Umur : 46Tahun
retainer
bebas
BAB 1
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies,
alveolar.1
makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan
yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit
periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigi tiruan maka dapat
menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang dan bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula
yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat
hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan
Terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi, maka gigi yang
telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigi tiruan pada bagian dari
fungsi kunyah dan kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara umum gigi
tiruan dapat dibedakan atas gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat.
sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan
GTC memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan
penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat
di dalam mulut.
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTC adalah mempertahankan dan
memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,
agar suatu GTC dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,
maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang
gigi terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan sementum.
Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk membuat
diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk gigi dan jaringan
penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan GTC pada khususnya.2
dari pasien; pasien merasa tidak nyaman dalam pemakaian GTC tersebut dan
mulutnya setelah pemakaian GTC. Faktor lain yang timbul dari awal prosedur
pada gingiva.
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan untuk menggantikan satu atau lebih
gigi yang hilang, tidak dapat dilepas oleh pasien sendiri maupun dokter gigi
karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung
utama dari restorasi. Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown
dan bridge2.
penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan suatu crown pengganti.
Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi
yang hilang, dan dilekatkan ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang
2. Karies yang besar khususnya apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior
6. Gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang conus)
8. Atrisi yang berat, abrasi atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi atau
2. Gigi dengan tambalan yang sangat besar, gigi mungkin telah ditambal
5. Oklusi abnormal
penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan suatu crown pengganti.
Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi
Attached dowel crown : core dengan mahkota merupakan suatu kesatuan yang
Bahan mahkota jaket yang digunakan biasanya adalah resin akrilik atau
kelemahan.2,4
Resin akrilik
Keuntungan :
- Bahan ini memiliki sifat estetis yang sama bagusnya dengan porselen
Kerugian :
- Dengan adanya koefisien ekspansi termik yang tinggi dan sifat plastis
kehilangan bentuk aslinya, yang dapat terjadi oleh karena atrisi ataupun
- Warna yang mula-mula bagus dari resin akrilik akan berubah karena
- Karena adanya radang tepi gusi dan strukturnya yang poreus, dapat timbul
fetor ex ore.
Porselen
Kelebihan :
- Endapan sukar melekat pada permukaan porselen yang dipolis dengan baik
- Memiliki koefesien ekspansi yang kurang lebih sama dengan jaringan gigi
Kekurangan
- Kontak marginal lebih buruk dari pada mahkota cor sehingga terdapat
kemungkinan yang lebih besar terhadap iritasi gingiva pada daerah sub
gingiva
1. Karena dilekatkan pada gigi asli tidak mudah lepas atau tertelan
jaringan pendukungnya.
punya tekanan kunyah normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.;
penunjang periodontal.
ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor
lainnya bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi anterior dan
posterior
terlalu ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi
masalah; Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubunhgkan dengan palatal
Indikasi Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi
pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontic
karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik
pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat
Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya
yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara
4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat kaku pada retainer sedang
maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena
namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa
1. Pontic, yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
b. Ridge lap pontic : satu sisi berkontak (pada labial(bukal) dan satu sisi lagi
menggantung (palatal/lingual)
c. Hygiene pontic : pontik bergantung / menggantung
2. Connector, yaitu bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan pontic.
Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan
3. Retainer, yaitu bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment
mahkota gigi.
gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran
periodontal dari gigi abutment hendaknya sama dengan atau lebih besar dari
mengetahui1,4 :
dari diastema.
sisi diastema
2.2.3 Pasak
saluran akar dan berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan
atau dijadikan satu dengan inti. Macam-macam mahkota tiruan pasak berdasarkan
Tipe detached
diindikasikan untuk gigi yang berukuran normal atau lebih dari normal.
misalnya karena telah berubah warna atau diinginkan restorasi yang lebih
pasaknya3.
Tipe attached
diindikasi untuk gigi-gigi yang pendek atau tipis, karena tidak terdapat
ruang yang cukup untuk membuat inti dengan mahkota tiruan yang
terpisah2,3.
