Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1 (KLINIK PRATAMA)


BLOK 22 MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Dosen Pembimbing:
drg. Agus Sumono, M.Kes

Kelompok Tutorial 9
Afifah Firda Amalia (171610101078)
Yuriza Adelita Yolanda (171610101079)
Nabela Dhea Ulhaq (171610101080)
Usykuri Naila Iflachiana (171610101081)
Farah Rachmah Aulia W. (171610101082)
Rahmat Agung (171610101083)
Riris Aria Dewanti (171610101084)
Zhafirah Alifia Putri (171610101085)
Johan Al Falah (171610101086)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
SKENARIO 1.............................................................................................................1
STEP 1 (Kata Sulit)...................................................................................................2
STEP 2 (Rumusan Masalah)....................................................................................4
STEP 3 (Brainstorming)...........................................................................................5
STEP 4 (Mind Mapping)..........................................................................................14
STEP 5 (Learning Objectives).................................................................................14
STEP 7 (Pembahasan LO)........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................35

ii
SKENARIO I
KLINIK PRATAMA
Seorang dokter gigi ingin membuka klinik pratama untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dokter gigi tersebut bekerja sama dengan
dokter umum untuk mewujudkan keinginannya. Banyak persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain menyiapkan perizinan klinik, sarana, prasarana dan
ketenagaan. Klinik tersebut memberikan seluruh pelayanan kesehatan perorangan
yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif berupa rawat jalan, rawat inap,
one day care dan home care. Diskusikan tentang tindakan yang harus dilakukan
oleh dokter gigi tersebut dalam mewujudkan klinik yang diinginkan.

1
STEP 1
KLARIFIKASI KATA-KATA SULIT
1. One day care
● Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pasien yang membutuhkan perawatan
rehabilitatif medik dan perawatan jangka pendek yaitu satu hari atau 24
jam.
● Merupakan pelayanan yang dilakukan singkat dalam waktu 1x24 jam
untuk pasien yang telah ditegakkan diagnosisnya.
2. Home care
● Perawatan lanjutan dilakukan dirumah dimana keluarga berperan penting.
Disini juga merupakan rawat jalan.
● Perawatan lanjutan untuk pasien untuk memaksimalkan kesehatannya dan
melibatkan keluarga yang memegang peranan penting dengan tujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien, mempertahankan atau
memulihkan penyakit dan mengurangi dampak penyakit.
3. Klinik pratama
● Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan
menyediakan pelayanan medis dasar, diselenggarakan oleh lebih dari satu
jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.
● Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar. Sifat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bisa berupa rawat
jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care. Pimpinan di Klinik
Pratama : Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
● Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum
maupun khusus dengan minimal 2 tenaga medis seperti dokter dan dokter
gigi, klinik pratama dapat dipimpin oleh dokter maupun dokter gigi.
● Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang
dokter umum. Berdasarkan perizinannya klinik ini dapat dimiliki oleh
badan usaha ataupun perorangan.

2
4. Rehabilitatif
● Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan ke keadaan semula atau
suatu upaya maupun rangkaian kegiatan yang ditujukan kepada bekas
penderita (pasien yang sudah tidak menderita penyakit) agar dapat
berinteraksi secara normal dalam lingkungan sosial.
5. Preventif
● Kegiatan pencegahan terhadap penyakit atau suatu tindakan untuk
menghindari terjadinya masalah kesehatan yang mengancam diri sendiri
maupun orang lain di masa yang akan datang.
6. Kuratif
● Upaya kesehatan kuratif adalah suatu upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Upaya
kesehatan kuratif juga dapat diartikan sebagai usaha medis yang dilakukan
untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit yang diderita seseorang.
7. Rawat inap
● Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien yang masuk ke rumah sakit
minimal 1 hari yang menggunakan tempat tidur untuk keperluan observasi,
diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan penunjang medik lainnya
● Proses perawatan pasien dengan pasien diinapkan di suatu ruangan
setidaknya 1 hari berdasarkan pelayanan kesehatannya dapat meliputi
observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medik dan
sebagainya. Pada klinik pratama maksimal lima hari namun jika lebih dari
itu dirujuk ke rumah sakit.
8. Rawat jalan
● Pelayanan yang tidak mengharuskan pasien untuk rawat inap. Pasien
dirawat di luar rumah sakit namun pasien dalam pengawasan dokter
ataupun dokter gigi dan dengan rekomendasi dari dokter. contohnya
berupa pelayanan rujukan, bedah jalan dan gawat darurat.
● Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan
lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap atas persetujuan

3
dokter. Keuntungannya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
menginap (opname).

STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa perbedaan home care dan rawat jalan?
2. Apa saja kriteria dan syarat untuk membangun klinik pratama?
3. Apa kewajiban dari pihak penyelenggara klinik pratama?
4. Apa beda klinik pratama dengan klinik utama?
5. Apa bedanya klinik pratama dengan puskesmas?
6. Apakah klinik pratama harus memberikan pelayanan rawat jalan, rawat inap,
home care, one day care?
7. Apa saja pelayanan medik dasar di klinik pratama?

4
STEP 3
BRAINSTORMING

1. Apa perbedaan home care dan rawat jalan?

Aspek Rawat Jalan Home care

Jenis perawatan Diagnosa dan kuratif dilakukan di Diagnosa sampai kuratif dilakukan
klinik di klinik atau
Rehabilitatif dilakukan di klinik Diagnosa di klinik dilanjutkan
dan rumah rehabilitatif di rumah

Peranan Dokter yang berperan penting Peran keluarga sangat diperlukan

Tipe pasien Pasien dapat datang sendiri ke Pasien lanjut usia, pasien cacat,
klinik dan kooperatif pasien yang meminta perawatan
dilakukan di rumah

Sarana Dilengkapi dengan laboratorium Kurang lengkap dibandingkan pada


prasarana untuk dapat melakukan cek lab klinik
langsung sehingga memudahkan
penegakan diagnosa

Ketenagaan Tenaga medis, tenaga Tenaga medis, tenaga keperawatan,


keperawatan, ahli gizi tidak ahli gizi datang ke rumah pasien,
datang ke rumah, pasien datang dibantu oleh peran penting
sendiri langsung ke klinik keluarga

Biaya Lebih mahal Lebih murah

5
2. Kriteria dan syarat untuk membangun klinik pratama?
a. Lokasi
Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik dengan
memperhatikan kebutuhan pelayanan. Pada klinik pratama harus ada ruang
konsultasi, pendaftaran, administrasi dan farmasi.
b. Ketenagaan
● Penanggung jawab klinik harus seorang tenaga medis
● Ketenagaan terdiri dari tenaga medis minimal 2 dokter dan atau dokter
gigi, tenaga kesehatan, dan tenaga non kesehatan.
● Dokter tersebut harus memiliki surat tanda registrasi (STR) dan surat
izin praktek (SIP)
● Tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus mempunyai Surat
Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin
Praktik (SIP).
c. Prasarana
● instalasi listrik
● instalasi air
● ambulans
● sarana pengelolaan limbah
● sistem gas medis
● sistem tata udara
● sistem pencahayaan
● pencegahan dan penanggulangan kebakaran
● prasarana lainnya sesuai kebutuhan
● Sanitasi yang memadai, mempengaruhi perizinan SPPL (Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup), UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan HIdup)
d. Peralatan Klinik
 Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

6
 Peralatan medis dan nonmedis tersebut harus memenuhi standar mutu,
keamanan, dan keselamatan.
 Peralatan medis juga harus memiliki izin edar sesuai ketentuan
peraturan perundang - undangan.
 Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh institusi penguji atau pihak pengkalibrasi yang
berwenang untuk mendapatkan surat kelayakan alat.
 Peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus mendapatkan
izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan seperti yang telah
diatur dalam Permenkes RI No.9, 2014.
e. Bangunan
● Bersifat permanen dan tidak bergabung fisik bangunannya dengan
tempat tinggal perorangan. Ketentuan tempat tinggal perorangan
sebagaimana dimaksud pada yaitu tidak termasuk apartemen, rumah
toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
● Harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan.
● Memenuhi persyaratan lingkungan sehat sesuai perundang-undangan.
● Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:
○ ruang pendaftaran
○ ruang konsultasi
○ ruang administrasi
○ ruang obat
○ ruang tindakan
○ ruang/pojok ASI
○ kamar mandi
○ ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
● Jika melayani rawat inap maka harus ditambahkan:
○ ruang rawat inap
○ ruang farmasi
○ ruang laboratorium
○ ruang dapur

7
f. Perizinan
● Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin
dari pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dinas
kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi setelah klinik
memenuhi ketentuan persyaratan klinik
1. Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus
melengkapi persyaratan:
● Identitas lengkap pemohon
● Fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha
● Fotokopi sertifikat tanah, atau bukti surat kontrak minimal
untuk jangka waktu 5 tahun
● Dokumen untuk klinik rawat jalan atau dokumen untuk klinik
rawat inap sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
● Diberikan untuk jangka waktu 6 bulan, bisa diperpanjang
paling lama 6 bulan jika masih belum bisa memenuhi
persyaratan
● Apabila batas waktu habis dan pemohon tidak bisa memenuhi
persyaratan, maka pemohon harus mengajukan permohonan
izin yang baru.
2. Untuk mendapatkan izin operasional, harus memenuhi persyaratan
teknis dan administrasi.
● Persyaratan teknis: lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan,
peralatan, kefarmasian, dan laboratorium
● Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi
kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta
pelayanan yang diberikan
● Persyaratan administrasi: izin mendirikan dan rekomendasi dari
dinas kesehatan kabupaten/kota.
● Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 tahun dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan

8
dengan mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan
sebelum habis masa berlaku izinnya.
● Klinik pratama yang menyelenggarakan rawat inap, harus
memiliki izin dalam bentuk badan usaha. Mengenai
kepemilikan klinik, dapat dimiliki secara perorangan maupun
badan usaha. Bagi klinik yang menyelenggarakan rawat inap
maka klinik tersebut harus menyediakan berbagai fasilitas yang
dapat menunjang dan memadai.

3. Apa kewajiban dari pihak penyelenggara klinik pratama?


a. Memasang papan nama klinik
b. Mencatat penyakit yang ada di klinik tersebut
c. Mempersiapkan program kerja
d. Mempersiapkan budget planning
e. Menyediakan pelaksanaan medik dasar
f. Ketenagakerjaan harus mumpuni apabila klinik buka 24 jam
g. Membagi jobdesk setiap tenaga medis dan tenaga kerja

Kewajiban klinik pratama berdasarkan Permenkes RI No 9 tahun 2014 pasal


35, yaitu :
● Memiliki standar prosedur operasional;
● Melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
● Melaksanakan fungsi sosial;
● Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;
● Menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan
● Memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa asap
rokok.

9
4. Apa beda klinik pratama, klinik utama dan puskesmas?
Berdasarkan permenkes RI nomor 28 tahun 2011 :
a. Klinik pratama melayani pemeriksaan medik dasar, yang dipimpin oleh
dokter umum atau dokter gigi dan rawat inap dikelola oleh badan usaha
b. Klinik utama melayani pemeriksaan medik dasar dan spesialis, dipimpin
oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis, terdapat rawat inap
c. Layanan di dalam klinik utama mencangkup pelayanan rawat inap,
sementara pada klinik pratama pelayanan rawat inap hanya boleh dalam
hal klinik berbentuk badan usaha
d. Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau
dokter gigi, sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis
untuk masing-masing jenis pelayanan.
Perbedaan Puskesmas dengan Klinik Pratama

Aspek Puskesmas Klinik Pratama

Pelayanan Masyarakat dan perorangan perorangan

Kepemilikan Pemerintah Pemerintah, pemerintah daerah,


masyarakat (perorangan, badan
usaha, badan hukum)

Fungsi sosial Langsung terjun ke masyarakat, Hanya mengobati perorangan


mengobati perorangan sekaligus
memutus persebaran penyakit
menular

Wilayah Mencakup (tiap kecamatan ada) Tidak mencakup (hanya untuk


kelompok perorangan

6. Apakah klinik pratama harus memberikan pelayanan rawat jalan, rawat


inap, home care,one day care?
Klinik pratama tidak harus memberikan pelayanan berupa rawat jalan,
rawat inap, one day care, dan home care sekaligus. Hal ini dikarenakan

10
kebutuhan pelayanan yang disediakan juga harus disesuaikan dengan sarana
prasarana dan ketenagaan yang dimiliki oleh suatu klinik pratama. Menurut
Permenkes RI No.9, 2014, klinik pratama yang menyelenggarakan rawat inap,
harus memiliki izin dalam bentuk badan usaha. Mengenai kepemilikan klinik,
dapat dimiliki secara perorangan maupun badan usaha.
Bagi klinik yang menyelenggarakan rawat inap maka klinik tersebut
harus menyediakan berbagai fasilitas yang mencakup:
1) Ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
2) Minimal 5 bed, maksimal 10 bed, dengan lama inap maksimal 5 hari;
3) Tenaga medis dan keperawatan sesuai jumlah dan kualifikasi;
4) Dapur gizi dan
5) Pelayanan laboratorium klinik pratama (Permenkes RI No.9, 2014).

7. Apa saja pelayanan medic dasar di klinik pratama?


Pelayanan medik dasar dalam bidang kedokteran gigi:
a. Konseling medik (umum dan gigi)
b. Deteksi dini meliputi penegakkan diagnosis dengan atau tanpa
menggunakan pelayanan penunjang sederhana (laboratorium)
c. Pengobatan dan atau tindakan tepat, cepat terhadap penyakit infeksi,
penyakit tidak menular (umum dan gigi) termasuk kegawatdaruratan atau
penyakit tanpa komplikasi yang tidak/belum membutuhkan pelayanan
dokter spesialis serta rehabilitasi dasar
d. Pelayanan medik dasar sesuai dengan kompetensi dokter atau gigi.

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 6 tahun


2007, pada bidang kedokteran gigi jenis pelayanan medik dasar yang dapat
diberikan antara lain:
a. Pelayanan darurat dasar (mengurangi rasa sakit)
b. Pembersihan karang gigi
c. Ekstraksi
d. Fissure sealant
e. Restorasi tumpatan

11
f. Perawatan saluran akar
g. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut
h. Menghilangkan traumatic oklusi
i. Pelayanan bedah minor (insisi abses, tumor kecil jinak pada kulit)

STEP 4
MAPPING

12
Pelayanan
Kesehatan

Puskesmas Klinik

Klinik
Klinik Utama
Pratama

Kewajiba Pelayanan
Tujuan Syarat
n Kesehatan
Lokasi
dan
Banguna
n
Sarana Prasarana

Perizinan

Ketenagaan

Pelayanan Kesehatan yang


Optimal

STEP 5
LEARNING OBJECTIVES

13
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pelayanan
kesehatan (jenis klinik)
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian dan
tujuan klinik pratama dan klinik utama.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan syarat
mendirikan klinik pratama dan klinik utama.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pelayanan
kesehatan yang ada di klinik pratama dan klinik utama.

STEP 7
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVES

14
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pelayanan
kesehatan (jenis klinik)
Menurut Depkes RI (2009), Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga ,
kelompok, dan/ataupun masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2016 tentang fasilitas
pelayanan kesehatan pada pasal 1 ayat 1 dan pada pasal 2, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan/ atau masyarakat.
Pada PP No 47 tahun 2014 BAB II Ketersediaan pelayanan Kesehatan
Bagian Kedua mengenai jenis dan tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan,
pasal 5 menjelaskan tentang 3 stratifikasi fasilitas pelayanan kesehatan.
1. Pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan tingkat dasar.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan spesialistik.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan subspesialistik.
4. dengan catatan bahwa Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua
dan tingkat ketiga dapat memberikan pelayanan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat di bawahnya.

Stratifikasi Pelayanan Kesehatan


1. Pelayanan Kesehatan tingkat pertama
Pelayanan yang bersifat Pokok (Basic Health Service). Pada
umumnya bersifat rawat jalan.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua

15
Pelayanan kesehatan yang lebih lanjut telah bersifat rawat inap dan
mampu menjalankan perawatan spesialistik, sehingga dibutuhkan
tenaga-tenaga kesehatan spesialis.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat
jalan dan rawat inap. Pelayanan kesehatan tingkat pertama diselenggarakan
oleh fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Yang
meliputi fasilitas kesehatan tingkat pertama antara lain Puskesmas, Praktik
dokter umum dan praktik dokter gigi, klinik pratama, dan RS Kelas D Pratama
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2014 BAB I
tentang ketentuan umum, pasal 1 ayat 1 pengertian klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. Klinik
pratama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh
seorang tenaga medis, dimana Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi atau dokter gigi spesialis (Permenkes No. 28 tahun 2011).
Pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2014 BAB II Pasal 2
ayat 1 tentang jenis klinik, berdasarkan jenis pelayanan, klinik dibagi menjadi
klinik pratama, dan klinik utama. Klinik pratama merupakan klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus. Klinik
utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Pada Pasal 3 Klinik
dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat. Tenaga
medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling
sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi

16
pelayanan. Berdasarkan syarat tenaga medis pada klinik pertama dan utama
adalah :
Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dan 1
(satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanansdangkanuntuktenagamedis
pada Klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran gigi paling sedikit
terdiri dari 1 (satu) orang dokter gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi
sebagai pemberi pelayanan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2014).
Pada pasal 3 disebutkan bahwa klinik dapat dimiliki oleh pemerintah,
pemerintah daerah, atau masyarakat. Dengan syarat yang disebutkan oleh
pasal empat, bahwa klinik yang dimiliki oleh pemerintah dan pemerintah
daerah harus didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan
rawat jalan dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha. Sedangkan
klinik yang menyelenggarakan rawat inap harus didirikan badan hukum. Yang
dimaksud oleh badan hukum adalah suatu persekutuan modal yang didirikan
berdasarkan perjanjian kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi syarat perundang-undangan. Tidak semua
badan usaha adalah badan hukum. Contoh badan hukum adalah PT (Perseroan
Terbatas), Koperasi, Yayasan, BUMN, dan bentuk badan usaha lain yang
anggaran dasarnya disahkan oleh menteri dan diumumkan di berita negara.
Bentuk badan hukum ini, pengelola di dalamnya dapat menuntut dan dituntut
secara hukum. Sedangkan untuk badan usaha contohnya adalah UD, PD,
Firma, dan CV.

2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian


dan tujuan klinik pratama dan klinik utama.
a. Klinik pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang
dokter umum. Berdasarkan perizinannya klinik ini dapat dimiliki oleh

17
badan usaha ataupun perorangan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
Tahun 2014).
b. Klinik utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Spesialistik
berarti mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini
dipimpin seorang dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis.
Berdasarkan perizinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha
berupa CV, maupun PT (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2014).

Tujuan klinik pratama dan klinik utama antara lain:


● Memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan mengutamakan
kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014).
● Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu
atau mendahulukan kepentingan finansial (Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 9 Tahun 2014).
● Tersedianya Sarana Pelayanan Kesehatan Primer sebagai gatekeeper
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sekaligus dapat
digunakan sebagai wahana Pendidikan Kedokteran/ Kedokteran Gigi
dan Ilmu-Ilmu kesehatan lainnya yang memenuhi standar pendidikan
profesi dan standar kompetensi (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9
Tahun 2014).
● Mensukseskan Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional
sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat kepada fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai, mendorong standar mutu
pelayanan kesehatan secara rasional serta mendorong efisiensi
pelayanan kesehatan sehingga seluruh masyarakat Indonesia

18
memperoleh manfaat jaminan perlindungan kesehatan guna memenuhi
kebutuhan dasarnya (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2014).

3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan syarat


mendirikan klinik pratama dan klinik utama.
Syarat mendirikan Klinik Pratama dan Klinik Utama menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
tentang Klinik yaitu:
A. Lokasi
● Pasal 5
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik
yang diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan
memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah
penduduk.
(2) Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
(3) Ketentuan mengenai persebaran Klinik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak berlaku untuk Klinik perusahaan atau Klinik
instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan
perusahaan, warga binaan, atau pegawai instansi tersebut.
B. Bangunan
● Pasal 6
(1) Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung
fisik bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.
(2) Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor,
rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
(3) Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta

19
perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
● Pasal 7
(1) Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:
a. Ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b. Ruang konsultasi;
c. Ruang administrasi;
d. Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang
melaksanakan pelayanan farmasi;
e. Ruang tindakan;
f. Ruang/pojok ASI;
g. Kamar mandi/wc; dan
h. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Klinik rawat inap harus memiliki:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
b. ruang farmasi;
c. ruang laboratorium; dan
d. ruang dapur;
(3) Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Jumlah tempat tidur pasien pada Klinik rawat inap paling
sedikit 5 (lima) buah dan paling banyak 10 (sepuluh) buah.
C. Prasarana
● Pasal 8
(1) Prasarana Klinik meliputi:
a. instalasi sanitasi;
b. instalasi listrik;
c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
d. ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan
rawat inap; dan

20
e. sistem gas medis;
f. sistem tata udara;
g. sistem pencahayaan;
h. prasarana lainnya sesuai kebutuhan.
(2) Sarana dan Prasarana Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan
baik.
D. Ketenagaan
● Pasal 9
(1) Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis.
(2) Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut,
dan dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan.
● Pasal 10
Tenaga Medis hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada
1 (satu) Klinik.
● Pasal 11
(1) Ketenagaan Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga
keperawatan, Tenaga Kesehatan lain, dan tenaga non
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
(2) Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga
kefarmasian tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis
kesehatan, Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan
sesuai dengan kebutuhan.
(3) Jenis, kualifikasi, dan jumlah Tenaga Kesehatan lain serta
tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan
yang diberikan oleh Klinik.
● Pasal 12
(1) Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan
pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang
dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

21
(2) Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter
spesialis dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan.
(3) Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter
gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi
pelayanan.
● Pasal 13
(1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin
Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin
Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
E. Peralatan
● Pasal 17
(1) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis
yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
(2) Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan
keselamatan.
(3) Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

F. Kefarmasian → terdapat pada bagian keenam


● Pasal 21
(1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan
farmasi.
(2) Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat

22
Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung jawab atau
pendamping.

● Pasal 22
(1) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang
diselenggarakan apoteker.
(2) Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melayani resep dari dokter Klinik yang bersangkutan, serta
dapat melayani resep dari dokter praktik perorangan maupun
Klinik lain.
● Pasal 23
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis
pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya wajib
memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker.

G. Laboratorium
● Pasal 24
(1) Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
(2) Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
(3) Laboratorium Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) pada klinik pratama merupakan pelayanan
laboratorium klinik umum pratama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium
klinik umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.
(5) Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan (4) terintegrasi dengan perizinan Klinik.
(6) Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang
memiliki sarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan
pelayanan melebihi kriteria dan persyaratan Klinik

23
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), maka
laboratorium klinik tersebut harus memiliki izin tersendiri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
H. Perizinan
● Pasal 25
(1) Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin
mendirikan dan izin operasional.
(2) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota.
● Pasal 26
(1) Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik
harus melengkapi persyaratan:
a. Identitas lengkap pemohon;
b. Salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha,
kecuali untuk kepemilikan perorangan;
c. Salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti
kepemilikan lain yang disahkan oleh notaris, atau bukti
surat kontrak minimal untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;
d. Dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen
UKL-UPL untuk Klinik rawat inap sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan; dan
e. Profil Klinik yang akan didirikan meliputi
pengorganisasian, lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan,
peralatan, kefarmasian, laboratorium, serta pelayanan yang
diberikan;
f. Persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah
setempat.
(2) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan,
dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan apabila

24
belum dapat memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
habis dan pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, maka
pemohon harus mengajukan permohonan izin mendirikan yang
baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
● Pasal 27
(1) Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara Klinik
harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.
(2) Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian, dan
laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai
dengan Pasal 24.
(3) Persyaratan administrasi meliputi izin mendirikan dan
rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
(4) Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan.
Selain itu juga ada syarat biaya, dimana pihak penyelenggara harus
membuat rincian biaya, seperti biaya alat-alat, bahan, listrik, air,
dan juga gaji dari pegawai.

Berkas yang diperlukan untuk ijin pendirian dan operasional klinik


pratama rawat inap dan rawat jalan baru yaitu (Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia, 2017):
1. Permohonan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
bermaterai Rp. 6000,- Oleh Pemimpin Yayasan / Penanggung Jawab
Sarana
2. Identitas pemohon (Salinan / fotocopy KTP)
3. Foto copy akte Pendirian (Pemohon berbadan hukum) atau daftar
riwayat pekerjaan pemimpin sarana kesehatan dimaksud yang disahkan
oleh instansi yang berwenang (bagi pemohon perorangan)

25
4. Fotokopi Izin lokasi dari Pemerintah Daerah, Kepemilikan
tanah/Kontrak minimal 5 tahun, IMB dari Pemerintah Kabupaten, Izin
mendirikan Tempat usaha (Izin HO)
5. Surat pernyataan kesediaan mentaati peraturan/ perundang- undangan
yang berlaku oleh Pemimpin Yayasan / Penanggung jawab Sarana
Kesehatan dimaksud bermaterai Rp. 6000,-
6. Daftar ketenagaan yang harus tersedia Dokter Pelaksana (SIP) Dokter
Gigi (SIP) Perawat (SIP) Bidan (SIB) Tenaga Ahli Gizi Apoteker
Assisten Apoteker Non Medis
7. Pernyataan kesediaan bekerja sebagai penanggung jawab dan staf
pelaksana (setiap pekerja) bermaterai Rp. 6000,-
8. Fotocopy SIP tenaga medis (Dokter) dan paramedis
9. Struktur organisasi pelayanan kesehatan yang teruraikan dalam
pembagian tugas dan fungsi pelayanan
10. Dokumen UKL / UPL
11. Daftar tarif Pelayanan
12. Daftar Peralatan yang dimiliki
13. Peta / Denah Lokasi Rawat Inap Medik Dasar
14. Sarana (Maksimal 10 Tempat Tidur minimal 5 Tempat Tidur, Ruang
Tunggu, Ruang Periksa, Ruang Rawat Inap, Kamar Mandi / Toilet,
UGD, Apotik, Pojok ASI, Ruang Dapur, Ruang Laundry, Ruang
Laboratorium, Ambulance bagi Klinik Rawat Inap)
15. Alat (Daftar Peralatan Medis dan Alat Laboratorium sederhana)
16. Studi Kelayakan

Alur Permohonan Izin:


Alur permohonan izin menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (2017), yaitu :
1. Pemohon mengisi form permohonan dengan dilengkapi persyaratan
administrasi yang ditetapkan.
2. Petugas Front Office meneliti persyaratan administrasi sesuai dengan izin
yang dimohon.

26
3. Jika Persyaratan administrasi perizinan lengkap, data diinput/entry data,
memberikan Tanda Terima Berkas (TTB), validasi berkas permohonan
dan paraf oleh Kasie Pelayanan dan Penetapan Perijinan, kemudian berkas
diserahkan ke Kepala Bidang Perijinan.
4. Validasi berkas/dokumen permohonan kelengkapan dan kebenaran oleh
Kepala Bidang Perizinan serta pengecekan lapangan bersama Tim Teknis
Tinjau Lapangan guna memeriksa kesesuaian dokumen dengan fakta di
lapangan.
5. Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan Tim Teknis Tinjau Lapangan
memberikan rekomendasi untuk menyetujui atau menolak permohonan
izin yang dituangkan dalam rekomendasi dan perhitungan retribusi kepada
Kepala DPM-PTSP Kabupaten Jember.
6. Jika berkas/dokumen permohonan tidak memenuhi syarat administrasi dan
teknis, maka permohonan dikembalikanke pemohon dengan diterbitkan
surat penolakan, jika persyaratan telah lengkap dan benar kemudian
diproses, dan selanjutnya dibuatkan draf keputusan.
7. Draf keputusan diparaf Kabid Perizinan, Kasie Perizinan selanjutnya
ditandangani Kepala Dinas.
8. Pemohon bisa mengambil SK Izin dimaksud dengan menunjukkan bukti
pembayaran atas SKRD tersebut. Sebelum SK diserahkan ke pemohon
dilakukan penomoran SK Izin tersebut.
Izin pendirian dan operasional Klinik Pratama rawat inap dan rawat jalan
tersebut berlaku selama 5 tahun, dan diperpanjang setelah itu dengan dokumen
yang perlu dilengkapi dan proses yang sama.

