Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUTORIAL BLOK 19 : PERAWATAN REHABILITATIF

SKENARIO 1

TUTOR 9

Zhafirah Alifia Putri

171610101085

Dosen Tutor:

drg. Berlian Prihatiningrum, MDSc., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan nikmat rahmatNya, makalah
tugas individu tutorial ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah tugas tutorial “Gigi Tiruan Lengkap (GTL)” ini untuk memenuhi
tugas tutorial pada Blok 19 Perawatan Rehabilitatif di semester 6 tahun ajaran 2019/2020.
Disamping itu, tujuan penulisan tugas makalah tutorial ini untuk lebih memahami dan
mengkaji mengenai Gigi Tiruan Lengkap (GTL).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, drg. Berlian


Prihatiningrum, MD.Sc, Sp.KGA, serta teman-teman yang membantu tersusunnya laporan
ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam menyusun dan menghimpun
informasi sehingga laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, maka dari itu diharapkan
adanya kritik dan saran agar laporan ini menjadi lebih baik.

Saya berharap tugas makalah tutorial “Gigi Tiruan Lengkap (GTL)” ini dapat
memberikan informasi yang berguna bagi banyak orang sehingga mampu dimanfaatkan
sebaik mungkin. Semoga informasi dalam laporan ini mampu menyumbangkan pengetahuan
yang bermanfaat.

Jember, 26 Maret 2020

Penulis
SKENARIO 1

Seorang pasien perempuan usia 60 tahun, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, ingin
dibuatkan gigi tiruan baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang sehingga sulit untuk
makan. Belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral
gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah sekitar gigi. Gigi 11,
21, 32 tinggal sisa akar, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karena karies. Dokter gigi
melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik, membuat
GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik. Setelah melakukan anamnesis,
dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan melakukan penetapan gigit.
Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentif, stabil. Dokter gigi
menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya
STEP 1

KATA SULIT

1. Gigi tiruan lengkap


Gigi tiruan lengkap adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli baik rahang atas maupun rahang bawah beserta bagian jaringan gusi yang hilang,
karena apabila seorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat
fungsi pengunyahan, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis.
2. Cetak anatomis
 Cetakann dari rahang atas dan rahang bawah penderita yang sesuai dengan bentuk
anatomisnya
 Tujuan mencetak yaitu untuk mendapatkan model studi untuk proses pembuatan
sendok cetak fisiologis
 Cetak anatomis menggunakan bahan alginate dengan sendok stock tray yang
berlubang dan tanpa sudut
3. Cetak fungsional
 Cetakan dari rahang atas dan rahang bawah beserta batas batas fungsional dari
jaringan anatomis yang membatasinya
 Cetak fungsiologis menggunakan sendok cetak fisiologis/ perorangan
 Tujuan cetak fungsional adalah mendapat dukungan maksimal dari basis geligi
tiruan dan menyalurkan tekanan oklusal kepada gigi penyangga
4. Penetapan gigit
 Salah satu prosedur yang berfungsi untuk mendapatkan posisi paling ideal dari
hubungan rahang atas dan rahang bawah.
 Berfungsi untuk memperoleh kondisi ideal RB terhadap RA dari dalam mulut
kemudian diproyeksikan keluar mulut dengan bantuan sarana galengan gigit
5. Resesi gingiva
 Keadaan terbukanya akar oleh karena bergesernya gingiva kea rah apical
 Resesi gingiva dapat dilihat dari batas Cemento Enamel Junction (CEJ) sampai ke
puncak margin
6. Basis akrilik
Bahan yang digunakan pada pembuatan basis gigi tiruan dengan bahan dasar yaitu
resin akrilik poli metil metakrilat. Bahan basis gigi tiruan resin akrilik yang sering
digunakan yaitu jenis heat cured yang mempunyai kelebihan; estetik yang baik karena
basis dapat didesain sesuai warna normal gingiva, lebih ringan, dan nyaman
digunakan. Namun, bahan tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu menyerap
cairan dan mempunyai sifat porus yang merupakan tempat ideal untuk pngendapan
sisa makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak
7. Anasir akrilik
 Anasir akrilik adalah bagian dari gigi tiruan yang berfungsi mengganti gigi
 Keuntungan penggunaan anasir akrilik yaitu resorbsi tulang alveolar yang rendah
karena daya kunyah yang diterima gigi tiruan dapat diredam
8. Retentif
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan menahan gaya yang melepaskan dari arah
vertikal atau dari arah yang berlawanan dari arah pasang (Pridana, 2016). Sehingga
retensi ini berfungsi untuk mempertahankan posisinya agar tetap melekat pada
jaringan pendukungnya. Retensi yang baik didapat dari hasil pencetakan mukosa yang
akurat agar kontak antara mukosa dan gigi tiruan maksimal (Kusmawati dkk, 2013)
9. Stabilisasi
 Stabilitas adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil atau tetap pada
posisinya saat digunakan.
 Stabilitas mengacu pada saat suatu tahanan untuk melawan pergerakan horizontal
dan tekanan yang cenderung akan mengubah kedudukan basis gigi tiruan dan
pondasi pendukungnya pada arah horizontal atau rotasi.
10. Goyang derajat 3

Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertical

Macam kegoyangan gigi:

 Goyang Derajat 1
Kegoyangan sedikit lebih dari normal atau fisiologis
 Goyang Derajat 2
Kegoyangan sekitar 1mm
 Goyang Derajat 3
Kegoyangan lebih dari 1 mm pada segala arah dan atau gigi dapat ditekan kea
rah apical
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Cara Mendapatkan GTL yang Retentif dan Stabil?
2. Bagaimana Prosedur Pembuatan dan Pemasangan GTL?
3. Bagaimana Cara Melakukan Cetak Anatomis dan Fungsional?
4. Bagaimana Prosedur KIE, Kontrol, dan Evaluasi pada Pasien?

