Anda di halaman 1dari 17

PEMICU 2

“Dok…Tolong perbaiki gigi saya dong….”

DISUSUN OLEH:
Maria Veronica Aprillia Gultom
180600087
Fasilitator
“Irma Ervina,drg.,Sp.Perio (K)”
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara

Medan
2020
Pemicu 2

Nama Pemicu : Dok…Tolong perbaiki gigi saya dong….


Penyusun : Drg. Wandania Farahanny MDSc., Sp.KG(K) ; Drg. Irma Ervina, Sp.
Perio (K), Drg. Ariyani, MDSc., Sp. Pros. (K)
Hari/ Tanggal :
Jam :

Seorang wanita berprofesi sebagai sales marketing berusia 40 tahun datang ke


RSGM FKG USU dengan keluhan tambalan gigi depannya sudah rusak. Pasien
merasa penampilannya terganggu karena ada garis bercak berwarna kecoklatan
pada tambalannya. Pasien mengharapkan perbaikan estetis pada giginya agar dapat
memperbaiki penampilan senyumnya. Pasien mengaku tidak rutin ke dokter gigi
dan tidak pernah mendapatkan aplikasi fluor kecuali dari pasta giginya. Pasien
hanya menggosok giginya satu kali sehari setiap pagi dan tidak pernah melakukan
flossing. Pemeriksaan intra oral menunjukkan adanya restorasi Resin komposit
yang sudah rusak pada gigi 11, 21 dan terlihat adanya staining di tepi restorasi dan
juga di daerah interdental proksimal. Pada permukaan labial gigi 21, terlihat karies
sekunder dan tambalan yang pecah pada 1/3 tengah meluas insisal. Tes vitalitas
dengan EPT gigi 11 dan 21 menunjukkan respon positif dengan tes perkusi gigi
normal. Pemeriksaan oklusi sentrik relasi rahang klas I dengan kontak ringan di
daerah anterior. Berdasarkan pemeriksaan oklusi lateral kanan kiri terlihat skema
oklusi pasien canine guidance. Interpretasi radiografi periapikal gigi 11
menunjukkan gambaran radiopak meluas ke dentin dan ada sedikit garis radiolusen
di pinggirannya, sedangkan gigi 21 terlihat radiolusen pada kedalaman dentin,
belum mencapai pulpa dan tidak ada kelainan jaringan periapeks. Pemeriksaan
Saliva Buffer : Flow rate istirahat 60 detik, konsistensi saliva berbusa, Pemeriksaan
pH salivai istirahat 6.6, flow rate stimulated saliva: 3,5ml/5 menit.
Pertanyaan:
1. Jelaskan kemungkinan penyebab perubahan warna pada restorasi lama
pada gigi 11 dan 21!
Jawab : Perubahan warna pada tumpatan resin komposit yang berubah warna
menjadi lebih kuning atau lebih gelap seiring bertambahnya waktu dan diperparah
akibat mengkonsumsi makanan dan minuman yang berwarna. Perubahan warna
yang terjadi pada tumpatan resin komposit dapat terjadi hanya pada satu gigi dan
lebih dari satu gigi baik seluruh permukaan maupun hanya satu permukaan saja,
bahkan sampai pada bagian terdalam ( Soeparmin et al. 2016). Perubahan warna
pada resin komposit setelah penumpatan dapat terjadi karena dua faktor. Faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor dari dalam bahan
tumpatan itu sendiri yang dapat mempengaruhi perubahan warna resin komposit
adalah komposisi resin matriks dan ukuran partikel filler. Matriks resin dapat
mempengaruhi adanya perubahan warna pada tumpatan karena komponen tri
eltilen glikol dimetakrilat (TEGMA) yang dimiliki oleh resin. Faktor ekstrinsik
adalah faktor dari luar yang dapat menyebabkan diskolorasi akibat adanya absorbsi
zat warna dari minuman, makanan, tembakau, bahan kumur dan pengaruh sinar
ultraviolet (Anusavice, 2003; Cabe & Walls, 2012).
Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh kontak langsung yang terlalu
sering dengan berbagai minuman berwarna seperti kopi, teh, jus, arak, dan minyak
wijen. Paparan air dapat melunakkan matriks resin, sehingga terjadi hidrolisis yang
berakibat terjadinya celah mikro yang diikuti degradasi material. Celah mikro yang
telah terbentuk mengakibatkan peningkatan kekasaran permukaan resin komposit,
yang selanjutnya dapat menimbulkan perubahan warna pada resin komposit
(Kristan, 2016).
Faktor ekstrinsik lain yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya perubahan warna
bahan restorasi antara lain kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan
memudahkan pigmen warna menempel pada bahan restorasi.
Hal tersebutlah yg memungkinkan restorasi resin komposit pada gigi 11 dan 21
mengalami perubahan warna,juga dilihat dari skenario diatas pasien hanya
menggosok gigi nya 1 kali sehari sehingga memungkinkan terjadi absorbsi zat
warna dari makanan dan minuman yang di konsumsi pasien.
Sumber : - http://repository.unimus.ac.id
-Kristanti Y. Perubahan warna resin komposit nanohibrida akibat perendaman
dalam larutan kopi dengan kadar gula yang berbeda.Yogyakarta:J.PDGI 2016 ;
65(1):29.

