Anda di halaman 1dari 8

DENTURE STOMATITIS

a. Nama Lain
 Chronic Erythematous Athropic Candidosis
 Denture Sore Mouth
 Stomatitis Prostetica
 Inflammatory Papillary Hyperplasia
 Candidiasis Associated Denture Stomatitis

b. Prevalensi
 Penelitian epidemiologi menunjukkan prevalensi denture stomatitis berkisar
antara 30-36% pada pengguna gigitiruan lepasan.
 Penelitian di Amerika menunjukkan sekitar 20% orang dewasa menggunakan
gigitiruan lepasan dengan prevalensi terjadi denture stomatitis sebanyak 28%.
 Penelitian lain di Turki menunjukkan 26% dari total populasi penelitian
menggunakan gigitiruan lepasan, terjadinya denture stomatitis yaitu 18,5%.5,6
 Sebanyak 85% penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut
FKG USU tahun 2018 adalah perempuan. Hasil ini hampir sama dengan hasil
penelitian yang didapatkan oleh Cankovic, et al., dengan persentase denture
stomatitis 82% terjadi pada perempuan.12
 Penelitian oleh Bilhan, et al., juga menunjukkan prevalensi denture stomatitis
lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.39
 Menurut Mandali, frekuensi denture stomatitis cukup tinggi terjadi pada
perempuan disebabkan kebanyakan perempuan menggunakan gigitiruan lebih
sering dan dalam periode yang lama dengan alasan estetik.40
 Keadaan menopause pada perempuan lanjut usia juga mempengaruhi tingginya
prevalensi denture stomatitis.
 Penurunan produksi hormon estrogen pada saat menopause memicu
penghambatan fungsi kelenjar saliva dan menyebabkan penurunan laju aliran
saliva sehingga terjadi hiposalivasi dan gejala xerostomia.19
 Menurut penelitian Minicucci et al., laju aliran saliva pada wanita saat
menopause mengalami penurunan dibandingkan sebelum mengalami
menopause. Keadaan xerostomia di rongga mulut menyebabkan aktivitas
protein seperti histatin dan IgA yang berperan dalam menghambat pertumbuhan
dan mencegah perlekatan Candida albicans ke jaringan epitel mukosa mulut
menjadi menurun.

c. Pengertian
Denture stomatitis adalah inflamasi mukosa mulut yang berkontak dengan permukaan
anatomis geligi tiruan. Denture stomatitis umumnya terjadi pada daerah palatal,
gambaran klinisnya berupa macula eritomatous atau granular. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan denture stomatitis adalah trauma gigi tiruan yang longgar yang
dapat juga disertai adanya invasi mikroba terutama Candida sp

d. Gejala Klinis
 Eritema difuse pada palatum mukosa penyangga gigi tiruan
 Eritema diffuse dan edema kronis pada mukosa yang langsung ditutupi oleh gigi
tiruan, biasanya pada palatum
 Biasanya tidak sakit
 Sering disertai angular cheilitis
 Bila disertai hiperplasi palatal -> terbentuk lesi halus atau mungkin timbul
permukaan seperti buah beri yang mudah berdarah
e. Penyebab
 GT yang tidak dibersihkan atau digunakan sepanjang malam menyebabkan
terbatasnya laju saliva pada daerah yang tertutup GT -> efek removal candida
berkurang -> lingkungan ideal untuk pertumbuhan candida
 Organisme di bawah gigi tiruan, terutama RA.
 Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva,
pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal.
 Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga
menyebabkan invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan
tersebut menyebabkan akan bertambahnya mukus saliva
 Faktor–faktor yang menyebabkan denture stomatitis yaitu trauma dari gigi tiruan
dan adanya keterlibatan mikroba umumnya disebabkan oleh jamur Candida spp
atau akibat kedua faktor tersebut
 Gigi tiruan yang dapat menyebabkan trauma adalah gigi tiruan yang kurang
retentif sehingga menyebabkan longgar pada saat mengunyah dan menimbulkan
trauma pada jaringan mukosa mulut

f. 3 Tahapan Klinis/3 Tipe DS


 Numerous petekie palatal
Terbatas pada bagian yang mengalami eritematosa disebabkan oleh trauma dari
gigi tiruan (eritema terlokalisir).
 Eritema difuse  sebagian besar/seluruh
Mempengaruhi sebagian besar mukosa yang tertutup gigi tiruan
 Inflammatory Papillary Hyperplasia (Granulasi/nodul oleh karena proliferasi reaktif
dari jaringan fibrosa di bawahnya)  area sentral palatum keras & ridge alveolar
Kondisi ini berkembang pada palatum bagian tengah, dengan karakteristik lesi
kemeraham yang menonjol, membengkak dan padat menyerupai permukaan
buah beri yang terlalu matang (Gambar 6-7). Lesi tersebut rapuh, dan sering
berdarah dengan trauma minimal. Gigi tiruan menghalangi akumulasi sel epitel
yang terkelupas dan mikroorganisme dari pengaruh fisik seperti aliran saliva
sehingga menghambat efek self cleansing
g. Sistemik
 Denture stomatitis merupakan salah satu penyebab inflamasi topikal kronis pada
mukosa mulut pada pasien lanjut usia yang menggunakan gigi tiruan
 Peran infeksi bakteri dalam eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) secara luas diperiksa. Plak gigi tiruan pada pasien PPOK merupakan
contoh biofilm bakteri dan jamur yang merupakan reservoir mikroorganisme
patogen saluran pernapasan. Miskin kebersihan gigi tiruan dapat menyebabkan
eksaserbasi akut PPOK. Gigi palsu lepasan meningkatkan pertumbuhan bakteri
dan jamur mulut. Luasnya pelat gigi tiruan menghalangi aliran saliva,
menghambat sifat antiseptiknya, membatasi suplai oksigen ke sel epitel mukosa,
menurunkan pH dan meningkatkan suhu dan jumlah partikel makanan yang
tersisa3,9. Pasien lanjut usia menggunakan gigi palsu mereka dalam jangka
waktu yang lama, tanpa melapor untuk pemeriksaan apakah gigi palsu mereka
dilapisi atau diganti. Oleh karena itu, stabilitas dan retensi gigi tiruan yang buruk
merupakan faktor traumatogenik pada mukosa mulut. Epitel yang rusak di
bawah basis gigi tiruan dapat menjadi titik awal infeksi bakteri atau jamur.
 Orang tua, menggunakan gigi tiruan lepasan akrilik, menang di antara pasien
dengan PPOK. Bahan biodegradable ini berpori dan kasar, yang mendorong
kolonisasi mikroorganisme. Bentuk miselium Candida menunjukkan perlekatan
yang kuat pada permukaan akrilik, melalui fosfolipase dan enzim hidrolitik lain
yang ada dalam pseudohifa. Kebersihan mulut dan gigi tiruan yang buruk
meningkatkan deposit bakteri. Biofilm gigi tiruan merupakan campuran dari
biofilm jamur dan bakteri dimana terjadi interaksi yang kompleks antara C.
albicans dan mikroorganisme rongga mulut lainnya.
 Terapi glukokortikoid inhalasi jangka panjang dan kebutuhan sering termasuk
glukokortikoid sistemik dan antibiotik dalam kasus eksaserbasi penyakit
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh11. Kemoterapi menyebabkan mulut
kering, yang berarti gigi tiruan dan sifat pembersihan diri permukaan gigi
menjadi sangat terbatas.

