Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN SIFAT SALIVA DENGAN PEMAKAIAN GIGI TIRUAN

REFLEKSI KASUS PROSTODONSIA

Disusun oleh:
Rani Wulan Sari
1995004

Pembimbing:
Silvia Naliani, drg., Sp.Pros.

BAGIAN ILMU PROSTODONSIA


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020
HUBUNGAN SIFAT SALIFA DENGAN PEMAKAIAN GIGI TIRUAN

Rani Wulan Sari1, Silvia Naliani2


1
Program Profesi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen Maranatha,
Bandung, 40164.
2
Bagian Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen Maranatha,
Bandung, 40164.

Abstrak

Saliva memiliki peranan yang penting di dalam mulut dan erat hubungannya
dengan rencana perawatan yang akan dilakukan di dalam bidang prostodontik.
Pada penderita xerostomia, pemakaian gigi tiruan terasa sangat tidak nyaman
.Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk membahas penatalaksanaan
edentulous total dengan pembuatan gigi tiruan lengkap, yang dilengkapi
penampung saliva buatan pada penderita xerostomia. Saliva yang berkurang pada
akan mengurangi retensi gigi tiruan dan dapat mengiritasi jaringan lunak
penyangganya. Xerostomia dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain,
terapi penyinaran, pemakaian obat-obatan, penyakit sistemik dan penyakit yang
menyangkut kelenjar saliva. Salah satu perawatan yang dapat disarankan adalah
dengan pembuatan penampungan sebagai wadah untuk menyimpan saliva buatan
pada sebuah gigi tiruan lengkap.

Kata Kunci: Xerostomia, Saliva, Gigi tiruan lengkap.

Abstrack

Saliva has an important role in mouth and is closely connected with the treatment
plan in prosthodontics. Xerostomic patient wearing complete denture feels very
uncomfortable. This literature review aims to discuss a construction of complete
denture with artificial saliva reservoir for xerostomic patient. Reduced saliva in
xerostomic patients will reduce denture retention and can irritate oral tissue.
Xerostomia can be caused by several things, such as radiation therapy,
medications, systemic diseases and diseases involving the salivary glands. One
recommended treatment is construction of reservoir for the artificial saliva at a
complete denture.

Keywords: xerostomia, saliva, complete denture, reservoir.

Pendahuluan

Proses penuaan merupakan proses alami yang dihadapi manusia. Manusia

akan mengalami perubahan melalui tahap-tahap perkembangan seiring dengan

berjalannya waktu pada kelompok usia (lansia) dapat mengalami penurunan

saliva,

xerostomia merupakan salah satu manifestasi oral dari diabetes mellitus (DM). 1

Pada penderita DM dan penggunaan obat-obatan tertentu, laju saliva akan

mengalami penurunan akibat ganguan sekresi glandula submaksilaris dan parotis.

Laju saliva yang tidak mencukupi memiliki pengaruh besar pada retensi dan

stabilitas gigi tiruan. 2

Retensi adalah kemampuan bertahan gigi tiruan terhadap daya pelepasan, gigi

tiruan tidak dapat bertahan dalam lingkungan mulut yang kering. Menurunnya

aliran saliva menyebabkan mukosa mulut menjadi kering dan tidak elastis, bibir

pecah-pecah, pembentukan fissure pada lidah dan mukosa oral, denture sore di

bawah gigi tiruan, kesulitan menelan, bicara, dan makan. Berkurangnya sekresi

saliva akan menyulitkan pemakaian gigi tiruan lepasan.2 Oleh karena itu

dibutuhkan saliva dalam jumlah yang cukup sebagai perantara penting antara gigi

tiruan dan jaringan mulut sehingga diperoleh retensi yang baik.


Keberadaan saliva dalam jumlah dan kualitas yang sesuai menjadi sangat

penting pada pasien yang tidak bergigi, yang telah kehilangan semua gigi dan

bergantung pada protesis buatan untuk melakukan fungsi dasar mastikasi.