2. Jelaskan tingkat faktor risiko karies pada pasien tersebut.


Jawab : Faktor risiko Yang dimaksud dengan faktor risiko karies adalah faktor-
faktor yang memiliki hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor
yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor,
oral higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola makan.
1) Pengalaman karies : Penelitian epidemiologis telah memberikan bukti adanya
hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa
mendatang.
2) Penggunaan fluor : Ada berbagai macam konsep mengenai mekanisme kerja
fluor, berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi.
Pemberian fluor secara teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal
penting yang perlu diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat
meningkatkan remineralisasi. Tetapi, jumlah kandungan fluor dalam air minum
dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan
tambahan fluor karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan
fluorosis. Pada tahun 1938, Dr. Trendly Dean melaporkan bahwa ada hubungan
timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.
3) Oral higiene : Penelitian epidemiologis yang dilakukan oleh Dean ditandai
dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled
enamel yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm. Salah satu
komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Karies dapat
dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan
gigi. Pembersihan gigi dengan pasta berfluoride dilakukan tenaga kesehatan gigi
secara rutin (2 kali seminggu), dapat mencegah karies, namun kepraktisannya dan
biaya program ini masih diragukan. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan
dengan teknik flossing untuk membersihkan plak yang dikombinasikan dengan
pemeriksaan gigi yang teratur, merupakan suatu hal yang penting dalam
meningkatkan kesehatan gigi. Pemeriksaan gigi yang teratur tersebut dapat
membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi
karies. Kontrol plak yang teratur dan pembersihan gigi dapat membantu
mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya sedikit, maka pembentukan asam
akan berkurang dan karies tidak dapat terjadi.
4) Saliva : Selain memiliki efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan
sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran rata-rata saliva meningkat pada anak-
anak sampai berumur 10 tahun. Namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit
peningkatan. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies
akan meningkat secara signifikan.
5) Pola makan : Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat
lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan.
Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai
memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30
menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir
asam dan membantu proses remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman
berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi
karies.
Pasien usia 40 tahun ini mengaku tidak rutin ke dokter gigi dan tidak pernah
mendapatkan aplikasi fluor kecuali dari pasta giginya. Pasien hanya menggosok
giginya satu kali sehari setiap pagi dan tidak pernah melakukan flossing. Ini lah
yang merupakan faktor resiko terjadinya karies pada restorasi tambalan pasien
sebelumnya.
Sumber:
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25300/4/chapter
%2011.pdf. Diakses tanggal 21 September 2020.

3. Sebutkan diagnosa kelainan pada gigi 11 dan 21!


Jawab : Diagnosa kelainan pada gigi 11 dan 21 adalah Karies Sekunder. Karies
sekunder adalah lesi karies yang dimulai pada tepi restorasi. Karies sekunder dapat
disebabkan oleh adanya retensi plak pada kebocoran mikro antara dinding kavitas
dengan tepi restorasi, atau adaptasi tepi restorasi yang buruk sehingga integritas
tepi restorasi dengan dinding kavitas tidak sempurna.
Pasien yang telah melakukan restorasi kavitas kurang memperhatikan tumpatan
pasca restorasi tersebut. Padahal sebaik apapun restorasi yang telah dilakukan oleh
dokter gigi tetap harus dikontrolkan untuk melihat adanya perubahan yang terjadi
pada restorasi tersebut. Menurut Philips, tidak ada satupun bahan tumpatan
dibidang kedokteran gigi yang dapat melekat sempurna pada struktur gigi. Celah
mikro selalu ada pada tumpatan sehingga dapat menyebabkan cairan atau sisa
makanan masuk pada celah sehingga bisa menyebabkan terjadinya kebocoran tepi
(mikroleakage) (Philips, 2003).
Kebocoran tumpatan merupakan hal yang dapat ditemukan baik pada restorasi
yang telah lama maupun restorasi yang masih tergolong baru. Terjadinya
kebocoran tepi merupakan akibat kegagalan adaptasi tumpatan terhadap diding
kavitas. Bila telah terjadi kebocoran tepi pada tumpatan maka dampak pada gigi
akan terlihat karies sekunder, marginal stein dan diskolorisasi gigi (Mukua, 2013).
Sumber : - Utami SP, Mulyawati E. Pasak fabricated FRC dan restorasi resin
komposit pada insisivus sentral maksila karies sekunder dengan pulpa nekrosis.
MKGK 2016; 2(2): 50-55. ISSN: 2460-0059.

4. Jelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan pada kasus di atas.


Jawab : Rencana perawatan yang akan dilakukan pada kasus ini adalah repair atau
perbaikan. Penggantian lengkap restorasi yang gagal dalam kedokteran gigi
biasanya mahal dan memakan waktu. Restorasi gigi yang rusak dapat diganti,
tetapi perbaikan restorasi juga direkomendasikan sebagai pilihan pengobatan yang
layak. Dalam kedokteran gigi, perbaikan dapat diartikan sebagai mengganti bagian
restorasi yang gagal atau rusak dengan yang baru sambil membiarkan bagian
restorasi yang utuh tetap di tempatnya. Jika restorasi gagal karena perubahan
warna, kebocoran mikro, parit di tepi, delaminasi, atau fraktur sederhana, restorasi
perlu diperbaiki atau diganti. Penggantian parsial seringkali lebih disukai. Ini dapat
dicapai dengan menambahkan lapisan komposit baru ke yang sudah ada. Selain itu,
perbaikan mencakup risiko komplikasi yang terbatas dan berkurangnya kehilangan
substansi gigi yang sehat dibandingkan dengan penggantian total.
Untuk perbaikan yang sukses, ikatan yang tahan lama harus dibentuk antara
restorasi lama dan material perbaikan baru. Oleh karena itu, pengkondisian
permukaan substrat yang memadai, pemilihan resin perekat dan bahan restoratif
merupakan prasyarat. Untuk memberikan keterikatan yang cukup pada restorasi,
pengkondisian permukaan dapat diwujudkan dengan retensi makromekanis atau
mikromekanis dan / atau adhesi kimiawi. Sedangkan retensi makromekanis dapat
dicapai dengan membuat lubang retensi, undercut, atau hanya dengan
menghaluskan permukaan dengan bur berlian kasar, retensi mikromekanis dibuat
dengan mengetsa (misalnya, asam fosfat atau asam hidrofluorat) atau abrasi udara
dengan-partikel alumina atau alumina yang dilapisi partikel silika. Selain itu,
ikatan kimia dapat dibentuk antara resin dan partikel pengisi anorganik dengan
aplikasi primer khusus seperti silane coupling agent.
Untuk gigi 11, dilakukan grinding dengan fine finishing bur untuk menghilangkan
stain. Jika stain tidak dapat juga dihilangkan, maka harus dilakukan preparasi
eksplorasi kecil. Preparasi untuk perbaikan dengan membuang bagian kecil dari
material komposit berbahan dasar resin yang berdekatan dengan margin yang
terkena stain. Karena defek tidak meluas jauh ke dalam, kavitas harus dianggap
cocok untuk diperbaiki dengan menggunakan teknik restoratif konvensional.
Sumber: Loomans BA, Özcan M. Intraoral repair of direct and indirect
restorations: procedures and guidelines. Operative dentistry, 20016:41(S7); S68-
S78.

5. Jelaskan prosedur restorasi kavitas yang akan dilakukan pada gigi 11 dan
21 dimulai dari isolasi, desain preparasi kavitas, tissue management,
pemilihan bahan adhesive , alat & bahan yang digunakan serta cara aplikasi
bahan restorasi.
Jawab :
 Isolasi
Isolasi dari daerah operasi dapat dilakukan dengan rubber dam atau cotton roll.
Isolasi digunakan agar terjadinya kontaminasi saat dilakukan etsa dan bonding agar
daya ikat yg diinginkan dapat terpenuhi secara maksimal dikarenakan terjadinya
kontaminasi mengakibatkan degradasi dari bahan fisik dari resin komposit.
Isolasi dengan rubber dam atau cotton roll berguna untuk mendapatkan
akses visual, dan control kelembapan gigi. Isolasi digunakan agar tidak terjadi
kontaminasi saat dilakukannya etsa dan bonding agar daya ikat yang diinginkan
dapat terpenuhi secara maksimal dikarenakan terjadinya kontaminasi
mengakibatkan degradasi dari bahan resin komposit.
 Desain preparasi kavitas
Preparasi yang dilakukan adalah:
a) Mendapatkan akses pada karies
b) Melakukan ekskavasi pada jaringan-jaringan yang rusak (karies,dentin
lunak,dan enamel,dan restorasi yang rusak).
c) Membuat bentuk yang sesuai untuk restorasi.
Dapat dilakukan juga enamel bevel pada magin cavosurface dengan
sudut 45 derajat ke bagian eksternal permukaan gigi yang bertujuan
untuk meningkatkan permukaan yang akan di bonding, dan membuat
transisi pada gigi agar resin komposit yang diberi akan berbaur lebih
alami pada gigi (estetis)
 Tissue Management
Tissue management yang dilakukan adalah pemberian wedge. Jika
dilakukan restorasi yang melibatkan titik kontak gigi, sebaiknya diberi
wedge pada embrasur gingiva setelah pengaplikasian rubber dam dan
sebelum preparasi gigi dimana wedge bertujuan untuk:
a)Mendepresi jaringan lunak interproksimal
b) Menjaga dam dan jaringan lunak dari luka
c) Memisahkan gigi agar membantu agar matrik masuk lebih baik pada gigi.

 Pemilihan bahan adhesive


Bahan adhesive self-etch system mudah diaplikasikan untuk mencapai layer
hibridasi dentin juga kuat, bonding terhadap enamel juga baik dan rendah
kemungkinan hipersensitifitas post-operation.

 Alat dan bahan yang digunakan adalah flamed shaped diamond instrument
untuk mengkasarkan enamel dan membentuk bevel, bahan adhesive yang
dilindungi oleh mylar strip matrix,wedge, dan flame-shaped finishing bur,
rubber polishing point dan aluminium oxide paste digunakan untuk
countouring,polishing,finishing.

