KELOMPOK TUTORIAL I :
KETUA
(131610101007)
SCRIBER MEJA
(131610101003)
SCRIBER PAPAN
(131610101086)
ANGGOTA
Ria Dhini M.
(131610101004)
Dewi Muflikhah
(131610101012)
Elisa Arianto
(131610101075)
(131610101076)
(131610101090)
Nawang Lintang C
(131610101094)
KATA PENGANTAR
Pertama, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan
tutorial dengan scenario III Blok Kurhab VI.
Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi kuratif dan rehabilitatif. Kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. drg. Nuzulul Hikmah, M.Biomed, yang telah memberi kami kesempatan dan
bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial
ini.
2. Teman-teman kelompok tutorial I yang telah berperan aktif dalam pembuatan
laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak
kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami
juga berharap laporan tutorial ini yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk
pendalaman pada blok ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..... 1
Kata Pengantar . 2
Daftar Isi .......... 3
BAB I Pendahuluan .... 4
1.1 Latar Belakang ................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................. 4
1.3 Tujuan Makalah ................ 5
BAB II Pembahasan 6
2.1 Faktor Penyebab Kegagalan pada Gigi Tiruan Tetap ................................ 6
2.2 Evaluasi Perawatan Pendahuluan pada Kasus ........................................... 15
2.3 Perawatan Pendahuluan pada Kasus .......................................................... 17
2.4 Desain Gigi Tiruan Baru untuk Kasus ....................................................... 28
2.5 Tahap Perawatan pada Kasus ..................................................................... 28
BAB III Kesimpulan.. 31
Daftar Pustaka .. 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibu Akhmad, 49 tahun, merasakan ketidaknyamanan karena adanya
kegoyangan gigi tiruan tetap pada rahang atas kiri. Keadaan ini telah dirasakan 3
hari yang lalu setelah mengunyah makanan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan foto panoramik dan periapikal, pada gigi
25 menunjukkan post perawatan endodontik dengan pemasangan pasak,
radiolucent berbatas jelas pada apikal gigi, dan tampak fraktur pada retainer. Pada
gigi 27 menunjukkan fraktur pada akar palatal, radiolucent pada bagian apikal
gigi dan resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang akar gigi. Secara klinis gigi
25 dan 27 merupakan retainer dengan desain extracoronal retainer berupa
porcelain fused to metal dan pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap pontic.
Retainer dan pontic dihubungkan dengan connector tipe fixed-fixed bridge. Di
samping itu pada gigi 25 terdapat karies permukaan akar pada bagian bukal dan
gigi penyangga 27 tampak adanya resesi gingiva dan karies permukaan akar pada
bagian bukal dan palatal. Tampak adanya pengelupasan lapisan estetik (lapisan
porcelain) pada oklusal retainer gigi 25.
Penderita menginginkan penggantian gigi tiruan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab kegagalan pada gigi tiruan tetap ?
2. Apa saja evaluasi perawatan pendahulan pada kasus di atas ?
3. Apa saja perawatan pendahulan pada kasus di atas ?
4. Bagaimakah desain gigi tiruan baru untuk kasus di atas ?
5. Apa saja tahap perawatan pada kasus di atas ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan menjelaskan faktor penyebab kegagalan pada gigi tiruan tetap.
2. Mengetahui dan menjelaskan evaluasi perawatan pendahulan pada kasus di
atas.
3. Mengetahui dan menjelaskan perawatan pendahulan pada kasus di atas.
4. Mengetahui dan menjelaskan desain gigi tiruan baru untuk kasus di atas.
5. Mengetahui dan menjelaskan tahap perawatan pada kasus di atas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Faktor biologis
a. Rasa tidak nyaman
Ketika nyaman gigi tiruan merupakan salah satu faktor kegagalan. Rasa
tidak nyamanan bisa dipengaruhi oleh faktor penyebab kegagalan gigi
tiruan yang lain.
b. Karies
Karies pada gigi penyangga merupakan kegagalan biologis yang paling
umum. Karies dapat mempengaruhi jembatan dalam beberapa cara, baik
secara langsung pada margin dari retainer atau tidak langsung dengan di
tempat lain pada gigi dan menyebar ke permukaan casting atau
mungkin disebabkan karena kegagalan sementasi.
Penyebab :
-
Pemeriksaan :
-
Penatalaksanaan
-
margin
Pada daerah dengan akses yang terbatas, amalgam lebih dipilih
daripada emas karena marginal seal jangka panjang
6
ionomer
Apabila karies terletak di proksimal, protesa harus dilepas untuk
meningkatkan akses. Apabila lesi kecil maka dilakukan perluasan
untuk mengambil jaringan kariesnya kemudian ditumpat dengan
menggunakan amalgam.
c. Perforasi pulpa
Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya sensitivitas pada gigi
abutment pasca insersi gigi tiruan jembatan, rasa sakit spontan atau
kelainan periapikal yang terdeteksi pada gambaran radiografi.
Penyebab:
-
Penatalaksanaan
-
d. Kerusakan periodontal
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya resesi gingiva, keterlibatan
daerah furkasi, pembentukan poket, dan kegoyangan gigi. Halini dapat
berupa kerusakan periodontal yang menyeluruh di rongga mulut yang
mungkin berhubungan dengan drifting gigi atau mungkin terlokalisasi
pada abutment jembatan.
Penyebab :
-
implementasi rendah
Protesa yang menghalangi oral hygiene yang baik
akumulasi plak
Trauma oklusi
Jumlah gigi abutment kurang
Penatalaksanaan
-
e. Masalah oklusal
Kegagalan gigi tiruan jembatan yang berhubungan dengan masalah
oklusal dapat ditandai dengan adanya facet yang besar, kegoyangan
gigi, rasa nyeri pada saat di perkusi, kontak yang terbuka, fraktur cusp,
dan keterlibatan nyeri pada otot-otot pengunyahan.
Penatalaksanaan
-
Fraktur koronal
atau resin.
Apabila terdapat fraktur koronal yang besar di sekeliling retainer,
perawatan endodontic.
Fraktur akar
Fraktur akar sering terjadi pada gigi yang mengalami trauma. Fraktur
juga dapat terjadi selama perawatan endodontik akibat preparasi yang
berlebihan. Apabila fraktur akar terletak jauh dibawah tulang alveolar,
maka harus diekstraksi dan dibuatkan protesa baru.
g. Perforasi gigi
Lubang pasak atau pasak yang digunakan dalam restorasi dengan pin
retained yang teletak salah dapat menyebabkan perforasi lateral.
-
Faktor Mekanis
a. Kehilangan retensi
Hal ini terjadi akibat pengaruh beban oklusi yang tidak seimbang pada
bagian lain dari gigi tiruan jembatan. Retainer yang longgar
menyebabkan kerusakan yang cepat dari gigi abutment. Pasien mungkin
menyadari kelonggaran atau sensitivitas terhadap suhu atau permen.
juga mungkin ada rasa tidak enak yang berulang dan bau, yang harus
dibedakan dari gejala serupa yang disebabkan oleh kebersihan atau
periodontal masalah mulut yang buruk.
Penatalaksanaan :
-
b. Fraktur konektor
Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti patutan yang disolder
dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan
tersebut, tetapi perlu diperiksa juga gangguan oklusi dengan palpasi
jari, kertas artikulasi, atau malam indikator oklusal.
Penatalaksanaan :
-
c. Fraktur porselen
Fraktur porselen terjadi baik dengan logam keramik dan restorasi all
ceramic. Sebagian besar fraktur porcelain fused to metal dapat
dikaitkan dengan karakteristik desain yang tidak tepat dari kerangka
logam atau masalah yang berhubungan dengan oklusi. Restorasi all
ceramic umumnya gagal karena kekurangan dalam preparasi gigi atau
adanya gaya oklusal yang berat. Sudut yang tajam atau sudut tajam atau
daerah yang sangat kasar dan tidak teratur di atas area pelapisan
bertindak sebagai titik konsentrasi tegangan yang menyebabkan
penjalaran retak dan patah keramik. Pengecoran logam yang terlalu tipis
tidak cukup mendukung porselen, sehingga lentur dan patah pada
porselen. porselen yang tidak didukung oleh logam dalam porcelain
fused to metal mungkin patah karena kegagalan kohesif dalam porselen.
Penanganan yang tidak tepat dari alloy selama pengecoran, finishing
atau aplikasi dari porselen dapat menyebabkan kontaminasi logam.
Penatalaksanaan :
-
11
d. Kegagalan penyemenan
Kegagalan penyemenan dapat disebabkan karena melonggarnya retainer
karena retensi mekanis yang tidak memadai sebagai kekuatan adhesi
kimia, dan kekuatan kohesif semen yang terbatas. Kegagalan
penyemenan juga dapat terjadi karena teknik sementasi yang buruk.
Semen resin dianggap paling kuat. Namun kelemahan utama dari semen
resin yaitu perembesan H2O yang menyebabkan peningkatan tekanan
pada interface yang bertindak sebagai ruang hidrolik, yang mengarah ke
kegagalan.
2.1.3 Estetik
a. Perubahan warna gigi tiruan
b. Ketidakcocokan warna
Ketidakcocokan warna disebabkan oleh sebagai berikut :
12
diterima.
Bentuk margin
atau
bentuk
serviks
dari
protesa
dapat
13
h. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Ada kalanya satu
jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali
setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan
dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan
dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan
yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan
i. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena
jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer,
kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik
pencetakan.
j. Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan
mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen
serta terjadinya perforasi.
k. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau
bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan
bahan.
l. Kehilangan lapisan estetik.
m. Trauma oklusal.
n. Beban kunyah yang berlebihan.
o. Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak.
2.2
14
merobek benang.
Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva.
Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat,
sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak
diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan
menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu
karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun ringan namun
tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat
berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self cleansing
pada daerah embrasurnya.
15
Penyesuaian oklusal.
Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan
di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas
tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak
adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi
sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan
saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat
2.3
3. Tindakan Prostetik
Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi
tahap berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru.
Keuntungan dari perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan
di dalam mulut yang teliti adalah sangat mendasar. Preparasi yang
tepat akan mengarahkan gaya pengunyahan, sehingga desain gigi
tiruan akan mendukung satu sama lain. Gaya yang seimbang dan
didistribusikan dengan sesuai dapat membantu mempertahankan
struktur rongga mulut yang masih ada dan restorasi.
Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan ramalan, prognosa yang baik
untuk suatu restorasi. Setelah dilakukan perawatan pendahuluan yang baik,
barulah dapat dilakukan pengambilan cetakan pada pasien untuk
pembuatan gigitiruan, karena gigi tiruan dapat bertindak sebagai pengganti
fungsi gigi yang hilang dan mengembalikan kesehatan jaringan mulut.
2.3.1
2.3.2
17
Pada kasus di atas tindakan pertama yang dilakukan oleh dokter gigi yaitu
pembongkaran crown pada gigi 25.
a. Pertimbangan pembongkaran crown pada kasus di atas
Pada gigi 25 tampak fraktur pada retainer dan ampak adanya
pengelupasan lapisan estetik (lapisan porcelain) pada oklusal retainer.
Kontraindikasi medis
Misalnya penggunaan ultrasonic menjadi kontraindikasi pada
pasien dengan hepatitis-B
Restorability of retainers
Status periodontal
Akses intraoral
Status of underlying core
Semen yang digunakan
Material crown dan bridge
dapat
diklasifikasikan
menjadi
beberapa
grup
untuk
18
Gambar 2: Pneumatic(KaVo)CORONAflex
d. Sliding hammer
Prinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan
ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown dan kemudian
tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat
melonggarkan restorasi . Variasi dari sliding hammer banyak tersedia
dipasaran. Penguunaan sistem ini terkadang bisa menyebabkan
20
21
membuat
celah
kecil
pada
prosthesis,
sehingga
22
Gambar 5: WAMKey
b. Metalift system
Sistem ini menggunakan prinsip jack-screw.Protesa metalceramic dapat di bongkar menggunakan sistem ini, walaupun harus
dilakukan dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area
dimana terdapat celah yang dibuat pada.
23
24
3. Destructive disassembly
Destructive disassemblyberarti melakukan pemotongan pada crown
menggunakan bur tungsten carbide diamond . Tahapannya adalah
sebagai berikut:
25
mengalami
infeksi
yaitu
granuloma
karena
26
2.4
27
2.5
1.
2.
3.
Putty (kotak) : aduk bahan putty, ambil perbandingan 1:1 base : katalis
lalu aduk hingga warna berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok
cetak.
Aduk light body, aduk di glass slab dengan cement spatel setelah
homogen, masukkan ke dalam injeksi kemudian injeksikan di atas
4.
Pemilihan warna
28
Pemilihan warna gigi : sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan
pedoman warna (shade guide) untuk menentukan value (tingkat warna
gelap ke terang), chroma (kepekatan warna), hue (merah atau kuning).
5.
6.
Proses laboraturium
- Pembuatan die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat
dibuka dan dipasangkan lagi pada model yang bertujuan untuk
-
7.
Insersi bridge
- Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna
dan bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi
sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva serta pemeriksaan kontak
-
8.
Instruksi
untuk
memeliharaan
gigi
tiruan
jembatan
yang
telah
dipasangkan.
29
BAB III
KESIMPULAN
Gigi tiruan tetap adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri
oleh pasien karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi
yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan tetap
dibuat untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi estetik, fungsi
fonetik, mencegah terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar
ruangan yang kosong dan ntuk memelihara atau mempertahankan
kesehatan gingiva.
Penggunaan gigi tiruan tetap dapat mengalami kegagalan, di antaranya:
1. Biologikal
30
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice. 2003. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta: Hipokrates.
Barclay,
C.W;
Walmsley,
A.D.
1998.
Fixed
and
Removable
31
32