STEP 3
BRAINSTORMING
1. Bagaimana Cara Mendapatkan GTL yang Retentif dan Stabil?
a. Retensi :
 Peripheral Seal
Didapatkan dari peripheral seal yang baik agar tekanan atmosfer terjaga.
Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada
permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.
Peripherial seal bersambung dengan postdam pada rahang atas menjadi
sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar
tidak dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa
sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular
seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah
lepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadinya
kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan lengkap. Postdam, diletakkan
tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat fovea palatina.
 Adaptasi
Adaptasi yang baik anatara basis gigi tiruan dan mukosa mulut.
 Perluasan Basis Gigi Tiruan pada Mukosa (Fitting Surface)
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh
basis gigi tiruan.
 Residual Ridge
Residual ridge sangat diperhatikan karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat
dipakai sebagai pegangan terutama pada rahang atas.
 Faktor Kompresibilitas Jaringan Lunak dan Tulang di bawahnya
Hal ini digunakan untuk menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan
saat berfungsi
 Gaya-Gaya dalam Cairan
Kondisi rongga mulut pasien karena saliva juga akan menyebabkan GTL
retentif. Saliva berhubungan dengan volume saliva dimana apabila volume
meningkat maka viskositas juga akan meningkat. Pada pasien xerostomia
harus dibuatkan reservoir jika akan dibuatkan GTL sehingga sifat retentif tetap
dapat dicapai.
 Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer ini menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi tiruan
asalkan ada pheriperal seal yang baik. Hubungan antara pheriperal seal dengan
gaya-gaya di dalam lapisan saliva serta GTL bisa diibaratkan dengan dua buah
bak yang diisi air dengan balok yang mempunyai berat sama dalam dua bak
tersebut, akan tetapi bentuk baloknya berbeda. Balok pertama mempunyai
ukuran yang sangat pas dengan bak, sedangkan balok yang kedua lebih kecil.
Maka apabila balok pertama diambil, maka terasa akan sangat susah sekali.
Berbeda dengan balok kedua yang apabila diambil maka kita bisa lebih mudah
mengambilnya. Bak dengan balok yang pertama ini diibaratkan dengan GTL
yang mempunyai periperal seal yang baik, sehingga tekanan yang ada pada
GTL dengan saliva tinggi sehingga GTL lebih retentif, sedangkan bak dengan
balok kedua ini seperti GTL dengan periperal seal yang kurang baik atau
bahkan tidak mempunyai periperal seal. Tidak ada gaya-gaya yang menahan
GTL agar retentif, sehingga GTL lebih mudah lepas
b. Stabilisasi
Stabilisasi dapat ditegakan harus membutuhkan suatu alat yaitu artikulator
sehingga GTL akan diketahui kestabilannya dan nantinya akan diaplikasikan
pada pasien
2. Bagaimana Prosedur Pembuatan dan Pemasangan GTL?
a. Prosedur Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan secara langsung dan semuanya karena giginya sudah
tidak dapat dipertahankan dalam rongga mulut pasien. Penggunaan GTL pasca
ekstraksi dapat dilakukan 30 hari setelah dilakukan ekstraksi pada gigi pasien.
Karena pada 10 hari pasca ekstraksi baru terjadi blood clot dan 2 minggu pasca
ekstraksi terjadi penyembuhan tulang. Sebelum dilakukan pemasangan dengan
GTL yang nantinya akan digunakan, pasien dilakukan pemasangan immediate
denture hal ini dikarenakan pasien biasanya tidak mau melalui fase ompong.
Sehingga immediate denture ini merupakan sebuah gigi tiruan yang diberikan
dengan segera pada rongga mulut pasien dan diindikasikan untuk pasien yang
tidak mau melewati fase ompong.
b. Tahapan Klinis (Tahapan Subyektif dan Obyektif) :
Pasien dilakukan anamnesa dan dilihat anatomical landmark hal ini berfungsi
untuk retensi dan stabilisasi GTL meliputi:
 Proc. Alveolaris melebihi ½ kaca mulut sehingga baik untuk retensi.
 Retromolar dilihat dalam atau dangkal.
 Frenulum baik bukal labial lingual
 Retromandibula.
c. Tahapan Laboratoris
 Menghitung dimensi vertikal dan oklusi sentris pasien.
 Melakukan pencetakan pada rahang :
 Cetak anatomis
Disebut model studi atau diagnostik berfungsi untuk penunjang diagnosa
untuk pembuatan GTL dengan menggunakan sendok cetak universal
atau biasa.
 Cetakan fungsional
Disebut model kerja berfungsi untuk mendesain GTL dan dicetak
dengan sendok cetak individual.
Pasien diintruksikan untuk mengucapkan AH dan OH agar vibrating line
tercetak dan sesuai dengan keadaan anatomis.
 Pembuatan balok malam.
 Pembuatan galangan gigit
3. Bagaimana Cara Melakukan Cetak Anatomis dan Fungsional?
a. Cetakan Anatomis
 Mencetak anatomi rahang pasien meliputi vestibulum, frenulum, tuber
maksila, retromolar pad, dan struktur anatomis lain
 Menggunakan bahan cetak hidrocoloid reversible/alginat yang merupakan
bahan cetak mukostatik
 Sendok cetak yang digunakan yaitu prefabricated stock tray
 Cetakan anatomis yang dicor dengan gipsum akan menghasilkan model
anatomis atau model studi yang bisa digunakan untuk melihat bentuk ridge
pasien
 Selain itu, cetakan anatomis juga berfungsi untuk menentukan diagnosa dan
membuat sendok cetak perorangan
b. Cetakan Fungsional
 Mencetak rahang atas dan rahang bawah pasien beserta batas-batas
fungsional dari jaringan anatomis yang membatasinya
 Menggunakan bahan cetak elastomer yang merupakan bahan cetak
mukokompresif yang mampu menekan batas-batas fungsional di mukosa
bergerak dan tak bergerak
 Cetakan fungsional akan membentuk model kerja yang digunakan untuk
menyusun gigi tiruan dan untuk contouring.
4. Bagaimana Prosedur KIE, Kontrol, dan Evaluasi pada Pasien?
a. Kontrol
Kontrol dilakukan 3-4 hari untuk pasien biasa dan 1-2 hari lamanya untuk pasien
dengan mukosa rentan atau menua, bertujuan untuk:
 Mengetahui protesa tersebut cocok atau tidak
 Memastikan protesa tidak menimbulkan toksik, iritasi.
 Pasien nyaman atau tidak
 Mengecek bahwa tidak menyebabkan kerusakan jaringan
b. Instruksi
 Instruksikan pasien untuk bicara keras keras 20 menit sekali sehari, 2 sampai 3
kali sehari digunakan untuk proses adaptasi GTL yang digunakan hal ini
bertujuan untuk pengembalian fungsi fonetik.
 Instruksi untuk membersihkan gigi tiruan sebelum tidur.
 Pemeliharaan gigi tiruan yang kurang tepat juga memberi efek perubahan
bentuk fisik dan kekenyalan gigi tiruan. Kestabilan gigi tiruan berkurang dan
menyebabkan lesi pada jaringan atau gingiva yang menyangganya. Sebaiknya
gigi tiruan dilepas pada saat tidur dan direndam air bersih dalam tempat
khusus (gelas). Atau, direndam obat pembersih gigi tiruan. Sebelum direndam,
sebaiknya gigi tiruan dicuci dengan sabun mandi (bukan pasta gigi). Sebab,
pasta gigi biasanya mengandung kristal batu apung yang menggores gigi
tiruan.
 Instruksi untuk pemeliharaan protesa
 Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
 Protesa dijaga kebersihanny
 Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
STEP 4