 Cara aplikasi bahan restoratif adalah dimulai pengaplikasian bahan restorasi


resin komposit yg biasanya dilakukan dalam dua tahap: pertama, perekat
bonding diaplikasikan (jika belum dipasang selama prosedur perawatan
enamel dan dentin) dan kemudian material restorasi komposit dimasukkan.
Sebelum pengaplikasian matriks pun digunakan yaitu mylar strip matriks
dan pengaplikasian resin dimulai dari pengaplikasian dari bagian lingual
terlebih dahulu, dan terakhir bagian permukaan facial dari gigi. Sebaikanya
pengaplikasian resin tidak lebih dari 2mm agar saat dilakukan light curing,
polimerisasi dapat sampai kebagian dasar komposit.
Sumber : - Roberson TM, Heymann. H, Swift EJ, dam Sturdevant CM.
Sturdevant’s art and science of operative dentistry. St.Louis, Mo:
Mosby.2011; 6th Ed: 238-43.

6. Jelaskan dengan detail bagian permukaan morfologi anatomi mahkota gigi


11, 21 lengkap dari pandangan labial, palatal, insisal, dan proksimal !
Jawab : Anatomi mahkota Gigi 11,21
 Merupakan gigi kesatu kiri dan kanan rahang atas
 Terletak dikiri dan kanan garis tengah/median line
 Merupakan gigi yang besar untuk gigi anterior
 Panjanganya sama atau lebih besar daripada gigi depan lainnya,kecuali gigi
caninus bawah
 Akarnya satu,besar dan apex bulat

 Pandangan Labial
 Berupa empat persegi panjang.
 Sudut mesio incisal agak membulat
 Cervical line melengkeng kea rah apex
 Kadang-kadang terlihat ada 2 sulkus yang berjalan dari servical ke incisal

 Pandangan Palatal
Seperti pandangan labial (empat persegi panjang) tapi tidak rasa sebab
terdapat:
 Cingulum yaitu bagian yang menonjol dekat cervix
 Fossa palatinal yang terletak lebih ke incisal dari cingulum
 Sebelah mesial dari fossa terdapat mesial marginal ridge

 Sebelahdistal dari fossa terdapat distal marginal ridge
 Sebelah incisal dari fossa terdapat incisal ridge
 Mahkota dan akar pada permukaan ini mengecil dari permukaan labial

 Pandangan Mesial
 Berupa segitiga dengan dasar pada cervical line dan puncak pada incisal.
 Incisal edge terletak di tengah-tengah.
 Permukaan labial cembung.
 Permukaan palatal tidak rata yaitu:
- Cembung sedikit (incisal edge)
- Cekung (fossa)

 Pandangan Distal
 Terlihat seperti pandangan mesial hanya berbeda cervical line melengkung
kearah cervical sedalam ±2 ½ mm.

 Pandangan Incisal
 Akar terlihat sebab akar lebih kecil dari mahkota
 Garis incisal ditengah-tengah
 Permukaan labial lebih lebar dari permukaan palatinal
 Permukaan palatinal dari incisal berjalan ke cervical dan mengecil kearah
cingulum

Sumber : - https://www.slideshare.net/HasrilTeknikgigi/9-morfologi-gigi-
permanent-rahang-atas/2

