SKENARIO 1
TUTOR 9
171610101085
Dosen Tutor:
JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan nikmat rahmatNya, makalah
tugas individu tutorial ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah tugas tutorial “Gigi Tiruan Lengkap (GTL)” ini untuk memenuhi
tugas tutorial pada Blok 19 Perawatan Rehabilitatif di semester 6 tahun ajaran 2019/2020.
Disamping itu, tujuan penulisan tugas makalah tutorial ini untuk lebih memahami dan
mengkaji mengenai Gigi Tiruan Lengkap (GTL).
Saya berharap tugas makalah tutorial “Gigi Tiruan Lengkap (GTL)” ini dapat
memberikan informasi yang berguna bagi banyak orang sehingga mampu dimanfaatkan
sebaik mungkin. Semoga informasi dalam laporan ini mampu menyumbangkan pengetahuan
yang bermanfaat.
Penulis
SKENARIO 1
Seorang pasien perempuan usia 60 tahun, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, ingin
dibuatkan gigi tiruan baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang sehingga sulit untuk
makan. Belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral
gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah sekitar gigi. Gigi 11,
21, 32 tinggal sisa akar, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karena karies. Dokter gigi
melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik, membuat
GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik. Setelah melakukan anamnesis,
dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan melakukan penetapan gigit.
Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentif, stabil. Dokter gigi
menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya
STEP 1
KATA SULIT
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertical
Goyang Derajat 1
Kegoyangan sedikit lebih dari normal atau fisiologis
Goyang Derajat 2
Kegoyangan sekitar 1mm
Goyang Derajat 3
Kegoyangan lebih dari 1 mm pada segala arah dan atau gigi dapat ditekan kea
rah apical
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Cara Mendapatkan GTL yang Retentif dan Stabil?
2. Bagaimana Prosedur Pembuatan dan Pemasangan GTL?
3. Bagaimana Cara Melakukan Cetak Anatomis dan Fungsional?
4. Bagaimana Prosedur KIE, Kontrol, dan Evaluasi pada Pasien?
STEP 3
BRAINSTORMING
1. Bagaimana Cara Mendapatkan GTL yang Retentif dan Stabil?
a. Retensi :
Peripheral Seal
Didapatkan dari peripheral seal yang baik agar tekanan atmosfer terjaga.
Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada
permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.
Peripherial seal bersambung dengan postdam pada rahang atas menjadi
sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar
tidak dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa
sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular
seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah
lepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadinya
kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan lengkap. Postdam, diletakkan
tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat fovea palatina.
Adaptasi
Adaptasi yang baik anatara basis gigi tiruan dan mukosa mulut.
Perluasan Basis Gigi Tiruan pada Mukosa (Fitting Surface)
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh
basis gigi tiruan.
Residual Ridge
Residual ridge sangat diperhatikan karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat
dipakai sebagai pegangan terutama pada rahang atas.
Faktor Kompresibilitas Jaringan Lunak dan Tulang di bawahnya
Hal ini digunakan untuk menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan
saat berfungsi
Gaya-Gaya dalam Cairan
Kondisi rongga mulut pasien karena saliva juga akan menyebabkan GTL
retentif. Saliva berhubungan dengan volume saliva dimana apabila volume
meningkat maka viskositas juga akan meningkat. Pada pasien xerostomia
harus dibuatkan reservoir jika akan dibuatkan GTL sehingga sifat retentif tetap
dapat dicapai.
Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer ini menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi tiruan
asalkan ada pheriperal seal yang baik. Hubungan antara pheriperal seal dengan
gaya-gaya di dalam lapisan saliva serta GTL bisa diibaratkan dengan dua buah
bak yang diisi air dengan balok yang mempunyai berat sama dalam dua bak
tersebut, akan tetapi bentuk baloknya berbeda. Balok pertama mempunyai
ukuran yang sangat pas dengan bak, sedangkan balok yang kedua lebih kecil.
Maka apabila balok pertama diambil, maka terasa akan sangat susah sekali.