h. Perawatan
 Bersihkan GT, rendam dalam larutan chlorhexidine sebelum tidur pada malam
hari
 Teteskan antifungal pada GT sebelum digunakan 2x sehari
 Kasus ringan dapat berhasil diobati dengan antijamur topikal atau sistemik saja,
namun untuk tipe 3 hiperplasia papiler dapat dieksisi atau diangkat dengan
elektrokauter, cryosurgery, atau operasi laser.
 Whenever possible, elimination or reduction of predisposing factors should
always be the first goal for treatment of denture stomatitis as well as other
opportunistic infections. This involves improved denture hygiene and a
recommendation not to use the denture while sleeping. The denture hygiene is
important to remove nutrients, including desquamated epithelial cells, which
may serve as a source of nitrogen, which is essential for the growth of the yeasts.
Denture cleaning also disturbs the maturity of a microbial environment
established under the denture. As porosities in the denture can harbor
microorganisms, which may not be removed by physical cleaning, the denture
should be stored in antimicrobial solution during the night. Different solutions,
including alkaline peroxides, alkaline hypochlorites, acids, and disinfectants, have
been suggested. Chlorhexidine may also be used, but can discolor the denture
and also counteracts the effect of nystatin.
 Bila memungkinkan, eliminasi atau pengurangan faktor predisposisi harus selalu
menjadi tujuan pertama untuk pengobatan denture stomatitis serta infeksi
oportunistik lainnya. Ini melibatkan peningkatan hygiene gigi tiruan dan anjuran
untuk tidak menggunakan gigi palsu saat tidur. Kebersihan gigi tiruan penting
agar aliran saliva mampu membersihkan deskuamasi sel epitel yang dapat
berfungsi sebagai sumber nitrogen, yang penting untuk pertumbuhan mikroba.
 Pembersihan gigi tiruan juga mampu menghambat kematangan lingkungan
mikroba yang terbentuk di bawah gigi tiruan.
 Karena porositas pada gigi tiruan dapat menampung mikroorganisme, yang
mungkin tidak dapat dihilangkan dengan pembersihan fisik, gigi tiruan harus
disimpan dalam larutan antimikroba pada malam hari. Solusi yang berbeda,
termasuk peroksida alkali, hipoklorit alkali, asam, dan desinfektan, telah
disarankan. Klorheksidin juga dapat digunakan, tetapi dapat menghitamkan gigi
tiruan dan juga melawan efek nistatin.
 Surgical excision of type III denture stomatitis is sometimes advised in an
attempt to eradicate microorganisms present in the deeper fissures of the
granular tissue. However, this is neither sensible nor necessary, and it should not
even be considered. Improved hygiene, better‐fitting dentures, and not wearing
them overnight should clear the inflammation and edema sufficiently.
 Eksisi bedah denture stomatitis tipe III kadang-kadang disarankan dalam upaya
untuk membasmi mikroorganisme yang ada di celah yang lebih dalam dari
jaringan granular. Namun, ini tidak masuk akal dan tidak perlu, dan bahkan tidak
boleh dipertimbangkan. Peningkatan kebersihan, pemasangan gigi palsu yang
lebih baik, dan tidak memakainya semalaman biasanya sudah cukup
menghilangkan inflamasi dan edema.

i. PERBEDAAN DHE DAN KIE


Perbedaan DHE dan KIE adalah cakupannya, dimana DHE termasuk bagian dari KIE. Apapun yang
ditanyakan pasien masuk kedalam KIE, contohnya rencana perawatan secara keseluruhan.
Sedangkan untuk DHE hanya sebatas motivasi, edukasi dan instruksi tentang kesehatan gigi dan
mulut saja, contohnya cara sikat gigi, control plak, dan lain-lain.
j. MACAM-MACAM TERAPI
 Terapi Kausatif
Terapi atau tatalaksana untuk penyebab penyakit atau cedera. Tatalaksana
dilakukan untuk menghilangkan penyakit atau cedera baik secara langsung atau
tidak langsung. 

Contoh jika pasien mengidap infeksi kuman yang menyebabkan infeksi paru-paru
maka dokter akan memberikan antibiotik yang tepat untuk kuman tersebut
sehingga infeksi dapat dihilangkan. 
Misal pasien TU karena ada sisa akar, ekstraksi sisa akarnya.
 Terapi Paliatif
Tatalaksana dilakukan untuk menghilangkan gejala yg timbul akibat penyakit
atau cedera. Contoh pasien infeksi paru menyebabkan demam, obat yang
diperlukan adalah antipiretik atau obat demam seperti paracetamol. 

Sedangkan pasien koroner, untuk menghilangkan nyeri dada maka dokter akan
memberikan obat nitrat seperti obat isosorbidinitrat (obat yang ditaruh dibawah
lidah)
 Terapi Suportif
Tatalaksana yang dilakukan agar mempercepat atau menambah kesembuhan
penyakit. Contoh pada pasien infeksi paru, terkadang dokter memberi
multivitamin agar infeksi cepat tertangani karena dengan tubuh yang kuat maka
penyembuhan menjadi lebih cepat. 