Pasak siap pakai adalah pasak poduksi pabrik, umumnya terdiri dari
berbagai ukuran dan bentuk, dapat terbuat dari bahan logam dan non
Sedangkan, bahan non logam antara lain carbon fiber, ceramic, glass fiber,
Keuntungan :
2. Pasak yang terbuat dari ceramic, glass fiber, dan woven fiber
dari logam.
Kekurangan :
Pasak buatan sendiri dapat dicor dari pola yang dibuat secara
Keuntungan :
1. Lebih adaptif
2. Dengan digunakan pada saluran akar yang sangat tappered, oval, dan
Kekurangan :
fraktur pasak.
LAPORAN KASUS
hilang sejak 1 tahun yang lalu. Pasien merasa tidak percaya diri dan pasien
ingin dilakukan perawatan pada gigi tersebut (ingin dibuatkan gigi tiruan).
A. Pemeriksaan Subjektif
Identifikasi Pasien
Umur : 46Tahun
Anamnesa
- Keluhan utama : 2 gigi depan telah hilang sejak 1 tahun yang lalu.
- Ekstraoral
Muka : simetris
Pipi : simetris
Bibir : simetris
- Intraoral
1. Palatum : Normal
2. Mukosa : Normal
3. Gingiva : Normal
4. Oklusi : Normal
5. Pemeriksaan Gigi :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 3536 37 38
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
D. Rencana Perawatan
Scalling RA / RB
- Pasien dengan kehilangan gigi depan atas 11 dan 21 akan dibuatkan Gigi
coronal.
bebas.
E. Prognosa : Baik
- Pasien kooperatif
D. DESAIN BRIDGE
1
Keterangan :
1. Abutment
2. Retainer Extra. Coronal
3. Connector
4. Pontic
2 4 3 3 2
2 3 4
Kunjungan I
1. Scalling RA dan RB
Sendok cetak : perforated stock tray tipe L(RA) dan tipe M(RB)
Bahan cetak : Hidrokoloid Irreversible (Alginate)
Hasil cetakan akan dilakukan pengecoran dengan gips tipe III. Hasil ini akan
Kunjungan II
- Anastesi infiltrasi
- Preparasi gigi
Tahap-tahap preparasi :
2. Pengurangan incisal
dilakukan 1- 2 mm.
Menggunakan flat end tapered bur yang lebih kecil (1.5 2 mm)
4. Pengurangan proksimal
servikal interdental.
Derajat kekonusan bagian proksimal 5-6 derajat.
Caranya :
Ada 2 cara :
1. Langsung
Pemeriksaan kita lakukan pada model yang telah kita cetak setelah
preparasi.
4. Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar
Kunjungan III
- Plastis instrument
menit kemudian diperiksa apakah retraksi sudah cukup, jika belum cukup
model.
Caranya :
dalam alat suntik lalu injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak
Putty di aduk
homogen.
pencahayaan yang terang atau di luar ruangan dengan cahaya matahari serta
gigi tetangga dan shade guide dalam keadaan basah. Ada tiga prinsip
penentuan warna dengan shade guide, yaitu value, chroma, dan hue. Value
yaitu tingkatan warna dari gelap ke terang, chroma yaitu kepekatan warna,
1. Pelindungan pulpa
2. Stabilitas kedudukan
3. Fungsi oklusal
4. Mudah dibersihkan
Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang cukup
tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan akan
1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan
bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya
2. Penyemenan Bridge :
menit.
untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada
Kunjungan V
1. Pemeriksaan subjektif
2. Pemeriksaan objektif
stabilisasi Bridge.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
hilang sejak 1 tahun yang lalu. . Pasien merasa tidak percaya diri dan pasien ingin
dilakukan perawatan pada gigi tersebut (ingin dibuatkan gigi tiruan). Pasien tidak
Pasien akan dibuatkan gigi tiruan bridge sebanyak 5 unit dengan tipe
Fixed-fixed bridge menggunakan bahan dari porcelen fused to metal. Bridge yang
akan dibuat terdiri dari 2 buah pontik berjenis ridge lap pontik sebagai pengganti
gigi 11 dan 21 yang telah hilang, 3 buah gigi sebagai abutment yang juga
kooperasi yang baik antara pasien dan dokter gigi. Prognosa untuk kasus ini baik
karena tidak dijumpai adanya kelainan sistemik, serta pasien komunikatif dan
kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung.
4. Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan