Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun
untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok 1 pada skenario 1 Blok
Rehabilitatif.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. drg. Dewi Kristiana, M Kesselaku pembimbing tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok 1, dan telah memberi
masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan–perbaikan demi kesempurnaan laporan ini dan masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 6 April 2019

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... 1

DaftarIsi ................................................................................................................. 2

Skenario ................................................................................................................. 3

Step 1 ..................................................................................................................... 3

Step 2 ..................................................................................................................... 4

Step 3 ..................................................................................................................... 4

Step 4 ....................................................................................................................... 7

Step 5 .................................................................................................................. …. 8

Step 7 ....................................................................................................................... 8

DaftarPustaka .......................................................................................................... 26

2
Skenario 1

Seorang pasien laki-laki usia 58 tahun, pensiunan pegawai swasta, ingin


dibuatkan gigi tiruan baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang serta sulit
untuk makan. Belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik.
Pemeriksaan intra oral gigi 11, 12, 13, 15, 23, 24, 31, 32, 41, 42. Resesi gingiva
goyang o3, kalkulus di daerah lingual. Gigi 43 tinggal sisa akar, gigi 35 karies
profunda perforasi, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karen karies. Dokter gigi
akan melakukan perawatan : eskstraksi semua gigi dengan pertimbangan
estetik,membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik.
Setelah melakukan anamnesis, dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak
fungsional dan melakukan penetapan gigit. Setelah GTL diinsersikan,
menghasilkan GTL yang retentif, stabil. Dokter gigi menginstruksikan untuk
kontrol di hari berikutnya, GTL baru bisa untuk berbicara dan makan.

STEP 1–UNFAMILIAR TERMS


1. Penetapan gigit : penetapan oklusi antara RA dan RB
2. Retentif : daya atau kemampuan gigi tiruan untuk bertahan terhadap gaya
gravitasi, adhesi, kohesi dan gaya yang menyebabkan gerakan ke arah
yang berlawanan gigi tiruan. Ketahanan gigi tiruan terhadap daya lepas
saat gigi tiruan dlm keadaan diam. Bedanya stabilitasi adalah saat
fungsional.
3. Cetak fungsional : cetak dalam keadaan berfungsi. Memperhatikan
jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Dan memperhatikan
tertekannya mukosa. Menggunakan sendok cetak individual. Final
impression
4. Anasir akrilik : anasir yaitu bentuk gigi yang menggunakan bahan akrilik
karena estetis dan tahan terhadap fraktur dan harganya relatif murah.
Secara estetis maksudnya warna kejernihannya luar biasa, warna serta
sifatnya tetap stabil dibawah kondisi RM dan stabil terhadap panas.
Akrilik tidak mengiritasi dan tidak toksik, dan dipilih karena mudah di
manipulasi.

3
5. Cetak anatomis : prosedur yg dilakukan untuk mereproduksi permukaan
jaringan yang akan menyanga gigi tiruan atau denture bearing tissue, shg
didapatkan basis gigi tiruan yg mampu beradaptasi secara akurat dengan
penyangga dan mampu menahan beban. Preliminary impression untuk
model studi, model kerja, dan untuk membuat sendok cetak fisiologis.
Yang tercetak gigi geligi, proc alveolaris, dan palatum.
6. GTL RA dan RB : Gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pd RA
maupun bawah serta jar. Pendukung atau mukosa dan memperbaiki sistem
stomatognati. Digunakan untuk orang yang kehilangan seluruh giginya
untuk mencegah pengerutan tulang alveolar, berkurangnya dimensi
vertikal karena turunnya otot otot pipi karena tidak ada penyangga dan
hilangnya oklusi sentris. Tujuannya yaitu untuk mengembalikan fungsi
pengunyahan, bicara, estetis, serta dpt mencegah timbulnya penyakit
akibat keadaan edentulous.

STEP 2 – IDENTIFICATION PROBLEM


1. Mengapa dokter gigi melakukan cetak anatomis, cetak fungsional dan
melakukan penetapan gigit?
2. Mengapa dokter gigi melakukan rencana perawatan GTL pada pasien?
3. Mengapa GTL harus retentif dan stabil?
4. Bagaimana agar GTL dapat retentif dan stabil?
5. Mengapa dokter gigi memilih bahan akrilik?
6. Bagaimana prosedur yang dilakukan sebelum perawatan GTL pada
skenario?
7. Bagaimana instruksi dokter ke pasien setelah perawatan?

STEP 3 – BRAINSTORMING
1. Cetak anatomis, fungsional, dan penetapan gigit
- Cetak anatomis dilakukan untuk membuat model kerja, model studi,
dan sendok cetak fisiologis. Cetak anatomis untuk membuat jaringan
yg akan menyangga gigi, agar mendapat retensi yang baik, karena
dilakukan pencetakan pada semua jaringan penyangga. Hasil cetakan

4
RA harus meliputi kedalaman fungsional darisulkus labial serta bukal,
dan tuberositas maksilaris, serta mencakup hamular notch dan
vibrating line pada bagian posterior. Hasil untuk RB mencakup
kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal, dan tuberositas. Serta
mencakup retromolar pads dan fossa retromilohyoid di bagian
posterior. Harapannya yaitu ada kontak seluas mungkin antara basis
GT dan jaringan penyangga sehingga didapatkan retensi yang baik.
- Cetak fungsional atau disebut juga dengan final impression dilakukan
dengan tekanan sehingga lingir-lingir alveolar tercetak juga, dilakukan
dengan tekanan karena tekanan dg jari tangan dan konsistensi bahan
cetak sesuai dengan tekanan yang akan didapat pada saat berfungsi,
mengunyah, berbicara dll
- Penetapan gigit dilakukan untuk mengetahui tinggi gigit, jarang
interoklusal. Penetapan gigit adalah prosedur untuk memperoleh
kondisi ideal RA dan RB didalam RM, dengan memproyeksikannya
keluar mulut. Tujuannya yitu untuk menggantikan proc. Alveollaris
yang sudah dicabut, untuk memperkirakan panjang gigi. Biasanya
untuk penetapan gigit dilakukan pemeriksaan vertikal relation untuk
tinggi gigit, horizontal relation untuk mengetahui letak gigit,
orientation relation digunakan untuk mengetahui hubungan rahang
terhadap sendi rahang.
2. Karena sudah dilakukan ekstraksi pada gigi dan sisa akar. Untuk
menggantikan semua gigi asli beserta jaringan gusi yang hilang. Agar
tidak menghilangkan dimensi vertikal dan mulutnya overclosure atau pipi
berkerut. Selain itu juga untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, estetis
karena pasien kehilangan gigi anterior estetisnya tergantung dari gigi
tiruan yang warnanya mirip dengan gigi asli, fungsi fonetik untuk
mempermudah komunikasi verbal dan perlu diperhatikan kondisi umum
dan kondisi mulut pasien.
Harus ada pertimbangan dari pasien, pasien harus siap apabila dilakukan
pemasangan GTL dari segi biaya, waktu dan pertimbangan prognosis.

5
3. Kekuatan retentif itu mencegah pengungkitan gigi tiruan pada jaringan
pendukung, agar tidak lepas. Bekerja melalui permukaan oklusal, yitu
berkontak dengan gigi antagonis atau gigi asli. Permukaan poles, yaitu
terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukan oklusal termasuk palatal yang
akan dibuat basis gigi tiruan, bagian bukal dan lingual berkontak pada
bagian pipi dan lidah. Permukaan cetakan yaitu bagian permukaan yang
konturnya ditentukan oleh cetakan.
Kenapa GTL harus stabil agar ketika berfungsi tidak lepas dan tidak
menimbulkan ketidak nyamanan pada pasien.
4.
 Adaptasi gigi tiruan dan mukosa pasien harus baik, harus
memperhatikan ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan
mukosa pasien yang tergantung pada efektifitas gaya gaya fisik
atau adhesi dan kohesi, atau biasanya disebut dengan adhesi
selektif.
 Faktor yang mempengaruhi retensi yaitu perluasan secara
maksimal dari basis GT dan kontak yang seluas mungkin antara
basis GT dan mukosa, serta kontaknya juga rapat.
 Residual ridge karena tidak ada gigi yang dapat dipakai sebagai
pegangannya terutama pada rahang atas
 Dilakukan re lining pada basis jika kehilangan perubahan jaringan
pendukung, biasanya sering terjadi pada mandibula. Tujuannya
untuk menentukan ulang relasi antara basis GT dan jaringan
pendukung shg dapat memperbaiki retensi dan stabilitas yang baik.
Sebelum dilakukan relining harus dilakukan diagnosa yang tepat
yaitu dengan PIP (pressure indicating paste) untuk menambahkan
bahan baru pada basis GT agar saat dilakukan penyesuaian kembali
terhadap jaringan pendukung dan gigi tiruan
5. Karena proses pembuatan bahan akrilik yang mudah dan penghantar panas
yg kurang baik serta biayanya murah, luas basisnya lebar. Kekurangannya
dapat menyerap air, dan dapat berubah warna dalam waktu tertentu. Proses
pembuatannya mudah karena thermoplastis yang dibuat secara sintesis dari

6
bahan organik, resin akrilik dapat dibentuk selama masih plastis dan
mengeras saat dipanaskan, sehingga mudah dibentuk. Akrilik mempunyai
warna yang sesuai dengan RM serta mampu mempertahankan warnanya.
Resin akrilik warnanya lebih tahan lama sekitar 5-15 bulan dibanding
nylon karena resin mempunyai ikatan cross link, kalau nilon yaitu ikatan
linear panjang. Untuk translusensi lebih baik nilon.
6. Sebelum dilakukan pemasangan GTL:
- Gigi yang sudah goyang dan sisa akar di ekstraksi karena sudah tidak
dapat dipertahankan lagi
7. Instruksi yaitu cara pemakaian, pasien diinstruksikan untuk memakai
secara terus-menerus selama 2x24 jam, tetapi dilepas saat tidur agar
jaringan otot-otot dibawahnya dapat beristirahat, protesa direndam dalam
air putih dan disikat tetapi tidak boleh memakai pasta gigi karena merusak
GT.
Pasien dianjurkan kembali ke klinik jika merasakan sakit atau gangguan
pada bicara dan protesa yang tidak stabil, dan tidak dianjurkan
memperbaiki sendiri
Orang tua atau mukosa yang rentan ; 1-2 hari
Orang dewasa muda ; 3-4 hari
Saat kembali dicek kembali protesa, memastikan kembali protesa tidak
toksik, mengecek ada tidaknya kerusakan jaringan, pasien nyaman atau
tidak.

STEP 4 – MAPPING
Edontoulus Ridge

Indikasi dan Kontra indikasi

Gigi Tiruan Lengkap

Syarat GTL Bahan GTL Prosedur Pembuatan GTL Instruksi Pasien

7
STEP 5 – LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang definisi, tujuan GTL
2. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang indikasi dan
kontraindikasi GTL
3. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang syarat GTL
4. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang macam bahan GTL
(anasir dan basis)
5. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang tahap-tahap pembuatan
GTL, dan pencetakan GTL serta penetapan gigit
6. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang instruksi setelah
pemasangan GTL

STEP 7
LO 1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang definisi dan tujuan
GTL

A. Definisi Gigi Tiruan Lengkap


Gigi Tiruan Lengkap adalah gigi tiruan yang menggantikan
kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan bawah (edontolus) serta
jaringan pendukung atau mukosa serta memperbaiki system
stomatogonatik. Gigitiruan lengkap merupakan pengganti gigitiruan asli
yang sudah hilang dan hilangnya jaringan lunak dan tulang, yang dibuat
untuk merestorasi fungsi yang tidak seimbang dan hilang serta untuk
penampilan. Pembuatan gigitiruan penuh mencakup prosedur klinis dan
laboratoris, dimana penghitungan cermat merupakan hal sangat penting
untuk mencapai keberhasilan pada pembuangan gigitiruan. Keberhasilan
juga sangat dipengaruhi oleh profil psikososial pasien (Wahyuni dan
Mandanie, 2017).
GTL perlu digunakan untuk mencegah pengkerutan tulang
alveolar, berkurangnya vetikal dimensi disebabkan turunnya otot-otot pipi
karena tidak adanya penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik. Pada orang
yang kehilangan seluruh giginya, vertikal dimensi oklusi alami akan hilang

8
dan mulut cendurung overclosure. Hal ini akan menyebabkan pipi berkerut
dan masuk ke dalam serta membentuk commisure (Wahyuni dan
Mandanie, 2017).

B. Tujuan Gigi Tiruan Lengkap


Tujuan pembuatan GTL adalah (Wahyuni dan Mandanie, 2017) :
1. mengembalikan fungsi pengunyahan
2. mengembalikan fungsi estesis
3. mengembalikan fungsi bicara
4. memperbaiki oklusi
5. mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat

LO 2. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang indikasi dan


kontraindikasi GTL

A. Indikasi GTL
a. Edentuluous pada seluruh regio rahang
b. Gigi asli yang tersisa tidak bisa dipertahankan
c. Bila dibuat GTS, gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya
d. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat
e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, dan prognosa yang akan
diperoleh (Basker, 1996)
B. Kontraindikasi GTL
a. Gigi asli masih bisa dipertahankan

b. Pasien belum siap secara fisik dan mental, misalnya tidak mau
memakai gigi tiruan penuh

c. Pasien alergi terhadap material gigitiruan penuh

d. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang

e. Adanya penyakit sistemik

f. Pasien mempunyai refleks muntah yang tidak dapat dikontrol

9
g. Sisa tulang alveolar pasien mengalami resorpsi yang parah (Basker,
1996)

LO 3. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang syarat GTL

1. Melindungi sisa alveolar ridge dan jaringan lunak


Tidak terlalu besar tekanan saat mencetak karena dapat menyebabkan
kerusakan jaringan lunak dan resorpsi tulang(Azad, 2015).
2. Dukungan untuk gigi palsu
Dukungan terbaik untuk gigi tiruan adalah tulang kompak yang ditutupi
dengan fibrous jaringan ikat. Dukungan tergantung pada  basis gigi
tiruan + tulang + jaringan lunak(Azad, 2015).
3. Stabilitas
Satabilitas tergantung pada  basis gigi tiruan + tulang(Azad, 2015).

4. Retensi
Retensi tergantung pada  basis gigi tiruan + jaringan lunak
(Azad, 2015).
Faktor yang memengaruhi retensi
a. Faktor Mekanis
Faktor mekanis untuk retensi lebih ditekankan pada penggunaan
daerah ceruk (undercut), tetapi pada kenyataannya lebih banyak
menimbulkan masalah. Untuk kestabilan gigi tiruan lengkap
hendaknya diperhatikan permukaan oklusal permukaan poles, dan
permukaan yang menghadap mukosa (Max, 1996).
5. Memberikan penampilan yang wajar / estetika yang baik.
Dapat diperoleh pada saat proses mencetak. Ketebalan tepi gigi tiruan
yang dapat mengambalikan dukungan bagi otot-otot bibir dan pipi
bervariasi, tergantung dari hilangnya sisa tulang alveolar. Ketebalan yang
optimal dapat diperoleh waktu melakukan border molding (Soebekti,
1995),
6. Gigi tiruan yang dapat dipakai dengan nyamandan cekat
7. Dapat memperbaiki fungsi estetik,mastikasi dan fungsi fonetik.
8. GTL tidak longgar

10
9. Tidak menimbulkan rasa sakit akibat luka pada jaringan
mukosa
10. Tidak menimbulkan kesalahan oklusi dan fraktur GTL (Niko, 2018)

LO 4. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang macam-macam


bahan basis dan anasir GTL

A. Bahan Basis GTL


a. Resin Akrilik
Resin akrilik heat cured memiliki kekurangan pada sifat mekanik
yaitu mudah fraktur bila jatuh pada permukaan yang keras atau akibat
kelelahan bahan karena lama pemakaian. Fraktur atau patahnya gigi
tiruan juga bisa disebabkan oleh beban mastikasi atau kekuatan bahan
basis gigi tiruan (Sundari,2016).
Keuntungan :
 Mempunyai kekuatan, kekerasan, dan kekakuan yang memadai
 Tidak toksik (Wahyu dkk, 2016).
Kerugian :
 Mudah mengalami porus
 Mudah muncul retakan mikro karena kekuatan benturan rendah
serta tidak tahan abrasi (Wahyu dkk, 2016).

Saat ini jenis bahan yang lazim digunakan dalam usaha


memperkuat resin akrilik adalah menggunakan logam dengan berbagai
bentuk dan menggunakan fiber reinforcement. Penggunaan fiber
reinforcement sebagai usaha penambahan kekuatan terhadap basis gigi
tiruan lepasan telah terbukti meningkatkan sifat-sifat mekanis dari resin
akrilik. Efektifitas fiber ini bergantung pada material fiber yang
digunakan; persentase, modulus dan distribusi fiber dalam matriks;
panjang, orientasi dan bentuk dari fiber. Beberapa jenis fiber yang telah
digunakan adalah glass fiber, ultra high molecular weight polyethylene
(UHMWPE) fiber, carbon fiber dan aramid (Kevlar) fiber
(Intan,2005).UHMWPE memiliki sifat biokompatibilitas yang tinggi,

11
terbukti dari banyaknya penggunaan dalam pembuatan protesis sendi
yang terbuat dari UHMWPE pada bidang orthopedi (McKelvogue,
2010). UHMWPE memiliki warna yang semi transparan sehingga tidak
terlalu berpengaruh terhadap warna akhir dari basis gigi tiruan, modulus
elastisitas yang tinggi serta dapat berikatan secara kimia dengan resin
akrilik. Sedangkan carbon fiber dan aramid fiber jarang digunakan
karena estetiknya kurang bagus (Intan,2005).
Pembuatan basis gigi tiruan lepasan pada umumnya menggunakan
bahan resin polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin
akrilik ada dua cara polimerisasi yaitu heat cured polymer dan self
cured polymer. Resin akrilik memiliki banyak kelebihan yaitu
manipulasi dan pemolesan mudah, harganya relatif murah, stabil di
dalam rongga mulut dan estetik serta dapat digunakan dengan peralatan
yang sederhana, namun bahan ini belum memenuhi persyaratan
mekanis yang ideal sebagai basis gigi tiruan lepasan. Hal ini disebabkan
karena basis gigi tiruan lepasan yang terbuat dari resin akrilik seringkali
mengalami fraktur akibat dari lemahnya ketahanan bahan terhadap
kekuatan impak dan transversa (Santoso dkk, 2012).

b. Resin Termoplastik
Keuntungan :
 Estetik
 Fleksibel
 Elastis
 Biokompatibel
Tidak adanya alergi terhadap monomer dan logam (Wahyu dkk,
2016).
c. Nilon
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
gigi, untuk meningkatkan sifat mekanis dari resin akrilik beberapa studi
telah dilakukan pada beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 1956 basis
gigi tiruan yang menggunakan poliamida (nylon thermoplastics) dapat
digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan gigi tiruan berbasis

12
resin yang konvensional yaitu polymethylmethacrylate (Kohli ,2013).
Basis gigi tiruan berbahan dasar nilon diantaranya adalah Bioplast,
Valplast, Lucitone FRS dan BIO TONE. Bahan ini memiliki beberapa
kelebihan yaitu nilai estetisnya jauh lebih baik dari resin akrilik heat
cured, tidak toksik, aman untuk pasien yang alergi terhadap monomer
resin, fleksibilitas yang sangat baik, tidak mudah mengalami perubahan
warna, tahan terhadap panas, dan memiliki kekuatan yang cukup untuk
dijadikan sebagai bahan basis gigi tiruan (Sundari,2016).
Keuntungan :
 Basis giigi tiruan fleksibel yang pertama di dunia
 Bebas monomer
 Bersifat hipoalergenik  dapat menjadi alternative bagi pasien
yang senitif terhadap resin akrilik konvensional, nikel, dan cobalt
Bersifat ringan (Wahyu dkk, 2016).

Kekurangan :

 Cepat mengalami perubahan warna karena mudah menyerap air


Terjadi kekerasan permukaan setelah beberapa minggu digunakan
(Wahyu dkk, 2016).
d. Metal Alloy
Metal alloy, Ni-Cr atau Nikel Kromium dan Co-Cr atau Kobalt
kromium, merupakan bahan untuk pembuatan gigi tiruan berbasis logam
yang paling banyak digunakan. Basis GT berbahan logam campuran ini
diperkenalkan oleh E. Haynes pada tahun 1907, tetapi baru menjadi
populer setelah 1937 karena cukup tipis, harga yang cenderung murah,
tingkat resistensi terhadap noda dan korosi yang tinggi, dan juga memiliki
modulus elastisitas yang tinggi. Akan tetapi dengan banyaknya kelebihan
yang dimiliki, bukan berarti bahan ini tidak memiliki kelemahan. Pada
pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap nikel dan kesulitan
dilakukannya perubahan untuk penyesuaian menjadi sebuah masalah
terhadap bahan ini (Bertoldo et al, 2011)

13
e. Thermosens

Sebuah bahan baru untuk pembuatan gigi tiruan bersama


ThermoSens merupakan bahan yang memiliki flesibilitas yang dapat
dikontrol dan mengalami shringkage yang sangat kecil ( Hamad, 2015 ).
Bahan ini juga memiliki kekuatan yang kenyaman yang baik, tingkat
biokompatibel yang baik karena tidak menggunakan cairan kimia saat
pembuatan hingga proses finishing. Thermosens hanya mengalami
shrinkage sekitar kurang 1%., dan karena kepadatan yang tinggi sehingga
bahan ini sangat hydrophobic yang menyebabkan cairan tidak dapat
berpenetrasi masuk dalam bahan ini, sehingga meminimalisir perubahan
warna kuning atau coklat yang terjadi ( Hamad, 2015 ).

Thermosens memiliki kelebihan diantaranya :

1. Memiliki estetik dan kenyaman yang baik. Tingkat estetik dan


kenyamanan bahan ThermoSens lebih baik dibandingkan dengan bahan
basis gigi tiruan lainnya. ThermoSens dapat dibuat lebih tipis, pas dan
nyaman digunakan oleh pasien.
2. Memiliki kekuatan lebih dari pada akrilik. Bahan basis ThermoSens ini
akan meredam benturan yang terjadi untuk menghindari patahnya basis
gigi tiruan.
3. Sistem pewarnaan yang lebih baik.
4. Biokompatibel, selama proses penggunaan ThermoSens hingga proses
finishing, tidak ada cairan kimia yang ditambahkan ataupun digunakan,
sehingga dapat menjadi alternative bagi pasien yang alergi terhadap cairan
kimia ataupun resin akrilik.
5. Volume shrinkage rendah. Tidak seperti gigi tiruan berbahan akrilik yang
mengalami shrinkage sebanyak 8%. thermoSens mengalami shrinkage
<1% yang akan memastikan gigi tiruan akan memiliki tingkat presisi yang
sangat baik di dalam rongga mulut.
6. Non-absorbable. Karena tingkat kepadatan yang tinggi dari bahan
ThermoSens, cairan dan partikel sisa makanan tidak dapat berpenetrasi
kedalam bahan ini. Hal ini meminimalkan diskolorisasi, bahkan pada

14
pasien yang memiliki kebiasaan meminum kopi, perokok ataupun
penikmat meminum asam. (Hamad, 2015)

B. Bahan Anasir GTL


Gigi tiruan dapat dibuat dari porselen dan resin akrilik dapat
memberikan hasil yang memuaskan jika ditangani dengan benar.
a. Porselen
Porselen dapat menghasilkan gigi tiruan dengan estetis yang maksimal,
namun terdapat beberapa kekurangan dalam penggunaan porselin
seperti gigi lebih rapuh dan mudah fraktur, harus mempunyai ikatan
mekanis dengan basis gigi tiruan, menghasilkan bunyi yang kurang
nyaman serta relatif mahal. Selain itu, porselin juga agak sulit
dimanipulasi di laboratorium dan oklusi yang optimal agak sulit
diperoleh di praktek (Wahyu dan Mandanie, 2017).
b. Resin akrilik
Resin akriliktelah diperbaiki mutunya dari segi sifat mekanis khususnya
resistansi terhadap abrasi dan juga estetis. Selain itu, harga yang murah
menjadi alasan utama resin akrilik sering digunakan dalam pembuatan
GTL (Wahyu dan Mandanie, 2017).
c. Zirkonia
Zirkonium (Zr) adalah unsur yang memiliki nomor atom 40 dan
berat atom 91,22. Zirkonium memiliki sifat metal yang sangat kuat dan
memiliki kriteria secara kekuatan fisik dan kimia mirip dengan bahan
titanium. Zirkonia merupakan suatu kristal dioksida dari zirkonium.
Dalam dunia kedokteran gigi, zirkonia ini sering dipakai pada beberapa
bidang, khususnya bidang prostodonsia. Dalam bidang prostodonsia,
zirkonia banyak digunakan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan
(bridge) dan implant (Arif dkk, 2018).
Zirkonia memiliki beberapa keuntungan yaitu (Arif dkk, 2018) :
1. Zirkonia memiliki sifat mekanis yang baik Sifat mekanik dari
zirkonia seperti sifat mekanik baja stainless. Ketahanan traksiny
dapat setinggi 900-1200 Mpa dan ketahanan kompresinya sekitar

15
2000 MPa. Tekanan beban putar juga sangat ditoleransi material
ini. Memberikan daya intermitten sebesar 28 kN pada substrat
zirkonia, Cales dan Stefani menemukan bahwa sekitar 50 milyar
putaran baru bisa memecahkan sampelnya. Tetapi dengan daya
melebihi 90 kN kegagalan struktural terjadi hanya dengan 15
putaran saja. Zirkonia memiliki kekuatan flexural dan tahan patah
hasil dari sifat fisiknya yang mengalami penguatan saat
transformasi.
2. Zirkonia memiliki estetis yang baik, memiliki sifat biokompabilitas
yang baik, dan memiliki toksisitas yang rendah.
3. Zirkonia memiliki sifat yang baik yaitu daya tahan kimia yang
kuat, tahan abrasi, tahan korosi, tidak menghantarkan listrik,
konduktifitas termal rendah dan kekuatan termal lebih baik dari
pada alumnia.
Zirkonia juga memiliki kerugian, yaitu (Arif dkk, 2018) :
1. Jika ingin dilakukan pemotongan pada pembuatan keramik zirkonia
maka harus menggunakan pemotong berlian dan dilakukan bawah
air dan tanpa tekanan.
2. Bahannya lebih mahal.

LO 5.Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang tahap pembuatan


GTL

A. Cetak Anatomis (Preliminary Impression)


 Cetakan dari rahang atas dan rahang bawah pasien yang sesuai dengan
bentuk anatomisnya
 Untuk membantu menegakkan diagnose dan rencana perawatan
 Hal – hal yang sukar dilihat didalam mulut pasien akan terlihat jelas
pada model
 Model kerja untuk pembuatan sendok cetak perorangan (Hrvoje dan
Niksa, 2015).

16
Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas dukungan
gigitiruan dan memperoleh studi model. Sendok cetak yang digunakan
untuk melakukan pencetakan anatomis adalah sendok cetak pabrik yang
terbuat dari bahan metal atau plastik. Sendok cetak ini ada yang berlubang
dan tidak berlubang. Bentuk sendok cetak untuk pasien edentulus
membulat pada permukaan yang menutupi linggir alveolar. Sendok cetak
harus disesuaikan terlebih dahulu pada rongga mulut pasien. Ukuran
sendok cetak edentulus sekitar 5 mm lebih besar dari permukaan linggir
alveolar agar memberikan tempat yang cukup untuk bahan cetak
(Rahn,2009).

B. Cetak Fisiologis
Sendok cetak individu dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi dan
digunakan untuk pencetakan akhir, ukuran dan bentuknya dibuat dengan batas
yang sesui, sendok cetak mempunyai oklusal stop (Syahrial, 2018). Teknik
pencetakan merupakan tahap yang sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan
lengkap rahang bawah dengan lingir datar untuk mendapatkan hasil yang baik.
Prosedur pencetakan dilakukan dengan dua tahap yaitu pencetakan awal
(preliminary impression) dan pencetakan fungsional (secondary impression).
Diantara seluruh teknik pencetakan f ungsional ,terdapat 2 jenispencetakan yang
sering digunakan yaitu mukostatik dan mukodinamik. Tujuan dari pencetakan
mukostatik adalah mencetak bagian anatomi linggir dan jaringan sekitarnya untuk

17
tempat protesa tanpa distorsi jaringan lunak.Pencetakan mukodinamik adalah
suatu metode pencetakan yang dapat mencetak daerahmukosa otot yang bergerak
untuk perluasan gigi tiruan tanpa menyebabkan pelepasangigi tiruan tersebut
.Bahan cetak yang digunakan pada kedua teknikini berbeda, untuk pencetakan
mukostatik digunakan bahan cetak dengan viskositas rendah sedangkan pada
pencetakan mukodinamik dipilih bahan dengan viskositas tinggi seperti alginate.
(Sari,2016)

C. Penetapan gigit :
Pasien diminta duduk dengan nyaman dan posisi tegak, lalu galangan gigit rahang
atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit.
a. Rahang atas, dilakukan :
− Adaptasi basis
− Dukungan bibir dan pipi
− Tinggi galangan gigit
− Bidang orientasi
b. Rahang bawah, dilakukan :
− Adaptasi basis
− Penetapan dimensi vertical
− Penyesuaian tinggi permukaan bidang oklusal (Zarb, 2002)

D. Pencacatan akhir :

1. Bila telah puas dengan kedudukan yang telah dicatat, goreskan dua garis
vertikal menyilangi garis kontak antara galangan gigit atas dan bawah
pada daerah premolar di kedua sisi. Pasien diminta untuk menutup mulut
pada posisi ini beberapa kali dan diperiksa apakah garis-garis tersebut
bertepatan.

2. Bila telah memuaskan garis tengah mulut ditandai di bawah filtrum bibir
waktu pasien tersenyum. Kemudian tandai garis tinggi bibir untuk

18
menggambarkan posisi bibir yang tertinggi selama tersenyum. Serta pada
permukaan labial dari galangan gigit, posisi dari batas bibir bawah pada
saat pasien tersenyum. Garis lengkung ini menunjukkan kontur dari tepi-
tepi insisal gigi atas.

3. Periksa garis-garis tersebut. Bila telah memuaskan kedua galangan gigit


dapat dilepas.
4. Pada kedua sisi galangan gigit atas dibuat cekungan berbentuk V di antara
garis yang digoreskan ini.

5. Lekatkan sebutir kecil malam yang telah dilunakkan atau sedikit pasta
pencatat pada kedua sisi galangan gigit bawah di antara garis yang tertera.
Banyaknya sesuai dengan jumlah malam yang dikerat di rahang atas.

6. Galangan gigit atas dipasang kembali dan saat malam masih lunak
galangan gigit dipasang pada tempatnya dan pasien disuruh menutup pada
kontak mundur. Tunggu hingga pasta atau malam mengeras.

7. Pastikan kontak kedua galangan gigit baik dan garis yang dibuat saling
bertepatan. Kemudian kedua galangan gigit dapat dilepas secara
bersamaan.

8. Kemudian lekatkan kedua galangan gigit dengan menguncinya dengan


pisau malam yang dipanaskan setelah itu ditempatkan pada model kerja
masing-masing. (Zarb, 2002)

E. Membuat Glangan Gigit/Tanggul Gigit/Occlusal Bite Rim


Pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah
kehilangan :
1. Bidang oklusal
2. Tinggi gigitan atau dimensi vertikal
3. Oklusi sentrik
Ketiga hal ini harus dicari dengan media galengan gigit atau oclusal bite
rim. Fungsi galengan gigit:
1. Menentukan dimensi vertikal

19
2. Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus tampak
wajar saat tanggul gigitan dipasang.
Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam bentuk tanggul gigitan.
Tanggul gigitan terdiri dari:
1. Bentuk landasan
2. Galangan malam

F. Pemasangan Model dalam Artikulator


Sebelum memasang model kerja dengan galangan gigit dalam artikulator,
harus dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan dilakukan
persiapan model yang meliputi: penyesuaian ketinggian model atas dan
bawah dengan ruang antara bagian atas dan bawah artikulator. Bila terlalu
tinggi, yang paling aman adalah mengurangi model rahang bawah.
Caranya :
* Menggoreskan garis median pada bagian atas model kerja atas
* Mempersiapkan artikulator sesuai, untuk geligi tiruan lengkap harus
menggunakan artikulator yang dapat menirukan segala gerakan rahang dan
keadaan lainnya dalam mulut secara umum seperti "Free Plane
Artikulator"
* Pertama tama memasang model kerja beserta galangan gigit atas pada
mounted table artikulator dengan pedoman:
o Garis tengah model kerja dan galangan gigit atas berhimpit dengan garis
tengah meja artikulator
o Bidang orientasi galangan gigitan atas berhimpit (tidak boleh ada celah)
dengan meja artikulator
o Garis median anterior galangan gigit malam (P) menyentuh titik
perpotongan garis median dan garis insisal meja artikulator (Q)
o Petunjuk jarum insisal horisontal harus menyentuh titik perpotongan
garis tengah dan garis insisal meja artikulator. Kegunaannya supaya
mengikuti segitiga Bonwill yang di bentuk oleh kedua kondilus kiri dan
kanan dan titik perpotongan tadi. Segitiga Bonwi merupakan segitiga sama
sisi yang menentukan jarak rahang atas terhadap kondilus secara umum.

20
o Petunjuk insisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk
mempertahankan dimensi vertikal yang telah didapat dari pasien
* Setelah pedoman-pedoman tersebut terpenuhi maka model kerja berikut
galangan gigitan malam atas dicekatkan dengan malam pada meja
artikulator.
* Lalu bagian atas model kerja difisir dengan gips pada bagian atas
artikulator * Setelah gips mengeras meja artikulator dilepas
* Model kerja bersama dengan galangan gigitan malam bawah disatukan
dengan yang atas dengan bantuan 4 kunci bentuk segiempat
* Artikulator dibalik, lalu bagian bawah model kerja rahang bawah difisir
dengan gips pada bagian bawah artikulator
G. Penyusunan Gigi : Tahapan penyusunan gigi dalam pembuatan full
denture diawali dengan penyusunan gigi anterior RA, gigi anterior RB,
gigi posterior RA dan yang terakhir gigi posterior RB.
a. Penyusunan gigi anterior RA Penyusunan gigi anterior RA dimulai
dengan menyusun gigi insisiv sentral, insisiv lateral kemudian gigi
caninus
b. Penyusunan gigi anterior RB Urutan penyusunan gigi anterior RB
sama dengan gigi anterior RA
c. Penyusunan gigi posterior RA Urutan penyusunan gigi posterior RA
dimulai dari gigi premolar pertama RA, premolar kedua RA, molar
pertama RA dan molar kedua RA
d. Penyusunan gigi posterior RB Urutan penyusunan gigi posterior RB
diawali dengan menyusun molar pertama RB. Penyusunan molar
pertama RB dengan cara memposisikan cuspmesiobukal molar
pertama RA pada bukalgroove molar pertama RB. Kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan molar kedua RB di sebelah distal
molar pertama RB dan premolar kedua RB di sebelah mesial molar
pertama RB yang telah disusun. Penyusunan terakhir merupakan
penyusunan gigi premolar pertama RB. Apabila tempat yang tersedia
tidak cukup, maka dilakukan pengasahan pada bagian proksimal
premolar RB.

21
H. Pembuatan Kontour Gingiva
Hal – hal yang harus diperhatikan pada pembuatan kontour gingiva
adalah sebagai berikut.
a. Root prominence Root prominence adalah tonjolan pada gingiva yang
mencerminkan adanya akar gigi di bawahnya.
b. Mc. Calls Feston Mc. Calls Feston merupakan daerah servikal gigi yang
berupa garis dan bentuknya membulat.
c. Stippling Stippling merupakan bintik – bintik pigmentasi di seluruh
permukaan gingiva.
d. Gingival resection Gingival resection yaitu turunnya gingiva sehingga
sebagian dari akar gigi tampak, biasanya terjadi pada penderita usia lanjut.
e. Rugae dan raphe palatina yang terletak pada bagian palatal RA.
I. Pemrosesan Akrilik dan Buang Malam
J. Remounting
Remounting atau pemasangan kembali gigi tiruan dalam articulator
bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari
gigi tiruan yang baru selesai diproses (buang malam). Hubungan oklusi
yang tidak harmonis dapat disebabkan oleh :
1. Penyusutan bahan landasan gigi tiruan akrilik setelah diproses
2. Kesalahan waktu prosedur packing resin akrilik dimana
kelebihan resin akrilik terlalu banyak
3. Prosedur memasak gigi tiruan (curing) yang terlalu cepat dengan
temperatur pemanasan yang terlalu tinggi. Perubahan oklusi dapat
diperbaiki dengan cara :
1. Mengembalikan tinggi vertikal sesuai dengan tinggi vertikal
sebelum gigi tiruan di proses.
2. Memperbaiki oklusi eksentris (working and balancing occlusion)
K. Selective Grinding
Selective grinding ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi
dengan mengasahnya pada tempat selektif / terpilih sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal
yang menyimpang kontak-kontak gigi yang menyimpangkan rahang

22
bawah dari alur penutupan normal hingga relasi sentris. Langkah awal dari
pengasahan selektif adalah selalu untuk memperoleh kembali dimensi
vertikal oklusal. Untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal, satu
dari kedua permukaan gigi yang berlawanan dari setiap kontak yang
menyimpang dalam oklusi sentris harus dikurangi.

LO 6. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang instruksi setelah


dipasang GTL

Terdapat beberapa metode pembersihan gigitiruan yang dapat dilakukan oleh


pemakai gigi tiruan,yaitu dengan penyikatan (mekanis), perendaman(kimiawi),
atau kombinasi keduanya. Pembersihansecara mekanis dapat dilakukan dengan
penyikatanmenggunakan pasta atau bubuk, serta pembersihultrasonik. Sedangkan
pembersihan secara kimiawi,yaitu perendaman gigi tiruan di dalam
larutanpembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying,dan radiasi microwave
(Asti dan Ike, 2018).

1. Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah


pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut. Pasien
diberikan informasi dan petunjuk secara verbal maupun instruksi tertulis
mengenai pemakaian gigitiruan, cara pembersihan dan pemeliharaan
gigitiruan yang dipakainya serta tentang pemeriksaan secara periodik yang
diperlukan (Zarb, 2001).
2. Pemeriksaan pertama dijadwalkan 1 sampai 3 hari pasca pemasangan
gigitiruan dan pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah
pemeriksaan pertama(Zarb, 2001).
3. Kontrol berkala bagi pasien pemakai gigitiruan sebaiknya dilakukan dalam
interval waktu 12 bulan, sedangkan bagi pasien dengan problem kesehatan
tertentu, dianjurkan untuk melakukan kontrol berkala dengan interval
waktu 3-4 bulan (Zarb, 2001).
4. Pengunyahan dengan Gigi Tiruan Baru

23
Belajar mengunyah secara terus-menerus biasanya diperlukan paling
sedikit 6-8 minggu. Pasien dapat diberitahu bahwa otot-otot harus
mempelajari apa yang harus dan yang tidak boleh dilakukan (Boucher,
1982).

5. Bicara dengan Gigi Tiruan Baru

Penyesuaian lidah untuk berbicara dengan lancar perlu dilatih terus-


menerus (Boucher, 1982).

6. Memelihara kebersihan gigi tiruan dapat diterapkan melalui frekuensi,


waktu dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigi tiruan. Setiap
satu kali sehari sebelum tidur, sangat penting untuk melepas gigi tiruan
dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersih untuk
membunuh mikroorganisme pada gigi tiruan dan membersihkan stain yang
ada. Gigi tiruan harus dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan secara
berkala dan disikat sekurang-kurangnya dua kali sehari setiap setelah
makan, menggunakan bulu sikat yang halus dan deterjen cair khusus
sebagai pembersih. Metode dan bahan pembersihan gigi tiruan dapat
diklasifikasikan menjadi metode mekanik/penyikatan, metode perendaman
zat kimia yang terdiri dari perendaman dengan larutan enzim, larutan
asam, larutan buffer hipoklorit alkalin,dan disinfektan (Basuni, 2014)

7. Mempertahan Sisa Alveolar

Apabila pasien mengalami rasa sakit pada jaringan atau mukosa mulut,
maka pasien disarankan untuk melepas gigi tiruanya dan mengistirahatkan
mulutnya untuk beberapa saat waktu dan disarankan untuk kontrol ke
dokter gigi (Boucher, 1982).

8. Menurut Zarb dan Bolender (2004), faktor yang mempengaruhi retensi


gigi tiruan lengkap dikelompokan menjadi dua yaitu factor fisik dan factor
muskular. Faktor fisik yang berperan dalam retensi gigi tiruan adalah : 1)
perluasan maksimal dari basis gigitiruan; 2) kontak seluas mungkin dari
membrane mukosa dan basis gigi tiruan; 3) kontak yang rapat antara basis

24
gigi tiruan dan daerah pendukungnya. Faktor muscular dapat digunakan
untuk meningkatkan retensi dan kestabilan gigi tiruan, otot-otot
buccinator, orbikularisoris, serta otot-otot lidah merupakan kunci dalam
aktivitas retensi, sehingga perlu latihan khusus bagi otot-otot mulut untuk
meningkatkan retensi gigi tiruan di dalam rongga mulut. (Zarb, 2004)

25
DAFTAR PUSTAKA

Arif R.D., Farah A. Z., Affan W, Prabani P. P., Aris A.K. 2018. Penggunaan
Zirkonia Sebagai Bahan Pengganti Resin Akrilik Pada Kasus Gigi Tiruan
Lengkap Abrasif : A Review. FKG Universitas Jendral Soedirman.

Asti Adnan, Ike Damayanti Habar. 2018. Tingkat kebersihan gigi tiruan pada
pasien pengguna gigi tiruan lengkap akrilk di Puskesmas Kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar Dent
Jornal. Volume 7, No 2. Hal 74 – 77.

Azad Mudhofir. 2015. Prothodontics : Impression Making For Complete Denture.


Hal 1 -20.

Basker R.M., Davenport J.C., Tomlin H. R. 1996. Perawatan Prostodontik bagi


Pasien Tak Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.

Basuni, Cholil, Putri D. Gambaran indeks kebersihan mulut berdasarkan tingkat


pendidikan masyarakat di desa guntung ujung kabupaten banjar. Dentino
Jurnal Kedokteran Gigi 2014;2(1):19

Boucher L.J and Rener R.P. 1982. Treatment od Partial Edentolus Patient. St
Louis-Toronto. London: The CV Mosby Co.

Bertoldo CE, Miranda D, Souza-Júnior EJ, Aguiar FHB, Lima DANL, Ferreira
RL, et al. Surface hardness and colour change of dental enamel exposed to
cigarette smoke. Int J Dent Clin 2011;3:1-4

Falatehan, Niko. 2018. RELINING GIGI TIRUAN RAHANG BAWAH SECARA


LANGSUNG DENGAN PENCETAKAN MULUT TERTUTUP (Laporan
Kasus). Jakarta. JITEKGI 2018, 14 (1) : 27-32.

Hamad TI, Fatihalah AA, Abdulsahib AJ. The effect of different investment
materials on dimensional accuracy and surface roughness of thermosens
maxillary complate denture. J Bagh Coll Dent 2015;27: 1-7

26
Hrvoje Kršek, Nikša Dulčić. 2015. Functional Impressions in Complete Denture
and Overdenture Treatment. ACTA STOMATOLOGICA CROATICA.
Volume 49, No 1. Hal 45 - 53.

Intan Nirwana. ‘Kekuatan transversa resin akrilik hybrid setelah penambahan


glass fiber dengan metode berbeda’. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005;38(1):16–
9.

Kohli S, Bhatia S. Polyamides In Dentistry. International Journal ofScientific


Study 2013; 1(1): 20-5.

Max B Leepel. 1996. Epulis Fisuratum Akibat Pemakaian Gigi Tiruang Lengkap
Yang Longgar. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol. 3, No. 4.

McKelvogue, B 2010. ‘Improvements to UHMWPE: A scientific review’. J


Undergrad Research. Mankato: Minnesota State University.

Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed.
Canada: PMPH-USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49.

Santoso, William Adi., Soekobagiono, Sherman Salim. Kekuatan transversa resin


akrilik heat-cured yang ditambah ultra high molecular weight polyethylene
fiber. Journal of Prosthodontics Vol. 3 No.2 Jul –Dec 2012 :6-11

Sari,. Meta, S. Taufik. 2016. Penatalaksanaan Linggir Datar Pada Pembuatan Gigi
Tiruan Penuh Dengan Teknik Pencetakan Mukodinamik.Prosiding Bandung
Dentistry 2016.1(1). ISSN : 2540-9956.

Soebekti T.S. 1995. Kiat Membuat Gigi Tiruan Lengkap Pada Rahang Datar.
Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 3, No.2

Sundari, Iin. 2016. Studi Kekuatan Fleksural antara Resin Akrilik Heat Cured dan
Termoplastik Nilon setelah direndam dalam Minuman Kopi Uleekareng
(Coffea robusta). Jurnal Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 51 – 58.

Syahrial. 2018. Penggunaan Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane Dalam Pembuatan


Gigi Tiruan Penuh. Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 2018 3 (1)

27
Wahyu Perdana, Viona Diansari, Liana Rahmayani. 2016. Distribusi Frekuensi
Pemakaian Gigi Tiruan Lepasan Resin Akrilik dan Nilon Termoplastik Di
Beberapa Praktek Dokter Gigi Di Banda Aceh. Journal Caninus Denstistry.
Volume 1, Nomor 4. Hal 1 – 5.

Wahyuni, Sri., Mandanie, S.A. 2017. Pembuatan Protesa Kombinasi Dengan


Castable Extracoronal Attachments (Prosedur Laboratorium). Journal of
Vacational Health Studies. Vol.01, No.02.

Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk
pasien tak bergigi menurut Boucher. Ed 10. Alih bahasa. Mardjono D.
Jakarta: EGC, 2001:41-82;143-64;191-206;253-63;282-300;413-43.

Zarb, George A. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher. Jakarta. EGC. Pp : 261-263

Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, et al. Prosthodontic Treatment for Edentuluos
Patients: complete dentures and implant-supported prosthesis. 12th ed. India:
Elsiever Mosby. 2004: 190-206.

28

Anda mungkin juga menyukai