Kebijakan Kesehatan Selama Masa Pandemi


Terdapat beberapa kebijakan berkaitan hal diatas yang disesuaikan dengan
keadaan pandemik COVID-19. Kebijakan tersebut diatur dalam Surat Edaran
Menteri Kesehatan NOMOR HK.02.01/MENKES/455/2020 tentang Perizinan
Dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Dan Penetapan Rumah Sakit
Pendidikan Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Perizinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yaitu :

27
1. Izin penyelenggaraan/operasional rumah sakit, Puskesmas, klinik,
laboratorium kesehatan, dan unit transfusi darah yang telah habis
masa berlakunya namun proses perpanjangan izin terkendala kondisi
Bencana Nasional atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19), maka izin
penyelenggaraan/operasional dinyatakan masih tetap berlaku selama 1
(satu) tahun terhitung sejak status Bencana Nasional atau Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dinyatakan dicabut oleh Pemerintah.
2. Rumah sakit, Puskesmas, klinik, laboratorium kesehatan, dan unit
transfusi darah yang telah mengajukan permohonan izin
penyelenggaraan/operasional kepada pemerintah pusat/pemerintah
daerah untuk pertama kali, namun terkendala kondisi Bencana
Nasional atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19), dinyatakan memiliki izin
penyelenggaraan/operasional yang berlaku paling lama 1 (satu) tahun
sejak Bencana Nasional atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dinyatakan dicabut oleh
Pemerintah.
3. Rumah sakit, Puskesmas, klinik, laboratorium kesehatan, dan unit
transfusi darah yang izin penyelenggaraan/operasionalnya telah habis
masa berlakunya dan yang telah mengajukan permohonan izin
penyelenggaraan/operasional kepada pemerintah pusat/pemerintah
daerah untuk pertama kali sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan
angka 2, wajib membuat pernyataan komitmen
penyelenggaraan/operasional fasilitas pelayanan kesehatan, yang
dapat digunakan sebagai persyaratan kerja sama dengan BPJS
Kesehatan, badan usaha atau lembaga lain.
4. Pernyataan komitmen penyelenggaraan/operasional fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Formulir 1 terlampir dan disampaikan kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah pemberi izin.

28
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pelayanan
kesehatan yang ada di klinik pratama dan klinik utama.
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar,
efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat
serta diselenggarakan secara aman dan memuaskan sesuai norma dan etika
yang baik (Bustami, 2011)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2007, pelayanan medik dasar adalah pelayanan kesehatan individual
yang dilandasi ilmu klinik (clinical science) merupakan upaya kesehatan
perorangan yang meliputi aspek pencegahan primer (health promotion dan
specific protection), pencegahan sekunder meliputi deteksi dini dan
pengobatan, serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier berupa rehabilitasi
medik yang secara maksimal dilakukan oleh dokter, dokter gigi termasuk
dokter keluarga. Pelayanan medik dasar dalam bidang kedokteran gigi yaitu :
1. Konseling medik (umum dan gigi).
2. Deteksi dini meliputi penegakkan diagnosis dengan atau tanpa
menggunakan pelayanan penunjang sederhana (laboratorium).
3. Pengobatan dengan tindakan tepat, cepat terhadap penyakit infeksi,
penyakit tidak menular ( umum dan gigi ) termasuk kegawatdaruratan atau
penyakit tanpa komplikasi yang tidak atau belum membutuhkan pelayanan
dokter spesialis serta rehabilitasi dasar.
4. Pelayanan medik dasar sesuai dengan kompetensi dokter atau gigi.
Menurut permenkes No. 9 tahun 2014 disebutkan bahwa Klinik
pratama hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa anestesi dan atau
spinal.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik indonesia No. 6
( tahun 2007), pada bidang kedokteran gigi jenis pelayanan medik dasar yang
dapat diberikan antara lain:
1. Pelayanan darurat dasar (mengurangi rasa sakit).
2. Pembersihan karang gigi.

29
3. Ekstraksi.
4. Fissure sealant .
5. Restorasi tumpatan (perawatan saluran akar ).
6. Perawatan penyakit / kelainan jaringan mulut .
7. Menghilangkan traumatic oklusi .
8. Pelayanan bedah minor (insisi abses, tumor kecil jinak pada kulit)

Buku panduan praktis pelayanan kesehatan BPJS (2014) menyebutkan


bahwa ada beberapa pelayanan kesehatan tingkat dasar yang dapat dilakukan
dalam bidang kedokteran gigi, antara lain :
1. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
2. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis.
3. Premedikasi .
4. Kegawatdaruratan oro-dental
5. Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
6. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7. Obat pasca ekstraksi
8. Tumpatan komposit / GIC
9. Scaling gigi (1 kali dalam setahun) (BPJS, 2014)

Pelayanan Kesehatan Perorangan terdiri dari :


Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2)
UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu ada Promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif:
1. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
Contoh :