MAPPING
STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Syarat GTL yang Baik
dan Cara Agar Mendapatkan GTL yang Retentif dan Stabil
2. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Prosedur Pembuatan dan
Pemasangan GTL
3. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Cara Melakukan Cetak
Anatomis dan Fungsional
4. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Prosedur KIE, Kontrol,
dan Evaluasi pada Pasien
STEP 7
PEMBAHASAN LO
1. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN
SYARAT GTL YANG BAIK DAN CARA AGAR MENDAPATKAN GTL
YANG RETENTIF DAN STABIL
a. Syarat GTL yang Baik
 Memiliki retensi dan stabilisasi yang baik (Pridana, 2016).
 Memberikan rasa nyaman saat digunakan pasien (Falatehan, 2018).
 Dapat memperbaiki fungsi mastikasi, estetik, dan fonetik (Falatehan,
2018).
 Fungsi mastikasi
Hilangnya gigi-geligi menimbulkan tekanan kunyah yang dibebankan
pada jaringan pendukung tidak merata, sehingga pasien kesulitan untuk
mengunyah makanan. Apabila dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka
pasien akan merasakan perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena
sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata ke
seluruh bagian jaringan pendukung. Dengan demikian gigi tiruan ini
berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah (Adnan,
2016).
 Fungsi estetik
Perubahan bentuk, susunan, warna, serta hilangnya maupun berjejalnya
gigi-geligi sangat mengganggu penampilan wajah pasien. Apabila
dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka pasien akan lebih percaya diri
dengan penampilan wajahnya. Hal tersebut dikarenakan gigi tiruan
yang digunakan menyerupai gigi dan jaringan pendukung yang asli
(Adnan, 2016).
 Fungsi fonetik
Organ untuk berbicara dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama,
bagian yang bersifat statis yaitu gigi geligi, palatum dan tulang
alveolar. Kedua, yang bersifat dinamis yaitu lidah, bibir, pita suara dan
mandibula. Organ pengucapan yang tidak lengkap dan kurang
sempurna dapat mempengaruhi suara pasien, misalnya berdasarkan
skenario pasien banyak kehilangan gigi oleh karena karies. Kesulitan
saat berbicara dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam
hal ini gigi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan
berbicara seperti mampu mengucapkan kembali kata-kata dan
berbicara dengan jelas terutama bagi lawan bicaranya (Adnan, 2016).
b. Cara Mendapat GTL yang Retentif dan Stabil
 Retentif
Menurut Zarb dan Bolender (2004), faktor yang mempengaruhi retensi
gigi tiruan lengkap dikelompokan menjadi dua yaitu faktor fisik dan
faktor muskular.
 Faktor fisik
o Perluasan maksimal dari basis gigi tiruan
o Kontak seluas mungkin dari membran mukosa dan basis gigi
tiruan
o Kontak yang rapat antara basis gigi tiruan dan daerah
pendukungnya.
 Faktor muskular
Dapat digunakan untuk meningkatkan retensi dan kestabilan gigi
tiruan, otot-otot buccinator, orbikularis oris, serta otototot lidah
merupakan kunci dalam aktivitas retensi, sehingga perlu latihan
khusus bagi otot-otot mulut untuk meningkatkan retensi gigi tiruan di
dalam rongga mulut
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan menahan gaya yang melepaskan
dari arah vertikal atau dari arah yang berlawanan dari arah pasang
(Pridana, 2016). Sehingga retensi ini berfungsi untuk mempertahankan
posisinya agar tetap melekat pada jaringan pendukungnya. Retensi yang
baik didapat dari hasil pencetakan mukosa yang akurat agar kontak antara
mukosa dan gigi tiruan maksimal (Kusmawati dkk, 2013). Dalam retensi
gigi tiruan lengkap, memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:
 Adhesi
Mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang berbeda. Adhesi
yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi tiruan terjadi
akibat tekanan ion antara c glikoprotein saliva dan permukaan epitel
atau resin akrilik (Pridana, 2016).
 Kohesi
Mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama. Kekuatan
retensi ini dihasilkan dari lapisan cairan saliva yang terdapat diantara
basis gigi tiruan dan mukosa yang bekerja mempertahankan integritas
permukaan cairan (Pridana, 2016).
 Tekanan atmosfer
Ketika suatu gaya tegak lurus terjadi searah dari daerah dukungan gigi
tiruan, maka tekanan antara gigi tiruan dan mukosa menurun
dibandingkan dengan keadaan sekitarnya, hal inilah yang menahan
gaya yang dapat melepaskan gigi tiruan (Pridana, 2016).
 Muskular oral dan fasial
Kekuatan retensi tambahan yang didapatkan jika (1) posisi anasir
yang tepat pada neutral zone antara otot pipi dan lidah, (2) permukaan
gigi tiruan yang halus dengan bentuk yang tepat. Apabila kedua hal
diatas tercapai maka otot-otot secara otomatis dapat menahan gigi
tiruan (Pridana, 2016).
 Tegangan permukaan antar fasial
Daya tahan dua permukaan yang merekat dengan perantaraan selapis
tipis cairan terhadap gaya yang memisahkannya. Semua bahan basis
mempunyai tegangan permukaan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah dilapisi oleh pelikel
saliva maka tegangan permukaan semakin menurun yang dapat
memaksimalkan luas permukaan antara saliva dan basis gigi tiruan
(Pridana, 2016).

Gambar Tegangan Permukaan yang Terjadi pada Gigi Tiruan


Lengkap
 Undercut
Rotasi arah pasang dan kesejajaran dinding merupakan faktor retensi
karena kelenturan mukosa dan submukosa pada permukaan daerah
pendukung gigi tiruan memungkinkan adanya sedikit undercut yang
dapat menambah retensi gigi tiruan.Pada undercut yang diduduk
terlebih dahulu pada saat arah pasang, biasanya pada arah berlawanan
dari arah vertikal dibutuhkan rotasi pada saat pemasangan maka gigi
tiruan akan memiliki ketahanan terhadap gaya vertikal yang
melepaskan (Pridana, 2016).

 Stabil
Stabilisasi adalah daya tahan terhadap gerakan horizontal dan tekanan
yang menyebabkan perubahan hubungan antara basis gigi dengan tiruan
dan daerah pendukung dalam arah horizontal atau rotasi (Pridana, 2016).
2. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTL
Perawatan Berdasarkan Kasus dalam Skenario
a. Pemeriksaan Subjektif Anamnesis
 Pasien : Perempuan
 Usia : 60 Tahun
 Keluhan utama pada skenario : Banyak gigi hilang sehingga sulit untuk
makan
b. Pemeriksaan Objektif Pemeriksaan Klinis
 Gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang derajat 3, kalkulus di daerah
sekitar gigi.
 Gigi 11, 21, 32 tinggal sisa akar.
 Gigi yang lain hilang. 21
c. Rencana Perawatan
Ekstraksi semua gigi termasuk gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang
derajat 3 dan gigi 11, 21, 32 tinggal sisa akar hal ini dilakukan karena sulit untuk
dipertahankan dan tidak bisa dijadikan retensi perawatan prostodontik setelah
pencabutan dilakukan maka pada rahang atas dan rahang bawah akan menjadi
endentulous totalis dan diindikasikan perawatan gigi tiruan lengkap, selain itu
juga dengan pertimbangan estetik, membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik
dengan, anasir akrilik.
Sebelum melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan maka diperlukan persiapan
dalam mulut (mouth preparation) yang dapat berakibat patologis terhadap
jaringan karena penggunaan gigi tiruan. Sehingga diperlukaan pemeriksaan
berkaitan dengan mukosa oral dan tulang
Sebelum melakukan pembuata GTL tenaga medis wajib melakukan pemeriksaan
status umum (riwayat kesehatan pasien). Riwayat penyakit umum yang pernah
diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih.
Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan dokter
umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu
dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang
terlibat dalam perawatan dental. Hubungan dengan penyakit sistemik :
a. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti
jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal
yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah
terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya
pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang
tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala
yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal,
cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan
mulut. Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa
dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari
tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan
bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang
terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua
bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis.
Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan
kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam
bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan
kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 2012).
b. Penyakit Kardiovaskuler
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena
bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk., 2012).
c. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang
mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang
prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi
mentalnya dapat diatasi. Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan
faktor estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang
dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan yang
sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk.,
2012).
Menurut Fadriyanti (2010) Prosedur Pembuatan GTL Meliputi 8 Kali Kunjungan
yaitu:
a. Kunjungan Pertama
 Anamnesa dan Pemeriksaan Obyektif.
 Membuat Cetakan Studi Model
 Sendok cetak : stock tray.
 Bahan cetak : elastic impression (alginat)
 Metode mencetak : mucostatic
 Membuat model studi
b. Kunjungan Kedua
 Membuat dan Mencoba Sendok Individual
 Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
 Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
 Cara membuat:
Dari studi model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base
plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia
ruang yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border
material). Sellac dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu
spiritus lalu ditekan diatas model studi. Sellac dipotong sesuai batas-batas
yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan
menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus
kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat
mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan
postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak
mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok
cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat
dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan jarak masing-masing lebih dari
5 mm.
 Membuat Cetakan Model Kerja
 Sendok cetak : Sendok cetak individual.
 Bahan cetak : Elastomer (Exaflec)
 Metode mencetak : mucodynamic
 Cara mencetak:
Rahang Atas :
o Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas.
o Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator di
samping kanan belakang.
o Pasien mengucapkan “AH” untuk mencetak vibrating line.
o Pasien mengucapkan “OH” untuk mencetak frenulum
buccalis,frenulum labialis superior.
o Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
o Cetakan dilepas dan dicuci
Rahang Bawah
o Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah
o Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi
operatordisamping kanan depan.
o Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulumlingualis.
o Pasien mengucapkan “OH” untuk mencetak frenulum
buccalis,frenulum labialis inferior.
o Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
o Cetakan dilepas, dan dicuci
 Membuat Base Plate
 Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
 Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga
dibuatpostdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate
dari wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh
dihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari wax.
 Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,
posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan
media/linguadibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang
atas, peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating
line dan hamular notch.
c. Kunjungan Ketiga
 Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada retensi
saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding
impression material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah
greenstick dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam di dalam air selama
beberapa detik agar pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah
dilunakkan dan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan
sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok cetak individual (Nallaswamy,
2017).
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan greenstick compound
berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan rahang
bawah ke kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch
dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir
pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah
sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke
depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk membentuk daerah posterior
palatum durum yang merupakan batas antara palatum molle dan palatum
durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah” (Nallaswamy, 2017).
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk
membuka mulut kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot
masseter. Kemudian, untuk membentuk daerah distolingual dan
postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri
dan ke kanan serta ke posterior palatum durum. Frenulum lingual dibentuk
dengan menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke
bagian anterior palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial
dibentuk dengan memberikan instruksi yang sama dengan instruksi border
moulding rahang atas (Nallaswamy, 2017).
 Insersi Base Plate
Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan
stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi
pengunyahan berlangsung. Retensi dapat di amati dengan memberikan
tekanan pada salah satu sisi gigi tiruan (jika gigi tiruan terungkit, maka gigi
tiruantersebut tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi
tiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat
diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan
‘AH’.Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah
tempat ketika difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi atau kohesi saliva.
Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat
terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusi
keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada under
extension plat, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi
tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat yang baru.
 Penentuan Profil Pasien
Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien tersebut. Kecembungan profil
dibuat dengan tonus ototlabial sebagai parameternya. Profil yang ideal,
terbentuk jika otot bibirdalam keadaan isotonus. Apabila bibir tampak
hipertonus, maka bagiananterior bite rim terlalu cembung sehingga harus
dikurangi. Sebaliknya,jika bibir tampak hipotonus, maka bite rim kurang
cembung sehingga perlu ditambah dengan malam merah.
 Pencatatan Maxillo-Mandibular Relationship (MMR)
Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusal
diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik dibawah
ini:
 Jarak 4 mm dari meatus acusticus externus
 Telinga kanan dan kiri
 Spina nasalis anterior.
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi.
Selanjutnya record blok dipasang dengan posisi bite rim RA dan RB harus
tertutup secara sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakansuatu garis
lurus). Kemudian dicari dimensi vertikal (inter occlusal distance),
didapatkan dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut
samadengan jarak hidung sampai dagu (PM = HD). Pada keadaan rest
position PM = HD. Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan
mengucapkan huruf M. Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup.
Free way space dicek dengan pengucapan huruf S (huruf S terdengar
mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S sulit terucap, demikian
halnya jika free way space berlebihan (terasa semburan saliva ketika
pengucapan huruf S). Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis
chamfer (garis yang berjalan dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus
acusticusexternus) untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil untuk
bagian anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis bibir
atas atau lower lip line (pada waktu posisi istirahat). Alat yang digunakan
adalah occlusal guide plane.
 Centric Relation Record
Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasivertikal yang
ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior.HD = PM – 2 mm.
Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah
dengan maksud sebagai free way space.

Cara menentukan relasi sentrik yaitu dengan mengintruksikan pasien untuk


menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga prosessus
Condyloideus akan tertarik pada fossa bagian belakang karena tarikan
dariotot dan mengintruksikan untuk menelan berulang-ulang. Untuk
mendapatkan sentrik relasi pasien disuruh melakukan gerakan mandibula
berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut.
Setelahmendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line
dan garis ketawa.
Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan kemudian
dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut
kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dantetap kedudukannya
dalam keadaan oklusi sentrik. Rahang atas dan rahang bawah difiksasi
dengan double V-groove shape, caranya: dibuat V-groove pada rahang atas
kira-kira P1 dan M1; pada rahang bawah daerah V-groove dikurangi kira-kira
2 mm. Bite rim rahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah
dilunakkan dibawah V-groove RA. V-groove pada RA diolesi vaselin.
Rahang atas dan bawah dikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan
kontranya sudah tepat,kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-
ulang.
 Pemasangan Pada Artikulator
Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut
freeplane articulator. Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member,
lower member, incisal guide pin dan mounting table.
Cara kerja :
 Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar
superiorpertama.
 Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan
pedoman: garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan
garistengah mounting table, tepi luar anterior bite rim RA
menyinggunggaris incisal edge mounting table, jarum horizontal incisal
guide pinujungnya menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA
dan tepat pada garis tengah bite rim.
 Fiksasi dengan wax pada mounting table.
 Buat adonan gips.
 Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahanpada
bagian atas model kerja RA lalu upper member digerakkan kebawah
sampai menekan gips yang ada pada model kerja RA.
 Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips yang
memfiksir upper member dengan model RA kemudian tunggusampai
keras.
 Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik.
 Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan
oklusinya.
 Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips
dituang pada model kerja RB kemudian lower member digerakkan
kebawah sampai menekan adonan gips, setelah itu artikulator dibalik dan
gips dirapikan
d. Kunjungan Keempat
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior. Urutan
pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang bawah.
Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa:
 Overbite dan overjet
 Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
 Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa)
Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya
dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri.

e. Kunjungan Kelima
Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior. Urutan
pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try in pada
pasien. Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan:
 Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson
 Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von
Spee. Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.Perhatikan inklinasi
dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan tehadap:
 Oklusi
 Stabilisasi gaya working dan balancing side
 Estetis dengan garis kaninus
 Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M,
R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTP sebelum diproses dengan caramelatih
pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan tersebut:
 Dilatih berfungsi untuk bicara, menelan, mengunyah
 Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali
 Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik
f. Kunjungan Keenam
Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, laludilakukan
pengamatan pada :
 Oklusinya
 Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
 Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lainsampai tidak
ada gangguan
g. Kunjungan Ketujuh
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut
dandiperhatikan retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi kepada
pasien mengeni pemeliharaan dan penggunaan protesa.
h. Kunjungan Kedelapan
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang
perlu diperhatikan pada saat kontrol adalah:
 Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau
tidak,ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah
adarasa sakit.
 Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradanganatau
perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi (Fadriyanti, 2010)
3. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN
CARA MELAKUKAN CETAK ANATOMIS DAN FUNGSIONAL
a. Cetak Anatomis
 Bahan mencetak: Hydrokoloid irreversible/alginate
 Sendok mencetak: Stock tray yang berlubang dan tanpa sudut
 Teknik mencetak: Mukostatis
 Tujuan mencetak : untuk mendapatkan model studi dan mendapatkan sendok
cetak fungsional
 Prosedur mencetak:
 Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
 Instruksi pada pasien
 Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan
control pasien hipersensitif
 Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang
kanan pasien, kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi
siku operator, dan kalau rahang bawah operator berada sebelah kanan
depan pasien, mulut pasien setinggi antara bahu dan siku operator.
 Try in sendok cetak ke mulut pasien
 Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus
dan mengkilat)
 Masukkan bahan ke sendok cetak
 Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien 34
 Mengisi daerah undercut
 Sentering
 Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah
 Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan
mengalir secara merata kemudian baru tekan bagian posterior dan
anterior.
 Melepas sendok cetak dari rahang
 Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut
 Evaluasi hasil cetakan anatomis:
 Hasil cetakan tidak boleh poreus, robek atau terlipat
 Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis
 Tepi cetakan harus bulat
 Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat
 Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak tercetak dengan baik
 Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III)
b. Cetak Fungsional
1. Membuat sendok cetak buatan/individual
 Alat dan bahan: self curing akrilik, api spiritus, scalpel/lecron, bur,
malam merah
 Gambar 2 batas pada model studi dengan pensil yiatu batas untuk muscle
triming tepat difornik pada model dan batas untuk untuk sendok cetak
buatan yaitu 2 mm dari fornik.
 Selapis lembar malam merah diatas permukaan jaringan sebagai wax
spacer untuk bahan cetak
 Buat lobang pada malam di daerah molar dan caninus kiri atau kanan
untuk stop vertical
 Aduk resin akrilik dan letakkan adonan merata di atas malam dan lubang
stop vertical serta meliputi garis tepi 35
 Buat tangkai dari resin, untuk rahang atas cukup satu ditengah bagian
anterior dengan posisi tangkai kearah bawah supaya tidak mengganggu
pada saat muscle trimming
 Setelah resin mengeras lepaskan sendok cetak perotangan dari model
 Sempurnakan tepi sendok cetak
 Mencoba sendok cetak perorangan dalam mulut pasien dan periksa
apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border
molding/muscle trimming

2. Border molding/muscle trimming


Rahang Atas
 Letakkan green stick compound yang telah dipaskan pada tepi sendok
cetak, dari ujung distal atau hamular notch ke frenulum bukalis.
 Panaskan lagi diatas api spiritus kemudian celupkan kedalam air
hangat/tampering.
 Sendok cetak dengan GSC yang hangat tadi dimasukkan kedalam mulut
pasien yang dibuka lebar, gerakkan rahang bawah ke kanan, kiri dan
protrusive.
 Daerah frenulum bukalis secara unilateral, tarik pipi keluar ke bawah
kemudian ke depan, ke belakang, ulangi pada posisi berlawanan.
 Lunakkan lagi compound pada frenulum bukalis secara unilateral.
 Sayap labial secara unilateral, lunakka compound, tarik bibir keluar dan
kebawah atau pasien diminta melakukan gerakan menghisap.
 Lunakkan compound pada frenulum labialis serta tarik bibir atas ke
depan.
Rahang Bawah
 Sayap disto lingual dan area buccal self 36
 Daerah distolingual dan post mylohyoid secara bilateral
 Lunakkan compound, masukkan ke mulut dan lidah, ditekan di distal
palatum, kemudian ke vestibulum bukalis kanan dan kiri.
3. Membuat lubang pada sendok cetak
Tujuan pembuatan lubang adalah untuk mengurangi tekanan waktu mencetak
dan sebagai retensi bahan cetak terhadap sendok cetak serta mengalirkan sisa
bahan cetak. Lubang dibuat setelah sendok cetak siap untuk dicetak, karena
jika dibuat lubang dulu,daerah yang menenerima tekanan berlebihan tidak
dapat dikontrol (tekanan hidrolok terbebas).
Teknik pembuatannya:
 Setelah sendok cetak dudukan tepat dan tepi sempurna, maka buatlah
lubang pada: di atas puncak ridge molar atas dan bawah, daerah palatum
keras sekitar garis tengah, daerah mukosa rahang yang mudah bergerak
(flabby) untuk mencegah distorsi jaringan tersebut Lubang dibuat
dengan bur bulat no.8
 Berjarak tiap lubang 5mm
4. Boxing dan Beading
Tujuannya adalah: untuk mempertahankan bentuk tepi hasil yang tercatat
pada model kerja.bentuk tepi dari hasil cetakan akan direproduksi menjadi
bentuk tepi gigi tiruan. Teknik pembuatannya:
 Siapkan gulungan lilin atau beading wax setebal lebih 3-5 mm kemudian
dicetakan di bawah ditepi seluruh hasi cetakan.
 Untuk rahang atas penempelan beading wax berakhir di belakang
prossesus alveolar bagian posterior sebelah kiri kanan.untuk rahang
bawah meliputi seluruh tepi hasil cetakan bagian labial, bukal dan
lingual.
 Untuk bagian lingual, tempat lidah ditutupi dengan selembar wax yang
digabung dengan beading wax yang 37 sudah dicetakan. dibaguan luar
beading wax diletakan untuk memebntuk basis dari model.
 Kemudian hasil cetakan yang dilakukan boxing dicor dengan gips stone
untuk mendapatkan model kerja (model). Beading dan boxing juga
menggunakan wax sebelum diisi dengan gips dan metode ini yang lebih
sering digunakan. Bahan gips pada sendok cetak menggunakam algianat
untuk menstabilkan posisi sendok cetak

4. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN


PROSEDUR KIE, KONTROL, DAN EVALUASI PADA PASIEN

Tujuan pemeliharaan gigi tiruan:

a. Membantu menjaga kekuatan, kestabilan, dan retensi gigi tiruan serta menjaga
kesehatan jaringan sekitar di dalam rongga mulut.

b. Menghindari berbagai permasalahan dalam rongga mulut sebagai dampak dari


penggunaan gigi tiruan. Masalah yang sering ditimbulkan akibat penggunaan gigi
tiruan yaitu karies, xerostomia, kandidiasis, gingivitis, dan penyakit periodontal
(Adnan, 2016)

Faktor yang mempengaruhi kontrol dan evaluasi pasca pembuatan GTL :


a. Instruksi Dokter Gigi
Seorang dokter gigi bertanggung jawab untuk memberikan instruksi yang cukup
setelah pemasangan gigi tiruan sehingga akan menambah pengetahuan pemakai
gigi tiruan tentang bagaimana cara yang tepat untuk menjaga kebersihan gigi
tiruannya. Instruksi secara lisan yang diberikan kepada pasien, sebaiknya
diperkuat dengan pemberian instruksi tertulis (Adnan, 2016).
b. Perilaku Pasien
Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi tiruan antara lain terbentuk oleh persepsi
pengguna gigi tiruan terhadap pentingnya pemeliharaan kebersihan gigi tiruan
yang digunakannya. Pengguna gigi tiruan yang memiliki perilaku kurang
memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya termasuk kebersihan gigi tiruan
yang digunakan, akan dapat berpengaruh pada turunnya derajat kesehatan gigi
dan mulut masyarakat (Adnan, 2016).
 Sosial ekonomi
Berkaitan dengan pengaruh dari pekerjaan dan pendapatan keluarga.
Pekerjaan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pendapatan mempunyai pengaruh langsung
pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan
kesehatan pun ikut meningkat (Adnan, 2016).
 Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku hidup sehat. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik tentang kesehatan yang akan
mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Sedangkan seseorang yang
pendidikannya rendah mempunyai pengetahuan yang kurang dalam
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya termasuk gigi tiruannya (Adnan,
2016).
c. Bahan Basis Gigi Tiruan
Biasanya basis gigi tiruan ini terbuat dari bahan resin akrilik, dan pada beberapa
kasus dibuat dari bahan logam. Basis merupakan pondasi pada gigi tiruan yang
membantu mendistribusikan dan meneruskan semua tekanan dari gigi tiruan ke
jaringan basal. Keadaan tersebut merupakan keadaan maksimum yang akan
mempengaruhi kesehatan jaringan mulut (Adnan, 2016).
Cara seorang dokter gigi untuk menegakkan keberhasilan perawatan:
a. Instruksi
 Instruksi yang diberikan oleh dokter gigi saat pemasangan atau insersi gigi
tiruan lengkap yang baru, antara lain:
 Apabila pasien telah menggunakan gigi tiruan lepasan, maka sehari
sebelum insersi tidak digunakan lagi untuk memperlancar aliran darah
pada mukosa bucis area.
 Gigi tiruan tetap dipakai pada malam hari atau siang hari untuk dua
sampai tiga hari pertama, dimaksudkan untuk memperbaiki mukosa
terhadap bentuk gigi tiruan yang baru dan hanya dilepas untuk
dibersihkan setelah makan, sebelum tidur dan pada pagi hari.
 Setelah dua sampai tiga hari pertama, pasien harus melepaskan gigi
tiruannya pada malam hari.
 Mengunyah makanan dengan hati-hati dan dalam jumlah kecil dan
sebaiknya menggunakan dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri (Kristiana,
2005).
 Dokter gigi juga memberikan intruksi tentang cara membersihkan gigi
tiruan lepasan, antara lain:
 Selalu menyikat gigi tiruan lepasan setiap hari setiap selesai makan,
sebelum tidur dan pada pagi hari. Seluruh permukaan gigi tiruan harus
disikat dengan bersih termasuk permukaan gigi tiruan yang menghadap
ke mukosa, gingiva dan lidah dengan menggunakan sikat gigi yang
lembut.
 Menggunakan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus atau sikat gigi yang
memiliki bulu sikat yang lembut dapat dibeli di pasaran.
 Pembersih dilakukan di atas mangkok berisi air atau dapat juga, gigi
tiruan dipegang dengan handuk untuk menjaga apabila gigi tiruan jatuh
tidak patah.
 Pada malam hari gigi tiruan dilepas dan direndam dengan air biasa atau
menggunakan bahan pembersih untuk gigi tiruan agar memberi
kesempatan pada gingiva untuk beristirahat (Kristiana, 2005).
b. Kontrol
Pasien diharuskan untuk kontrol secara periodik 1 hari, 1 minggu, 3 minggu, 3