Berbeda dengan balok kedua yang apabila diambil maka kita bisa lebih mudah
mengambilnya. Bak dengan balok yang pertama ini diibaratkan dengan GTL
yang mempunyai periperal seal yang baik, sehingga tekanan yang ada pada
GTL dengan saliva tinggi sehingga GTL lebih retentif, sedangkan bak dengan
balok kedua ini seperti GTL dengan periperal seal yang kurang baik atau
bahkan tidak mempunyai periperal seal. Tidak ada gaya-gaya yang menahan
GTL agar retentif, sehingga GTL lebih mudah lepas
b. Stabilisasi
Stabilisasi dapat ditegakan harus membutuhkan suatu alat yaitu artikulator
sehingga GTL akan diketahui kestabilannya dan nantinya akan diaplikasikan
pada pasien
2. Bagaimana Prosedur Pembuatan dan Pemasangan GTL?
a. Prosedur Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan secara langsung dan semuanya karena giginya sudah
tidak dapat dipertahankan dalam rongga mulut pasien. Penggunaan GTL pasca
ekstraksi dapat dilakukan 30 hari setelah dilakukan ekstraksi pada gigi pasien.
Karena pada 10 hari pasca ekstraksi baru terjadi blood clot dan 2 minggu pasca
ekstraksi terjadi penyembuhan tulang. Sebelum dilakukan pemasangan dengan
GTL yang nantinya akan digunakan, pasien dilakukan pemasangan immediate
denture hal ini dikarenakan pasien biasanya tidak mau melalui fase ompong.
Sehingga immediate denture ini merupakan sebuah gigi tiruan yang diberikan
dengan segera pada rongga mulut pasien dan diindikasikan untuk pasien yang
tidak mau melewati fase ompong.
b. Tahapan Klinis (Tahapan Subyektif dan Obyektif) :
Pasien dilakukan anamnesa dan dilihat anatomical landmark hal ini berfungsi
untuk retensi dan stabilisasi GTL meliputi:
Proc. Alveolaris melebihi ½ kaca mulut sehingga baik untuk retensi.
Retromolar dilihat dalam atau dangkal.
Frenulum baik bukal labial lingual
Retromandibula.
c. Tahapan Laboratoris
Menghitung dimensi vertikal dan oklusi sentris pasien.
Melakukan pencetakan pada rahang :
Cetak anatomis
Disebut model studi atau diagnostik berfungsi untuk penunjang diagnosa
untuk pembuatan GTL dengan menggunakan sendok cetak universal
atau biasa.
Cetakan fungsional
Disebut model kerja berfungsi untuk mendesain GTL dan dicetak
dengan sendok cetak individual.
Pasien diintruksikan untuk mengucapkan AH dan OH agar vibrating line
tercetak dan sesuai dengan keadaan anatomis.
Pembuatan balok malam.
Pembuatan galangan gigit
3. Bagaimana Cara Melakukan Cetak Anatomis dan Fungsional?
a. Cetakan Anatomis
Mencetak anatomi rahang pasien meliputi vestibulum, frenulum, tuber
maksila, retromolar pad, dan struktur anatomis lain
Menggunakan bahan cetak hidrocoloid reversible/alginat yang merupakan
bahan cetak mukostatik
Sendok cetak yang digunakan yaitu prefabricated stock tray
Cetakan anatomis yang dicor dengan gipsum akan menghasilkan model
anatomis atau model studi yang bisa digunakan untuk melihat bentuk ridge
pasien
Selain itu, cetakan anatomis juga berfungsi untuk menentukan diagnosa dan
membuat sendok cetak perorangan
b. Cetakan Fungsional
Mencetak rahang atas dan rahang bawah pasien beserta batas-batas
fungsional dari jaringan anatomis yang membatasinya
Menggunakan bahan cetak elastomer yang merupakan bahan cetak
mukokompresif yang mampu menekan batas-batas fungsional di mukosa
bergerak dan tak bergerak
Cetakan fungsional akan membentuk model kerja yang digunakan untuk
menyusun gigi tiruan dan untuk contouring.
4. Bagaimana Prosedur KIE, Kontrol, dan Evaluasi pada Pasien?
a. Kontrol
Kontrol dilakukan 3-4 hari untuk pasien biasa dan 1-2 hari lamanya untuk pasien
dengan mukosa rentan atau menua, bertujuan untuk:
Mengetahui protesa tersebut cocok atau tidak
Memastikan protesa tidak menimbulkan toksik, iritasi.
Pasien nyaman atau tidak
Mengecek bahwa tidak menyebabkan kerusakan jaringan
b. Instruksi
Instruksikan pasien untuk bicara keras keras 20 menit sekali sehari, 2 sampai 3
kali sehari digunakan untuk proses adaptasi GTL yang digunakan hal ini
bertujuan untuk pengembalian fungsi fonetik.
Instruksi untuk membersihkan gigi tiruan sebelum tidur.
Pemeliharaan gigi tiruan yang kurang tepat juga memberi efek perubahan
bentuk fisik dan kekenyalan gigi tiruan. Kestabilan gigi tiruan berkurang dan
menyebabkan lesi pada jaringan atau gingiva yang menyangganya. Sebaiknya
gigi tiruan dilepas pada saat tidur dan direndam air bersih dalam tempat
khusus (gelas). Atau, direndam obat pembersih gigi tiruan. Sebelum direndam,
sebaiknya gigi tiruan dicuci dengan sabun mandi (bukan pasta gigi). Sebab,
pasta gigi biasanya mengandung kristal batu apung yang menggores gigi
tiruan.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa
Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
Protesa dijaga kebersihanny
Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
STEP 4
MAPPING
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Syarat GTL yang Baik
dan Cara Agar Mendapatkan GTL yang Retentif dan Stabil
2. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Prosedur Pembuatan dan
Pemasangan GTL
3. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Cara Melakukan Cetak
Anatomis dan Fungsional
4. Mahasiswa Mampu Memahami, Mengkaji, dan Menjelaskan Prosedur KIE, Kontrol,
dan Evaluasi pada Pasien
STEP 7
PEMBAHASAN LO
1. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN
SYARAT GTL YANG BAIK DAN CARA AGAR MENDAPATKAN GTL
YANG RETENTIF DAN STABIL
a. Syarat GTL yang Baik
Memiliki retensi dan stabilisasi yang baik (Pridana, 2016).
Memberikan rasa nyaman saat digunakan pasien (Falatehan, 2018).
Dapat memperbaiki fungsi mastikasi, estetik, dan fonetik (Falatehan,
2018).
Fungsi mastikasi
Hilangnya gigi-geligi menimbulkan tekanan kunyah yang dibebankan
pada jaringan pendukung tidak merata, sehingga pasien kesulitan untuk
mengunyah makanan. Apabila dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka
pasien akan merasakan perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena
sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata ke
seluruh bagian jaringan pendukung. Dengan demikian gigi tiruan ini
berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah (Adnan,
2016).
Fungsi estetik
Perubahan bentuk, susunan, warna, serta hilangnya maupun berjejalnya
gigi-geligi sangat mengganggu penampilan wajah pasien. Apabila
dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka pasien akan lebih percaya diri
dengan penampilan wajahnya. Hal tersebut dikarenakan gigi tiruan
yang digunakan menyerupai gigi dan jaringan pendukung yang asli
(Adnan, 2016).
Fungsi fonetik
Organ untuk berbicara dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama,
bagian yang bersifat statis yaitu gigi geligi, palatum dan tulang
alveolar. Kedua, yang bersifat dinamis yaitu lidah, bibir, pita suara dan
mandibula. Organ pengucapan yang tidak lengkap dan kurang
sempurna dapat mempengaruhi suara pasien, misalnya berdasarkan
skenario pasien banyak kehilangan gigi oleh karena karies. Kesulitan
saat berbicara dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam
hal ini gigi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan
berbicara seperti mampu mengucapkan kembali kata-kata dan
berbicara dengan jelas terutama bagi lawan bicaranya (Adnan, 2016).
b. Cara Mendapat GTL yang Retentif dan Stabil
Retentif
Menurut Zarb dan Bolender (2004), faktor yang mempengaruhi retensi
gigi tiruan lengkap dikelompokan menjadi dua yaitu faktor fisik dan
faktor muskular.
Faktor fisik
o Perluasan maksimal dari basis gigi tiruan
o Kontak seluas mungkin dari membran mukosa dan basis gigi
tiruan
o Kontak yang rapat antara basis gigi tiruan dan daerah
pendukungnya.
Faktor muskular
Dapat digunakan untuk meningkatkan retensi dan kestabilan gigi
tiruan, otot-otot buccinator, orbikularis oris, serta otototot lidah
merupakan kunci dalam aktivitas retensi, sehingga perlu latihan
khusus bagi otot-otot mulut untuk meningkatkan retensi gigi tiruan di
dalam rongga mulut
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan menahan gaya yang melepaskan
dari arah vertikal atau dari arah yang berlawanan dari arah pasang
(Pridana, 2016). Sehingga retensi ini berfungsi untuk mempertahankan
posisinya agar tetap melekat pada jaringan pendukungnya. Retensi yang
baik didapat dari hasil pencetakan mukosa yang akurat agar kontak antara
mukosa dan gigi tiruan maksimal (Kusmawati dkk, 2013). Dalam retensi
gigi tiruan lengkap, memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:
Adhesi
Mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang berbeda. Adhesi
yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi tiruan terjadi
akibat tekanan ion antara c glikoprotein saliva dan permukaan epitel
atau resin akrilik (Pridana, 2016).
Kohesi
Mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama. Kekuatan
retensi ini dihasilkan dari lapisan cairan saliva yang terdapat diantara
basis gigi tiruan dan mukosa yang bekerja mempertahankan integritas
permukaan cairan (Pridana, 2016).
Tekanan atmosfer
Ketika suatu gaya tegak lurus terjadi searah dari daerah dukungan gigi
tiruan, maka tekanan antara gigi tiruan dan mukosa menurun
dibandingkan dengan keadaan sekitarnya, hal inilah yang menahan
gaya yang dapat melepaskan gigi tiruan (Pridana, 2016).
Muskular oral dan fasial
Kekuatan retensi tambahan yang didapatkan jika (1) posisi anasir
yang tepat pada neutral zone antara otot pipi dan lidah, (2) permukaan
gigi tiruan yang halus dengan bentuk yang tepat. Apabila kedua hal
diatas tercapai maka otot-otot secara otomatis dapat menahan gigi
tiruan (Pridana, 2016).
Tegangan permukaan antar fasial
Daya tahan dua permukaan yang merekat dengan perantaraan selapis
tipis cairan terhadap gaya yang memisahkannya. Semua bahan basis
mempunyai tegangan permukaan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah dilapisi oleh pelikel
saliva maka tegangan permukaan semakin menurun yang dapat
memaksimalkan luas permukaan antara saliva dan basis gigi tiruan
(Pridana, 2016).
Stabil
Stabilisasi adalah daya tahan terhadap gerakan horizontal dan tekanan
yang menyebabkan perubahan hubungan antara basis gigi dengan tiruan
dan daerah pendukung dalam arah horizontal atau rotasi (Pridana, 2016).
2. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTL
Perawatan Berdasarkan Kasus dalam Skenario
a. Pemeriksaan Subjektif Anamnesis
Pasien : Perempuan
Usia : 60 Tahun
Keluhan utama pada skenario : Banyak gigi hilang sehingga sulit untuk
makan
b. Pemeriksaan Objektif Pemeriksaan Klinis
Gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang derajat 3, kalkulus di daerah
sekitar gigi.
Gigi 11, 21, 32 tinggal sisa akar.
Gigi yang lain hilang. 21
c. Rencana Perawatan
Ekstraksi semua gigi termasuk gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang
derajat 3 dan gigi 11, 21, 32 tinggal sisa akar hal ini dilakukan karena sulit untuk
dipertahankan dan tidak bisa dijadikan retensi perawatan prostodontik setelah
pencabutan dilakukan maka pada rahang atas dan rahang bawah akan menjadi
endentulous totalis dan diindikasikan perawatan gigi tiruan lengkap, selain itu
juga dengan pertimbangan estetik, membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik
dengan, anasir akrilik.
Sebelum melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan maka diperlukan persiapan
dalam mulut (mouth preparation) yang dapat berakibat patologis terhadap
jaringan karena penggunaan gigi tiruan. Sehingga diperlukaan pemeriksaan
berkaitan dengan mukosa oral dan tulang
Sebelum melakukan pembuata GTL tenaga medis wajib melakukan pemeriksaan
status umum (riwayat kesehatan pasien). Riwayat penyakit umum yang pernah
diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih.
Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan dokter
umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu
dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang
terlibat dalam perawatan dental. Hubungan dengan penyakit sistemik :
a. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti
jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal
yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah
terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya
pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang
tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala
yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal,
cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan
mulut. Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa
dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari
tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan
bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang
terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua
bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis.
Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan
kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam
bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan
kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 2012).
b. Penyakit Kardiovaskuler
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena
bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk., 2012).
c. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang
mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang
prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi
mentalnya dapat diatasi. Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan
faktor estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang
dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan yang
sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk.,
2012).
Menurut Fadriyanti (2010) Prosedur Pembuatan GTL Meliputi 8 Kali Kunjungan
yaitu:
a. Kunjungan Pertama
Anamnesa dan Pemeriksaan Obyektif.
Membuat Cetakan Studi Model
Sendok cetak : stock tray.
Bahan cetak : elastic impression (alginat)
Metode mencetak : mucostatic
Membuat model studi
b. Kunjungan Kedua
Membuat dan Mencoba Sendok Individual
Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
Cara membuat:
Dari studi model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base
plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia
ruang yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border
material). Sellac dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu
spiritus lalu ditekan diatas model studi. Sellac dipotong sesuai batas-batas
yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan
menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus
kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat
mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan
postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak
mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok
cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat
dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan jarak masing-masing lebih dari
5 mm.
Membuat Cetakan Model Kerja
Sendok cetak : Sendok cetak individual.
Bahan cetak : Elastomer (Exaflec)
Metode mencetak : mucodynamic
Cara mencetak:
Rahang Atas :
o Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas.
o Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator di
samping kanan belakang.
o Pasien mengucapkan “AH” untuk mencetak vibrating line.
o Pasien mengucapkan “OH” untuk mencetak frenulum
buccalis,frenulum labialis superior.
o Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
o Cetakan dilepas dan dicuci
Rahang Bawah
o Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah
o Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi
operatordisamping kanan depan.
o Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulumlingualis.
o Pasien mengucapkan “OH” untuk mencetak frenulum
buccalis,frenulum labialis inferior.
o Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
o Cetakan dilepas, dan dicuci
Membuat Base Plate
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga
dibuatpostdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate
dari wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh
dihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari wax.
Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,
posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan
media/linguadibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang
atas, peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating
line dan hamular notch.
c. Kunjungan Ketiga
Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada retensi
saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding
impression material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah
greenstick dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam di dalam air selama
beberapa detik agar pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah
dilunakkan dan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan
sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok cetak individual (Nallaswamy,
2017).
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan greenstick compound
berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan rahang
bawah ke kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch
dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir
pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah
sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke
depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk membentuk daerah posterior
palatum durum yang merupakan batas antara palatum molle dan palatum
durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah” (Nallaswamy, 2017).
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk
membuka mulut kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot
masseter. Kemudian, untuk membentuk daerah distolingual dan
postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri
dan ke kanan serta ke posterior palatum durum. Frenulum lingual dibentuk
dengan menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke
bagian anterior palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial
dibentuk dengan memberikan instruksi yang sama dengan instruksi border
moulding rahang atas (Nallaswamy, 2017).
Insersi Base Plate
Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan
stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi
pengunyahan berlangsung. Retensi dapat di amati dengan memberikan
tekanan pada salah satu sisi gigi tiruan (jika gigi tiruan terungkit, maka gigi
tiruantersebut tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi
tiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat
diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan
‘AH’.Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah
tempat ketika difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi atau kohesi saliva.
Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat
terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusi
keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada under
extension plat, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi
tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat yang baru.
Penentuan Profil Pasien
Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien tersebut. Kecembungan profil
dibuat dengan tonus ototlabial sebagai parameternya. Profil yang ideal,
terbentuk jika otot bibirdalam keadaan isotonus. Apabila bibir tampak
hipertonus, maka bagiananterior bite rim terlalu cembung sehingga harus
dikurangi. Sebaliknya,jika bibir tampak hipotonus, maka bite rim kurang
cembung sehingga perlu ditambah dengan malam merah.
Pencatatan Maxillo-Mandibular Relationship (MMR)
Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusal
diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik dibawah
ini:
Jarak 4 mm dari meatus acusticus externus
Telinga kanan dan kiri
Spina nasalis anterior.
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi.
