Anda di halaman 1dari 56

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Anamnesis ............................................................................................................... 1

1.2 Pemeriksaan Klinis ................................................................................................. 1

1.3 Analisis Kasus ......................................................................................................... 2

1.4 Mekanisme Kasus ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 4

2.1 Definisi Gigi Tiruan Lengkap ................................................................................. 4

2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Gigi Tiruan Lengkap Overdenture ........................... 4

2.2.1 Indikasi .............................................................................................................. 4


2.2.2 Kontraindikasi ................................................................................................... 5
2.3 Faktor Keberhasilan Perawatan Gigi Tiruan Lengkap ............................................ 6

2.4 Definisi Implant ...................................................................................................... 8

2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Implant.................................................................... 11

2.5.1 Indikasi Implant .............................................................................................. 11


2.5.2 Kontra Indikasi ................................................................................................ 11
2.6 Jenis-Jenis Implant ................................................................................................ 13

2.6.1 Berdasarkan Penempatannya dalam Jaringan ................................................. 13


2.6.2 Berdasarkan Pilihan Perawatan ....................................................................... 16
2.6.3 Pemilihan Protesa Untuk Dental Implant ........................................................ 24
2.7 Jenis-Jenis Bahan Implant..................................................................................... 27

2.7.1 Bahan Implant Yang Terbuat Dari Logam...................................................... 27


2.8 Persiapan Pasien.................................................................................................... 30

2.8.1 Prinsip Prinsip Perencanaan Perawatan ..................................................... 30


2.8.2 Tahap Perencanaan ......................................................................................... 32
2.9 Prosedur Pemasangan ........................................................................................... 36

2.9.1 Operasi Pertama .............................................................................................. 38

i
ii

2.9.2 Operasi Kedua ................................................................................................. 39


2.9.3 Try in dan Insersi Gigi Tiruan......................................................................... 40
2.9.4 Perawatan selama pemasangan implant .......................................................... 42
2.10 Faktor Penyebab Kegagalan Implant .................................................................... 42

2.10.1 Komplikasi yang Dapat Terjadi ...................................................................... 43


2.10.2 Komplikasi Intra Operatif ............................................................................... 43
2.10.3 Komplikasi Pasca Operatif.............................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 53

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Anamnesis

Tuan Adung, Laki-laki, 58 tahun, Kontraktor Bangunan.

Pasien datang ke RSGM FKG Unpad dengan keluhan ingin dibuatkan geligi

tiruan rahang bawah yang lebih cekat. Saat ini memakai geligi tiruan penuh

baik untuk rahang atas maupun bawah. Pasien telah membuat geligi tiruan

yang bisa dilepas sebanyak tiga kali berturut-turut, tetapi pasien merasa tidak

nyaman karena geligi tiruan yang bawah mudah lepas baik waktu berbicara

maupun lagi mengunyah makanan. Sedangkan gigi tiruan rahang atas tidak

ada masalah, tidak lepas waktu bicara dan cukup cekat waktu dipakai makan.

Pasien ingin dibuatkan geligi tiruan rahang bawah yang tidak mudah lepas.

1.2 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan Ekstra Oral : tampak muka simetris, dengan tampilan pipi agak

ke dalam, TMJ tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Intra Oral : seluruh gigi rahang atas dan bawah sudah tidak ada.

Permukaan ridge alveolar rahang atas sudah agak landai sedangkan alveolar

ridge rahang bawah lebih landai lagi. Gingiva dalam keadaan baik, ulkus

negative dan jaringan lunak dalam kondisi stabil.

1
2

1.3 Analisis Kasus

a. Analisis Fotografi

Terlihat bahwa linggir alveolar pada rahang atas sudah mengalami

resorbsi. Untuk rahang bawah linggir alveolar juga nampak adanya

resorbsi dengan bentuk lengkung linggir yang sudah mengalami perubahan

terutama di lebar linggir puncak alveolarnya.

b. Analisis Radiografi

Dalam tampak radiografis linggir alveolar baik untuk rahang atas maupun

bawah, masih dalam keadaan baik (dalam batas normal)


3

1.4 Mekanisme Kasus

Ridge ALveolar RB
landai

Kurangnya retensi
dan stabilitas GTL

GTL RB mudah
lepas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi Tiruan Lengkap

Gigi tiruan lengkap full denture atau complete denture menurut Soelarko

dan Herman (1980), adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada

lengkung rahang sehingga kemudian dikenal dengan istilah:

1. Upper full denture ialah gigi tiruan penuh rahang atas.

2. Lower full denture ialah gigi tiruan penuh rahang bawah.

Gigi tiruan lengkap merupakan suatu piranti yang dibuat tidak hanya untuk

menggantikan seluruh gigi yang hilang, beserta jaringan sekitarnya, akan tetapi

juga dapat memperbaiki fungsi kunyah, estetik, serta fonetik penderita (Neill &

Nairn, 1990).

Pemakaian gigi tiruan lengkap dapat digunakan sebagai alat bantu dalam

memperbaiki defisiensi pengunyahan serta memperbaiki nutrisi pada penderita.

Oleh karena itu, salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan pembuatan gigi

tiruan lengkap, adalah gigi tiruan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan

fungsi kunyah (Neill & Nairn, 1990).

2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Gigi Tiruan Lengkap Overdenture

2.2.1 Indikasi

1. Seseorang yang mementingkan faktor estetis dan pengucapan yang jelas.

2. Tersisa paling sedikit satu gigi yang masih dapat dipertahankan.

4
5

3. Kebersihan mulut yang cukup baik untuk menghambat atau mencegah

karies yang cepat atau kerusakan jaringan periodontal.

4. Jika prognosa untuk pemakaian gigi tiruan lengkap yang buruk karena

adanya resorpsi linggir yang berat, xerostomia, refleks muntah yang berat,

kemampuan belajar yang kurang, faktor psikologis dll.

5. Kerusakan gigi tersisa akan menjadi lebih parah oleh tipe perawatan yang

lain

6. Tidak ada tipe perawatan prostetik yang menjanjikan hasil perawatan yang

lebih baik, sebanding dengan biaya yang dikeluarkan

2.2.2 Kontraindikasi

Bila kesehatan pasien jelek, untuk mencegah komplikasi pencabutan,

misalnya pasien dengan penyakit diabetes.

*Pada pencabutan yang sukar, dapat diketahui dari:

1. Pasien sendiri tentang pengalamannya dengan pencabutan yang sukar

2. Radiograp/ro-foto terlihat bentuk akar yang bengkok, hipersementosis,

gigi terpendam dan kista.

Pasien dengan insidensi karies tinggi dan penyakit periodontal di sekitar

gigi penyangga gigi tiruan.

Tidak dapat digunakan dalam kasus-kasus dengan ruang interarch

berkurangnya, undercut bony berdekatan dengan gigi penyangga. Maintance yang

tidak tepat overdenture dapat mengakibatkan kerusakan periodontal dari gigi

penyangga overdenture dan pasien mungkin kehilangan semua gigi yang tersisa.
6

2.3 Faktor Keberhasilan Perawatan Gigi Tiruan Lengkap

Keberhasilan gigi tiruan lengkap dipengaruhi faktor antara lain,

pengetahuan serta kemahiran operator untuk tahap klinis maupun laboratorium

pada setiap kunjungan serta kerja sama antara pasien dan laboratorium.

Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan

efek pada dukungan jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan

jaringan normal. Hal ini mencakup:

Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa: processus alveolaris, saliva,

batas mukosa bergerak dan tidakbergerak, kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk

dan gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.

1. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

2. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

3. Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi:

4. Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

5. Posisi individual gigi

6. Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan

rahang bawah.

Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan GTL:

1. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam

keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi

GTL:

2. Faktor fisis: Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat

mempengaruhi efek retensi dari tekananatmosfer. Posisi terbaik peripherial


7

seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal

gigitiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah. Peripherial seal

bersambung dengan Postdam padarahang atas menjadi sirkular seal.

Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar tidak

dapatmasuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa

sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetapterjaga. Apabila pada sirkular

seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan

mudahlepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama

terjadinya kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan lengkap.

Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle

dekatfovea palatina.

3. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan

kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari

efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama

dikenalsebagai adhesi selektif.

4. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).

Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi

oleh basis gigi tiruan.

5. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai

sebagai pegangan terutama pada rahangatas.

6. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk

menghindari rasa sakit dan terlepasnyagigi tiruan saat berfungsi


8

7. Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior (depan)

karena harus mengingat estetis (ukuran, bentuk, warna) walaupun tidak

kalah pentingnya untuk pemasangan gigi posterior (belakang) yang tidak

harus sama ukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil, untuk

mengurangi permukaan pengunyahan supaya tekanan pada waktu

penguyahan agar tidak memberatkan jaringan pendukung. Untuk

pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality expression,

umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam

pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga perlu

diperhatikan keberadaan over bite, over jet, curve von spee, curve monson,

agar diperoleh suatu keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan.

2.4 Definisi Implant

Implant gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang

sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal.

Implant gigi adalah suatu alat yang ditanam secara bedah ke dalam jaringan lunak

atau tulang rahang sehingga dapat berfungsi sebagai akar pengganti untuk

menahan gigi tiruan maupun jembatan.

Keuntungan implant gigi adalah restorasi tersebut sangat menyerupai gigi

asli karena tertanam di dalam jaringan sehingga dapat mendukung dalam hal

estetik, perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri.


9

Gambar 2.1 Implant menyerupai gigi asli (http://www.dentalclinicdelhi.com)

Pada prinsipnya implant gigi memerlukan bahan yang dapat diterima

jaringan tubuh, cukup kuat dan dapat berfungsi bersama-sama dengan restotrasi

protesa di atasnya. Syarat implant gigi sebagai berikut:

1. Biokompatibel

Biokompatibel adalah non toksis, non alergik, non karsinogenik, tidak

merusak dan mengganggu penyembuhan jaringan sekitar serta tidak korosif.

2. Cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan

3. Resistensi tinggi terhadap termal dan korosi

4. Elastisitasnya sama atau hampir sama dengan jaringan sekitar

5. Dapat dibuat dalam berbagai bentuk


10

Gambar 2.2 Bagian-bagian implant dental (http://www.dentalclinicdelhi.com)

Setelah implant terpasang, dokter gigi akan dapat memasang gigi tiruan di

atas implant tersebut. Karena implant akan bergabung dengan tulang rahang,

maka diperlukan dukungan yang stabil pada gigi tiruan tersebut. Hal ini berfungsi

supaya gigi tiruan yang dipasang tidak akan slip atau bergeser dalam mulut.

Untuk melakukan perawatan implant, pasien harus memiliki gusi sehat dan

tulang yang memadai untuk mendukung implant. Pasien juga harus berkomitmen

untuk menjaga struktur ini agar tetap sehat. Kebersihan mulut dan kunjungan gigi

yang teratur sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang dari implant.
11

2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Implant

2.5.1 Indikasi Implant

2.5.1.1 Indikasi Umum

Pemasangan implant harus dilakukan pada pasien yang mempunyai

motivasi, kooperatif dan oral higiene yang baik. Tidak ada batasan usia untuk

pemasangan implant, akan tetapi lebih baik diatas usia 16 tahun. Pemasangan

implant pada usia tua lebih baik dari pada pasien dengan usia muda.

2.5.1.2 Indikasi Lokal

Faktor-faktor yang merupakan indikasi dalam pemasangan implant antara

lain:

1. Kehilangan gigi

2. Agenesis suatu gigi

3. Sebagai penyangga distal pada kehilangan gigi berujung bebas

4. Atrofi tulang alveolar yang agak banyak, baik pada maksila

maupun

mandibula

2.5.2 Kontra Indikasi

2.5.2.1 Kontra Indikasi Umum Yang Absolut (mutlak)

Faktor-faktor yang merupakan kontra indikasi umum yang absolut ialah:

1. Usia dibawah 16 tahun

2. Gangguan hematopoesis, pembekuan darah dan sistem endokrin

3. Terapi penyakit cardiovaskuler yang resisten


12

4. Malignant tumor dengan prognosis buruk

5. Gangguan yang permanent pada sistem immune (HIV)

6. Gangguan mental / kepribadian yang psychopathy

2.5.2.2 Kontra Indikasi Umum Yang Relatif

Beberapa keadaan yang dikelompokkan kedalam kontra indikasi relatif,

yaitu:

1. Alergi

2. Rheumatoid ringan

3. Focal infeksi yang menyeluruh

4. Penyakit - penyakit yang akut

5. Kehamilan

6. Adiksi terhadap obat, alkohol dll.

7. Adanya stress fisik

2.5.2.3 Kontra Indikasi Lokal Yang Absolut

1. Adanya penyakit di daerah rahang

2. Myoarthropathy

3. Pasien-pasien dengan kebiasaan buruk

4. Osteomelitis akut atau kronis

5. Bone deficits

6. Kondisi anatomi & topografi unfavorable dan unatferable

7. Kurangnya motivasi untuk menjaga kebersihan mulut yang baik


13

2.5.2.4 Kontra Indikasi Lokal Yang Relatif

1. Temporary bone deficite (misalnya setelah ekstraksi gigi atau

ekstirpasi kista)

2. Maxillary deficit

3. Secara topografi dan anatomi kondisinya tidak memungkinkan

2.6 Jenis-Jenis Implant

2.6.1 Berdasarkan Penempatannya dalam Jaringan

Menurut lokasi tempat implant ditanam, maka implant gigi terdiri dari:

1. Implant subperiosteal

Implant ini lebih lama dibanding jenis implant yang lain dan pertama

sekali

diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948. Implant ini tidak ditanam

ke dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar dan dibawah

periosteum. Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang

hebat, apabila pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian

protesa atau pada kasus dimana proses atrofi menimbulkan rasa sakit pada daerah

mentalis. Implant ini memerlukan teknik insersi dua tahap. Penggunaan implant

subperiosteal pada rahang atas telah dibatasi karena dilaporkan bahwa

keberhasilannya dalam lima tahun tidak mencapai 75%. Implant ini juga tidak

dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi

asli.
14

Gambar 2.3 Implant subperiosteal yang pertama diperkenalkan oleh


Muller dan Dahl pada tahun 1948 (Booth P.W, Schendel S. Maxillofacial Surgery:
Advanced Oral Implanthology. 2nd ed.)

Gambar 2.4 Implant subperiosteal. (Taylor T. D. and Laney. W. R. Dental

Implant. Diakses dari http://dentalimplants.uchc.edu)

2. Implant endosteal

Implant endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan

periosteum, sebagian tertanam dan terkait dalam tulang. Implant ini mempunyai
15

tiga desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam implant endosteal

diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implant tanpa

diperantarai jaringan lunak. Popularitas implant endosteal semakin meningkat,

terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan. Laporan-laporan

menyebutkan bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila

teknik bedah dan perawatan pasca bedah dilakukan dengan baik. Ditinjau dari

teknik bedahnya, implant endosteal terdiri dari teknik insersi satu tahap dan

insersi dua tahap. Pada teknik satu tahap, pembedahan hanya dilakukan sekali

sehingga tonggak abutment menonjol keluar mukosa setelah operasi selesai.

Sedangkan pada teknik dua tahap, operasi dilakukan dua kali yaitu operasi

pertama untuk meletakkan implant pada tulang rahang. Setelah masa

penyembuhan, dilakukan operasi kedua untuk pemasangan abutment.

Gambar 2.5 Implant endosteal. (Taylor T. D, and Laney. W. R. Dental

Implant. <http://dentalimplants.uchc.edu >)


16

3. Implant transosteal atau transosseous

Merupakan implant gigi yang menembus tulang rahang dan hanya

digunakan pada rahang bawah. Implant jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan

memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.

Gambar 2.6 Implant transosteal. (Taylor T. D, and Laney. W. R. Dental Implant.


<http://dentalimplants.uchc.edu >)

2.6.2 Berdasarkan Pilihan Perawatan

Implant dapat dipasang dengan 3 sistem, yaitu sistem tertutup, sistem

terbuka, dan sistem immediate restoration. Sistem tertutup disebut juga closed

mucosal system atau sistem dua tahap. Pada sistem ini, seluruh panjang implant

dari apikal sampai pundak implant tertanam setinggi tulang alveolaris. Flap

mukoperiosteal dijahit di atas implant. Implant dibiarkan selama 1,5-6 bulan

tergantung lokasinya, kualitas tulang dan produk pabrik pembuatnya. Tujuannya

supaya terjadi integrasi implant dental dengan tulang. Untuk pemasangan

komponen sekunder, jaringan mukosa harus dibuka lagi, yang disebut operasi

kedua. Sistem terbuka, disebut juga transmucosal system atau sistem satu tahap.
17

Pada sistem ini implant tidak terpendam seluruhnya, sebagian menonjol dari

permukaan mukosa dan flap berada di sekitar leher implant. Komponen sekunder

dapat langsung dipasang tanpa membuka jaringan mukosa, jadi tidak ada operasi

kedua. Yang ketiga, sistem immediate restoration. Sistem ini satu tahap dan

sekaligus pemasangan abutment dan suprastruktur tanpa kontak dengan gigi

antagonis.

Pada dasarnya rencana perawatan untuk pemasangan implant sebagai

penyangga gigi tiruan cekat hampir sama dengan rencana perawatan pada

pemasangan gigi tiruan cekat secara konvensional. Namun pada pemasangan gigi

tiruan dukungan implant harus dipertimbangkan mengenai tipe, dan posisi implant

yang akan ditempatkan. Selain itu, pemilihan jenis restorasi yang akan

mendukung implant juga harus dipertimbangkan. Jenis restorasi yang dapat

didukung implant antara lain:

1. Gigi tiruan cekat dukungan implant

Gigitiruan cekat dukungan implant ada yang berupa single tooth implant

restoration, fixed cementable prosthesis, fixed-detachable prosthesis, hybrid

bridge fixed-detachable prosthesis.

1) Single tooth implant restoration atau single crown


18

Adalah jenis gigitiruan dukungan implant yang menggantikan satu gigi

yang hilang. Single-tooth prosthesis dapat berupa implant-borne crown, yang

berdiri sendiri, tidak meliputi gigi sebelahnya. Single restoration dapat juga

meliputi gigi di sebelahnya karena dukungan yang kurang baik dengan

semiprecision attachment pada satu atau lebih gigi di sebelah menyebelahnya.

Abutment dapat berupa single unit, yaitu badan implant bersatu dengan

abutmentnya. Selain single unit ada juga yang berupa 2 pieces atau 3 pieces, yaitu

masing masing dihubungan dengan sekrup. Abutment dapat berupa sediaan

buatan pabrik, atau dapat juga dibuat sendiri di laboratorium. Single unit implant

dapat berupa blade, subperiosteal dan Zimmers one-piece root form implant,

abutment bersatu dengan body implant. Sedangkan retensi mahkota pada

abutment dapat dengan semen atau dengan sekrup.


19

2) Fixed cementable prosthesis

Merupakan prostesis cekat dengan retensi dari penyemenan mahkota ke

abutment.

3) Fixed-detachable prosthesis

Banyak disukai pasien karena penampilan yang lebih alami, terutama

pasien dengan garis bibir yang tinggi pada saat tersenyum. Walaupun fixed

detachable superstructures sebenarnya dapat dipasang dengan sistem 1 tahap yang

disebut dengan transmusosal system apalagi pada subperiosteal dan transosteal

implants, namun biasanya dilakukan dengan 2 tahap yang disebut dengan closed

mucosal system. Jenis fixed detachable prosthesis dapat dirancang dalam 2 bentuk
20

dasar, yaitu traditional high-water hybrid design dari Branemark, dan unit type

atau jenis anatomic fixed bridge prosthesis, yang hanya dapat dibuat apabila pada

saat pemasangannya, implant ditempatkan pada posisi yang akurat dengan gigi

alami.

4) Hybrid bridge fixed-detachable prosthesis

Fixed bridge yang dibuat pada kerangka logam yang berbentuk bar dengan

retensi sekrup pada gigitiruannya. Desain ini biasa dirancang pada rahang yang

sudah tak bergigi sama sekali. Prognosis baik apabila rahang yang berlawanan

adalah gigitiruan lengkap atau hybrid bridge juga. Mandibular hybrid bridge

memerlukan 5 implant. Sedangkan maxillary hybrid bridge memerlukan minimal

6 implant. Makin banyak implant yang digunakan pada rahang atas, bahkan bisa

sampai 12, makin baik prognosisnya.

2. Gigi tiruan lepasan dukungan implant


21

Overdenture merupakan jenis gigitiruan yang banyak digunakan pada

sistem dukungan implant. Overdenture diklasifikasi menjadi 2 jenis, yaitu yang

didukung oleh jaringan lunak dan implant atau gigi, dan yang murni didukung

oleh implant. Overdenture adalah suatu gigitiruan penuh atau sebagian lepasan

yang menutupi dan bersandar pada satu atau lebih gigi alami, akar gigi dan atau

implant dental. Gigitiruan overdenture diketahui dapat menghambat proses

resorpsi berlanjut, sehingga diperoleh retensi dan stabilisasi yang maksimal.

Overdenture yang merupakan gigitiruan yang didukung oleh jaringan lunak dan

implant atau gigi, dan retensi pada implant atau gigi. Retensi pada implant atau

gigi, dapat dibuat pada bar yang bentuknya lurus yang menghubungkan antara

implant. Splinting implant dengan bar diantara dua implant ini akan lebih

menguntungkan dari pada retensi dari masing masing implant yang berdiri sendiri.

Dengan konstruksi semacam itu dilengkapi dengan klip internal yang dibuat untuk

retensi pada bar, klip dapat berotasi pada bar dan menyebabkan gigitiruan di

bagian posterior didukung oleh jaringan lunak. Hal ini yang menyebabkan

gigitiruan didukung oleh implant dan jaringan lunak. Bila karena alasan tertentu,

bar yang dibuat diantara implant tidak dapat dibuat lurus tetapi melengkung, maka

klip pada overdenture tidak dapat berotasi pada bar, sehingga gigitiruan di bagian

posterior dapat mengungkit bagian bar dan implant.


22

1) Overdenture yang menggunakan ball attachment

Menurut Mc Gill Consenssus Meeting di Quebec Canada tahun Mei

2002,5 dinyatakan bahwa 2 implant yang mendukung overdenture merupakan

pilihan pertama pada kasus rahang bawah tak bergigi. Salah satu contoh

overdenture dengan dukungan 2 implant adalah pada kasus gigitiruan penuh

overdenture dengan implant pada 33 dan 43 dan abutment berupa ball joint. Pada

sistem ini dukungan diterima implant dan jaringan mukosa.

2) Overdenture dengan menggunakan retensi magnet

Bagian keeper menempel pada abutment dan magnet pada permukaan

anatomis basis gigitiruan.

3) Implant intramukosa pada intramucosal insert-supported

complete maxillary dentures

Dapat digunakan untuk mendukung gigitiruan penuh RA dan gigitiruan

sebagian unilateral, baik untuk RA atau RB. Hal ini dilakukan terutama pada

pasien yang sulit mendapatkan retensi untuk gigitiruan penuh di RA.


23

Sedangkan American Dental Association telah mengelompokkan 2 tipe

implant yang tergolong aman, yaitu:

1. Endosteal implant

Tipe implant ini secara langsung dipasang ke dalam tulang alveolar

melalui operasi. Jika jaringan gingivaa sekitarnya telah pulih atau sehat kembali,

tindakan operasi kedua dibutuhkan untuk menghubungkan post dan implant. Pada

akhirnya, gigi tiruan dapat ditempatkan pada post baik secara terpisah maupun

berkelompok sebagai bridge atau denture.