Laporan Kasus

Seorang wanita berusia 45 tahun dirujuk ke Departemen Prostodonsia, Kalka

Dental college, Meerut dengan keluhan mulut kering dan kesulitan ketika

berbicara dan makan. Riwayat medis pasien menunjukkan bahwa dia

menggunakan sejumlah obat untuk peningkatan tekanan darah, osteoartritis, dan

non-insulin dependent DM.3

Riwayat dental pasien mengungkapkan bahwa dia memiliki gigi tiruan rahang

atas dan rahang bawah yang dibuat dalam beberapa tahun terakhir tapi tidak dapat

memakai gigi tiruan tersebut karena iritasi yang terus-menerus.3

Mulut Pasien sangat kering dengan sudut mulut pecah-pecah. Sejumlah

penyesuaian gagal untuk gigi tiruan yang ada, maka diputuskan untuk membuat

satu set gigi tiruan rahang atas dan bawah yang baru. Karena menderita

xerostomia, pasien dibuatkan gigi tiruan yang baru dengan menggabungkan

penampung saliva. Selama proses ini, dokter pasien juga dihubungi untuk

mengurangi obat-obatan yang dapat membuat hiposalivasi.3


Penatalaksaan

Cetakan awal dibuat dengan menggunakan bahan cetak irreversible

hydrocolloid (Plastalgin). Cetakan kedua dibuat dengan menggunakan bahan light

body. Hubungan rahang atas dan rahang bawah dengan posisi mandibula yang

retrusi dan dengan free way space yang dapat diterima. Model kemudian

diartikulasikan dengan cara yang normal dan gigi-gigi diatur untuk proses try in.

Gambar 1 (A,B,C,D).3

Setelah proses try in penampungan dibuat dengan ketebalan modeling wax 2 mm,
disesuaikan pada permukaan palatal gigi tiruan rahang atas (gambar 1A). Wax di
pertengahan palatal dikerok, tepi wax yang tersisa dibentuk menjadi tepi penampungan
(gambar 1B). Perakitan diproses dengan resin akrilik heat cured (gambar1C). Setelah
prosedur deflasking dan polishing selesai, wax dituang ke dalam celah penampungan
(gambar 1D).3

Gambar 2 (A,B,C).3

lalu medium pemisah diaplikasikan di atas wax, kemudian lapisan wax lainnya
ditambahkan pada lapisan sebelumnya dan dibuat penutup (gambar2A). Lapisan wax
yang kedua juga diproses dengan resin akrilik heat cure (gambar 2B,C). 3
Gambar 3 (A,B).3

Selanjutnya lapisan wax sebelumnya diangkat dan penutup dipasang secara permanen
dengan bahan bantuan resin akrilik auto polymerizing (gambar 3A). Gigi tiruan kemudian
dihaluskan dan dipolis. Lubang dibuat pada penutup untuk memudahkan hubungan antara
penampungan dengan rongga mulut (gambar 3B). Drainase diuji dengan mengisi
penampungan dengan air, kemudian di atas gigi tiruan diletakkan kertas tissue untuk
memastikan aksi kapilaritas pada lubang drainase. 3

Diskusi

Saliva sangat penting untuk retensi gigi tiruan dan proteksi jaringan terhadap

tekanan dari basis gigi tiruan. Normalnya gigi tiruan tidak bersandar langsung

pada membran mukosa tetapi ada lapisan saliva diantaranya sehingga daya adesi

dan kohesi, tegangan permukaan interfasial dan daya kapilaritas dapat terjadi.

Pasien xerostomia yang menggunakan gigi tiruan sering mengalami iritasi pada

mukosanya.4

Pada penderita xerostomia yang akan dibuatkan gigi tiruan lengkap, tujuan

perawatan tidak hanya untuk mengembalikan fungsi mastikasi, estetik dan fonetik

tetapi juga diharapkan dapat membantu menangani xerostomianya. Ada dua

kemungkinan pembuatan GTL untuk pasien edentulus penderita xerostomia, yaitu

GTL konvensional bagi pasien yang mengalami xerostomia reversibel dan GTL

dengan penampung sebagai wadah untuk menyimpan sediaan saliva tiruan untuk

pasien xerostomia yang irreversible.4


Beberapa jenis kelenjar saliva menghasilkan volume cairan mulut sangat

tergantung pada sifat rangsangan atau stimulasinya. Kelenjar saliva dapat

dirangsang dengan cara-cara 1) mekanis, misalnya mengunyah makanan keras

atau permen karet; 2) kimiawi, oleh rangsangan rasa seperti asam, manis. asin,

pahit, dan pedas; 3) neuronal, melalui sistem saraf otonom, baik simpatis maupun

parasimpatis; 4) psikis dan stres menghambat sekresi; 5) stimulus rangsangan rasa

sakit, misalnya oleh gingivitis, radang, gigi tiruan dapat menstimulasi sekresi.2

Pada awal pemakaian gigi tiruan lepasan terjadi peningkatan produksi saliva

oleh karena adanya rangsangan, hal ini merupakan proses adaptasi dalam jaringan

rongga mulut sekaligus memberikan retensi pada gigi tiruan. Adanya sifat adhesi

dari saliva memberikan perlekatan yang baik antara mukosa dan gigi tiruan.