Selanjutnya record blok dipasang dengan posisi bite rim RA dan RB harus
tertutup secara sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakansuatu garis
lurus). Kemudian dicari dimensi vertikal (inter occlusal distance),
didapatkan dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut
samadengan jarak hidung sampai dagu (PM = HD). Pada keadaan rest
position PM = HD. Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan
mengucapkan huruf M. Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup.
Free way space dicek dengan pengucapan huruf S (huruf S terdengar
mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S sulit terucap, demikian
halnya jika free way space berlebihan (terasa semburan saliva ketika
pengucapan huruf S). Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis
chamfer (garis yang berjalan dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus
acusticusexternus) untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil untuk
bagian anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis bibir
atas atau lower lip line (pada waktu posisi istirahat). Alat yang digunakan
adalah occlusal guide plane.
Centric Relation Record
Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasivertikal yang
ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior.HD = PM – 2 mm.
Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah
dengan maksud sebagai free way space.
e. Kunjungan Kelima
Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior. Urutan
pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try in pada
pasien. Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan:
Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson
Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von
Spee. Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.Perhatikan inklinasi
dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan tehadap:
Oklusi
Stabilisasi gaya working dan balancing side
Estetis dengan garis kaninus
Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M,
R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTP sebelum diproses dengan caramelatih
pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan tersebut:
Dilatih berfungsi untuk bicara, menelan, mengunyah
Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali
Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik
f. Kunjungan Keenam
Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, laludilakukan
pengamatan pada :
Oklusinya
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lainsampai tidak
ada gangguan
g. Kunjungan Ketujuh
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut
dandiperhatikan retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi kepada
pasien mengeni pemeliharaan dan penggunaan protesa.
h. Kunjungan Kedelapan
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang
perlu diperhatikan pada saat kontrol adalah:
Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau
tidak,ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah
adarasa sakit.
Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradanganatau
perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi (Fadriyanti, 2010)
3. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI, MENGKAJI, DAN MENJELASKAN
CARA MELAKUKAN CETAK ANATOMIS DAN FUNGSIONAL
a. Cetak Anatomis
Bahan mencetak: Hydrokoloid irreversible/alginate
Sendok mencetak: Stock tray yang berlubang dan tanpa sudut
Teknik mencetak: Mukostatis
Tujuan mencetak : untuk mendapatkan model studi dan mendapatkan sendok
cetak fungsional
Prosedur mencetak:
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
Instruksi pada pasien
Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan
control pasien hipersensitif
Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang
kanan pasien, kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi
siku operator, dan kalau rahang bawah operator berada sebelah kanan
depan pasien, mulut pasien setinggi antara bahu dan siku operator.
Try in sendok cetak ke mulut pasien
Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus
dan mengkilat)
Masukkan bahan ke sendok cetak
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien 34
Mengisi daerah undercut
Sentering
Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah
Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan
mengalir secara merata kemudian baru tekan bagian posterior dan
anterior.
Melepas sendok cetak dari rahang
Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut
Evaluasi hasil cetakan anatomis:
Hasil cetakan tidak boleh poreus, robek atau terlipat
Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis
Tepi cetakan harus bulat
Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat
Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak tercetak dengan baik
Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III)
b. Cetak Fungsional
1. Membuat sendok cetak buatan/individual
Alat dan bahan: self curing akrilik, api spiritus, scalpel/lecron, bur,
malam merah
Gambar 2 batas pada model studi dengan pensil yiatu batas untuk muscle
triming tepat difornik pada model dan batas untuk untuk sendok cetak
buatan yaitu 2 mm dari fornik.
Selapis lembar malam merah diatas permukaan jaringan sebagai wax
spacer untuk bahan cetak
Buat lobang pada malam di daerah molar dan caninus kiri atau kanan
untuk stop vertical
Aduk resin akrilik dan letakkan adonan merata di atas malam dan lubang
stop vertical serta meliputi garis tepi 35
Buat tangkai dari resin, untuk rahang atas cukup satu ditengah bagian
anterior dengan posisi tangkai kearah bawah supaya tidak mengganggu
pada saat muscle trimming
Setelah resin mengeras lepaskan sendok cetak perotangan dari model
Sempurnakan tepi sendok cetak
Mencoba sendok cetak perorangan dalam mulut pasien dan periksa
apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border
molding/muscle trimming
a. Membantu menjaga kekuatan, kestabilan, dan retensi gigi tiruan serta menjaga
kesehatan jaringan sekitar di dalam rongga mulut.