Anda di halaman 1dari 4

1.

LANGKAH DAN PENANGANAN KURATIF+PREVENTIF


Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri
dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)
Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self
care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan
untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
Upaya pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan
kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)


Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan
promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada
pusat-pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.

Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UU
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.
LANGKAH
1. Analisis Masalah/Situasi
Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dengan realita. Masalah sebaiknya
hanya terbatas untuk dilakukan pemecahan masalah Merupakan kegiatan ditahap awal,
dimana pada tahap ini dituntut untuk dapat melihat sekaligus mengamati situasi di
masyarakat setempat, baik itu lingkungan fisik maupun pola kehidupan dan kebiasaan
masyarakat.
Pada umumnya keadaan berikut bisa dijadikan masalah :
 Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan
kita.
 Bila ada hasil-hasil yang bertentangan
 Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian
2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan setelah penyebaran kuesioner terlaksana dan datanya telah
diolah dalam bentuk tabel. Kemudian hasil pengolahan data tersebut disesuaikan dengan
Indikator Kesehatan yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimum (SPM), Peraturan
Daerah dan teori , untuk mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat. Dengan kata
lain identifikasi masalah yaitu mengelompokkan atau mengambil satu masalah dari
masalah-masalah yang ada.
Langkah-langkah untuk Identifikasi Masalah:
1. Memilih tema berdasarkan pengamatan selama ini, dalam pemilihan tema ini
diperlukan kepekaan serta dipikirkan implikasinya terhadap pengembangan dan
perbaikan di bidang kesehatan.
2. Didalam memilih tema pertimbangkanlah minat, kapasitas, ketersediaan waktu, tenaga
dan dana.
3. Menyempatkan diri mengamati secara langsung untuk mengamati dan mempelajari
masalah yang mungkin akan menjadi tema.
4. Gunakan metode kuantitif sederhana misalnya kuesioner tertutup sederhana atau
metode kualitatif misalnya Wawancara, FGD, dan Observasi.
5. Pelajari literature yang berhubungan denga tema tersebut atau bacaan-bacaan yang
mendukung ( majalah atau koran )
6. Diskusi dengan teman sejawat ataupun orang-orang yang berhubungan dengan tema
masalah tersebut
7. Diseminarkan dengan teman sejawat untuk umpan balik atau penetapan masalah dan
perencanaan penelitiannya

3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah gambaran singkat mengenai masalah yang telah diambil. Dapat
berupa narasi singkat dan mememaparkan data kasus atau permasalahan. Rumusan
masalah dapat juga disebut dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dimana jawabannya
diperoleh setelah melekuakan penelitian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rumusan masalah :
a. Masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b. Masalah dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan mengurangi
penggunaan istilah yang belum baku.
c. Masalah dirumuskan secara singkat, jelas, padat serta tidak menimbulkan kerancuan
penelitian.
d. Rumusan masalah harus mengacu kepada apa yang diinginkan.
e. Rumusan masalah dapat digunakan sebagai dasar dalam pemuatan hipotesis.
f. Rumusan masalah harusah direfleksikan kedalam judul penelitian.
4. Prioritas Masalah
Prioritas masalah merupakan tahap penetapan permasalahan yang ada di masyarakat yang
telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya yaitu penyebaran kuesioner. Untuk
menetapkan prioritas masalah ini dilakukan melalui musyawarah masyarakat atau peserta
yang berkecimpung didalam pembahasan masalah tersebut.
Prioritas masalah dapat ditentukan oleh :
a. Bila ada waktu tertentu (kejadian atau fenomena terjadi dalam batas waktu tertentu).
b. Berhubungan dengan masalah yang praktis.
c. Berhubungan dengan populasi yang secara luas.
d. Dapat mengisi kesenjangan yang terjadi sehingga menjawab atau memecahkan
persoalan yang ada.
e. Dapat digeneralisasikan dan dimanfaatkan hasilnya.
f. Mempertajam definisi suatu konsep atau hubungan.
g. Mempunyai banyak implikasi pada masalah praktis yang luas.
h. Dapat memberikan kreasi untuk menyusun instrumen untuk observasi dan analisis.
i. Memberikan kesempatan untuk pengumpulan data.
j. Memberikan kemungkinan untuk eksplorasi.
5. Alternatif Pemecahan Masalah.
Setelah diketahui permasalahan yang paling prioritas dalam masyarakat, tahap
selanjutnya adalah menetukan pemecahan dari masalah yang ada pada masyarakat.
Alternatif pemecahan masalah ini dilakukan dengan menyampaikan beberapa
penyelesaian masalah yang nantinya akan dipilih berdasarkan kemampuan dan kemauan
masyarakat setempat dan memperkirakan efek atau akibat yang akan terjadi dalam jangka
waktu tertentu.
6. Rencana Kerja Operasional.
Rencana kerja atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan alternative yang
telah diputuskan.
Rencana kerja operasional dapat berupa
a. menentukan visi dan misi.
b. rumusan masalah.
c. menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
d. rumusan kegiatan.
e. asumsi kegiatan.
f. strategi pendekatan.
g. kelompok sasaran.
h. waktu.
i. organisasi dan tenaga pelaksana.
j. biaya.
k. metode penilaian dan karekteristik keberhasilan
7. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dilakukan dengan memantau atau melihat apakah pelaksanaan kegiatan
tersebut sudah sesuai atau tidak dengan rencana kerja yang telah ditetapkan serta tidak
bertolak belakang dengan tujuan. Penilaian yang dilakukan berupa hasil dari evaluasi
program kesehatan yang telah dilaksanakan. Dimana program tersebut dilakukan secara
rutin untuk mengetahui sebaran secara menyeluruh upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembinaan kesehatan. Apakah pelaksanaan telah
sesuai dengan rencana yang telah dibuat maupun tolak ukur yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai