EKSTRAKSI SERI
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF II
Pembimbing:
drg. Dyah Setyorini, M. Kes
Oleh:
Kelompok Tutorial IX
Ketua : Shinta Permatasari (141610101012)
Scriber Meja : Aulia Rahma Elnisa (141610101074)
Scriber Papan : Eka Aprillia Devi (141610101078)
Anggota : Devica Dwi Ratna Putri (141610101047)
Majid Maharsi Arif K. (141610101053)
Iga Putri Imansari (141610101067)
Maqdisi Firdaus Ali (141610101071)
Rr. Dianita Rahmah Julia (141610101081)
KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tutorial skenario 4 pada blok Kuratif dan Rehabilitatif II
pada minggu keempat dengan judul Ekstraksi Seri. Makalah ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok IX pada skenario keempat.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Dyah Setyorini, M. Kes selaku tutor pembimbing yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok IX Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan
ilmu yang telah didapatkan.
2. Teman-teman kelompok tutorial IX dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
2
COVER...............................................................................................................1
SKENARIO .......................................................................................................4
STEP 1 ................................................................................................................5
STEP 2.................................................................................................................5
STEP 3.................................................................................................................6
STEP 4.................................................................................................................10
STEP 5.................................................................................................................11
STEP 7.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
SKENARIO
EKSTRAKSI SERI
3
Seorang ibu datang ke RSGM Universitas Jember ingin memeriksakan
gigi anaknya yang berumur 9 tahun. Ibu tersebut mengeluhkan gigi depan atas
anaknya yang tidak rata. Hasil pemeriksaan intra oral:
- memiliki gejala DDM dengan keempat insisif permanen RA berdesakan dan
keempat insisif permanen RB sesuai denan inklinasi yang normal.
- gigi 12 dan 22 rotasi sentris
- tanggal prematur pada gigi 53 dan 63
- gigi 54, 55, 64, 65, 73, 74, 75, 83, 84 dan 85 dalam kondisi baik
Hasil pemerikaan Ro:
- benih gigi 13 14 15 23 24 25 33 34 35 43 44 dan 45 lengkap dengan pola
erupsi normal.
Hasil analisa model:
- klasifikasi maloklusi klas I Angle
- relasi molar permanen neutroklusi
- diskrepansi/kekurangan tempat RA = 11 mm dan RB = 10 mm
Diagnosis: klas I Angle dengan berdesakan anterior.
Macam perawatan: ekstraksi seri.
STEP 1
1. Ektraksi seri
4
Prosedur pengambilan gigi desidui dan permanen secara berurutan yang
dilakukan pada fase gigi geligi bergantian untuk mengoreksi gigi
berdesakan.
2. DDM (Disharmoni Dento Maksiler)
Ketidaksesuaian antara ukurang gigi dengan lengkung rahang. Pasien
dapat memiliki rahang yang kecil dengan ukuran gigi yang besar, rahang
yang besar dengan ukuran gigi yang kecil, rahang yang normal dengan
ukuran gigi yang kecil atau besar, atau gigi yang normal dengan rahang
yang kecil atau besar.
3. Rotasi sentris
Perputaran gigi pada arah vertikal dan arah putar berimpit dengan sumbu
gigi.
4. Inklinasi
Sudut kemiringan gigi.
5. Maloklusi
Ketidaksesuaian atau keabnormalitasan kontak antara gigi geligi rahang
atas dan rahang bawah.
STEP 2
1. Apa saja gejala klinis dari DDM?
2. Apakah tanggal prematur gigi 53 dan 63 mempengaruhi rotasi sentris gigi
12 dan 22?
3. Indikasi dan kontraindikasi ekstraksi seri?
4. Keuntungan dan kerugian ekstraksi seri?
5. Hal- hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum melakukan ekstraksi
seri?
6. Metode ekstraksi seri apa yang sesuai untuk dterapakan pada skenario?
7. Gigi apa yang dilakukan ekstraksi seri pada skenario?
STEP 3
5
ditandai dengan ketidakharmonisan pertumbuhan gigi dengan
pertumbuhan lengkung rahang.
6
+ memperbaiki OH pasien
+ meningkatkan kesehatan jaringan
Kerugian dari ekstraksi seri diantaranya adalah:
- dapat terjadi rotasi pada gigi premolar karena terdapat space yang sudah
disediakan sebelumnya
- delay eruption
- apabila prosedur tidak dilaksanakan dengan baik dapat terjadi mesial
step
- tempat yang disediakan untuk tumbuhnya gigi pengganti dapat
berkurang
- apabila perawatan komperhensif yang mendukung tidak dilakukan saat
ekstraksi seri dapat merugikan.
7
sulung, kemudian M1 sulung kemudian P1 permanen secara berurutan.
Secara detail dijelaskan sebagai berikut:
1. Ekstraksi gigi Caninus sulung untuk memberikan space bagi gigi
insisiv lateral yang mengalami rotasi sentris.
2. Ektraksi gigi M1 sulung sebagai tempat untuk erupsi dari gigi P1
permanen.
