, 1997).
Molar pertama permanen merupakan gigi yang paling sering rusak akibat dari karies
dan juga merupakan gigi yang paling sering direstorasi, bahkan sebanyak 70% gigi molar
pertama permanen yang terkena karies harus dicabut. Molar pertama permanen erupsi
sebelum gigi geligi susu tanggal dan gigi ini merupakan gigi yang tidak menggantikan gigi
susu. Molar pertama permanen merupakan gigi permanen yang pertama kali erupsi,
yaitu pada umur 6-7 tahun dan akar gigi terbentuk sempurna pada usia 9-10 tahun.
Peningkatan karies pada daerah oklusal tersebut diakibatkan oleh kompleksnya
morfologi permukaan oklusal yang menyebabkan plak bakteri sulit dibersihkan secara
mekanis.
Untuk mengatasi karies pada oklusal yang prevalensinya semakin meningkat setiap
tahun, dilakukan pemberian fluoride dengan tujuan agar terjadi proses remineralisasi,
tetapi hasilnya kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut telah dikembangkan
pencegahan khusus untuk karies oklusal dengan menutup pit dan fissure yang dalam
dipermukaan oklusal.
Permukaan oklusal, pit dan fissure adalah suatu daerah pada gigi yang paling banyak
terserang. Sekitar 30% anak usia 1 sampai dengan 3 tahun pernah menderita karies pada
gigi sulung dan 67% dari karies ini merupakan karies oklusal. Pada gigi permanen 65%
gigi molar pertama mengalami karies oklusal pada usia 12 tahun.
Fissure sealant merupakan bahan yang di letakkan pada pit dan fissure gigi yang
bertujuan untuk mencegah proses karies gigi. Fissure sealant diberikan pada awal erupsi
gigi agar dapat mencegah bakteri sisa makanan yang berada dalam pit dan fissure.
Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan dalam pemberian fissure sealant adalah
umur anak yang berhubungan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut. Umur 3-4
tahun merupakan waktu yang tepat untuk pemberian fissure sealant pada gigi sulung;
umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi permanen molar pertama; umur 11-13 tahun
merupakan saatnya molar kedua dan premolar erupsi.
a. Filled sealant
Sealant dapat berisi filler maupun tidak. Sealant yang mengandung filler terdapat partikel-
partikel yang terbuat dari kaca atau quartz untuk meningkatkan resistensinya pada saat
penggunaan, termasuk tekanan pengunyahan. Namun, sealant ini lebih kental sehingga akan
mempengaruhi daya alirnya
b. Unfilled sealant
Sealant yang tidak berisi filler memiliki resistensi yang kurang pada penggunaanya. Sealant
ini memiliki viskositas yang rendah sehingga bahan sealant dapat mengalir masuk lebih
dalam lagi. Keuntungan lainnya yaitu tidak diperlukan penyelarasan oklusal sehingga
bermanfaat jika waktu yang tersedia sedikit seperti pada saat diadakannya program
kesehatan sekolah.
Bachtiar, Zulfi Amalia. 2018. Penatalaksanaan Fissure Sealent Pada Gigi Anak. Jurnal
Laporan Kasus TM Conference Series 01 (2018), Page 207–213.
Cviki, B., Moritz, A., Bekes, K. 2018. Pit and Fissure Sealants: A Comprehensive Reivew.
Dent. J. 2018, 6(2), 18; https://doi.org/10.3390/dj6020018
Berikut ini merupakan indikasi fissure sealant berdasarkan ciri spesifik secara klinis dan
kebutuhan pasien, yaitu:
1) gigi yang baru erupsi dengan fissure yang dalam dan secara klinis bebas karies
2) pasien dengan disabilitas motorik yang menyebabkan kesulitan dalam menjaga oral
hygiene, dan
3) pasien dewasa yang sedang dalam perawatan medis yang menyebabkan menurunnya
aliran saliva (Veiga et al., 2014).
Berikut ini merupakan indikasi fissure sealant pada pasien berdasarkan pada kebutuhan
perawatan, yaitu:
1) pasien dengan low need, yaitu setelah dievaluasi terdapat anatomi pit dan fissure yang
dalam pada permukaan oklusal gigi permanen sehingga sesuai dengan indikasi klinis aplikasi
fissure sealant
2) pasien dengan moderated need, yaitu prioritas diberikan pada gigi molar permanen yang
baru erupsi, karena memiliki kerentanan tinggi terhadap karies
3) pasien dengan high need, yaitu memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kejadian
karies gigi, sehingga gigi molar dan premolar perlu diberi sealant (Veiga et al., 2014).
Cara untuk menetapkan apakah pasien membutuhkan perawatan fissure sealant atau tidak,
didasarkan pada tiga kriteria berikut:
1) pasien, yaitu:
a) anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak yang memiliki penyakit medikal
kompromis, cacat mental maupun fisik,
b) anak memiliki karies yang meluas pada gigi desiduinya,
c) pasien yang kooperatif, sehingga memungkinkan untuk dilakukannya isolasi area kerja
yang adekuat.
2) Gigi, yaitu:
a) pada permukaan gigi molar permanen yang telah erupsi dan dapat di isolasi dengan
baik,
b) anak dengan gigi molar pertama permanen yang terkena karies, sehingga diperlukan
pencegahan segera terhadap karies pada gigi molar kedua permanennya.
3) Radiograf, yaitu:
a) radiograf bitewing diindikasikan untuk mengetahui integritas permukaan oklusal dalam
pemeriksaan klinis,
b) apabila tidak melibatkan struktur dentin setelah pemeriksaan pada radiograf, maka
permukaan oklusal gigi dapat diaplikasikan bahan sealant (Combe et al., 2013).
