Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

STUDY KELAYAKAN KLINIK PRATAMA

DISUSUN OLEH:

1. Aldian Yasin Pratamadika (F120155001)


2. Ana Nurul Fitriyani (F120155004)
3. Atika Rizki (F120155006)
4. Yulius Tri Handoko (F120155030)
5. Zahrotul Mu’awwanah (F120155031)
6. Hifi Rizki Ratnasari (F120155042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
Alamat: Jl. Ganesha I Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
TAHUN 2015/2016

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Antara Klinik Pratama dengan Klinik Utama ................................... 3
2.2 Komponen-Komponen dalam Study Kelayakan Klinik Pratama ....................... 3
2.3 Prosedur Perijinan Klinik Pratama ...................................................................... 6
2.4 Analisis Biaya Klinik Pratama ............................................................................ 7
2.5 Syarat Kerjasama Klinik Pratama dengan BPJS ................................................. 10
2.6 Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan ........................................ 12
2.7 Cara Pembayaran dengan BPJS Kesehatan ........................................................ 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap orang yang hidup di dunia
ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun
mental. Keadaan kesehatan seseorang dapat berpengaruh pada segi kehidupan sosial
ekonomi, maupun kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan negara dimanapun di dunia ini,
baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia.
Sebuah rencana pengembangan investasi dalam rangka peningkatan mutu layanan
pada klinik seharusnya diawali dengan studi kelayakan terhadap rencana tersebut, sekalipun
terdapat bukti bahwa ada pengusaha yang berhasil melaksanakan proyek secara
menguntungkan tanpa didahului studi kelayakan, sedangkan pengusaha lainnya justru gagal
mengoperasikan proyek, dimana sebelumnya sudah diadakan studi kelayakan oleh tim yanag
handal, namun studi kelayakan yang dimaksud tetap penting artinya, untuk menentukan
apakah proyek tersebut layak untuk dilanjutkan atau dilaksanakan. Beberapa alasan
dilakukannya studi kelayakan antara lain :
1). Investasi yang ditanamkan biasanya dalam jumlah besar, sehingga diperlukan suatu
kajian yang tepat untuk memastikan tidak terjadinya potensi kerugian serta untuk
mengurangi risiko.
2). Kelangsungan usaha dilakukan dalam jangka panjang, investor selaku penanam modal
berharap investasi yang ditanamkan tidak sia-sia.
3). Return masa depan yang diharapkan oleh investor.
Dalam mendirikan atau mengembangkan klinik diperlukan suatu proses atau langkah-
langkah yang sistematis dengan melakukan suatu penelitian atau studi yang benar, karena
setiap proses saling berkaitan satu sama lainnya dan dilakukan secara bertahap. Studi
Kelayakan (Feasibility Study) adalah Hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan dari segala
aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu klinik, terutama klinik
pratama terkait dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan Klinik Pratama yang
baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana
pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu klinik pratama.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Perbedaan Antara Klinik Pratama dengan Klinik Utama?
2. Apa Saja Komponen-Komponen dalam Study Kelayakan Klinik Pratama?
3. Bagaimana Prosedur Perijinan Klinik Pratama?
4. Bagaimana Analisis Biaya Klinik Pratama?
5. Apa Saja Syarat Kerjasama Klinik Pratama dengan BPJS?
6. Bagaimana Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan?
7. Bagaimana Cara Pembayaran dengan BPJS Kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Perbedaan Antara Klinik Pratama dengan Klinik Utama
2. Mengetahui Komponen-Komponen dalam Study Kelayakan Klinik Pratama
3. Mengetahui Prosedur Perijinan Klinik Pratama
4. Mengetahui Bagaimana Analisis Biaya Klinik Pratama
5. Mengetahui Syarat Kerjasama Klinik Pratama dengan BPJS
6. Mengetahui Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan
7. Mengetahui Cara Pembayaran dengan BPJS Kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Antara Klinik Pratama dengan Klinik Utama

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan atau bidan) dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis (dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi
spesialis).

Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi Klinik Pratama dan Klinik
Utama. Kedua macam klinik ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
atau masyarakat. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar. Klinik Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik. Sifat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bisa
berupa rawat jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care.

PIMPINAN

Klinik Pratama
(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
(2) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau
dokter gigi.

Klinik Utama
(1) Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang memiliki
kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.
(2) Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dari
masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan yang diberikan.
(3) Klinik Utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai tenaga pelaksana
pelayanan medis.

2.2 Komponen-Komponen dalam Study Kelayakan Klinik Pratama

Komponen-komponen dalam study kelayakan klinik pratama yaitu:

3
 Lokasi
Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masing-masing.
 Bangunan
Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak bergabung dengan
tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
A. Ruang pendaftaran/ruang tunggu;
B. Ruang konsultasi dokter;
C. Ruang administrasi;
D. Ruang tindakan;
E. Ruang farmasi;
F. Kamar mandi/wc;
 Prasarana
Prasarana klinik meliputi:
A. Instalasi air;
B. Instalasi listrik;
C. Instalasi sirkulasi udara;
D. Sarana pengelolaan limbah;
E. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
F. Ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan
G. Sarana lainnya sesuai kebutuhan.
 Peralatan
Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan. Peralatan medis yang digunakan di klinik harus
diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan/atau
institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
 Ketenagaan
Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi, sedangkan pimpinan
Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang memiliki kompetensi
sesuai dengan jenis kliniknya. Pimpinan klinik merupakan penanggung jawab klinik dan
merangkap sebagai pelaksana pelayanan.
Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau
dokter gigi. sedangkan tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu)
orang dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan yang
4
diberikan. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai
tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Klinik dilarang
mempekerjakan tenaga kesehatan warga negara asing.
 Pimpinan
 Surat Izin Praktik
 Perijinan
Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;
c. identitas lengkap pemohon;
d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5
(lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;
f. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);
g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan
h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku
izinnya.
 Pelayanan Rawat Inap
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap harus menyediakan:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
b. tempat tidur pasien minimal 5 (lima) dan maksimal 10 (sepuluh);
c. tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan kualifikasinya;
d. tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
dan/atau tenaga non kesehatan lain sesuai kebutuhan;
e. dapur gizi;
f. pelayanan laboratorium Klinik Pratama.
5
Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan maksimal selama 5 (lima) hari.
Dalam memberikan pelayanan, klinik berkewajiban:
a. memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan mengutamakan kepentingan
terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional;
b. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan
kepentingan finansial;
c. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent);
d. menyelenggarakan rekam medis;
e. melaksanakan sistem rujukan;
f. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
g. menghormati hak-hak pasien;
h. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
j. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional.
 Laboratorium Klinik
 Kelengkapan dokumen lain

2.3 Prosedur Perijinan Klinik Pratama


Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah
daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik
dalam Peraturan ini. Permohonan izin klinik dianjukan dengan melampirkan:

 Surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;


 Salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;
 Identitas lengkap pemohon;
 Surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;

6
 Bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik
 Pribadi atau surat kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa
bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;
 Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL);
 Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan
 Persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
dengan mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa
berlaku izinnya.

2.4 Analisis Biaya Klinik Pratama

Prakiraan investasi, pendapatan dan biaya

Saat memutuskan untuk mendirikan klinik, hal penting yang harus diketahui oleh
Pemilik/Pendiri adalah menghitung prakiraan kebutuhan dana investasi, prakiraan
pendapatan, dan prakiraan biaya.

1. Prakiraan kebutuhan dana investasi

Investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap)
yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu perusahaan
dimasa yang akan datang Kebutuhan dana investasi dihitung dengan mempertimbangkan
kebutuhan pelayanan yang akan dikembangkan (antara lain rencana cakupan, jenis
layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan ruang).

Tujuan utama investasi yang berorientasi profit adalah memaksimalkan


pendayagunaan aktiva sedangkan pada usaha Klinik memiliki tujuan yang berorientasi
nirlaba (not for profit). Orientasi nirlaba berarti mengutamakan upaya memperkecil resiko
finansial (3).