3. Saat P1 tumbuh, akan diekstraksi kembali untuk tempat Caninus
permanen tumbuh.
4. Gigi P2 akan tumbuh menggantikan gigi M2 sulung.
STEP 4 (MAPPING)
8
Etiologi
Maloklusi
Maloklusi
Disharmoni Dento
Maksiler
Ekstraksi Seri
STEP 7
9
1. Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor
umum dan faktor dalam atau faktor lokal.
Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter, kelainan kongenital,
perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan
posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan penyakit-
penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke
arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan
metabolis, penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti
adanya gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi
(anodontis), anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang
abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi
abnormal, ankylosis dan karies gigi.
Hasil penelitian gigi berjejal lebih banyak ditemukan pada rahang
bawah dari pada rahang atas. Hasil penelitian ini serupa dengan Isnaniah di
Klinik Terpadu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran tahun
2013 yang hasilnya menunjukkan persentase gigi berjejal sebanyak 50% di
segmen anterior rahang bawah. Bhalajhi menjelaskan gigi berjejal terjadi
akibat tidak harmonisnya ukuran gigi dan panjang lengkung rahang
misalnya ukuran gigi yang terlalu besar, lengkung rahang yang terlalu
pendek atau jumlah gigi lebih dari normal.Gigi berjejal pada rahang bawah
lebih besar disebabkan oleh adanya tekanan dari jaringan lunak bibir dan
posisi serta volume lidah, gigi berlebih, tanggalnya gigi tetap, dan bentuk
gigi tetap tidak normal.
Hasil penelitian gigi rotasi lebih banyak ditemukan pada rahang
bawah. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Rambak yang hasilnya
menunjukkan Laguhi, Anindita, Gunawan; Gambaran Maloklusi dengan
Menggunakan HMAR, persentase gigi rotasi paling banyak pada rahang
bawah. Rotasi gigi merupakan salah satu bagian dari maloklusi gigi. Faktor
penyebab terjadi gigi rotasi yaitu ketidakteraturan posisi gigi, bentuk gigi
permanen yang tidak normal. Gigi rotasi pada lengkung rahang disebabkan
adanya ruang akibat kehilangan gigi disebelah gigi tersebut sehingga
mengakibatkan gigi tersebut bergerak menyimpang dari sumbunya, keadaan
10
ini sesuai hasil gigi yang hilang . Rotasi gigi terjadi ketika gigi berputar di
sekitar pusat resistensinya.
Hasil penelitian gigi renggang yang ditemukan dalam penelitian ini
sebagian besar berupa central diastema. Hasil penelitian oleh Gatot di
Jakarta tahun 2011 pada siswa remaja yang hasilnya menunjukkan
persentase terbanyak berupa gigi renggang berupa central diastema.Central
diastema dapat disebabkan oleh perlekatan frenulum labialis yang tinggi
sehingga mengakibatkan adanya jarak di antara insisivus kanan dan kiri
pada rahang atas dan keadaan patologi salah satunya yaitu gigi
supernumerary dan sebuah penelitian oleh Foster bahwa dari 100 anak yang
diteliti 33% anak yang memiliki gigi renggang pada gigi insisivus. Gigi
reng-gang dapat disebabkan oleh agenesis insisivus lateralis, impaksi gigi
kaninus, microdontia. Agenesis bisa mengubah oklusi dan posisi gigi
melalui kelainan terhadap bentuk gigi dan pertumbuhan rahang. Jika gigi
permanen agenesis, susunan gigi menjadi renggang dan gigi yang masih ada
menjadi malposisi.
Distribusi maloklusi pada subjek penelitian pada kategori kelainan
hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi pada regio anterior
menunjukkan jumlah tertinggi berupa jarak gigit berlebih. Hasil penelitian
ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosani di RSGM
UNHAS Makasar tahun 2011 yang juga menunjukkan persentase tertinggi
berupa jarak gigit berlebih. Jarak gigit berlebih dapat dipengaruhi oleh
keturanan, mendorong lidah ke depan, serta bernafas melalui mulut.Jarak
gigit berlebih yang sangat besar pada 72 % anak keadaan ini disebabkan
karena kebiasaan buruk menghisap ibu jari dapat menyebabkan potrusif gigi
insisivus permanen rahang atas dan gigi insisivus permanen rahang bawah
linguoversi.
Gigitan silang dapat disebabkan oleh posisi gigi anterior rahang atas
yang lebih ke lingual dari pada gigi anterior rahang bawah. Kebiasaan buruk
seperti bertopang dagu satu sisi dapat menyebabkan gigitan silang.Gigitan
terbuka anterior dapat disebabkan oleh lengkung gigi rahang atas yang
sempit, gigi anterior inklinasi ke depan, gigi posterior supraoklusi, dapat
juga disebabkan oleh faktor genetik dan kebiasaan buruk.
