Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun
untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok 1 pada skenario 1 Blok
Rehabilitatif.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. drg. Dewi Kristiana, M Kesselaku pembimbing tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok 1, dan telah memberi
masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan–perbaikan demi kesempurnaan laporan ini dan masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
DaftarIsi ................................................................................................................. 2
Skenario ................................................................................................................. 3
Step 1 ..................................................................................................................... 3
Step 2 ..................................................................................................................... 4
Step 3 ..................................................................................................................... 4
Step 4 ....................................................................................................................... 7
Step 5 .................................................................................................................. …. 8
Step 7 ....................................................................................................................... 8
DaftarPustaka .......................................................................................................... 26
2
Skenario 1
3
5. Cetak anatomis : prosedur yg dilakukan untuk mereproduksi permukaan
jaringan yang akan menyanga gigi tiruan atau denture bearing tissue, shg
didapatkan basis gigi tiruan yg mampu beradaptasi secara akurat dengan
penyangga dan mampu menahan beban. Preliminary impression untuk
model studi, model kerja, dan untuk membuat sendok cetak fisiologis.
Yang tercetak gigi geligi, proc alveolaris, dan palatum.
6. GTL RA dan RB : Gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pd RA
maupun bawah serta jar. Pendukung atau mukosa dan memperbaiki sistem
stomatognati. Digunakan untuk orang yang kehilangan seluruh giginya
untuk mencegah pengerutan tulang alveolar, berkurangnya dimensi
vertikal karena turunnya otot otot pipi karena tidak ada penyangga dan
hilangnya oklusi sentris. Tujuannya yaitu untuk mengembalikan fungsi
pengunyahan, bicara, estetis, serta dpt mencegah timbulnya penyakit
akibat keadaan edentulous.
STEP 3 – BRAINSTORMING
1. Cetak anatomis, fungsional, dan penetapan gigit
- Cetak anatomis dilakukan untuk membuat model kerja, model studi,
dan sendok cetak fisiologis. Cetak anatomis untuk membuat jaringan
yg akan menyangga gigi, agar mendapat retensi yang baik, karena
dilakukan pencetakan pada semua jaringan penyangga. Hasil cetakan
4
RA harus meliputi kedalaman fungsional darisulkus labial serta bukal,
dan tuberositas maksilaris, serta mencakup hamular notch dan
vibrating line pada bagian posterior. Hasil untuk RB mencakup
kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal, dan tuberositas. Serta
mencakup retromolar pads dan fossa retromilohyoid di bagian
posterior. Harapannya yaitu ada kontak seluas mungkin antara basis
GT dan jaringan penyangga sehingga didapatkan retensi yang baik.
- Cetak fungsional atau disebut juga dengan final impression dilakukan
dengan tekanan sehingga lingir-lingir alveolar tercetak juga, dilakukan
dengan tekanan karena tekanan dg jari tangan dan konsistensi bahan
cetak sesuai dengan tekanan yang akan didapat pada saat berfungsi,
mengunyah, berbicara dll
- Penetapan gigit dilakukan untuk mengetahui tinggi gigit, jarang
interoklusal. Penetapan gigit adalah prosedur untuk memperoleh
kondisi ideal RA dan RB didalam RM, dengan memproyeksikannya
keluar mulut. Tujuannya yitu untuk menggantikan proc. Alveollaris
yang sudah dicabut, untuk memperkirakan panjang gigi. Biasanya
untuk penetapan gigit dilakukan pemeriksaan vertikal relation untuk
tinggi gigit, horizontal relation untuk mengetahui letak gigit,
orientation relation digunakan untuk mengetahui hubungan rahang
terhadap sendi rahang.
2. Karena sudah dilakukan ekstraksi pada gigi dan sisa akar. Untuk
menggantikan semua gigi asli beserta jaringan gusi yang hilang. Agar
tidak menghilangkan dimensi vertikal dan mulutnya overclosure atau pipi
berkerut. Selain itu juga untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, estetis
karena pasien kehilangan gigi anterior estetisnya tergantung dari gigi
tiruan yang warnanya mirip dengan gigi asli, fungsi fonetik untuk
mempermudah komunikasi verbal dan perlu diperhatikan kondisi umum
dan kondisi mulut pasien.
Harus ada pertimbangan dari pasien, pasien harus siap apabila dilakukan
pemasangan GTL dari segi biaya, waktu dan pertimbangan prognosis.
5
3. Kekuatan retentif itu mencegah pengungkitan gigi tiruan pada jaringan
pendukung, agar tidak lepas. Bekerja melalui permukaan oklusal, yitu
berkontak dengan gigi antagonis atau gigi asli. Permukaan poles, yaitu
terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukan oklusal termasuk palatal yang
akan dibuat basis gigi tiruan, bagian bukal dan lingual berkontak pada
bagian pipi dan lidah. Permukaan cetakan yaitu bagian permukaan yang
konturnya ditentukan oleh cetakan.
Kenapa GTL harus stabil agar ketika berfungsi tidak lepas dan tidak
menimbulkan ketidak nyamanan pada pasien.
4.
Adaptasi gigi tiruan dan mukosa pasien harus baik, harus
memperhatikan ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan
mukosa pasien yang tergantung pada efektifitas gaya gaya fisik
atau adhesi dan kohesi, atau biasanya disebut dengan adhesi
selektif.
Faktor yang mempengaruhi retensi yaitu perluasan secara
maksimal dari basis GT dan kontak yang seluas mungkin antara
basis GT dan mukosa, serta kontaknya juga rapat.
Residual ridge karena tidak ada gigi yang dapat dipakai sebagai
pegangannya terutama pada rahang atas
Dilakukan re lining pada basis jika kehilangan perubahan jaringan
pendukung, biasanya sering terjadi pada mandibula. Tujuannya
untuk menentukan ulang relasi antara basis GT dan jaringan
pendukung shg dapat memperbaiki retensi dan stabilitas yang baik.
Sebelum dilakukan relining harus dilakukan diagnosa yang tepat
yaitu dengan PIP (pressure indicating paste) untuk menambahkan
bahan baru pada basis GT agar saat dilakukan penyesuaian kembali
terhadap jaringan pendukung dan gigi tiruan
5. Karena proses pembuatan bahan akrilik yang mudah dan penghantar panas
yg kurang baik serta biayanya murah, luas basisnya lebar. Kekurangannya
dapat menyerap air, dan dapat berubah warna dalam waktu tertentu. Proses
pembuatannya mudah karena thermoplastis yang dibuat secara sintesis dari
6
bahan organik, resin akrilik dapat dibentuk selama masih plastis dan
mengeras saat dipanaskan, sehingga mudah dibentuk. Akrilik mempunyai
warna yang sesuai dengan RM serta mampu mempertahankan warnanya.
Resin akrilik warnanya lebih tahan lama sekitar 5-15 bulan dibanding
nylon karena resin mempunyai ikatan cross link, kalau nilon yaitu ikatan
linear panjang. Untuk translusensi lebih baik nilon.
6. Sebelum dilakukan pemasangan GTL:
- Gigi yang sudah goyang dan sisa akar di ekstraksi karena sudah tidak
dapat dipertahankan lagi
7. Instruksi yaitu cara pemakaian, pasien diinstruksikan untuk memakai
secara terus-menerus selama 2x24 jam, tetapi dilepas saat tidur agar
jaringan otot-otot dibawahnya dapat beristirahat, protesa direndam dalam
air putih dan disikat tetapi tidak boleh memakai pasta gigi karena merusak
GT.
Pasien dianjurkan kembali ke klinik jika merasakan sakit atau gangguan
pada bicara dan protesa yang tidak stabil, dan tidak dianjurkan
memperbaiki sendiri
Orang tua atau mukosa yang rentan ; 1-2 hari
Orang dewasa muda ; 3-4 hari
Saat kembali dicek kembali protesa, memastikan kembali protesa tidak
toksik, mengecek ada tidaknya kerusakan jaringan, pasien nyaman atau
tidak.
STEP 4 – MAPPING
Edontoulus Ridge
7
STEP 5 – LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang definisi, tujuan GTL
2. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang indikasi dan
kontraindikasi GTL
3. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang syarat GTL
4. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang macam bahan GTL
(anasir dan basis)
5. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang tahap-tahap pembuatan
GTL, dan pencetakan GTL serta penetapan gigit
6. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang instruksi setelah
pemasangan GTL
STEP 7
LO 1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang definisi dan tujuan
GTL
8
dan mulut cendurung overclosure. Hal ini akan menyebabkan pipi berkerut
dan masuk ke dalam serta membentuk commisure (Wahyuni dan
Mandanie, 2017).
A. Indikasi GTL
a. Edentuluous pada seluruh regio rahang
b. Gigi asli yang tersisa tidak bisa dipertahankan
c. Bila dibuat GTS, gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya
d. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat
e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, dan prognosa yang akan
diperoleh (Basker, 1996)
B. Kontraindikasi GTL
a. Gigi asli masih bisa dipertahankan
b. Pasien belum siap secara fisik dan mental, misalnya tidak mau
memakai gigi tiruan penuh
9
g. Sisa tulang alveolar pasien mengalami resorpsi yang parah (Basker,
1996)
4. Retensi
Retensi tergantung pada basis gigi tiruan + jaringan lunak
(Azad, 2015).
Faktor yang memengaruhi retensi
a. Faktor Mekanis
Faktor mekanis untuk retensi lebih ditekankan pada penggunaan
daerah ceruk (undercut), tetapi pada kenyataannya lebih banyak
menimbulkan masalah. Untuk kestabilan gigi tiruan lengkap
hendaknya diperhatikan permukaan oklusal permukaan poles, dan
permukaan yang menghadap mukosa (Max, 1996).
5. Memberikan penampilan yang wajar / estetika yang baik.
Dapat diperoleh pada saat proses mencetak. Ketebalan tepi gigi tiruan
yang dapat mengambalikan dukungan bagi otot-otot bibir dan pipi
bervariasi, tergantung dari hilangnya sisa tulang alveolar. Ketebalan yang
optimal dapat diperoleh waktu melakukan border molding (Soebekti,
1995),
6. Gigi tiruan yang dapat dipakai dengan nyamandan cekat
7. Dapat memperbaiki fungsi estetik,mastikasi dan fungsi fonetik.
8. GTL tidak longgar
10
9. Tidak menimbulkan rasa sakit akibat luka pada jaringan
mukosa
10. Tidak menimbulkan kesalahan oklusi dan fraktur GTL (Niko, 2018)
11
terbukti dari banyaknya penggunaan dalam pembuatan protesis sendi
yang terbuat dari UHMWPE pada bidang orthopedi (McKelvogue,
2010). UHMWPE memiliki warna yang semi transparan sehingga tidak
terlalu berpengaruh terhadap warna akhir dari basis gigi tiruan, modulus
elastisitas yang tinggi serta dapat berikatan secara kimia dengan resin
akrilik. Sedangkan carbon fiber dan aramid fiber jarang digunakan
karena estetiknya kurang bagus (Intan,2005).
Pembuatan basis gigi tiruan lepasan pada umumnya menggunakan
bahan resin polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin
akrilik ada dua cara polimerisasi yaitu heat cured polymer dan self
cured polymer. Resin akrilik memiliki banyak kelebihan yaitu
manipulasi dan pemolesan mudah, harganya relatif murah, stabil di
dalam rongga mulut dan estetik serta dapat digunakan dengan peralatan
yang sederhana, namun bahan ini belum memenuhi persyaratan
mekanis yang ideal sebagai basis gigi tiruan lepasan. Hal ini disebabkan
karena basis gigi tiruan lepasan yang terbuat dari resin akrilik seringkali
mengalami fraktur akibat dari lemahnya ketahanan bahan terhadap
kekuatan impak dan transversa (Santoso dkk, 2012).
b. Resin Termoplastik
Keuntungan :
Estetik
Fleksibel
Elastis
Biokompatibel
Tidak adanya alergi terhadap monomer dan logam (Wahyu dkk,
2016).
c. Nilon
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
gigi, untuk meningkatkan sifat mekanis dari resin akrilik beberapa studi
telah dilakukan pada beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 1956 basis
gigi tiruan yang menggunakan poliamida (nylon thermoplastics) dapat
digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan gigi tiruan berbasis
12
resin yang konvensional yaitu polymethylmethacrylate (Kohli ,2013).
Basis gigi tiruan berbahan dasar nilon diantaranya adalah Bioplast,
Valplast, Lucitone FRS dan BIO TONE. Bahan ini memiliki beberapa
kelebihan yaitu nilai estetisnya jauh lebih baik dari resin akrilik heat
cured, tidak toksik, aman untuk pasien yang alergi terhadap monomer
resin, fleksibilitas yang sangat baik, tidak mudah mengalami perubahan
warna, tahan terhadap panas, dan memiliki kekuatan yang cukup untuk
dijadikan sebagai bahan basis gigi tiruan (Sundari,2016).
Keuntungan :
Basis giigi tiruan fleksibel yang pertama di dunia
Bebas monomer
Bersifat hipoalergenik dapat menjadi alternative bagi pasien
yang senitif terhadap resin akrilik konvensional, nikel, dan cobalt
Bersifat ringan (Wahyu dkk, 2016).
Kekurangan :
13
e. Thermosens
14
pasien yang memiliki kebiasaan meminum kopi, perokok ataupun
penikmat meminum asam. (Hamad, 2015)
15
2000 MPa. Tekanan beban putar juga sangat ditoleransi material
ini. Memberikan daya intermitten sebesar 28 kN pada substrat
zirkonia, Cales dan Stefani menemukan bahwa sekitar 50 milyar
putaran baru bisa memecahkan sampelnya. Tetapi dengan daya
melebihi 90 kN kegagalan struktural terjadi hanya dengan 15
putaran saja. Zirkonia memiliki kekuatan flexural dan tahan patah
hasil dari sifat fisiknya yang mengalami penguatan saat
transformasi.
2. Zirkonia memiliki estetis yang baik, memiliki sifat biokompabilitas
yang baik, dan memiliki toksisitas yang rendah.
3. Zirkonia memiliki sifat yang baik yaitu daya tahan kimia yang
kuat, tahan abrasi, tahan korosi, tidak menghantarkan listrik,
konduktifitas termal rendah dan kekuatan termal lebih baik dari
pada alumnia.
Zirkonia juga memiliki kerugian, yaitu (Arif dkk, 2018) :
1. Jika ingin dilakukan pemotongan pada pembuatan keramik zirkonia
maka harus menggunakan pemotong berlian dan dilakukan bawah
air dan tanpa tekanan.
2. Bahannya lebih mahal.
16
Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas dukungan
gigitiruan dan memperoleh studi model. Sendok cetak yang digunakan
untuk melakukan pencetakan anatomis adalah sendok cetak pabrik yang
terbuat dari bahan metal atau plastik. Sendok cetak ini ada yang berlubang
dan tidak berlubang. Bentuk sendok cetak untuk pasien edentulus
membulat pada permukaan yang menutupi linggir alveolar. Sendok cetak
harus disesuaikan terlebih dahulu pada rongga mulut pasien. Ukuran
sendok cetak edentulus sekitar 5 mm lebih besar dari permukaan linggir
alveolar agar memberikan tempat yang cukup untuk bahan cetak
(Rahn,2009).
B. Cetak Fisiologis
Sendok cetak individu dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi dan
digunakan untuk pencetakan akhir, ukuran dan bentuknya dibuat dengan batas
yang sesui, sendok cetak mempunyai oklusal stop (Syahrial, 2018). Teknik
pencetakan merupakan tahap yang sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan
lengkap rahang bawah dengan lingir datar untuk mendapatkan hasil yang baik.
Prosedur pencetakan dilakukan dengan dua tahap yaitu pencetakan awal
(preliminary impression) dan pencetakan fungsional (secondary impression).
Diantara seluruh teknik pencetakan f ungsional ,terdapat 2 jenispencetakan yang
sering digunakan yaitu mukostatik dan mukodinamik. Tujuan dari pencetakan
mukostatik adalah mencetak bagian anatomi linggir dan jaringan sekitarnya untuk
17
tempat protesa tanpa distorsi jaringan lunak.Pencetakan mukodinamik adalah
suatu metode pencetakan yang dapat mencetak daerahmukosa otot yang bergerak
untuk perluasan gigi tiruan tanpa menyebabkan pelepasangigi tiruan tersebut
.Bahan cetak yang digunakan pada kedua teknikini berbeda, untuk pencetakan
mukostatik digunakan bahan cetak dengan viskositas rendah sedangkan pada
pencetakan mukodinamik dipilih bahan dengan viskositas tinggi seperti alginate.
(Sari,2016)
C. Penetapan gigit :
Pasien diminta duduk dengan nyaman dan posisi tegak, lalu galangan gigit rahang
atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit.
a. Rahang atas, dilakukan :
− Adaptasi basis
− Dukungan bibir dan pipi
− Tinggi galangan gigit
− Bidang orientasi
b. Rahang bawah, dilakukan :
− Adaptasi basis
− Penetapan dimensi vertical
− Penyesuaian tinggi permukaan bidang oklusal (Zarb, 2002)
D. Pencacatan akhir :
1. Bila telah puas dengan kedudukan yang telah dicatat, goreskan dua garis
vertikal menyilangi garis kontak antara galangan gigit atas dan bawah
pada daerah premolar di kedua sisi. Pasien diminta untuk menutup mulut
pada posisi ini beberapa kali dan diperiksa apakah garis-garis tersebut
bertepatan.
2. Bila telah memuaskan garis tengah mulut ditandai di bawah filtrum bibir
waktu pasien tersenyum. Kemudian tandai garis tinggi bibir untuk
18
menggambarkan posisi bibir yang tertinggi selama tersenyum. Serta pada
permukaan labial dari galangan gigit, posisi dari batas bibir bawah pada
saat pasien tersenyum. Garis lengkung ini menunjukkan kontur dari tepi-
tepi insisal gigi atas.
5. Lekatkan sebutir kecil malam yang telah dilunakkan atau sedikit pasta
pencatat pada kedua sisi galangan gigit bawah di antara garis yang tertera.
Banyaknya sesuai dengan jumlah malam yang dikerat di rahang atas.
6. Galangan gigit atas dipasang kembali dan saat malam masih lunak
galangan gigit dipasang pada tempatnya dan pasien disuruh menutup pada
kontak mundur. Tunggu hingga pasta atau malam mengeras.
7. Pastikan kontak kedua galangan gigit baik dan garis yang dibuat saling
bertepatan. Kemudian kedua galangan gigit dapat dilepas secara
bersamaan.
19
2. Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus tampak
wajar saat tanggul gigitan dipasang.
Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam bentuk tanggul gigitan.
Tanggul gigitan terdiri dari:
1. Bentuk landasan
2. Galangan malam
20
o Petunjuk insisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk
mempertahankan dimensi vertikal yang telah didapat dari pasien
* Setelah pedoman-pedoman tersebut terpenuhi maka model kerja berikut
galangan gigitan malam atas dicekatkan dengan malam pada meja
artikulator.
* Lalu bagian atas model kerja difisir dengan gips pada bagian atas
artikulator * Setelah gips mengeras meja artikulator dilepas
* Model kerja bersama dengan galangan gigitan malam bawah disatukan
dengan yang atas dengan bantuan 4 kunci bentuk segiempat
* Artikulator dibalik, lalu bagian bawah model kerja rahang bawah difisir
dengan gips pada bagian bawah artikulator
G. Penyusunan Gigi : Tahapan penyusunan gigi dalam pembuatan full
denture diawali dengan penyusunan gigi anterior RA, gigi anterior RB,
gigi posterior RA dan yang terakhir gigi posterior RB.
a. Penyusunan gigi anterior RA Penyusunan gigi anterior RA dimulai
dengan menyusun gigi insisiv sentral, insisiv lateral kemudian gigi
caninus
b. Penyusunan gigi anterior RB Urutan penyusunan gigi anterior RB
sama dengan gigi anterior RA
c. Penyusunan gigi posterior RA Urutan penyusunan gigi posterior RA
dimulai dari gigi premolar pertama RA, premolar kedua RA, molar
pertama RA dan molar kedua RA
d. Penyusunan gigi posterior RB Urutan penyusunan gigi posterior RB
diawali dengan menyusun molar pertama RB. Penyusunan molar
pertama RB dengan cara memposisikan cuspmesiobukal molar
pertama RA pada bukalgroove molar pertama RB. Kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan molar kedua RB di sebelah distal
molar pertama RB dan premolar kedua RB di sebelah mesial molar
pertama RB yang telah disusun. Penyusunan terakhir merupakan
penyusunan gigi premolar pertama RB. Apabila tempat yang tersedia
tidak cukup, maka dilakukan pengasahan pada bagian proksimal
premolar RB.
21
H. Pembuatan Kontour Gingiva
Hal – hal yang harus diperhatikan pada pembuatan kontour gingiva
adalah sebagai berikut.
a. Root prominence Root prominence adalah tonjolan pada gingiva yang
mencerminkan adanya akar gigi di bawahnya.
b. Mc. Calls Feston Mc. Calls Feston merupakan daerah servikal gigi yang
berupa garis dan bentuknya membulat.
c. Stippling Stippling merupakan bintik – bintik pigmentasi di seluruh
permukaan gingiva.
d. Gingival resection Gingival resection yaitu turunnya gingiva sehingga
sebagian dari akar gigi tampak, biasanya terjadi pada penderita usia lanjut.
e. Rugae dan raphe palatina yang terletak pada bagian palatal RA.
I. Pemrosesan Akrilik dan Buang Malam
J. Remounting
Remounting atau pemasangan kembali gigi tiruan dalam articulator
bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari
gigi tiruan yang baru selesai diproses (buang malam). Hubungan oklusi
yang tidak harmonis dapat disebabkan oleh :
1. Penyusutan bahan landasan gigi tiruan akrilik setelah diproses
2. Kesalahan waktu prosedur packing resin akrilik dimana
kelebihan resin akrilik terlalu banyak
3. Prosedur memasak gigi tiruan (curing) yang terlalu cepat dengan
temperatur pemanasan yang terlalu tinggi. Perubahan oklusi dapat
diperbaiki dengan cara :
1. Mengembalikan tinggi vertikal sesuai dengan tinggi vertikal
sebelum gigi tiruan di proses.
2. Memperbaiki oklusi eksentris (working and balancing occlusion)
K. Selective Grinding
Selective grinding ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi
dengan mengasahnya pada tempat selektif / terpilih sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal
yang menyimpang kontak-kontak gigi yang menyimpangkan rahang
22
bawah dari alur penutupan normal hingga relasi sentris. Langkah awal dari
pengasahan selektif adalah selalu untuk memperoleh kembali dimensi
vertikal oklusal. Untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal, satu
dari kedua permukaan gigi yang berlawanan dari setiap kontak yang
menyimpang dalam oklusi sentris harus dikurangi.
23
Belajar mengunyah secara terus-menerus biasanya diperlukan paling
sedikit 6-8 minggu. Pasien dapat diberitahu bahwa otot-otot harus
mempelajari apa yang harus dan yang tidak boleh dilakukan (Boucher,
1982).
Apabila pasien mengalami rasa sakit pada jaringan atau mukosa mulut,
maka pasien disarankan untuk melepas gigi tiruanya dan mengistirahatkan
mulutnya untuk beberapa saat waktu dan disarankan untuk kontrol ke
dokter gigi (Boucher, 1982).
24
gigi tiruan dan daerah pendukungnya. Faktor muscular dapat digunakan
untuk meningkatkan retensi dan kestabilan gigi tiruan, otot-otot
buccinator, orbikularisoris, serta otot-otot lidah merupakan kunci dalam
aktivitas retensi, sehingga perlu latihan khusus bagi otot-otot mulut untuk
meningkatkan retensi gigi tiruan di dalam rongga mulut. (Zarb, 2004)
25
DAFTAR PUSTAKA
Arif R.D., Farah A. Z., Affan W, Prabani P. P., Aris A.K. 2018. Penggunaan
Zirkonia Sebagai Bahan Pengganti Resin Akrilik Pada Kasus Gigi Tiruan
Lengkap Abrasif : A Review. FKG Universitas Jendral Soedirman.
Asti Adnan, Ike Damayanti Habar. 2018. Tingkat kebersihan gigi tiruan pada
pasien pengguna gigi tiruan lengkap akrilk di Puskesmas Kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar Dent
Jornal. Volume 7, No 2. Hal 74 – 77.
Boucher L.J and Rener R.P. 1982. Treatment od Partial Edentolus Patient. St
Louis-Toronto. London: The CV Mosby Co.
Bertoldo CE, Miranda D, Souza-Júnior EJ, Aguiar FHB, Lima DANL, Ferreira
RL, et al. Surface hardness and colour change of dental enamel exposed to
cigarette smoke. Int J Dent Clin 2011;3:1-4
Hamad TI, Fatihalah AA, Abdulsahib AJ. The effect of different investment
materials on dimensional accuracy and surface roughness of thermosens
maxillary complate denture. J Bagh Coll Dent 2015;27: 1-7
26
Hrvoje Kršek, Nikša Dulčić. 2015. Functional Impressions in Complete Denture
and Overdenture Treatment. ACTA STOMATOLOGICA CROATICA.
Volume 49, No 1. Hal 45 - 53.
Max B Leepel. 1996. Epulis Fisuratum Akibat Pemakaian Gigi Tiruang Lengkap
Yang Longgar. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol. 3, No. 4.
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed.
Canada: PMPH-USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49.
Sari,. Meta, S. Taufik. 2016. Penatalaksanaan Linggir Datar Pada Pembuatan Gigi
Tiruan Penuh Dengan Teknik Pencetakan Mukodinamik.Prosiding Bandung
Dentistry 2016.1(1). ISSN : 2540-9956.
Soebekti T.S. 1995. Kiat Membuat Gigi Tiruan Lengkap Pada Rahang Datar.
Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 3, No.2
Sundari, Iin. 2016. Studi Kekuatan Fleksural antara Resin Akrilik Heat Cured dan
Termoplastik Nilon setelah direndam dalam Minuman Kopi Uleekareng
(Coffea robusta). Jurnal Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 51 – 58.
27
Wahyu Perdana, Viona Diansari, Liana Rahmayani. 2016. Distribusi Frekuensi
Pemakaian Gigi Tiruan Lepasan Resin Akrilik dan Nilon Termoplastik Di
Beberapa Praktek Dokter Gigi Di Banda Aceh. Journal Caninus Denstistry.
Volume 1, Nomor 4. Hal 1 – 5.
Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk
pasien tak bergigi menurut Boucher. Ed 10. Alih bahasa. Mardjono D.
Jakarta: EGC, 2001:41-82;143-64;191-206;253-63;282-300;413-43.
Zarb, George A. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher. Jakarta. EGC. Pp : 261-263
Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, et al. Prosthodontic Treatment for Edentuluos
Patients: complete dentures and implant-supported prosthesis. 12th ed. India:
Elsiever Mosby. 2004: 190-206.
28