Sedangkan pada penyakit jantung koroner maka terapi suportif yang diberikan
seperti nasihat untuk olahraga yang tepat yang tidak kompetitif atau sesuai
dengan kemampuan uji treadmill pasien. Dengan anjuran ini jantung pasien
menjadi tidak terbebani akan beban yang berlebih
NOTE BURKET’S
 Every candidiasis starts after local or systemic factors enable commensal Candida to
become pathogenic.
 Those local factors include
a. lack of saliva (medications causing dry mouth, head and neck radiotherapy)
b. denture wearing
c. topical steroid use
d. use of antibiotics or immunosuppressive drugs
systemic conditions including diabetes, anemia, or HIV.
 Candidal infections encountered in an oral medicine setting usually do not result in
serious con sequences for overall health, but can produce discomfort (inflammation
may cause tenderness) or may change a person’s appearance (e.g., angular cheilitis).
 Denture stomatitis and angular cheilitis are referred to as Candida-associated infections,
as they are always associated with raised counts of intraoral Candida and also since
bacteria may cause these infections.
 The most prevalent site for denture stomatitis is the denture bearing palatal mucosa
whether acrylic or chrome cobalt
 Tipe Denture Stomatitis
Denture stomatitis is classified into three different types:
a. Type I is limited to erythematous sites caused by trauma from the denture.
b. Type II affects a major part of the denture‐covered mucosa.
c. Type III has a granular mucosa (reactive proliferation of underlying fibrous tissue) in
addition to the features of type II. The denture serves as a vehicle that accumulates
sloughed epithelial cells and protects the microorganisms from physical influences
such as salivary flow.
Denture stomatitis diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
a. Tipe I terbatas pada bagian yang mengalami eritematosa disebabkan oleh trauma
dari gigi tiruan.
b. Tipe II mempengaruhi sebagian besar mukosa yang tertutup gigi tiruan.
c. Tipe III terbentuk mukosa granular (proliferasi reaktif dari jaringan fibrosa di
bawahnya) selain fitur tipe II. Gigi tiruan menghalangi akumulasi sel epitel yang
terkelupas dan mikroorganisme dari pengaruh fisik seperti aliran saliva
 The microflora is complex and may, in addition to C. albicans, contain bacteria from
several genera, such as Streptococcus, Veillonella, Lactobacillus, Prevotella (formerly
Bacteroides), and Actinomyces strains. It is not known to what extent these bacteria
participate in the pathogenesis of denture stomatitis. Nearly every patient with denture
stomatitis will report wearing dentures overnight. Thus, denture stomatitis is the
consequence of continuous irritation, both microbial and mechanical from the upper
denture, on the underlying mucosal surface. The term “denture sore mouth” is a
misnomer, as it normally does not produce any symptoms and is usually diagnosed by
the dentist, since patients are frequently unaware. Oral medicine specialists still get
referrals with a misdiagnosis of allergy to the denture.
Mikroflora itu kompleks dan mungkin, selain C. albicans, mengandung bakteri dari
beberapa genera, seperti Streptococcus, Veillonella, Lactobacillus, Prevotella
(sebelumnya Bacteroides), dan strain Actinomyces. Tidak diketahui sejauh mana bakteri
ini berpartisipasi dalam patogenesis denture stomatitis. Hampir setiap pasien dengan
denture stomatitis akan melaporkan memakai gigi palsu dalam semalam. Dengan
demikian, denture stomatitis adalah akibat dari iritasi terus menerus, baik mikroba
maupun mekanik dari gigi tiruan atas, pada permukaan mukosa di bawahnya. Istilah
“sakit gigi tiruan mulut” adalah keliru, karena biasanya tidak menimbulkan gejala apapun
dan biasanya didiagnosis oleh dokter gigi, karena pasien sering tidak menyadarinya.
Dokter spesialis penyakit gigi dan mulut masih mendapatkan rujukan dengan kesalahan
diagnosis alergi gigi tiruan.

NOTE DRG DYAH


1. Ucapkan salam
2. Perkenalan nama
3. Kronologi penyakit, alergi sistemik riwayat perawatan
4.

Anda mungkin juga menyukai