Anda di halaman 1dari 30

GIGI TIRUAN CEKAT

Nama Pasien : Yelmi

Umur : 46Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jln. Pasir Jambak Rt/Rw:02/07

Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret 2017

Dosen Pembimbing : drg. Ricky Amran,MARS

Formulasi Gigi & Klasifikasi :

5 Unit Fixed-fixed Bridge

Pontik Gigi 11 dan 21

Retainer Gigi 13, 12 dan 22 ekstra korona

retainer

Abutment Gigi 13, 12 dan 22

Konektor Gigi 13, 12 dan 22 Rigid dan ujung lain

bebas
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies,

penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan

fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan lingir

alveolar.1

Tanggalnya gigi dapat mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna

makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan

menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan

yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit

periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigi tiruan maka dapat

menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang dan bila

keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula

yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat

hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan

dimensi vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut.

Terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi, maka gigi yang

telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigi tiruan pada bagian dari

lengkung gigi yang telah kehilangan gigi


Telah dikembangkan beberapa jenis gigi tiruan sehubungan dengan perbaikan

fungsi kunyah dan kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara umum gigi

tiruan dapat dibedakan atas gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat.

Dewasa ini, penggunaan gigi tiruan cekat (GTC) di kalangan masyarakat

sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan

GTC memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan

penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat

di dalam mulut.

Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTC adalah mempertahankan dan

memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem

pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,

agar suatu GTC dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,

maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang

digunakan sebagai gigi penyangga juga dapat dipertahankan.2,3

Agar perawatan GTC berhasil, maka yang harus dipertimbangkan diantaranya

pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga. Jaringan penyangga

gigi terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan sementum.

Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk membuat

diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk gigi dan jaringan

penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan GTC pada khususnya.2

Masalah yang banyak dijumpai adalah masih ditemukannya ketidakpuasan

dari pasien; pasien merasa tidak nyaman dalam pemakaian GTC tersebut dan

adanya kerusakan pada jaringan pendukungnya. Hal ini karena kurang


maksimalnya upaya pengguna GTC untuk membantu menjaga kesehatan jaringan

mulutnya setelah pemakaian GTC. Faktor lain yang timbul dari awal prosedur

perawatan GTC serta kemungkinan dari pembuatannya yang tidak memenuhi

syarat-syarat biologis. Sementara pada pemasangan GTC yang tidak sesuai,

menyebabkan timbulnya karies atau kelainan-kelainan jaringan penyangga seperti

kelainan pada ligamentum periodontal, tulang alveolar, sementum, dan kelainan

pada gingiva.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan gigi tiruan cekat?

2. Apakah indikasi dan kontra indikasi gigi tiruan cekat?

3. Apakah macam-macam dari gigi tiruan cekat?

3.3 Tujuan Rumusan

1. Mengetahui pengertian dari gigi tiruan cekat.

2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi gigi tiruan cekat.

3. Mengetahui macam-macam gigi tiruan cekat.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Cekat

Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan untuk menggantikan satu atau lebih

gigi yang hilang, tidak dapat dilepas oleh pasien sendiri maupun dokter gigi

karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung

utama dari restorasi. Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown

dan bridge2.

Crown prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang

penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan suatu crown pengganti.

Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi

yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasinya2.

Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi

yang hilang, dan dilekatkan ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang

bertindak sebagai penyangga. Jembatan dapat terlepas setelah dipasangkan

beberapa lama di dalam rongga mulut.

2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi

2.2.1 Indikasi Pembuatan GTC menurut Ewing (1959)3 :

1. Pasien berusia 20 50 tahun

2. Karies yang besar khususnya apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior

3. Kavitas permukaan labial yang besar atau klas V, khususnya apabila

berhubungan dengan karies aproksimal atau restorasi klas II.


4. Pit yang hipoplastik

5. Perubahan pada warna (staining tetrasiklin)

6. Gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang conus)

7. Diperlukan perubahan pada posisi aksial kurang dari 1 mm

8. Atrisi yang berat, abrasi atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi atau

kemungkinan seluruh rahang)

9. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik

10. Oklusi dan jaringan periodonsium baik

11. Hygiene mulut baik

2.2.2 Kontra Indikasi Pembuatan GTC 2,3,4:

1. Pasien dengan kebersihan mulut dan motivasi yang buruk

2. Gigi dengan tambalan yang sangat besar, gigi mungkin telah ditambal

berulang kali dan memperlihatkan vitalitas yang kecil apabila

dibandingkan dengan gigi antagonis serta gigi sebelahnya.

3. Gambaran radiografi pada gigi memperlihatkan kalsifikasi saluran akar

serta pembentukan dentin sekunder.

4. Pasien terlalu muda atau tua

5. Oklusi abnormal

6. Kesehatan umum jelek

7. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator

8. Mempunyai bad habbit

9. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianastesi


2.3 Macam-macam Gigi Tiruan Cekat

2.3.1 Mahkota Jacket

Crown prosthetics adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang

penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan suatu crown pengganti.

Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi

yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasinya2

1. Mahkota penuh (full crown), terdiri dari

a. Mahkota jaket (jacket crown)

b. Mahkota logam ( full metal crown )

c. Mahkota berlapis ( full veneer crown)

2. Mahkota sebagian : 3/4 dan 4/5 bagian gigi

3. Mahkota berpasak : deattached dowel crown dan attached dowel crown

Deattached dowel crown : core dengan mahkota terpisah, yang kemudian

dilekatkan dengan semen.

Attached dowel crown : core dengan mahkota merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan.

Bahan Mahkota Jacket

Bahan mahkota jaket yang digunakan biasanya adalah resin akrilik atau

porselen. Kedua bahan ini masing-masing mempunyai keuntungan dan

kelemahan.2,4

Resin akrilik

Keuntungan :

- Bahan ini memiliki sifat estetis yang sama bagusnya dengan porselen

- Jarang sekali mengalami pecah


- Dapat diperbaiki dengan baik dan mudah

- Memiliki kontak marginal yang lebih baik

- Tidak menimbulkan keausan dari antagonis

Kerugian :

- Dengan adanya koefisien ekspansi termik yang tinggi dan sifat plastis

resin akrilik di bawah pembebanan, hilangnya kontak marginal, semennya

akan larut dan mahkota menjadi bocor. Akibatnya adalah gingivitis,

pewarnaan gigi dan karies sekunder.

- Ketahanannya rendah terhadap keausan, mengakibatkan mahkotanya

kehilangan bentuk aslinya, yang dapat terjadi oleh karena atrisi ataupun

oleh penyikatan gigi.

- Warna yang mula-mula bagus dari resin akrilik akan berubah karena

keausan yang tersebut diatas dan kebocoran pinggir.

- Karena adanya radang tepi gusi dan strukturnya yang poreus, dapat timbul

fetor ex ore.

Porselen

Kelebihan :

- Bahan ini memiliki sifat-sifat estetis yang baik dan awet

- Endapan sukar melekat pada permukaan porselen yang dipolis dengan baik

- Bahan ini merupakan pengantar suhu yang kurang baik

- Memiliki koefesien ekspansi yang kurang lebih sama dengan jaringan gigi

Kekurangan

- Memiliki daya resiliensi yang rendah


- Dalam hubungan dengan dukungan yang sangat diperlukan, preparasinya

harus memenuhi persyaratan yang tinggi, sehingga banyak jaringan gigi

yang harus diambil

- Kontak marginal lebih buruk dari pada mahkota cor sehingga terdapat

kemungkinan yang lebih besar terhadap iritasi gingiva pada daerah sub

gingiva

- Porselen dapat bertindak agresif terhadap antagonis, sehingga dapat

bertahan dalam beberapa bulan saja.

2.3.2 Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)

Pada pembuatan gigi tiruan cekat bridge terdapat beberapa keuntungan1,3,4 :

1. Karena dilekatkan pada gigi asli tidak mudah lepas atau tertelan

2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh penderita

3. Melindungi gigi terhadap tekanan

4. Menyebabkan tegangan fungsi keseluruhan gigi sehingga menguntungkan

jaringan pendukungnya.

Ada beberapa tipe Bridge 3,4:

1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid dapat digunakan untuk

gigi anterior dan posterior

Indikasi Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang

punya tekanan kunyah normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.;

Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).


Kontra-Indikasi Pontic/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga

memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih

muda dengan ruang pulpa besar.

Keuntungan Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya

efek splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan

penunjang periodontal.

Kerugian Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya

ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan

berada baik di gigi penyangga atau berada di tengah span/pontik

2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor

lainnya bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi anterior dan

posterior

Indikasi Salah satu abutment miring >20 atau intermediate abutment;

Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital;

Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.

Keuntungan Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya

ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak

terlalu ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi
masalah; Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak

semua unit harus diulang.

Kerugian Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit

retainer; Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko

fraktur pada kunci tinggi.

3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubunhgkan dengan palatal

bar. Digunakan pada kasus diastema / space yang mengutamakan estetis.

Indikasi Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi

pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontic

sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1

regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik

karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik

retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).

Kontra-Indikasi Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek

sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di

mandibula; Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya

torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional,

faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki

kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.


Keuntungan Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu

kunjungan relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh

pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat

kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.

Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya

yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara

alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama

dan kompleks serta butuh keahlian.

4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat kaku pada retainer sedang

ujung lain bebas/menggantung

Keuntungan Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil

maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena

kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown.

Indikasi Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.

Kontra-Indikasi Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban

oklusalnya tidak terlalu besar.

Kerugian Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan

periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial,

namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa

bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.


5. Compound bridge : jembatan yang terdiri atas lebih dari satu macam

jembatan sederhana tersebut diatas

Bridge adalah gigi tiruan sebagian cekat yang terdiri dari3,4 :

1. Pontic, yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan

untuk memperbaiki fungsinya.

Beberapa macam jenis pontic :

a. Saddle pontic : semua permukaan bawah pontik berkontak dengan mukosa

sehingga kontak dengan ridge alveolar.

b. Ridge lap pontic : satu sisi berkontak (pada labial(bukal) dan satu sisi lagi

menggantung (palatal/lingual)
c. Hygiene pontic : pontik bergantung / menggantung

d. Conical pontic : pontik dengan bagian tengah panjang masuk kedalam

soket bekas pencabutan dan bagian bukal dan palatal menggantung.

2. Connector, yaitu bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan pontic.

Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan

berfungsi (Arifin, 2000).

- Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya

pergerakan pada komponen GTC. Merupakan konektor yang paling

sering digunakan untuk GTC.

- Konektor non rigid : konektor yang memungkinkan pergerakan

terbatas pada komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat


pier/intermediate abutment untuk pengganti beberapa gigi yang

hilang. Konektor non rigid bertujuan untuk mempermudah

pemasangan dan perbaikan (repair) GTC. Contohnya adalah

dovetail dan male and female.

3. Retainer, yaitu bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment

Beberapa macam jenis retainer :

a. Ekstra corona retainer : retainer atau mahkota tiruan berada diluar

mahkota gigi yang di preparasi.

b. Intra corona retainer : retainer diletakan didalam gigi penyangga atau

mahkota gigi.

c. Intra radikular retainer : retainer berada didalam saluran akar yang

telah dilakukan perawatan endodonti.


4. Abutment, gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan

gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran

periodontal, panjang serta jumlah akar.

Untuk memperkirakan berapa gigi yang akan dipakai sebagian abutment

untuk suatu jembatan digunakan Hukum Ante luas permukaan selaput

periodontal dari gigi abutment hendaknya sama dengan atau lebih besar dari

luas selaput periodontal gigi yang diganti 3

Untuk penentuan abutment diperlukan rontgen foto yang berguna untuk

mengetahui1,4 :

1. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi.

2. Akar yang tertinggal di alveolar

3. Perbandingan panjang dan tinggi mahkota

4. Ukuran, bentuk dan posisi akar

5. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal

6. Adanya kelainan apeks akar

Berikut macam-macam abutment berdasarkan lokasinya :

- Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.


- Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.

- Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.

- Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung

dari diastema.

- Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak

- diantara dua diastema (pontic).

- Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu

sisi diastema

- Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi.

2.2.3 Pasak

Pasak adalah bagian restorasi yang direkatkan dengan semen ke dalam

saluran akar dan berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan

atau dijadikan satu dengan inti. Macam-macam mahkota tiruan pasak berdasarkan

hubungan antara pasak inti dengan mahkota tiruannya.

Tipe detached

Yakni mahkota tiruan terpisah dari pasak intinya. Tipe ini

diindikasikan untuk gigi yang berukuran normal atau lebih dari normal.

Keuntungannya adalah jika diperlukan pernggantian mahkota tiruan,

misalnya karena telah berubah warna atau diinginkan restorasi yang lebih

sempurna, dapat muda dilakukan tanpa perlu mengeluarkan/merusak

pasaknya3.

Tipe attached

Yakni mahkota tiruan menyatu dengan pasak intinya. Tipe ini

diindikasi untuk gigi-gigi yang pendek atau tipis, karena tidak terdapat
ruang yang cukup untuk membuat inti dengan mahkota tiruan yang

terpisah2,3.

Pasak dapat dibedakan menjadi2,3,4:

a. Pasak siap pakai (prefabricated post)

Pasak siap pakai adalah pasak poduksi pabrik, umumnya terdiri dari

berbagai ukuran dan bentuk, dapat terbuat dari bahan logam dan non

logam. Bahan logam antara lain platinum-gold-palladium (Pt-Au-Pd) ,

stainless steel, titanium, brass, dan chromium-containing alloy.

Sedangkan, bahan non logam antara lain carbon fiber, ceramic, glass fiber,

dan woven fiber2,4.

Keuntungan :

1. Pasak siap pakai yang terbuat dari bahan logam memiliki

keunggulan dalam kekuatan, karena dapat dihindari kesalahan

pengecoran logam yang mengakibatkan kelemahan pasak

2. Pasak yang terbuat dari ceramic, glass fiber, dan woven fiber

mempunyai keunggulan estetik dibandingkan pasak yang terbuat

dari logam.

Kekurangan :

1. Pasak yang terbuat dari bahan logam terdapat resiko terjadinya

korosi, diskolorasi akar, kebocoran mikro, dan fraktur akar

terutama pada pasak yang berbentuk paralel.

2. Pasak yang terbuat dari carbon fiber berwarna hitam, sehingga

dapat merusak estetik mahktota tiruan.


b. Pasak buatan sendiri (fabricated post)

Pasak buatan sendiri dapat dicor dari pola yang dibuat secara

langsung (direct) dalam mulut pasien atau pola yang dibuat di

laboratorium (indirect). Teknik langsung (direct) yang menggunakan inlay

wax, resin auto polimerisasi, atau light-polymerized resin

direkomendasikan untuk akar tunggal dengan akses yang sulit.

Keuntungan :

1. Lebih adaptif

2. Dengan digunakan pada saluran akar yang sangat tappered, oval, dan

gigi dengan akar ganda yang parallel.

Kekurangan :

1. Dapat terjadi kesalahan pengecoran sehingga meningkatkan risiko

fraktur pasak.

2. Membutuhkan lebih banyak waktu untuk prosedur laboratorium


BAB 3

LAPORAN KASUS

Pasien datang ke RSGM Baiturrrahmah dengan keluhan 2 gigi depan telah

hilang sejak 1 tahun yang lalu. Pasien merasa tidak percaya diri dan pasien

ingin dilakukan perawatan pada gigi tersebut (ingin dibuatkan gigi tiruan).

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

A. Pemeriksaan Subjektif

Identifikasi Pasien

Nama Pasien : Yelmi

Umur : 46Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jln. Pasir Jambak Rt/Rw:02/07

Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret 2017

Dosen Pembimbing : drg. Ricky Amran,MARS

Anamnesa

- Keluhan utama : 2 gigi depan telah hilang sejak 1 tahun yang lalu.

- Keluhan tambahan : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak

bisa dilepas pasang oleh pasien.

- Riwayat penyakit umum : -

- Riwayat penyakit gigi : -

- Riwayat penyakit keluarga : -


B. Pemeriksaan Objektif

- Ekstraoral

Muka : simetris

Pipi : simetris

Bibir : simetris

- Intraoral

1. Palatum : Normal

2. Mukosa : Normal

3. Gingiva : Normal

4. Oklusi : Normal

5. Pemeriksaan Gigi :

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 3536 37 38

C. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

D. Rencana Perawatan

Rencana Perawatan Awal :

Scalling RA / RB

Rencana Perawatan Akhir :

- Pasien dengan kehilangan gigi depan atas 11 dan 21 akan dibuatkan Gigi

Tiruan Cekat (Bridge) dengan tipe Fixed-fixed brigde dengan bahan

porselen fused to metal.

- Pontik pada gigi 11 dan 21 dengan tipe ridge lap pontic.


- Gigi 13, 12 dan 22 dijadikan sebagai abutment dengan tipe retainer extra

coronal.

- Konektor yang digunakan 13, 12 dan 22 rigid sedangkan ujung lainnya

bebas.

E. Prognosa : Baik

- Pasien kooperatif

- Tidak ada kelainan periodontal

- Keadaan umum pasien baik

- Tidak ada penyakit sistemik

- Gigi penyangga baik/tidak ada kelaianan

D. DESAIN BRIDGE
1

Keterangan :

1. Abutment
2. Retainer Extra. Coronal
3. Connector
4. Pontic

2 4 3 3 2
2 3 4

Kunjungan I

1. Scalling RA dan RB

2. Membuat cetakan study model :

Sendok cetak : perforated stock tray tipe L(RA) dan tipe M(RB)
Bahan cetak : Hidrokoloid Irreversible (Alginate)

Metode mencetak : Mukostatis

Hasil cetakan akan dilakukan pengecoran dengan gips tipe III. Hasil ini akan

mendapatkan suatu model anatomis.

Kunjungan II

A. Preparasi gigi 11 dan 22 dibuat dengan retainer extra coronal

- Anastesi infiltrasi

- Preparasi gigi

Tahap-tahap preparasi :

1. Pembuatan labial dan insisal groove

Sebagai pedoman kedalaman dan arah preparasi, preparasi

dilakukan 1-2 mm dari insisal menuju arah ginggiva sampai

batas cemento enamel junction untuk mendapatkan retensi yang

cukup dengan menggunakan flat end tappered bur.

2. Pengurangan incisal

Pengurangan dilakukan dengan flat end tapered bur yang berujung

datar dengan diameter 1,2-2 mm.Pengurangan permukaan incisal

dilakukan 1- 2 mm.

3. Pengurangan permukaan labial

Menggunakan flat end tapered bur yang lebih kecil (1.5 2 mm)

4. Pengurangan proksimal

Menggunakan long thin needle bur berujung runcing.

Bur long thin needle lebih panjang supaya dapat mencapai

servikal interdental.
Derajat kekonusan bagian proksimal 5-6 derajat.

5. Pengurangan permukaan palatal

Pengurangan permukaan palatal menggunakan bur yang sesuai

bentuk anatomi, permukaan cembung menggunakan round end

tapered bur, permukaan cekung menggunakan bur ellips.

6. Pembentukan Servikal Line

Pada gigi 11 dan 22 dibuatkan servikal line dengan jenis

Shoulder untuk bagian labial dan chamfer untuk palatal.

Fungsi servikal line sebagai pijakan akhir pada mahkota

tiruan atau retainer (dibuat di daerah sub gingival atau

sulcus gingiva atau free ginggiva).

7. Finishing Line gigi

Akhiran dari preparasi. Pembuangan bagian undercut dan

penghalusan tepi preparasi menggunakan bur fisure atau silindris.

Caranya :

Membulatkan sudut-sudut preparasi.

Pembuangan bagian yang undercut

Penghalusan tepi-tepi preparasi pada cervikal line

berbentuk shoulder yang terletak 1 mm pada sub gingival

(cemento enamel junction).

Pemeriksaan Hasil Preparasi

Ada 2 cara :

1. Langsung

Pemeriksaan hasil preprasi kita lakukan pada gigi yang dipreparasi.


2. Tidak langsung

Pemeriksaan kita lakukan pada model yang telah kita cetak setelah

preparasi.

Paralisme dinding aksial

1. Makin paralel makin kuat

2. Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat

3. Bila sudut >6 derajat makin mudah lepas

4. Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar

5. Pengecekan sudut preparasi dilihat dengan 1 mata

Kunjungan III

1. Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi selama 5 10 menit.

Tujuan retraksi gingiva :

Retraksi ginggiva dilakukan guna menaikkan sulkus gingival agar batas

preparasi tampak dengan jelas sebelum dilakukan cetak fisiologis.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Benang retraksi (retraction cord)

- Plastis instrument

Cara retraksi gingiva :

Benang retraksi dimasukkan ke dalam sulkus gingiva disekeliling gigi

yang akan dicetak, benang dipertahankan dalam sulkus gingival selama 10

menit kemudian diperiksa apakah retraksi sudah cukup, jika belum cukup

ulangi retraksi selama 5 menit.

2. Pembuatan cetakan gigi yang telah di preparasi untuk mendapatkan work

model.
Caranya :

Bahan cetak double impression dengan teknik one stage (direct)

Bahan double impression dengan teknik one stage (direct)

Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi.

Putty diaduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : 1 sendok

katalis (kuning) homogen menjadi warna hijau.

Diletakkan pada seluruh permukaan sendok cetakan, dimana

bagian gigi yang akan dibuat bridge dicekungkan diisi dengan

elastomer jenis light bodySepertiga bahan cetak dimasukkan ke

dalam alat suntik lalu injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak

dimasukkan kedalam cetakan putty Lalu cetakkan kemulut

pasien Tahan 6 menit.

Cor cetakan dengan gips hard stone Tipe IV.

Bahan cetak double impression teknik two stage (indirect)

Pasang crown sementara

Putty di aduk

Buat gulungan pada sendok cetak dan cetakkan ke dalam mulut

pasien dengan tekanan Buka cetakan

Buka crown sementara

Siapkan pasta light body sepanjang 10 cm Aduk sampai

homogen.

Sepertiga bahan cetak dimasukkan kedalam alat suntik lalu

injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak dimasukkan kedalam

cetakan putty Lalu cetakkan ke mulut pasien tahan 6 menit.


3. Menentukan warna gigi

Sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna

(shade guide 3D). Penentuan warna dilakukan dalam ruangan dengan

pencahayaan yang terang atau di luar ruangan dengan cahaya matahari serta

gigi tetangga dan shade guide dalam keadaan basah. Ada tiga prinsip

penentuan warna dengan shade guide, yaitu value, chroma, dan hue. Value

yaitu tingkatan warna dari gelap ke terang, chroma yaitu kepekatan warna,

sedangkan hue yaitu merah atau kuning.

4. Pemasangan bridge sementara. Selanjutnya dilakukan wax up pada work

model untuk pemprosesan bridge. Jembatan sementara yang baik adalah

mampu memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Pelindungan pulpa

2. Stabilitas kedudukan

3. Fungsi oklusal

4. Mudah dibersihkan

5. Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)

6. Kekuatan dan retensi

7. Estetis (terutama pada gigi depan)

Bahan : ethil metacrylate, epimine resin, methyl metacrilate

Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang cukup

tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan akan

mempermudah pembongkaran kembali nantinya. Setelah penyemenan selesai,

sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi jaringan lunak.


Kunjungan IV

1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan

bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya

dan tidak boleh menekan ginggiva serta pemeriksaan kontak oklusal.

2. Penyemenan Bridge :

a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan gigi yang

akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan.

b. Glass Ionomer Cement tipe I diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan

pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam mahkota bridge.

c. Mahkota bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas

diletakkan diatas mahkota jaket dan pasien disuruh menggigit beberapa

menit.

d. Pemeriksaan oklusi dan estetis.

e. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta

untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada

keluhan rasa sakit segera kontrol.

Kunjungan V

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi

tindakan yang perlu dilakukan.

1. Pemeriksaan subjektif

Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya

2. Pemeriksaan objektif

Memeriksa keadaan jaringan mulut serta keadaan oklusi, retensi dan

stabilisasi Bridge.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pasien datang ke RSGM Baiturrrahmah dengan keluhan 2 gigi depan telah

hilang sejak 1 tahun yang lalu. . Pasien merasa tidak percaya diri dan pasien ingin

dilakukan perawatan pada gigi tersebut (ingin dibuatkan gigi tiruan). Pasien tidak

memiliki riwayat penyakit sistemik.

Pasien akan dibuatkan gigi tiruan bridge sebanyak 5 unit dengan tipe

Fixed-fixed bridge menggunakan bahan dari porcelen fused to metal. Bridge yang

akan dibuat terdiri dari 2 buah pontik berjenis ridge lap pontik sebagai pengganti

gigi 11 dan 21 yang telah hilang, 3 buah gigi sebagai abutment yang juga

digunakan sebagai retainer dengan jenis ekstra korona retainer.

Keberhasilan perawatan dapat dicapai dengan diagnosa rencana perawatan

yang tepat, keterampilan dan pengalaman operator serta komunikasi dan

kooperasi yang baik antara pasien dan dokter gigi. Prognosa untuk kasus ini baik

karena tidak dijumpai adanya kelainan sistemik, serta pasien komunikatif dan

kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan,

Hipokrates, Jakarta, 1994, 36 48.

2. Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic,

WB. Saunders, Philadelphia.

3. Martanto, P., 1981, Teori dan PraktekIlmuMahkotadanBridge, Alumni,

Bandung.

4. Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan

Rancangan Pembuatan, EGC, 1999

Anda mungkin juga menyukai