2. Subperiosteal implant

Tipe implant ini terdiri dari frame logam yang dipasang pada tulang

alveolar dibawah jaringan gingiva. Sejalan dengan pulihnya gingiva, frame akan

semakin mencengkram tulang alveolar. Post yang menempel pada frame,

menonjol keluar gingiva. Sama seperti endosteal implant, gigi tiruan dapat

ditempatkan pada post.


24

Gambar 2.7 A. Posts are surgically placed below the gums. B. Artificial
teeth, grouped on a bridge, are mounted to the posts

Gambar 2.8 Implants offer a very stable and secure fit. Implants serve as
a base for single replacement teeth.

2.6.3 Pemilihan Protesa Untuk Dental Implant

Sebuah protesa dapat melekat pada satu atau beberapa buah implant

sekaligus. Pemillihan protesa disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Apabila

pasien kehilangan seluruh gigi, maka dokter gigi dimungkinkan untuk memilih

jenis protesa lepasan ataupun cekat.

Berdasar pada berapa jumlah gigi yang hilang, pasien dapat dibuatkan

protesa gigi tiruan single, sebagian, atau penuh. Semakin banyak jumlah gigi yang

akan digantikan, semakin banyak pula dental implant yang diperlukan. Bagi

kebanyakan orang, protesa permanen tidak dapat dibuat hingga tulang alveolar
25

sudah berfusi dengan implant. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan

pemakaian protesa sementara.

Protesa single digunakan untuk menggantikan satu gigi yang hilang.

Hanya diperlukan satu buah implant sebagian support protesa single ini. Protesa

sebagian digunakan untuk menggantikan dua atau lebih gigi yang hilang. Dua atau

tiga buah implant digunakan sebagai support protesa sebagian ini. Sedangkan

protesa gigi tiruan penuh digunakan untuk menggantikan seluruh gigi yang hilang

pada satu rahang. Jumlah implant yang diperlukan bergantung pada jenis protesa

cekat atau lepasan.


26

1. Implant-Supported Denture

Implant-supported denture merupakan salah satu tipe overdenture yang

memiliki dukungan serta ditempatkan pada implant, bukan pada gingiva seperti

gigi tiruan biasanya. Implant-supported denture digunakan pada orang yang sama

sekali tidak memiliki gigi pada rahangnya, tetapi masih memiliki tulang yang

cukup untuk support implant. Implant-supported denture memiliki perangkat

khusus sehingga dapat merekat pada implant.

Implant-supported denture biasanya dipakai pada rahang bawah karena

gigi tiruan biasa cenderung kurang stabil, berbeda dengan gigi tiruan yang

dipasang pada rahang atas. Bagaimanapun, implant-supported denture dapat

digunakan baik pada rahang atas maupun rahang bawah.

Terdapat 2 jenis implant-supported denture, yaitu: bar-retained dan ball-

retained. Pada kedua jenis, gigi tiruan akan dibuat pada landasan akrilik yang akan

terlihat seperti gingiva, kemudian gigi artificial dari porselen atau akrilik akan

berada pada landasan tersebut. Kedua tipe gigi tiruan tersebut akan memerlukan

setidaknya 2 implant untuk support.

1) Bar-retained dentures

Bar tipis terbuat dari logam yang melekat pada 2-5 buah implant yang

sebelumnya telah terpasang mengikuti lengkung rahang. Clip atau perlekatan jenis

lain terpasang pada bar, gigi tiruan, atau keduanya, memungkinkan gigi tiruan

dapat melekat dengan bar.

2) Ball-retained dentures
27

Setiap implant yang terpasang pada tulang alveolar memiliki perlekatan

logam. Masing-masing perlekatan tersebut akan melekat pada gigi tiruan. Pada

banyak kasus, perlekatan yang terdapat pada implant berbentuk bola (ball-shaped)

dan akan melekat pada soketnya yang terdapat pada gigi tiruan.

Implant sering kali dipasang pada tulang alveolar bagian depan karena

tulang yang terdapat pada bagian depan tersebut lebih tebal. Selain itu, tulang

alveolar pada bagian depan tidak mengenai banyak syaraf ataupun struktur lain

yang akan mengganggu pemasangan implant.

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perawatan implant

tergantung dari banyak factor. Perawatan implant pada rahang bawah

membutuhkan waktu paling singkat sekitar 5 bulan, sedangkan pada rahang atas

sekitar 7 bulan. Hal ini mencakup pelaksanaan operasi hingga pemasangan gigi

tiruan. Bagaimanapun juga, proses ini dapat berlangsung selama 1 tahun bahkan

lebih, terutama jika memerlukan perawatan pre-eliminasi atau bone grafting.

2.7 Jenis-Jenis Bahan Implant

2.7.1 Bahan Implant Yang Terbuat Dari Logam

Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian

Stainless Steel merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel,

pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak

dengan logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan

untuk kerangka implant subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan

logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implant yang dibuat dari

logam dengan lapisan pada permukaan adalah implant yang menggunakan


28

titanium yang telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada

bagian strukturnya.

Jenis-jenis bahan implant logam:

1. Co-Base Alloys (Co-Cr-Mo, Co-Cr-W-Ni).

2. Co-Ni-Base Alloys (MP35N / Co-Ni-Cr-Mo).

3. 316L Stainless Steel.

4. Ti dan Ti 6Al4V Alloys.

5. Sistem kombinasi plasma spray coating.

6. Logam dan logam paduan yang sering dipergunakan untuk implant dental:

1) Titanium, Tantalum.

2) Titanium, Vanadium, Alumunium alloy.

3) Ferum, Chromium, Nickel.

4) Cobalt, Chromium, Molybdenum.

Dari segi material logam Titanium dengan segala variasi lapisan

permukaannya (Surface coating) menempati urutan pertama. Sukses Titanium di

bidang ortopedik sudah tidak dibantah lagi. Maka rasional apabila titanium juga

bersifat biologicaly innert pada maksila dan mandibula.

Kebanyakan sistem implant menggunakan logam sebagai bahan dasarnya

dan bahan logam yang sering dipergunakan adalah Titanium. Titanium dan logam

paduannya (Ti-Al-V) memiliki lapisan oksida pada permukaannya. Lapisan

tersebut akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada tulang dan pada area

tersebut terjadi proses peletakan matriks tulang secara in vivo. Mekanisme inilah
29

yang menjadi salah satu faktor penting dalam penggunaan titanium pada implant

dental.

Bahan Implant Bukan Logam Bahan untuk pembuatan implant selain dari

logam dan variasinya, juga terbuat dari bahan bukan logam antara lain:

Implant yang terbuat dari plastik: Polymeric Material, Porous Polymethyl

Methacrilate (PMMA), PMMA yang dikombinasi dengan Vitrous Carbon

(PMMA-VC), PMMA yang dikombinasi dengan Silica.

Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian

dan penggantian tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada

bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang

sensitif terhadap formasi sterilisasi.

Implant yang terbuat dari Carbon: Vitrous Carbon, Pyrolic Carbon atau

Low Tempetarure Isotropic (LTI), Vapor Deposited Carbon atau Ultra Low

Temperature Isotropic (ULTI).

Implant yang terbuat dari Ceramic: Porous Ceramic, NonPorous Ceramic,

Biodegradable (misalnya Tricalcium Phiosphat), Non-Biodegradable (misalnya A

1203).

Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang

memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar

implant, contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah

bahan yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang.

Sampai saat ini para ahli masih terus mengembangkan bahan implant dan

berbagai macam variasinya.


30

2.8 Persiapan Pasien

2.8.1 Prinsip Prinsip Perencanaan Perawatan

Dalam merencanakan perawatan implant dental pada pasien-pasien

edentulous sebagian atau keseluruhan rahang atas dan bawah, umumnya ada

beberapa tahap yang perlu dilakukan antara lain:

2.8.1.1 Konsultasi awal dan keinginan pasien

Informasi tentang keuntungan dan kerugian dari pemasangan implant

dental penting bagi setiap pasien, termasuk keinginan dan harapan pasien pada

waktu konsultasi awal. Pada konsultasi awal perlu diketahui beberapa hal dari

pasien antara lain adaptabilitas, motivasi, partisipasi dalam perawatan, obsesi dan

kestabilan emosi, serta riwayat medik pasien secara lengkap. Terdapat beberapa

kontraindikasi pada pasien yang akan dilakukan pemasangan implant dental, baik

kontraindikasi lokal maupun sistemik.