7. Jelaskan hubungan pengembalian bentuk anatomi gigi anterior dengan


oklusi setelah dilakukannya restorasi pada kasus diatas !
Jawab : Oklusi sentris adalah hubungan oklusi gigi geligi atas dan bawah yang
menunjukkan kontak maksimal jika rahang bawah menutup pada rahang atas. Pada
kasus, pemeriksaan oklusi sentris relasi rahang klas 1 dengan kontak ringan di
daerah anterior. Dengan adanya kontak ringan, menandakan bahwa terjadi kelainan
pada oklusi pasien. Kelainan pada oklusi pasien tersebut tentunya merupakan salah
satu akibat dari restorasi yang sudah rusak pada gigi 11,21 pasien.
Menurut bahan ajar drg. Aryani., MDSc., Sp.Pros (K) Pentingnya bentuk gigi dan
oklusi dalam melakukan restorasi gigi => meniru gigi asli dalam hal:
1.efisiensi mastikasi
2.estetik
3.fonetik
4.memelihara jaringan yang ada
Oklusi normal tergantung pada ketepatan angulasi mahkota sisi distal, terutama
untuk gigi anterior atas yang memiliki mahkota terpanjang. Derajat angulasi gigi
insisivus menentukan jumlah ruang mesiodistal yang digunakan, hal ini
memberikan pengaruh yang besar pada estetik gigi anterior dan oklusi gigi
posterior. Inklinasi mahkota gigi anterior atas dan bawah secara signifikan
mempengaruhi overbite dan oklusi posterior. Ketika gigi anterior terlalu lurus ke
atas atau ke bawah maka mudah untuk kehilangan fungsi keselarasan dan terjadi
overeruption. Ketika mahkota anterior atas memliki inklinasi kecil, maka posisi
mahkota posterior atas lebih maju dari posisi normal; tetapi ketika mahkota
anterior pada inklinasi tepat, gigi posterior atas didorong cenderung ke arah posisi
normal. Titik kontak bergerak ke distal seiring dengan peningkatan inklinasi
mahkota anterior.
Itulah pentingnya pengembalian bentuk bentuk anatomi gigi anterior dengan oklusi
setelah dilakukannya restorasi.
Sumber : Febrianifa E, Hadriyanto W. Restorasi pasca one visit endodontik
dengan perbaikan malposisi dan selective Contouring. MKGK. April 2016; 2(1):
32-38. ISSN: 2460-0059 (online)

8. Jelaskan tujuan dilakukan contouring, finishing, polishing dan peranannya


pada restorasi kasus diatas dan jelaskan dengan gambar bentuk alat alat yang
digunakan pada prosedur tersebut.
Jawab :
- Finishing adalah proses menghilangkan permukaan cacat / goresan.
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.
- Contouring adalah proses menghasilkan bentuk anatomi yang
diinginkan dengan cara memotong atau grinding. Sedangkan polishing
digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat.
- Polishing adalah pembuangan akhir material dari restorasi yang
menghasilkan permukaan yang sangat halus, dan reflective dan tidak
mengandung goresan (scratch). Permukaan yang dipolish harus
menyerupai permukaan alami di rongga mulut.
- Salah satu teknik polishing adalah dengan menggunakan rubber wheel
dan polishing paste. Tujuan dari finishing adalah menghilangkan noda
permukaan & ketidaksempurnaan dan membentuk anatomi yang tepat
agar mendapat oklusi yang harmonis. Tujuan dari polishing adalah
untuk estetika, menghaluskan permukaan dan pencegahan melekatnya
debris dan plak. Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi
hasil akhir restorasi seperti warna permukaan, akumulasi plak, dan
karakteristik resin komposit.
- Pada kasus ini, contouring, finishing dan polishing memiliki peran
yang sangat penting. Contouring harus dilakukan agar mendapatkan
oklusi yang harmonis. Restorasi harus dibentuk sesuai dengan
anatomi gigi pasien. Jika tidak dikontur dengan benar, maka dapat
terjadi trauma oklsui dan akan mempengaruhi kesehatan
periodonsium. Finishing dan polishing sangat penting dilakukan
setelah dilakukannya restorasi agar permukaan restorasi halus. Jika
permukaan restorasi kasar, maka akumulasi plak dan debris akan
sangat gampang dan dapat menyebabkan perubahan warna restorasi
dan karies sekunder. Permukaan yang kasar menyebabkan
pembentukan kontak yang bertegangan tinggi sehingga mengganggu
fungsi &stabilitas kontak gigi.
 Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12
atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized
aluminium, atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari
flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic
finishing strips, dan pasta polishing.
a. Diamond dan carbide bur
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan
dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari
disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari
beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara
berurutan saat melakukan finishing dan polishing.

c. Impregnated rubber points dan cups


Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan
untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk
membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari
penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses
membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta
membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior.
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengkontur dan memolish permukaan proksimal margin
gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan
plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun
dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat
memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat
digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari
yang kasar sampai halus yang dapat digunakan.

