Dasar etika profesi kedokteran telah diturunkan sejak zaman Hippocrates: “Kesehatan penderita
senantiasa akan saya utamakan (the health of my patient will be my first consideration)” tetap
merupakan asas yang tidak pernah berubah dan merupakan rangkaian kata yang mempersatukan
para dokter di dunia.
Dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi 6 asas etik yang bersifat universal, yaitu:
KODEKI
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan
atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional
secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani
pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga
kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan
aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik sik
maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang
kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
Kemudian komentar dari R. Soesilo Supaya dapat dihukum menurut pasal ini , maka elemen
– elemen di bawah ini harus dibuktikan:
A. Yang diberitahukan (dibuka) itu harus suatu rahasia
B. Bahwa orang itu diwajibkan untuk menyimpan rahasia tersebut dan ia harus betul–betul
mengetahui, bahwa ia wajib menyimpan rahasia itu
C. Bahwa kewajiban untuk menyimpan rahasia itu adalah akibat dari suatu jabatan atau
pekerjaan yang sekarang, maupun yang dahulu pernah jabatan dan,
D. Membukanya rahasia itu dilakukan dengan sengaja. Yang diartikan dengan rahasia yaitu
barang sesuatu yang hanya diketahui oleh orang yang berkepentingan, sedang orang lain
belum mengetahuinya. Siapakah yang diwajibkan menyimpan rahasia itu, tiap-tiap
peristiwa harus ditinjau sendiri-sendiri oleh hakim yang masuk disitu misalnya seorang
dokter harus menyimpan rahasia penyakit pasiennya
Proses hukum ini perlu dilakukan agar para dokter atau para profesional dalam bidang
lainnya tidak seenaknya saja membuka dan membeberkan rahasia jabatan di muka umum.
Seringkali didengar para dokter yang dengan enteng membeberkan penyakit dari pasiennya
yang sebenarnya termasuk ke dalam rahasia jabatan. Para profesional ini tahu tentang
adanya rahasia kedokteran tetapi karena tidak pernah terjadi adanya pengaduan dari
mereka yang dilanggar haknya atas rahasia kedokteran, maka pelanggaran terhadap hak
pasien yang satu ini seringkali terjadi.
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
2. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang – undangan
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri .
- Sanksi
1. Sanksi terhadap pelanggaran dari hukum diterapkan oleh penguasa (orang atau lembaga
yang memegang kekuasaan)
- Tujuan Pengaturan
Habafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 3rd ed. Jakarta : EGC ;
1999. 56 – 65.
Pandi, Marini V. 2013. SANKSI PIDANA ATAS PELANGGARAN RAHASIA KEDOKTERAN OLEH
DOKTER. Lex et Socie tatis, Vol. I/No.2/Apr-Jun/2013
Sampurna B. Makalah Bioetik dan Hukum Kedokteran, Sebuah Pengantar. Jakarta :1997.
24-9