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisur adalah sebagai berikut:
• Pit dan fisur dalam
• Pit dan fisur dengan dekalsifikasi minimal
• Tidak adanya karies interproximal
• Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
• Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisur adalah sebagai berikut:
• Self cleansing yang baik pada pit dan fisur
• Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan
perawatan dan restorasi
• Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
Simonsen RJ, Neal RC. (2011) A Review of the clinical application and performace of pit
and fissure sealants. Australian Dent J. 56: 45-58
Stephen HY et all. (1988) Pediatric dentistry: total patient care. Philadelphia. Lea &
Febiger. 47-56
Resin:
Kelebihan
- Dapat digunakan pada gigi yang memiliki tekanan kunyah besar
- Mudah diaplikasikan karena ada sifat flowable
- Mempunyai perlekatan yang bagus
- Salah satu bahan penyusunnya adalah Bis-GMA sealant yang bersifat cair, untuk
memungkinkan penetrasi yang lebih baik di daerah enamel untuk mempertahankan
sealant
- Mampu bertahan lebih lama dan kuat selain itu juga mampu mengurangi perlekatan
koloni S. mutans atau bakteri lain yang ada di dalam rongga mulut melalui permukaan
restorasi resin komposit yang halus
- Resin mampu bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki kemampuan penetrasi yang
lebih bagus
- Proses etsa pada enamel gigi yang menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan
resin dengan permukaan enamel
Kekurangan:
GIC:
Kelebihan
- Dapat digunakan pada pasien yang tidak kooperatif dan isolasi sulit
- Bisa digunakan pada gigi dengan erupsi sebagian
- Mampu melepaskan fluor dan melekat pada email dengan baik
- Mempunyai sifat hidrofilik yang bagus dan adheren
- Kemampuan dalam melepaskan fluor dan pengaplikasian yang mudah
- Memiliki kemampuan melepaskan fluor yang dalam jumlah besar dan ikatannya dengan
enamel lebih baik dari resin komposit. Pelepasan fluor yang tinggi memberikan
kemampuan antikariogenik yaitu dengan cara menghambat demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi. Ikatan semen ionomer kaca ke jaringan enamel yang
merupakan ikatan kimia dapat mencegah terjadinya kebocoran mikro mencegah
tertumpuknya plak sehingga dapat menghindari terbentuknya karies sekunder
- Selain itu pengaplikasian ionomer kaca lebih cepat dan mudah tanpa perlu etsa dan
bonding dan tidak membutuhkan peralatan yang mahal
Kekurangan
- Apabila operator tidak dapat mengaduk dengan benar akan terjadi porus
- Rendahnya daya tekan dan kekuatan tarik yang dimiliki oleh bahan ini
- daya tekan dan kekuatan tarik rendah sehingga penggunaannya terbatas pada daerah
dengan tekanan oklusi yang kecil
Zettira, et al. 2017. Perlekatan Streptococcus mutans pada Aplikasi Fissure Sealant
Berbahan Resin Dibandingkan dengan Ionomer Kaca Fuji VII. e-Jurnal Pustaka Kesehatan,
vol. 5 (no. 3), September.
1. Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant menggunakan
brush dan pumis
Syarat air:
a. Air bersih
b. Air tidak mengandung mineral
c. Air tidak mengandung bahan kontaminan
3. Isolasi gigi
Syarat udara :
7. Pengeringan dengan udara setelah aplikasi dentin kondisioner permukaan pit dan fisura dilakukan
pembilasan
Sealant berbasis resin memiliki kemampuan retensi yang lebih baik daripada glass ionomer.
Bahan sealant berbasis resin digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar, dan mahkota gigi
telah erupsi sempurna. Bahan sealant semen ionomer kaca digunakan pada gigi dengan beban
kunyah ringan, dan mahkota gigi belum erupsi sempurna
1. Pembersihan pit dan fissure pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant
menggunakan brush dan pumice murni, kemudian dicuci bersih dengan semprotan air
(water syringe) dan keringkan dengan semprotan udara (air syringe).
2. Isolasi daerah sekitar gigi dari saliva dengan menggunakan cotton roll dan saliva ejector.
3. Bersihkan pit dan fissure sampai ke ujung cusp dengan cavity cleanser menggunakan
cotton pellet selama 10-15 detik, keringkan dengan cotton pellet hingga moist.
4. Lakukan aplikasi etsa menggunakan microbrush pada pit dan fissure sampai ke ujung cusp
selama 15-20 detik, kemudian cuci dengan semprotan air (water syringe) selama 20 detik
dan keringkan dengan semprotan udara (air syringe) hingga moist.
5. Aplikasikan bahan fissure sealant pada titik yang terdalam sampai bahan rata menutupi
semua permukaan pit dan fissure, ratakan menggunakan sonde, kemudian sinar selama 20
detik dengan light cure.
6. Cek oklusi dengan articulating paper, apabila ada traumatik oklusi kurangi menggunakan
bur finishing dan polishing dengan menggunakan enhance.
7. Instruksikan kepada pasien setelah perawatan agar tidak makan selama 30-60 menit
Sanders BJ, Feigal RJ, Avery DR, 2011, Pit and Fissure Sealants and Preventive Resin
Restorations. Dean JA, Avery DR, Mc Donald RE Editors., Mc Donald and Avery's Dentistry
for the child and adolescent.9th ed. Mosby Elsevier, Maryland Height, h 313- 321.
7. Hadits