30
 Kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan : Penyuluhan
kesehatan perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
 Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut.
 Penyuluhan tentang KB.
 Penyuluhan tentang gizi untuk balita.
2. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
Contoh :
 Imunisasi dasar : Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile
Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DPT HB), Polio, dan Campak.
 Skrining kesehatan : Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari
risiko penyakit tertentu, seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi,
kanker leher rahim.
 Keluarga berencana : Pelayanan keluarga berencana meliputi
konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja
sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
 Pemberian Fluor
3. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Contoh :
 Penumpatan gigi.
 Balita yang mengalami pneumonia akan membutuhkan antibiotik agar
bisa sembuh.
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk

31
dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Contoh :
 Pemberian gigi tiruan atau gigi palsu.
 Balita yang terkena pneumonia akan kehilangan nafsu makan
sehingga balita tersebut akan kekurangan gizi, jadi kita harus
memenuhi gizi yang dibutuhkan balita tersebut yaitu protein untuk
proses penyembuhan/pemulihan dari penyakitnya.
 Latihan fisik yang dilakukan oleh penderita patah tulang atau kelainan
bawaan.

Cakupan Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


Cakupan pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama menurut Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan BPJS (2014), yaitu :
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas
kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas
kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan promotif preventif,
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama;
g. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi ;
h. Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB pasca persalinan;
i. Rehabilitasi medik dasar.

2. Pelayanan Gigi
a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas

32
kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
c. Premedikasi
d. Kegawatdaruratan oro-dental
e. Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
f. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
g. Obat pasca ekstraksi
h. Tumpatan komposit/GIC
i. Scaling gigi (1x dalam setahun) (BPJS Kesehatan, 2014)

3. Rawat Inap Tingkat Pertama


Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan cakupan pelayanan
rawat jalan tingkat pertama dengan tambahan akomodasi bagi pasien sesuai
indikasi medis.

4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis


Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat dilakukan
pada kasus:
a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan
b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien
c. Penyakit thalasemia, hemofilia dan penyakit lain setelah mendapat
rekomendasi dari dokter

Bila pelayanan kesehatan tidak mampu dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat


pertama, maka dilanjutkan dengan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(BPJS Kesehatan, 2014).

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan


Cakupan pelayanan fasilitas keehatan tingkat lanjutan menurut Buku Panduan
Praktis Pelayanan BPJS Kesehatan (2014), yaitu :
A. Fasilitas Kesehatan

33
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat dilakukan di:
 klinik utama atau yang setara;
 rumah sakit umum; dan
 rumah sakit khusus.
Baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan

(1) Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan meliputi :


a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f. rehabilitasi medis;
g. pelayanan darah;
h. pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan;
j. perawatan inap non intensif; dan
k. perawatan inap di ruang intensif.

(2) Administrasi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang
terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan pasien.
(3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b termasuk
pelayanan kedaruratan.
(4) Jenis pelayanan kedokteran forensik klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf h meliputi pembuatan visum et repertum atau surat
keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan
pemeriksaan psikiatri forensik.

34
(5) Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terbatas hanya bagi Peserta
meninggal dunia pasca rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah
dan tidak termasuk peti mati.

Contoh : Klinik Pratama dr. Subur Prajitno di Surabaya yang merupakan


Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP) dalam Subsistem Upaya
Kesehatan dalam SKN (Sisitem Kesehatan Nasional).
Klinik Pratama dr. Subur Prajitno dalam melakukan pelayanan kesehatan
promotif, melakukan:
● Health education
● Guidance and Counselling
● Konserling tentang nutrisi
● Konserling tentang pernikahaan
● konserling tentang usia lanjut
Klinik Pratama dr. Subur Prajitno dalam melakukan pelayanan kesehatan
preventif, melakukan:
● Imunisasi
● Pengendalian faktor resiko
Klinik Pratama dr. Subur Prajitno dalam melakukan pelayanan kesehatan kuratif,
melakukan:
● General check up
● Diagnosis
● Pengobatan

Klinik Pratama dr. Subur Prajitno dalam melakukan pelayanan kesehatan


rehabilitatif, melakukan:
● Health education lanjutan

35
KEBIJAKAN KESEHATAN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan di puskesmas
menurut Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi Covid-19
(2020) yaitu :
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar dilakukan melalui 11 langkah sesuai pedoman yang
berlaku, untuk kasus COVID-19 terdapat penekanan-penekanan sebagai
berikut:
a. Kebersihan tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah benar cuci tangan
dan 5 Momen kapan harus dilakukan cuci tangan. Harus tersedia sarana
cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, sabun cair agar setiap
pengunjung/pasien melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat
datang dan pulang dari Puskesmas (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi yaitu,
menetapkan indikasi penggunaan APD, cara memakai dengan benar,
cara melepas dengan benar, cara mengumpulkan (disposal) setelah
dipakai. Cara tersebut dilakukan sesuai pedoman yang berlaku.
Penetapan indikasi penggunaan APD dilakukan dengan
mempertimbangkan resiko terpapar, dimana APD digunakan oleh orang
yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius; dinamika
transmisi, yaitu droplet dan kontak, transmisi secara airborne dapat
terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol misalnya
resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi seperti penggunaan scaler
ultrasonik dan high speed air driven, pemeriksaan hidung dan
tenggorokan, pemakaian nebulizer dan pengambilan swab. Jenis APD
yang digunakan pada kasus COVID-19, berdasarkan tempat layanan
kesehatan, profesi dan aktivitas petugas, cara pemakaian dan pelepasan