Kekuatan akan adesi mempengaruhi pembasahan gigi tiruan dan permukaan

mukosa. Sedangkan kekuatan kohesi mempertahankan keutuhan lapisan tipis

saliva. Jadi kekuatan antar molekul-molekul ini membentuk rantai antara basis

gigi tiruan dan mukosa yang cenderung menahan gigi tiruan pada posisinya.5,6

Gambar 4 Kekuatan adesi dan kohesi antara basis gigi tiruan dengan mukosa. 7
Gambar 5 sketsa letak basis, dan lapisan tipis (film) saliva. 7

Adesi adalah kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul yang berbeda

seperti saliva dan resin akrilik atau saliva dan mukosa, serta kohesi adalah suatu

kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul yang sama. Efektivitas adesi

tergantung pada adaptasi basis gigi tiruan ke jaringan pendukung dan fluiditas

saliva. Saliva yang cair cukup efektif dalam membasahi basis gigi tiruan. Saliva

yang cair membentuk lapisan yang tipis yang efektif untuk retensi. Kekuatan gaya

adesi dan kohesi menimbulkan tegangan permukaan.5

Kekuatan adesi dan kohesi menimbulkan dua sifat saliva, yaitu 1) tegangan

permukaan dan 2) viskositas yang membantu retensi gigi tiruan lengkap. Sebagai

hasil dari sifat-sifat ini, tekanan di dalam lapisan tipis saliva yang terletak antara

gigi tiruan dan mukosa menjadi lebih kecil dari pada tekanan udara di dalam

mulut. Perbedaan tekanan tersebut membantu menahan gigi tiruan pada

tempatnya.7

Tegangan permukaan dihasilkan dari lapisan tipis cairan yang ada di antara

dua permukaan bahan kaku yang paralel. Hal tersebut tergantung pada
kemampuan cairan dalam membasahi bahan yang kaku di sekitarnya. Jika bahan

disekitarnya memiliki tegangan permukaan yang rendah, seperti mukosa mulut,

cairan akan memaksimalkan kontak dengan bahan atau materi, sehingga

pembasahan tersebut mudah menyebar di film atau area yang tipis.5 Bahan dasar

gigi tiruan berbeda-beda tegangan permukaannya. Semua bahan dasar gigi tiruan

mempunyai tegangan permukaan yang lebih tinggi dari pada mukosa oral, namun

sekali dilapisi oleh folikel saliva, tegangan permukaannya berkurang, yang

memaksimalkan luas permukaan antara cairan dan basis.7

Cairan lapisan saliva yang tipis antara basis gigi tiruan dan mukosa

memberikan kekuatan retensi berdasarkan tendensi cairan untuk memaksimalkan

kontak kedua permukaan.7 Cara lain untuk mengerti peranan tegangan permukaan

pada retensi gigi tiruan adalah melalui daya tarik kapiler atau kapilaritas.

Kapilaritas akan menyebabkan cairan naik dalam pipa kapiler. Ketika adaptasi

basis gigi tiruan dengan mukosa dengan sandaran yang baik, ruang diisi dengan

lapisan tipis saliva yang bertindak seperti pipa kapiler dan cairan berupaya

meningkatkan kontak antara permukaan mukosadan gigi tiruan.Hal ini membantu

kapilaritas untuk terjadinya retensi gigi tiruan.7

Kekuatan retentif yang disebabkan oleh adanya tegangan permukaan bekerja

secara terus-menerus, retensi karena viskositas saliva hanya berjalan selama

pergerakan gigi tiruan. Bila gigi tiruan mendapat gaya penarikan menjauhi

mukosa, saliva mengalir ke dalam ruangan yang terbentuk di bawah gigi tiruan.

Kekuatan retentive dihasilkan oleh adanya perlawanan terhadap aliran saliva,

yang disebabkan oleh sifat kental dan lengketnya saliva serta ukuran saluran yang
dilaluinya waktu mengalir. Hal ini mengikuti aturan bahwa makin sempit

salurannya makin kental salivanya, retensi akan makin efektif. Secara klinis hal

ini memang benar untuk ukuran saluran, tetapi tampaknya saliva yang sangat

kental menyebabkan retensi yang kurang. Di sini perlawanan terhadap aliran

saliva rendah karena kekentalan saliva yang sangat tinggi menghasilkan lapisan

saliva yang tebal dan lapisan saliva ini terputus-putus di antara gigi tiruan dan