Rencana investasi terdiri atas :

7
1. Biaya Pre-Operating (konsultan, Perijinan dll)
2. Biaya bangunan : berdasarkan estimasi luas lantai, dan mengacu pada perkiraan biaya
konstruksi per m2 bangunan
3. Biaya peralatan medik dan non medik : alat-alat medik, furniture,
elektronik, peralatan kantor, dll
4. Biaya operasional (modal kerja) : yaitu biaya awal operasional (+ 3 bulan pertama)

Berikut ini adalah contoh estimasi biaya bangunan klinik :

Untuk klinik pratama rawat jalan, luas bangunan diperkirakan minimal 125m2, dengan
luas tanah ideal 200- 450m2. Di bawah ini adalah tabel estimasi biaya bangunan klinik
pratama rawat jalan.

Tabel 1
Estimasi biaya bangunan klinik rawat jalan

Estimasi biaya klinik pratama rawat jalan adalah sbb (tidak termasuk harga tanah)

Tabel 2
Estimasi biaya investasi klinik pratama rawat jalan

8
2. Prakiraan biaya dan pendapatan

Prakiraan biaya dengan mempertimbangkan proyeksi biaya tidak tetap/indirect cost dan
biaya tetap/direct cost.
1. Klinik Pratama Rawat jalan
Prakiraan biaya klinik pratama rawat jalan pada tabel dibawah ini menggunakan
asumsi sbb :
 Buka 12-16 jam (atau 2 shif), buka setiap hari kerja
 Gaji SDM Dokter 2 Rp 4.000.000,- (take home pay) dan non dokter mengikuti
UMR
 Belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
 Belum memiliki layanan gigi, tetapi memiliki tenaga apoteker
Tabel 3
Simulasi Anggaran Operasional Klinik Pratama Rawat Jalan Tahun Pertama

9
Total biaya tidak langsung adalah Rp 258.290.000,- atau berkisar Rp
21.500.000/bulan.

Prakiraan pendapatan klinik pratama rawat jalan berasal dari pelayanan


langsung pasien umum, kapitasi BPJS (Klinik Pratama) atau tarif Ina-CBG’s BPJS
(Klinik Utama), dan sumber pendapatan lain (misal sebagai tempat praktek siswa
kesehatan,sumbangan, dll)

Berdasarkan simulasi anggaran biaya klinik dapat diperkirakan sebagai berikut :

1. Biaya operasional klinik pratama rawat jalan yang buka 12 jam adalah Rp 21.500.000,-
/bulan (belum termasuk belanja obat untuk pelayanan)
2. Sumber pendapatan dari pasien umum di era JKN tidak banyak diharapkan, berkisar
Rp.2.500.000/bulan (tahap awal)
3. Biaya investasi bangunan (diluar tanah) dengan asumsi 20 th masa pakai bangunan, maka
beban sekitar Rp 2.000.000,-/bulan

Saat mulai bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dengan jumlah peserta yang “harus” dicari
maka dapat diperkirakan selama 2 (dua) tahun awal, Klinik belum dapat memberikan
keuntungan, kecuali jumlah peserta BPJS Kesehatan bisa mencapai 5000 peserta (atau Rp
45.000.000,-/bulan—-brutto).

2.5 Syarat Kerjasama Klinik Pratama dengan BPJS

Syarat Fasilitas

Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ingin bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus
dapat melayani:

 Pelayanan kesehatan promotif,


 Pelayanan kesehatan preventif,
 Pelayanan kesehatan kuratif,
 Pelayanan kesehatan rehabilitatif,
 Pelayanan kebidanan,
 Pelayanan kesehatan darurat medis,

10
 Pelayanan penunjang (laboratorium sederhana dan farmasi). Jika faskes tidak memiliki
layanan penunjang, maka wajib membangun jejaring dengn sarana penunjang tersebut.