36
APD dapat dilihat pada lampiran (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).
c. Kesehatan lingkungan
1) Pembersihan area sekitar pasien menggunakan klorin 0,05%, atau
H2O2 0,5-1,4%, bila ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%:
 Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin
setiap hari, termasuk setiap kali pasien pulang/keluar dari
fasyankes (terminal dekontaminasi).
 Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering
tersentuh tangan, misalnya: nakas disamping tempat tidur, tepi
tempat tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol telpon, gagang
pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
2) Ventilasi dan kualitas udara
Sistem Ventilasi adalah sistem yang menjamin terjadinya pertukaran
udara di dalam gedung dan luar gedung yang memadai, sehingga
konsentrasi droplet nuklei menurun. Sistem ventilasi campuran
mengkombinasikan antara ventilasi alamiah dan penggunaan peralatan
mekanis. Misalnya, kipas angin yang berdiri atau diletakkan di meja
dapat mengalirkan udara ke arah tertentu, hal ini dapat berguna bila
dipasang pada posisi yang tepat, yaitu dari petugas kesehatan ke arah
pasien (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

d. Penempatan pasien
Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan
pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius. Disamping itu,
penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit
pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
e. Etika batuk dan bersin
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus
menerapkan etika batuk. Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui
media/secara langsung oleh petugas. Disamping itu bagi

37
pengunjung/pasien harus menggunakan masker sesuai ketentuan yang
berlaku.
f. Penyuntikan yang aman
g. Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan
h. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
i. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
j. Perlindungan Kesehatan Petugas
 Semua petugas Kesehatan menggunakan APD saat berisiko terjadi
paparan darah, produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius atau
bahan berbahaya
 Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas kesehatan
terutama pada area risiko tinggi
 Tersedia kebijakan pelaksanaan akibat tertusuk jarum/benda
tajambekas pakai pasien
 Tata laksana pasca pajanan

2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi/infeksi


Sesuai cara penularannya, jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi yang
berlaku pada kasus suspek dan COVID-19 adalah kewaspadaan berdasarkan
transmisi droplet, kontak, dan airborne pada kondisi tertentu yang dilaksanakan
mengacu pada pedoman yang berlaku (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).
Terkait kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui airborne pengaturan
penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis di dalam suatu
ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk dan keluar.
Pada saat pemeriksaan fisik arahkan muka pasien berlawanan arah dengan muka
pemeriksa (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
WHO merekomendasikan natural ventilasi, boleh kombinasi dengan
mekanikal ventilasi menggunakan kipas angin untuk mengarahkan dan menolak
udara yang tercemar menuju area ruangan yang dipasang exhaust
van/jendela/lubang angin sehingga dapat membantu mengeluarkan udara. Posisi
duduk petugas juga diatur agar aliran udara bersih dari arah belakang petugas ke

38
arah pasien atau memotong antara pasien dan petugas (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).

Penggunaan APD (Alat Pelindungan Diri) Dalam Penanganan Covid-19


Pengunaan APD berdasarkan Buku Standar Alat Pelindungan Diri (APD) Dalam
Managemen Penanganan Covid-19 (2020) antara lain :
1. Tingkat pertama
Untuk tenaga kesehatan yang bekerja di tempat praktik umum dimana
kegiatannya tidak menimbulkan risiko tinggi, tidak menimbulkan aerosol.
APD yang dipakai terdiri dari masker bedah, gaun, dan sarung tangan
pemeriksaan.
2. Tingkat kedua
Lokasi/cakupan penggunaan APD Tingkat 2 yaitu :
 Pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernafasan
 Pengambilan sampel nonpernapasan yang tidak menimbulkan
aerosol
 Ruang perawatan pasien COVID-19
 Pemeriksaan pencitraan pada ODP, PDP atau konfirmasi COVID-
19 (gown diganti jas lab farmasi)
 Tenaga medis yang mengantar pasien ODP dan PDP COVID-19
 Petugas farmasi pada bagian rawat jalan (gown diganti jas lab
farmasi)
 Sopir ambulans yang membantu menaikkan dan menurunkan ODP
dan PDP
APD yang dibutuhkan adalah penutup kepala, google, masker bedah,
gaun, dan sarung tangan sekali pakai.
3. Tingkat ketiga
Lokasi/cakupan penggunaan APD Tingkat 3 yaitu :
 Untuk tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung dengan pasien
yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan melakukan tindakan
bedah yang menimbulkan aerosol (intubasi, ekstubasi, trakeotomi,
resusitasi jantung paru, pemasangan NGT, endoskopi gastrointestinal)

39
 Pemeriksaan gigi, mulut dan THT
 Pengambilan sampel pernapasan (swab nasofaring dan orofaring)
APD yang dipakai harus lebih lengkap yaitu penutup kepala, pengaman
muka, pengaman mata atau google, masker N95, cover all/gown dan
apron, sarung tangan bedah dan sepatu boots anti air (Gugus tugas
percepatan penanganan COVID-19, 2020).

40
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, A. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.
Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Askeptabilitasnya.
Jakarta : Erlangga.
Buchbinder, Sharon B. 2014. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Standar Alat Pelindung
Diri (APD) untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan
Puskesmas pada Masa Pandemi Covid-19.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia. 2017. Ijin Pendirian dan Operasional Klinik Pratama Rawat
Inap dan Rawat Jalan - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Jember. https://sipp.menpan.go.id/pelayanan-
publik/jawa-timur/kabupaten-jember/ijin-pendirian-dan-operasional-
klinik-pratama-rawat-inap-dan-rawat-jalan- Diakses pada 19 November
2020.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/MENKES/455/2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pasal 20 Nomor 71 Tahun 2013
World Health Organization (WHO). Rapid Advice Guideline : Personal Protective
Equipment in the Context of Filovirus disease Outbreak Response
(https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/137410/WHO_EVD_Gui
dance_PPE_14.1_eng.pdf;jsessionid=04B2BE5D9401B1DE310F525D7E
988B13?sequence=1). Diakses pada 19 November 2020.

41

Anda mungkin juga menyukai