mukosa.5,7

Bila gigi tiruan bergeser, tekanan dalam film saliva turun dan mukosa ditekan

dengan kuat ke permukaan gigi tiruan sehingga saluran di antara keduanya

menjadi benar-benar sangat tipis. Ini menyebabkan meningkatnya perlawanan

terhadap aliran saliva dan retensipun bertambah.5

Mekanisme retensi yang berasal dari viskositas saliva dan aksi seperti katup

dari jaringan lunak adalah yang paling baik untuk menahan kekuatan besar yang

menggerakkan gigi tiruan untuk jangka waktu yang tidak lama. Kekuatan yang

kecil yang bekerja untuk periode waktu yang panjang, seperti pengaruh gravitasi

pada gigi tiruan rahang atas, menghasilkan perbedaan tekanan yang lebih kecil di

antara lapisan saliva dan udara, karena saliva dimungkinkan mengalir sedikit demi

sedikit kedalam ruangan yang terbentuk dibawah gigi tiruan.5

Apabila pengaruh gravitasi tidak dilawan, pergerakan gigi tiruan atas ke

bawah secara progresif cenderung akan terjadi sampai akhirnya seluruh retensi

hilang dan gigi tiruan jatuh. Akan tetapi pada situasi ini kekuatan oklusal penting

dalam menempatkan gigi tiruan ke posisi semula. Setiap kali pasien beroklusi,
misalnya ketika menelan, kelebihan saliva yang terkumpul di bawah gigi tiruan

diperas keluar lagi dan gigi tiruannya kembali ke posisi semula.7

Gambar 6 Posisi istirahat dan fungsional sulkus.7

Belum ada kesepakatan umum pada literatur-literatur kedokteran gigi

mengenai makna relatif dari faktor fisik yang bertanggung jawab untuk retensi.

Akan tetapi, secara klinis hal ini tidak begitu penting karena ciri-ciri gigi tiruan

lengkap yang memiliki retensi fisik yang baik mempengaruhi tegangan

permukaan maupun efek viskositas. Makin tipis lapisan saliva di antara gigi tiruan

dan mukosa di bawahnya, makin besar kekuatan retensi. Karena itu sangat penting

bahwa kecekatan gigi tiruan dibuat secermat mungkin. Gigi tiruan yang kurang

cekat akan menambah ketebalan lapisan saliva dan menambah kemungkinan

terjadinya gelembung udara di dalam lapisan tipis saliva. Gelembung-gelembung

ini akan mengurangi retensi gigi tiruan.5,7


Kesimpulan

Saliva sangat penting bagi retensi gigi tiruan dan proteksi jaringan terhadap

tekanan yang disebabkan oleh basis gigi tiruan, volume saliva sangat bergantung

terhadap sifat rangsangan dan stimulasinya. Saliva dapat disangsang dengan cara

mekanis, kimiawi, neuronal, psikis, stres menghambat sekresi dan stimulus

rangsangan rasa sakit. Sifat adesi dan kohesi dari saliva memberikan tegangan

permukaan dan viskositas,yang membantu retensi gigi tiruan lengkap.

Cairan lapisan saliva yang tipis antara basis gigi tiruan dan mukosa

memberikan kekuatan retensi berdasarkan tendensi cairan untuk memaksimalkan

kontak kedua permukaan.


Daftar Pustaka

1. Walker KO, Steers N, Liang L, Morales L S, Forge N, Jones L, Broen AF.

The vulnerability of middle-aged and alder adults in a multietchnic, low-

income area:contribution of age,athnicity, and health

insurance.J.AM.Geriatr.Soc.2010; 58(12): 2416-22.

2. Van Nieuw AA. Ludah dan kelenjar ludah artti bagi kesehatan. Alih

bahasa:Abyono R. Yogyakarta: Gadjah Mada University; 1991.p.2-8.

3. Kumar V, Tuli AS, Tomar L, Babita, Rana S, Shekhawat H. Modified

technique for artificial saliva reservoir in maxillary denture. Indian J Dent Sci

2013; 3(5):53-5

4. Dahar E. Penatalaksanaan gigi tiruan penuh rahang bawah dengan reservoir

pada pasien xerostomia. Dentika Dent J 2008; 13(1):57-62

5. Bolender Zorb. Prostodontic treatment for edentulous patients complete

denture and implant-supported prosthesis. Amerika serikat: Mosby, Inc; 2004.

p. 48-54

6. Hayakawa I. Principles and practices of complete dentures. Tokyo: Co., Ltd.

p. 16.

7. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi. Edisi ke-3. Alih

bahasa: Soebakti TS. Jakarta: EGC; 1996. p. 48-54.

Anda mungkin juga menyukai