bulan, dan tergantung pada kesulitan-kesulitan klinik dan sikap pasien (Kristiana,
2005).
 Evaluasi
 Adaptasi Fungsi Bicara
Adaptasi bicara pada pengguna gigi tiruan lengkap normalnya terjadi antara
dua minggu sampai empat minggu setelah insersi.Adaptasi bicara bagi
kebanyakan pengguna gigi tiruan lengkap akan terjadi dalam jangka waktu
pemakaian satu bulan, beberapa pasien lain baru bisa terjadi adaptasi bicara
kurang lebih setelah enam bulan pemakaian, dan ada pasien yang setelah satu
tahun pemakaian masih belum bisa beradapatasi dengan gigi tiruannya
(Trisnawati dkk, 2015).
Kriteria pasien yang mampu beradaptasi bicara dengan gigi tiruannya adalah
tidak adanya hambatan yang dirasakan saat berbicara menggunakan gigi
tiruannya dan tidak ada kesalahan pengucapan kata yang terdengar. Penilaian
adaptasi pada pasien dapat dilakukan menggunakan analisis suara
(Trisnawati dkk, 2015).
Hambatan bicara seringkali dilaporkan setelah penggunaan gigi tiruan
lengkap dan hambatan ini terjadi ketika mengucapkan huruf konsonan,
terutama suara huruf “S” (Trisnawati dkk, 2015).
 Terjadinya Perubahan Bentuk Jaringan Lunak dan Resorbsi Tulang
Terjadinya perubahan bentuk jaringan lunak dan resorbsi tulang ditunjukan
setelah pemakaian gigi tiruan yang cukup lama mengakibatkan ketepatan gigi
tiruan sangatlah sulit untuk dipertahankan dalam waktu yang panjang karena
gigi tiruan akan longgar dan menurunkan kecekatan fitting surface gigi tiruan
terhadap jaringan mukosa mulut (Azhindra dkk, 2013).
Prediksi umur pemakaian bahan akrilik sulit dilakukan karena banyak faktor
lingkungan mempengaruhi daya tahan dari bahan tersebut. Sifat dari resin
akrilik yang menyerap dan melepaskan air menyebabkan ketidak stabilan
dimensi, mengalami keretakan atau menjadi patah karena air berinteraksi
dengan rantai polimer, yang dapat menghasilkan beberapa efek seperti
melonggarkan gigi tiruan, pecahnya struktur, dan melemahkan rangkaian
susunan gigi artifisialis. Kondisi ini mempengaruhi dimensi dan stabilitas
gigi tiruan dan sekaligus mengurangi retensi gigi tiruan sehingga perlu
dilakukan relining/rebasing (Azhindra dkk, 2013).
Relining merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk
menanggulangi permasalahan dengan cara melapisi kembali fitting surface
gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan bahan dasar
baru, menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke area
landasan gigi tiruan. Tujuan relining adalah memperbaiki retensi sehingga
gigi tiruan dapat berfungsi kembali, kesehatan pada jaringan lunak dapat
diperbaiki, pasien merasa enak dan nyaman dengan gigi tiruan yang dipakai
(Azhindra dkk, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Azhindra, A., Ismiyati, T., & Dipoyono, H. M. (2013). Perbedaan Retensi Antara Heat Cured,
Self Cured dan Soft Liner Sebagai Bahan Relining Basis Gigi Tiruan Lengkap Rahang
Atas Resin Akrilik (Kajian Laboratoris). Jurnal Kedokteran Gigi, 4(4), 242-247.
Falatehan, N., & Kusumah, E. (2018). GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN ESTETIK
DAN FONETIK PADA PEMAKAI GIGI TIRUAN LENGKAP DI FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI. Cakradonya Dental
Journal, 10(2), 102-106.
Fathonah, D. T., Mustiko, H., & Indrastuti, M. PENGARUH LAMA ADAPTASI BICARA
PEMAKAI GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK TERHADAP KUALITAS
SUARA PENGUCAPAN HURUF/S/(Observasi klinis). Jurnal Kedokteran Gigi, 6(3),
271-277.
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta:
Hipokrates.
Kristiana, Dewi. 2020. Bahan Ajar Kuliah Blok 19 Perawatan Rehabilitasi: Mencetak Rahang
Tak Bergigi. Jember: Bagian Prostodonsia FKG Universitas Jember
Kusmawati F N, dkk. 2013. Luas Kontak Permukaan Hasil Cetakan Anatomis Basis Gigi
Tiruan Penuh dengan Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane. Jakarta: Universitas Prof. dr.
Moestopo. Vol. 62, No. 2, hal 31-34.
Nallaswamy, Deepak. 2017. Textbook of Prosthodontic. 2 nd Edition. New Dehli: Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd.
Pridana, S., & Nasution, I. D. (2016). Bentuk Residual Ridge dan Hubungannya Dengan
Retensi Gigi Tiruan Penuh. Cakradonya Dental Journal, 8(1), 55-60.
Trisnawati, Dyah dkk. 2015. Pengaruh Lama Adaptasi Bicara Pemakai Gigi Tiruan Lengkap
Resin Akrilik Terhadap Kualitas Suara Pengucapan Huruf /S/ (Observasi Klinis). J Ked
Gi. Vol. 6, No. 3: 271 – 277.

Anda mungkin juga menyukai