11
Distribusi maloklusi pada subjek penelitian berdasarkan hasil
pemeriksaan menunjukkan hanya memiliki satu kelainan dentofasial berupa
palatal bite. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rezeki tahun 2007 di RSGM UI hanya menemukan satu kelainan
dentofasial yaitu pada palatal bite pasien yang mengalami oklusi
traumatik.Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya jarak gigit dan
tumpang gigit yang berlebih sehingga bibir bawah terletak di palatal gigi
insisivus rahang atas.
12
Gambar 3.1 Prosedur Ekstraksi Seri. A, Pencabutan dari gigi caninus rahang
atas dan rahang bawah (x) menyediakan perbaikan dalam susunan gigi insisive
rahang atas dan rahang bawah. B, Pencabutan gigi molar pertama sulung untuk
merangsang erupsi dari gigi premolar pertama. Beberapa dokter memilih untuk
mencabut premolar pertama pada saat yang bersamaan untuk memungkinkan gigi
caninus rahang bawah untuk bermigrasi ke arah posterior pada saat tumbuh.
C, Pencabutan gigi premolar pertama merangsang erupsi dari pergerakan ke arah
posterior dari gigi caninus permanen. D, Gigi yang tersisa cenderung tipping
menuju daerah ekstraksi. Gigi insisiv bawah sering tiping ke arah lingual.
E, Setelah premolar kedua bawah dekat muncul, peralatan cekat tetap digunakan
untuk menjaga susuan gigi geligi dan level dari occlusal plane.
(Ilustrasi oleh James A. McNamara, Jr. dan Laurie McNamara, 2015)
A. Metode Tweed (1966)
Pencabutan gigi sulung molar pertama pada umur 8 tahun. Gigi
sulung caninus dipertahankan untuk memperlambat erupsi dari
caninus permanen. Setelah pertumbuhan premolar pertama berada pada
fase erupsi, dimana mahkota sudah berada dibawah tulang
alveolar secara radiografi, gigi sulung caninus dilakukan pencabutan
kemudian premolar satu juga demikian untuk memberikan tempat bagi
caninus permanen.
B. Metode Dewel (1978)
13
Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan
pencabutan untuk memberikan ruang untuk memperbaiki crowded
anterior. Pada umur 9 1/2 tahun, ketika crowded insisiv sudah pada
lengkung yang benar dan premolar pertama akarnya sudah lebih dari
setengah secara radiografi, gigi molar pertama sulung dilakukan
pencabutan untuk memberikan tempat premolar pertama erupsi
kedalam rongga mulut. Kemudian premolar pertama ini dicabut juga
untuk memberi tempat caninus permanen yang sesuai pada lengkung
seharusnya. Keadaan ini berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana erupsi
premolar pertama lebih dahulu dibandingkan gigi caninus permanen.
Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah dimana caninus
permanen dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan
premolar pertama bila dievaluasi radiografi. Teknik enukleasi pada
premolar pertama ketika ekstraksi gigi molar pertama sulung dapat
dilakukan namun kurang dianjurkan.
Selain itu, untuk menghindar enukleasi juga bisa dilakukan cara
lain yaitu mencabut molar pertama sulung, setelah 6 bulan molar kedua
sulung dicabut, supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas
benih premolar kedua, bila premolar pertama telah erupsi maka harus
dicabut, kemudian perlu pemakaian spacemaintainer supaya molar
pertama permanen tidak bergerak ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan
molar kedua sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai
olehkaninus permanen yang bergeser kedistal, premolar kedua dan
molar pertama permanen bergeser ke mesial. Bila pencabutan serial
tidak diikuti oleh perawatan komperhensif dengan piranti cekat maka
tidak akan didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi yang tidak
sejajar dan penutupan diastema tidak berhasil dengan baik.
Apabila terjadi agenisi premolar pertama cabut molar pertama
sulung kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut.
Agenisi premolar kedua bila kaninus permanen erupsi lebih dulu dari
premolar pertama maka cabut molar pertama sulung dan molar kedua
sulung bersama-sama agar kaninus sulung dan premolar pertama dapat
14
erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space maintainer agar molar
pertama permanen tidak bergeser ke mesial.
C. Metode Moyers
Indikasi Metode Moyers:
- Ketika terlihat adanya berdesakan pada insisivus sentral
- Gigi insisivus lateral erupsi dengan baik
Tahapan Metode Moyers:
Tahap I: Ekstraksi semua gigi insisivus lateral sulung. Bertujun
untuk menyejajarkaninsisivus lateral.
Tahap II: Ekstraksi seluruh gigi kaninus sulung (setelah 7-8 bulan).
Dapat membantu menyejajarkan gigi insisivus lateral dan
menyediakan tempat untuk insisivus lateral.
Tahap III: Ekstraksi seluruh gigi molar pertama sulung. Dapat
menstimulasi erupsi seluruh gigi premolar pertama.
Tahap IV: Ekstraksi seluruh gigi premolar pertama (setelah 7-8
bulan). Dapat menyediakan tempat untuk gigi kaninus dan
menstimulasi erupsi gigi kaninus.
DAFTAR PUSTAKA
15
16