2.8.1.2 Seleksi Pasien

Dalam perencanaan awal harus diperhitungkan untuk menetapkan apakah

pasien yang datang sudah memenuhi kriteria untuk implantasi. Semua operator

harus mengingat adanya:

1. Kontraindikasi lokal, antara lain:

1) Oral hygiene buruk

2) Terdapat sisa akar

3) Proses inflamasi lokal, neoplasma

4) Kualitas tulang yang tidak adekuat


31

2. Kontraindikasi sistemik, antara lain:

1) Gangguan sistem imun

2) Penggunaan steroid dalam jangka lama

3) Gangguan pendarahan

4) Post radioterapi / khemoterapi

5) Gangguan hormonal

6) Gangguan psikotik

Sebagai contoh pada gambar dibawah ini, setelah dilakukan pemeriksaan

ternyata kondisi tulang yang ada sangat minimal. Apa yang harus kitra lakukan,

sementara pasien tetap dipasang implant gigi.

Pemeriksaan intra oral dilakukan dengan teliti untuk mengevaluasi kondisi

jaringan lunak dan keras. bentuk, ketebalan dan ketinggian tulang alveolar,

jaringan flabby serta ketebalan jaringan lunak dapat dilakukan secara palpasi.

Gambar 2.9 A. Ketebalan dan tinggi mandibula normal, B. Mandibula


yang mengalami atrofi.
32

2.8.2 Tahap Perencanaan

2.8.2.1 Pemeriksaan intra oral

Pembuatan peta tulang berguna untuk merencanakan over denture,

dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal, dengan cara memasukkan probe

tajam pada mukosa yang menutupi alveolar ridge dan kedalaman jaringan dicatat.

Hasilnya kemudian dipindahkan ke model studi dan bentuk ridge yang sebenarnya

dibentuk dengan trimming model studi sesuai dengan hasil ketebalan jaringan

lunak.

2.8.2.2 Pemeriksaan Radiografi

Evaluasi radiografi penting dilakukan sebelum penempatan implant untuk

menentukan tinggi vertikal dan ketebalan kortikal. Radiografi dapat dinilai

melalui foto panoramik, periapikal, cefalometri ataupun CT scan. Foto panoramik

dikombinasikan dengan marker logam yang sudah diketahui diameternya, maka

akan diperoleh gambaran ketinggian tulang alveolar. Dengan cara yang sama

dapat diketaui posisi foramen mentalis dan menentukan posisi implant dental yang

diinginkan pada rahang. Ketebalan tulang tidak dapat dilihat melalui foto

panoramik, tetapi bagian anterior maksila dan mandibula dapat dinilai melalui

foto cefalometri lateral.


33

Gambar 2.10 A. Bola marker. B. Panoramik dengan bayangan bola marker

2.8.2.3 Pemetaan Tulang (Profil Tulang)

Pembuatan peta tulang berguna untuk merencanakan over denture,

dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal, dengan cara memasukkan probe

tajam pada mukosa yang menutupi alveolar ridge dan kedalaman jaringan dicatat.

Hasilnya kemudian dipindahkan ke model studi dan bentuk ridge yang sebenarnya

dibentuk dengan trimming model studi sesuai dengan hasil ketebalan jaringan

lunak.
34

2.8.2.4 Perencanaan dan Evaluasi Gigi Tiruan Lama dalam Tahap


Penyembuhan

Pemeriksaan gigi tiruan lama dapat memberikan informasi tentang posisi

awal gigi aslinya. Biasanya implant diletakkan pada regio kaninus atau sedikit

lebih mesial bila menempatkan dua implant dental. Apabila menempatkan


Gambar 2.11 A. Pemetaan tulang. B. & C. Pemotongan model dan pemetaan tulang. D.
beberapa & E. Pemotongan model dan pemetaan tulang pada tempat berbeda.

implant diusahakan untuk membuat ruang pada segmen ridge yang berada

diantara foramen mentalis dimana nervus mandibula keluar dari tulang.

2.8.2.5 Perencanaan Gigi Tiruan Sementara dalam Fase


Penyembuhan

Gigi tiruan sementara penting selama fase penyembuhan mukosa

berlangsung dan proses osteointegrasi. Gigi tiruan sementara harus melindungi

implant dental dari tekanan dan harus didukung alveolar ridge dengan stabil.
35

Gambar 2.12 Gigi tiruan lama sebagai restorasi sementara.

2.8.2.6 Model Studi Diagnostik

Tinggi, lebar, dan bentuk seluruh ridge yang tersisa dievaluasi melalui

model studi dan radiografi. Cetakan studi pada keadaan artikulasi biasanya untuk

mengevaluasi oklusi sehingga tidak ada kekuatan yang berlebihan pada implant

sewaktu gerakan ekskursi rahang ke lateral ataupun protrusi. Untuk posisi dan

letak implant dapat dinilai melalui model studi. Model studi harus dibuat pada

semua pasien implant dan diletakkan pada articulator. Hal ini akan membantu

menunjukkan informasi penting yang berhubungan dengan posisi implant dan

penempatannya, serta membantu menentukan tinggi vertical puncak ridge dengan

gigi lawannya. Gigi-gigi dibuat dari lilin dan ditempatkan untuk menentukan letak

gigi yang tepat serta dikonsultasikan dengan dokter gigi prostodonti untuk

menentukan letak implant.

2.8.2.7 Jumlah Implant

Saat ini dua atau empat implant umumnya digunakan sebagai dukungan

overdenture. Beberapa penelitian tentang overdenture dan jenis implant yang

digunakan dengan penelitian retrospektif dengan jumlah pasien yang sedikit. Pada

penelitian dengan kelompok usia yang lebih tua didapatkan tingkat keberhasilan

yang tinggi untuk overdenture dengan hanya dua implant dalam waktu lebih dari

lima tahun (90 %). Jumlah implant dan susunannya biasanya ditentukan oleh

faktor lokal dan pertimbangan teknik. Dalam penilaian terhadap perencanaan letak
36

implant, parameter dimensi harus diingat untuk mengurangi komplikasi antara

lain:

1. Paling sedikit 1 mm tulang tersisa pada lingual dan bukal atau sisi labial

setelah pertimbangan rencana penempatan implant.

2. Idealnya paling sedikit 2 mm tulang yang tersisa pada sisi mesial atau

distal implant dan dari gigi sebelahnya.

3. Tinggi ideal ridge vertical harus 1 atau 2 mm pada margin untuk

keamanan kanalis alveolar inferior mandibula, sinus maksilaris dan

struktur vital terdekat.

4. Harus dipastikan ruang vertical yang cukup diantara puncak ridge dengan

oklusal gigi lawan sebagai tempat implant, abutmen dan mahkota.

Umumnya dibutuhkan 8 mm tinggi vertikal (Dymm, 2001). Penempatan

implant pada maksila posterior memiliki dua ketentuan khusus, pertama

kualitas tulang maksila, terutama bagian posterior memiliki kortek tulang

lebih tipis daripada bagian posterior mandibula. Ruang marrow yang

lebih lebar dan tipis, sehingga bagian kortikal menjadi kurang padat,

sehingga perlu waktu lebih lama untuk terjadinya osteointegrasi implant.

Umumnya membutuhkan waktu 6 bulan untuk terjadinya integrasi

adekuat pada pemasangan implant pada derah maksila.

2.9 Prosedur Pemasangan

Untuk kebanyakan pasien, pemasangan dental implant akan dilakukan

dengan 2 tahapan prosedur. Pertama, memasang dental implant ke dalam rahang.


37

Untuk waktu antara 3 sampai 6 bulan akan terjadi perlekatan antara dental implant

dengan jaringan tulang disekitarnya.

Setelah dental implant menyatu dengan tulang rahang, maka pemasangan

dental implant akan masuk pada fase ke-2. Sekrup penutup dental implant akan

dilepas dan selanjutnya bagian atas dental implant dipasang yang berfungsi

sebagai tempat melekatnya mahkota gigi yang akan dipasang. Keseluruhan

prosedur akan memakan waktu lebih kurang antara 3 sampai 6 bulan.

Prosedur dengan satu kali tahapan juga dapat dilakasanakan. Pada

prosedur ini, dokter gigi dapat memasang implant dan bar pendukung pada satu

tahapan sekaligus. Tingkat kesuksesan prosedur ini juga cukup tinggi.

Pada umumnya Dokter akan memberikan penjelasan secara terperinci

mengenai prosedur bedah bagaimana pemasangan dental implant dilakukan dan

segala kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi. (Segala sesuatu tentang

dental implant dapat dilakukan pada saat kunjungan pertama ini dengan demikian

pasien seharusnya pasien sudah dapat memperoleh segala sesuatu tentang

bagaimana dental implant).

Setelah pasien menyetujui untuk dilakukan pembedahan pemasangan

dental implant, maka dokter gigi biasanya akan melakukan pencetakan rahang atas

dan bawah. Hal ini dimaksudkan untuk membuat model rahang dari bahan gips

yang akan dipakai sebagai model rahang simulasi untuk merencanakan tempat

pemasangan dental implant di rahang. Sehingga pemasangan dental implant dapat

dilakukan dengan arah dan posisi yang benar. Pembuatan model rahang ini sangat
38

penting terutama untuk perencanaan pemasangan dental implant berjajar atau

lebih dari satu dental implant

Setelah semua penjelasan dimengerti oleh pasien maka dokter gigi akan

melakukan tindakan pembiuasan secara setempat (local anesthesia) sebelum

tindakan bedah dilakukan.

2.9.1 Operasi Pertama

Untuk memasang dental implant, buat insisi pada gingiva agar permukaan

tulang dapat terlihat. Kemudian buat lubang dengan menggunakan drill dan

tempatkan implant ke dalam lubang. Foto rontgen pasien jika diperlukan, untuk

memastikan area pemasangan implant sudah benar. Selanjutnya tutup dan jahit

gingiva pasien hingga implant tertutupi. Jika implant berada pada bagian depan

mulut, berikan pasien gigi tiruan sementara agar pasien tetap dapat menggunakan

giginya untuk beraktivitas.

Setelah pelaksanaan operasi ini, pasien diinstruksikan untuk menghindari

adanya penekanan pada implant. Gigi tiruan sementara dapat dibuat sehingga
39

tekaan dapat dialihkan ke bagian lain, bukan pada implant. Selanjutnya dokter

gigi akan menunggu selama 3 sampai 4 bulan untuk jika implant terpasang pada

rahang bawah, dan 5 sampai 6 bulan jika implant terpasang pada rahang atas,

sebelum menjadwalkan tindakan operasi kedua. Selama rentang waktu tersebut,

akan terjadi fusi antara tulang alveolar dan implant.

2.9.2 Operasi Kedua

Setelah implant berfusi dengan tulang alveolar, tindakan operasi kedua

dapat dilaksanakan. Hal ini dapat diketahui melalui foto rontgen. Tindakan

operasi kedua ini lebih sederhana daripada operasi pertama. Inisisi berukuran kecil

dibuat pada gingiva agar bagian atas dari implant dapat terlihat.

Healing cap (collar) ditempatkan pada kepala implant segera setelah

implant terlihat. Collar ini berupa logam berbentuk bundar yang berfungsi

menjauhkan gingiva dari kepala implant. Pemasangan collar ini dilakukan selama

10-14 hari. Selajutnya dokter gigi akan mengatur kembali gigi tiruan sementara

dan akan memberikan reline jika diperlukan

Sekitar 2 minggu setelah tindakan operasi kedua, healing caps akan

digantikan dengan sandaran. Pada periode ini, gingiva pasien seharusnya sudah

dalam keadaan cukup sehat untuk dilakukan pencetakan jaringan gusi dan

sandaran. Model yag didapatkan dari pencetakan akan digunakan sebagai

kerangka gigi tiruan.


40

Gambar 2.13 Standard abutments connected to the tops of the implants

2.9.3 Try in dan Insersi Gigi Tiruan

Pada tahap ini, bar logam dipasang di atas sandaran. Pasien akan

menjalani proses try in pertama dari kerangka gigi tiruan setelah bar logam logam

terpasang dengan baik.


41

Gambar 2.14 Bar secured to abutment with screws

Gambar 2.15 Fitting side (inside) of the denture showing the attachments

(clips)

Jika bar logam dan kerangka gigi tiruan telah terpasang dengan tepat,

selanjutnya untuk sementara gigi ditempatkan kedalam kerangka dari wax.

Seluruh gigi tiruan dapat dicobakan ke dalam mulut pasien. Apabia berjalan

dengan baik, gigi dapat dipasangkan ke dalam kerangka gigi tiruan secara

permanen. Bar atau ball attachment juga akan dipasangkan selanjutnya.

Pasien dapat kembali ke dokter gigi dalam kunjungan selanjutnya untuk

pemasangan gigi tiruan lengkap. Gigi tiruan dapat dipasangkan pada bar atau pada

perlekatan yang berbentuk bola (ball attachment).

Pada tahap ini, gigi tiruan sementara pasien akan dilakukan relining. Hal

ini dimaksudkan apabila overdenture pasien hilang ataupun patah, pasien dapat
42

menggunakan gigi tiruan sementara tersebut sebagai overdenture. Apabila kita

menggunakan gigi tiruan sementara untuk dijadikan gigi tiruan permanen, maka

bar atau bar attachment dapat ditempatkan pada gigi tiruan sementara tersebut.

2.9.4 Perawatan selama pemasangan implant

Pasien diinstruksikan jangan merokok 1 minggu sebelum pemasangan dan

8 minggu sesudah pemasangan. Menjaga kebersihan mulut karena sebagian besar

kegagalan perawatan endodontik akibat infeksi bakteri, dari pekerjaan yang kuran

steril. Lebih lanjut, gigi asymptomatic yang dirawat endodontik memungkinkan

terjadinya infeksi kronis yang dapat menyebabkan kegagalan implant. Perawatan

khusus terhadap pasien yg memiliki penyakit-penyakit tertentu sepert diabetes,

HIV, dll. Perawatan gigi rutin seperti layaknya gigi asli seperti menggosok gigi,

flossing, dll.

2.10 Faktor Penyebab Kegagalan Implant

Keberhasilan operasi implant lebih dari 90%. Kadang-kadang, implant

gagal untuk mengintegrasikan dengan tulang sekitarnya. Hal ini biasanya

ditemukan pada operasi tahap kedua ketika implant dalam keadaan terbuka atau

longgar. Dalam kasus ini, implant harus dikeluarkan dan implant yang lain dapat

ditempatkan segera atau di kunjungan berikutnya. Kadang-kadang implant gagal

mengintegrasikan dengan tulang sekitar setelah tahap pertama operasi. Hal ini

bisa disebabkan oleh:

1. Trauma karena pembedahan

2. Infeksi di sekitar implant


43

3. Merokok -untuk mengurangi aliran darah dalam penyembuhan gusi dan

tulang, yang dapat mengganggu proses ikatan.

4. Kurangnya tulang yang sehat - Jika tidak ada tulang yang cukup untuk implant

agar tetap stabil, implant dapat bergerak di dalam tulang dan integrasi tidak

akan terjadi.

5. Titanium alergi - sangat jarang terjadi.

6. Berlebihan atau tidak rata berlaku pada implant karena cara gigi bersatu

selama mengunyah dan berbicara (gigitan).

2.10.1 Komplikasi yang Dapat Terjadi

Setelah persiapan dilakukan dengan seksama, maka implantasi siap

dilaksanakan. Namun demikian harus diingat bahwa kejadian-kejadian yang tidak

diharapkan bisa terjadi baik pada waktu pemasangan maupun setelah pemasangan.

2.10.2 Komplikasi Intra Operatif

1. Perdarahan

Bila teknik operasi dan garis insisi telah direncanakan dengan tepat,

terjadinya perdarahan dapat dihindari. Perdarahan dapat terjadi pada tulang

spongiosa pada waktu melakukan pengurangan terhadap tepi krista alveolar yang

tajam.

Perdarahan dalam hal ini dapat berhenti secara spontan. Perdarahan yang

sedang dapat terjadi pada saat preparasi endosseous yang akan dipasang implant

dan akan berhenti pada saat implant diinsersikan. Perdarahan cukup berat dapat

terjadi pada regio posterior mandibula bila kanalis mandibularis terlibat dan

terjadi kerusakan pada pembuluh darahnya.


44

2. Kerusakan Saraf

Kerusakan saraf intraoperatif dapat terjadi pada mandibula bila melibatkan

nervus alveolaris inferior, nervus mentalis dan nervus lingualis. Untuk

menghindari kerusakan nervus alveolaris inferior, alur anatomis kanalis

mandibularis dan dimensi vertikal pada tulang yang tersedia harus diukur dan

diperkirakan secara tepat sebelum dilakukan pembedahan. Untuk mencegah

terjadinya kerusakan nervus mentalis, pada saat operasi regio foramen mentalis

harus dapat terlihat dengan jelas. Dan untuk menghindari kerusakan nervus

lingualis, dapat digunakan periosteal elevator yang tipis antara permukaan lingual

tulang dengan flap mukoperiosteal untuk melindungi jaringan saraf pada saat

preparasi tulang.

Kerusakan nervus mandibula dapat menyebabkan anestesia, parastesia

atau disestesia pada satu sisi ataupun kedua sisi. Keadaan ini dapat bersifat

sementara atau permanen. Implant yang dipakai sebaiknya berada paling sedikit 3

mm di atas foramen. Pengeboran dilakukan dengan hati-hati dan perlahan. Bila

terasa terjadi perforasi kanalis mandibularis oleh pengeboran, hentikan

pengeboran untuk menghindari trauma jaringan saraf secara langsung. Perforasi

pada kanalis ditandai dengan rasa sakit tajam dan terjadinya perdarahan secara

tiba-tiba.

Ukuran panjang implant yang digunakan pada regio posterior biasanya

adalah ukuran pendek yaitu (7, 8, 10 atau 11 mm). Implant yang digunakan

sebaiknya satu untuk setiap giginya karena pendeknya ukuran implant sehingga
45

bila digunakan lebih dari satu gigi dapat terjadi kemungkinan kegagalan karena

beban yang ditanggung terlalu berlebih.

3. Perforasi pada Antrum atau Rongga Hidung

Dalam rencana perawatan, jarak ketinggian antara implant dan sinus

maksilaris serta rongga hidung harus diperhitungkan secara radiografis. Apabila

selama pengeboran tulang diperkirakan akan terjadi perforasi ke antrum atau

rongga hidung, ketinggian vertikal tulang yang tersisa harus diperkirakan setepat

mungkin dan dapat dibuat rontgent foto dengan pengukur ketinggian yang

dimasukkan ke dalam tulang yang telah dipreparasi. Implant jenis hollow cylinder

atau hollow screw tidak direkomenasikan penggunaannya karena bila implant ini

berkontak langsung dengan antrum atau rongga hidung yang telah perforasi akan

dapat mengakibatkan terjadinya infeksi retrograde. Dalam hal ini sebaiknya

dipergunakan implant screw yang solid. Screw dipasangkan dalam posisi vertikal

untuk mencegah masuknya screw ke dalam antrum atau rongga hidung. Namun

bila perforasi implant pada sinus hanya sedikit dan lubang apikal implant masih

berada pada tulang, mungkin tidak akan menimbulkan masalah nantinya.

4. Gangguan Benda Asing

Terdapatnya benda-benda asing disekitar implant akan dapat

menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pemasangan implant. Benda-benda

asing seperti patahan akar gigi, bahan pengisi saluran akar, instrumen endodontik

yang patah harus diangkat tanpa terkecuali sebelum pemasangan implant.

Pengambilan benda-benda asing tersebut harus pula dipertimbangkan apakah akan

diambil sebelum pembedahan implant atau pada saat pemasangan implant tanpa
46

mengganggu tempat dimana implant akan dipasang. Bila pengangkatan benda-

benda asing tersebut menghasilkan defek yang luas pada tulang, defek harus

segera diisi dengan bahan material seperti Pentaphar AG, Ch-4051 Basel dan

menunggu sampai terjadi penyembuhan. Sebagai alternatif penggunaan Gore-Tex

membrane merupakan pilihan.

5. Emfisema pada Daerah Wajah dan Leher

Emfisema dapat terjadi bila digunakan handpiece dengan udara. Selain itu

dapat pula disebabkan oleh bersin, meniup melalui hidung atau kumur dengan

hidrogen peroksida. Emfisema ditandai dengan pembengkakan tiba-tiba pada satu

sisi wajah dengan krepitasi. Emfisema pada wajah dan leher dapat diatasi dengan

kompres dingin dan kemudian diberikan antibiotik profilaksis.

6. Kegagalan Sistem Implant

Komponen-komponen pada sistem implant seperti bor dapat mengalami

masalah kimiawi dan mekanis seperti longgar, korosi, terpisahnya komponen dan

patah. Patahnya implant atau instrumen dalam proses pemasangan implant adalah

sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Hal ini dapat terjadi akibat manipulasi alat

yang tidak tepat, terlalu banyak proses sterilisasi, pemanasan yang terlalu tinggi

dan juga defek material. Fragmen atau patahan implant yang masih tertanam di

dalam tulang harus diangkat dengan mengorbankan tulang seminimal mungkin.

Banyak dari sistem implant menggunakan bor yang diirigasi secara

internal untuk mendinginkan tulang pada saat dilakukan preparasi. Bur-bur

berbentuk hollow lebih rapuh dibandingkan dengan bur-bur biasa pada umumnya,
47

sehingga dalam penggunaannya untuk mengebor tulang kortikal yang padat atau

tulang dari

hydroksilapatite sebelumnya sebaiknya dilakukan dengan hati-hati.

Stabilitas primer implant yang baik dapat tercapai dengan penggunaan

drill dan bor yang sesuai dengan standar penggunaan. Kegagalan dalam

mempertahankan stabilitas implant dapat terjadi pada saat manipulasi preparasi

tulang yang kurang baik. Bila implant terlihat goyang pada saat diinsersikan

disarankan untuk diangkat segera karena implant tidak akan berintegrasi dengan

tulang dan kemungkinan besar akan mengalami kegagalan.

2.10.3 Komplikasi Pasca Operatif

1. Edema

Edema pada jaringan lunak dapat terjadi pada semua prosedur

pembedahan pada rahang. Pembengkakan yang terjadi bergantung pada durasi

operasi dan trauma jaringan lunak yang terjadi pada waktu pembedahan. Bila

pembedahan dilakukan dengan cepat dan dengan hati-hati, pembengkakan yang

terjadi hanya sedikit. Edema yang terjadi segera pada luka bedah dapat

menimbulkan terjadinya dehisensi pada jaringan lunak, sehingga diperlukan

penjahitan kembali tepi luka.

Penyembuhan dehisensi dengan penyembuhan sekunder dapat terjadi

dengan pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi yang dapat dipercepat

dengan pemberian Solcoseryl Dental Adhesive Paste.

Nekrotik pada luka biasanya disebabkan penjahitan yang terlalu ketat. Bila
48

terdapat tanda-tanda infeksi pada jaringan yang nekrotik, luka diulas secara hati-

hati dengan hidrogen peroksida 1%.

2. Perdarahan dan Hematoma Pasca Operatif

Bila perdarahan paska operatif tidak dapat dihentikan dengan cara

penekanan yang ringan, luka paska bedah harus tanggulangi dengan cara

konvensional di bawah anestesi lokal. Resiko terjadinya infeksi pada hematoma

akan meningkat. Hematoma di antara permukaan tulang dan flap mukoperiosteal

harus dibuka dan dievakuasi dengan suction.

Hemostasis yang baik pada saat pembedahan dan kompres dingin pasca

operatif dapat mengurangi terjadinya hematoma. Selain itu penggunaan kream

heparin merupakan indikasi bila terlihat hematoma pada jaringan lunak yang

ditandai dengan adanya perubahan warna pada kulit dan mukosa.

3. Implant yang Longgar

Ahli bedah harus memperhatikan banyak faktor dalam menempatkan

implant pada tulang. Temperatur, posisi relatif implant terhadap gigi tetangga atau

implant lainnya, densitas tulang, posisi gigi lawan, inklinasi implant, struktur

vital, tehnik preparasi yang konsentris, ketepatan dan tidak bergeraknya impan

merupakan faktor-faktor penentu dalam keberhasilan implant.

Setelah pencabutan gigi sebaiknya implantasi dilakukan setelah tulang

alveolar mengalami penyembuhan yaitu kurang lebih 9 sampai 12 bulan

tergantung pada besarnya tulang alveolar dan usia pasien. Pemeriksaan radiografis

mutlak dilakukan sebelum pemasangan implant untuk mengevaluasi proses

penyembuhan tulang. Alternatif lain untuk mempercepat penyembuhan tulang


49

adalah dengan menggunakan guided bone regeneration dengan Gore-Tex

membrane. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat yaitu dalam 2 sampai 3 bulan

dan prosedur implantasi dapat dilakukan dengan segera.

Kegagalan pemasangan juga dapat diakibatkan oleh penggunaan

handpiece yang tidak tepat. Penggunaan dengan kecepatan tinggi yang berlebihan

akan menyebabkan terjadinya friksi dan menyebabkan panas yang berlebihan

pada tulang. Panas yang direkomendasikan pada tepi pemotongan harus dibawah

47C. Bur dengan kecepatan sangat rnedah dengan irigasi internal

direkomendasikan dalam pemasangan implant. Bila digunakan irigasi eksternal,

bur dilakukan dengan cara memompa ke atas kebawah agar tulang dapat teririgasi

dengan baik. Kontaminasi pada permukaan implant oleh minyak, debu, benang

atau protein dapat mengganggu proses osseointegrasi.

4. Infeksi Dini

Infeksi akibat prosedur implant dapat terjadi walaupun jarang.

Manifestasinya berupa sakit setempat, pembengkakan, terlepasnya jahitan dan

eksudasi purulent dari luka. Hal ini dapat diterapi dengan melepaskan satu atau

dua jahitan dan kumur dengan chlor-hexidine-gluconate (0,12% tiga kali sehari)

dan pemberian antibiotik selama 5 hari. Adanya infeksi yang dini dapat pula

menyebabkan longgarnya implant akibat infeksi sekunder pada jaringan tulang

peri-implant.

5. Kerusakan Saraf

Pada kasus-kasus yang jarang, edema dan hematoma yang berat pada

region nervus mentalis dapat menyebabkan gangguan sensori. Rasa sakit pada
50

pamakaian implant juga merupakan indikasi kontak langsung implant dengan

saraf di bawahnya. Untuk mencegah hal ini pemeriksaan radiografis mutlak

diperlukan untuk menentukan adanya kerusakan saraf akibat pemasangan implant

atau terdapatnya kontak antara implant dengan jaringan saraf.

6. Komplikasi yang Lambat Terjadi

1) Resesi Gingiva

Resesi pada mukosa peri-implant dapat mengakibatkan resorpsi dinding

tulang bukal, tarikan pada frenulum bukal atau labial dan kesulitan dalam

membersihkan implant.

2) Implant yang longgar

Longgarnya implant setelah lebih dari 10 tahun biasanya disebabkan oleh

inflamasi peri-implant. Penyebab lainnya kemungkinan disebabkan oleh faktor

oklusal. Hal yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya hal ini adalah

memperhitungkan beban yang optimum pada sentrik oklusi dan pada

pergerakan mandibular.

3) Infeksi Peri-implant

Infeksi peri-implant akan menyebabkan lepasnya implant. Infeksi akut

harus diterapi segera dengan antibiotik. Antibiotik yang digunakan dalam

terapi infeksi supuratif akut periimplant adalah kombinasi amoxicillin dan

metronidazol karena adanya keterlibatan bakteri anaerob. Antibiotik diberikan

selama 10 hari dan dikombinasi dengan irigasi poket jaringan lunak dengan

chlorhexidine digluconate 0.12-0.2% tiga kali sehari selama 3 minggu untuk

desinfeksi lokal.
51

Setelah itu pasien diinstruksikan secara rutin untuk membersihkan sendiri

dengan syringe irigasi dan kontrol yang ketat. Tindakan bedah diindikasikan

setelah pemberian antibiotik namun infeksi terjadi kembali dengan resorpsi

tulang yang terlihat secara radiografis. Pembersihan dilakukan pada permukaan

titanium dan jaringan lunak yang terinfeksi. Setelah dilakukan flap, jarnigan

granulasi dibersihkan, jaringan tulang di sekitar implant diratakan untuk

mendapatkan permukaan implant. Permukaan titanium implant dibersihkan

dengan larutan iritasi, kemudian diberikan chlorhexidine gel selama 5 menit

untuk topikal desinfeksi.

Setelah itu flap mukoperiosteal dikembalikan dan dijahit dengan jahitan

terputus dan ditutup dengan periodontal dressing. Penggunaan membran untuk

memperbaiki defek periimplant yang disebabkan oleh infeksi telah banyak

dilakukan. Selain untuk menghentikan infeksi, membran digunakan untuk

mendapatkan regenerasi tulang disekitar defek. Bila infeksi tidak dapat

ditanggulangi, pelepasan implant merupakan indikasi. Pengeboran dengan bur

diamond dilakukan disekitar implant dengan hati-hati dengan putaran 800 rpm

dan irigasi pendingin. Setelah implant longgar, implant diambil dengan tang

ekstraksi dengan gerakan rotasi. Jaringan granulasi dibersihkan dan defek diisi

dengan kolagen untuk stabilisasi gumpalan darah. Flap dikembalikan dan

dijahitkan dengan jahitan terputus.

4) Implant yang Patah

Patahnya implant merupakan komplikasi yang jarang dilaporkan. Hal

ini dapat terjadi akibat beban yang berlebih dikenakan pada implant. Jenis
52

implant dengan hollow cylinder dan hollow screw lebih beresiko patah

dibandingkan dengan tipe solid. Implant yang patah bila akan digantikan

dengan yang baru harus diangkat, namun bila tidak dapat dibiarkan saja.
53

DAFTAR PUSTAKA

Buser, D; Maeglin, B. 1996. Complication with ITI Implants in Schroeder A, et al.


Karasutisna, T. 2007. Implantasi Gigi Dan Permasalahnnya. Available at:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/10/pustaka_unpad_impla
ntasi_gigi_dan_permasalahannya.pdf hal.15-25 (diakses 16 November 2016)
McGlumphy, E.A; Larsen, P.E. 2003. Contemporary Implant Dentistry. In
Peterson, L, J. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. St.
Louis: C.V Mosby
Neill, D.J; Nairn, R.I: Complete Denture Prosthetics, 3rd edition. London: Wright.
1990:1-2,55-58.
Rahajoeningsih P., Manurung R. 2013. Jenis-jenis gigitiruan dukungan implant
Implant-supported dentures. Dentofasial. 12 (1). Hal 44-48.
Shulman, LB; Shepherd, NJ. 1990. Complications of Dental Implants, Oral
Maxillofac Surg Clin. North America
Soelarko dan Herman, W., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Univ.
Padjajaran, Bandung.
http://id.scribd.com/doc/108599348/Immediate-Denture-Komplit

http://repository.unpad.ac.id/10064/1/pustaka_unpad_implant_gigi_untuk_dokter
_gigi_umum.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28589/4/Chapter%20II.pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_190Overdenture_Perawatan%20dengan%20Pend
ekatan%20Preventif%20dan%20Konservatif.pdf

Anda mungkin juga menyukai