Sumber : - Roberson, Theodore M. IV Heymann, Harald. V Swift, Edward J. VI.


Sturdevant, Clifford M. 2001. Sturdefante’s Art and Science of Operative
Dentistry-4th ed. Library of Congress Cataloging in Publication Data: United
States of America.
9. Jelaskan efek yang terjadi pada periodonsium jika restorasi pada kasus di
atas tidak dilakukan dengan tepat !
Jawab: Kesalahan restorasi gigi terutama restorasi proksimal sering kali
menyebabkan inflamasi gusi, kerusakan periodontal, dan kehilangan tulang
alveolar. Restorasi gigi yang berlebih dan tidak sesuai dengan bentuk dan kontur
gigi yang alami disebut restorasi yang overhanging. Contoh kesalahan dalam
preparasi, pemasangan matriks, pembentukan kontur gigi, pemolesan, dan operator
yang tidak kompeten dapat menyebabkan overhanging. Tepi restorasi proksimal
yang overhanging merupakan tempat yang ideal untuk akumulasi plak dan
perubahan keseimbangan ekologis pada daerah sulkus gusi tempat terjadi
peningkatan jumlah organisme penyebab penyakit periodontal. Meskipun
demikian, apabila overhanging dihilangkan, kontrol plak akan dapat dilakukan
dengan lebih efektif, inflamasi gusi hilang, dan dukungan terhadap tulang alveolar
akan meningkat. Konradsson dan van Dijken menunjukkan bahwa pada permukaan
restorasi yang rata dengan permukaan gigi, deposit makanan dapat mudah
dibersihkan dengan prosedur standar kontrol plak. Terdapatnya tepi restorasi ayang
overhanging di interproksimal diperkirakan dapat mengganggu hubungan yang
dinamis antara gigi dan jaringan periodontal serta menghasilkan kehilangan
ketinggian tulang alveolar.
Sumber : Padbury A Jr, Eber R, Wang HL. Interactions between the gingiva
and the margin of restorations. J Clin Periodontol. 2003;30(5):379–85.

10. Jelaskan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk


mempertahankan kesehatan periodonsium terutama pada daerah interdental
tersebut!
Jawab: Perawatan pemeliharaan dengan kontrol plak yang baik dapat dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan periodonsium. Dokter gigi dapat mengedukasi
pasien bagian-bagian yang terlewatkan saat menyikat gigi dengan menggunakan
disclosing solution. Dokter gigi kemudian menjelaskan teknik untuk dapat
membersihkan area-area tersebut dengan sempurna.
Namun sayangnya kebanyakan pasien tidak dapat menyikat giginya dengan baik,
terutama daerah interdental. Kebanyakan penyakit periodonsium dimulai dari
daerah intedental. Bila tidak terdapat resesi gingiva interproksimal pada pasien,
maka pasien perlu melakukan flossing daerah interproksimal. Walaupun sayangnya
banyak pasien yang tidak melakukannya sama sekali atau melakukannya secara
tidak tepat. Bila terdapat resesi gingiva interproksimal, maka sikat gigi interdental
baik untuk digunakan.
Menurut pendapat saya tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan periodonsium terutama pada daerah interdental di
kasus tersebut adalah
- Dengan melakukan flossing atau memaki sikat gigi interdental agar sisa-sisa
makanan tidak lengket di daerah interdental
-Rutin kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali dan lakukan pengecekan tambalan
Sumber: -Sunarto H. Perawatan pemeliharaan sebagai tahapan penting dalam
menunjang keberhasilan perawatan periodontal. Departemen Periodonsia FKG
UI. 2014: 11 – 12.

Anda mungkin juga menyukai