Kelengkapan Dokumen

a. Praktik dokter atau dokter gigi:


 Surat Ijin Praktik (SIP);
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
 Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan
 Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

b. Puskesmas atau yang setara:


 Surat Ijin Operasional;
 Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA)
bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga
kesehatan lain;
 Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
 Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

c. Klinik Praktek atau yang setara:


 Surat Ijin Operasional;
 Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin
Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
 Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian;
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
 Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
 Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

d. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara:


 Surat Ijin Operasional;
 Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;

11
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
 Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
 Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

e. Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat pada wilayah yang tidak terdapat
dokter:
 Surat Ijin Praktik (SIP);
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
 Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya; dan
 Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

2.6 Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan

2.7 Cara Pembayaran dengan BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan membayar pelayanan kesehatan yang dikontrak dengan tarif Kapitasi dan
non Kapitasi.

12
Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS
Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang
terdaftar tanpa menghitung jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
(Permenkes No.69 Tahun 2013)

Tarif non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah layanan yang diberikan.
(Permenkes No.69 Tahun 2013). Tarif non Kapitasi hanya diberikan untuk beberapa
pelayanan yang telah ditentukan.

Tarif Kapitasi

Faskes Tarif (Rp)

Puskesmas 3.000 – 6.000

Praktek Dokter Umum 8.000 – 10.000

Klinik Umum 8.000 – 10.000

RS Kelas D Pratama 8.000 – 10.000

Praktik Dokter Gigi 2.000

Tarif non Kapitasi

Tarif
Jenis Layanan
(Rp)

Paket Rawat Inap per hari 100.000

Pemeriksaan ANC* 25.000

Persalinan pervaginam normal 600.000

Penanganan perdarahan paska keguguran, persalinan


750.000
pervaginam dengan tindakan emergensi dasar

Pemeriksaan PNC/neonates* 25.000

Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. placenta 175.000

13
manual)

Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan


125.000
neonatal

Pelayanan KB pemasangan*:
100.000
- IUD/Implant
15.000
- Suntik

Penanganan komplikasi KB paska persalinan 125.000

* berlaku untuk pelayanan kesehatan kebidanan dan neonatal di luar


faskes tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan
dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu klinik, terutama
klinik pratama terkait dengan penentuan. Dalam mendirikan dan menyelenggarakan klinik
harus melalui prosedur-prosedur perijinan, melakukan analisis biaya karena saat memutuskan
untuk mendirikan klinik, hal penting yang harus diketahui oleh Pemilik/Pendiri adalah
menghitung prakiraan kebutuhan dana investasi, prakiraan pendapatan, dan prakiraan biaya.
Dalam mendirikan klinik pratama juga dapat melakukan kerjasama dengan BPJS, dan hal ini
harus memenuhi syarat-syarat kerjasama Klinik Pratama dengan BPJS kesehatan, termasuk
didalamnya syarat fasilitas dan kelengkapan dokumen.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pedoman Penyusunan Study Kelayakan (Feasibility Study). Kemenkes RI.
http://aspak.aspak.net/beranda/wp-content/uploads/downloads/2014/01/1.-
PEDOMAN-STUDI-KELAYAKAN-2012.pdf (diunduh 31 April 2017)

Anonim. 2013. Mendirikan Klinik. Tersedia:


http://miemakanasi.blogspot.co.id/2013/01/mendirikan-klinik.html (diakses 30 April
2017)

Anonim. 2014. Pengembangan Investasi Pembangunan Ruang UGD. Tersedia:


http://erepo.unud.ac.id/10092/2/046eba478d63c619ad8f309311593ed6.pdf (diunduh
31 April 2017)

Anonim. 2016. Syarat Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan. Tersedia:


https://inacbg.blogspot.co.id/2016/02/syarat-kerjasama-faskes-dengan-bpjs.html
(diakses 30 April 2017)

Dewi, Arlina. 2016. Analisis Biaya Klinik Pratama. Tersedia:


http://arlina.staff.umy.ac.id/2016/10/31/analisis-biaya-klinik-pratama/ (diakses 30
April 2017)

Sedyaningsih, Endang Rahayu. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai