Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MAHASISWA

SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BLOK MALOKLUSI
MODUL 3. PERANTI ORTODONTI LEPASAN

DISUSUN OLEH :
Anastasia Madeline 20150710004
Anggita Ayu Ratna Sari 20150710005
Christoper 20150710014
Deaniddo Kharisna 20150710020
Dwi Sandry 20150710028
Dwi Triviyani 20150710030
Farhana Nur Fadhila 20150710035
Ghora Setyawan 20150710044
Jessica Jenuary 20150710053
Linda Sucipto 20150710062
Maria Mercia 20150710066

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2018
MODUL 3
PERANTI ORTODONTI LEPASAN

A. TOPIK MODUL
Gigitan Silang

B. PEMICU 1
- Judul Pemicu : Gigitan silang
- Jabaran Pemicu :
Seorang anak perempuan berusia 9 tahun diantar ibunya datang ke RSGM dengan keluhan
susunan gigi atas kiri berbeda dengan gigi atas kanan. Pemeriksaan ekstra oral profil lurus,
muka simetris. Pemeriksaan intra oral terlihat fase geligi pergantian, terdapat beberapa sisa
akar gigi sulung di rahang atas dan bawah. Dokter gigi melengkapi rekam ortodonti berupa
model studi, radiografi panoramik dan sefalometrik.
Analisis model didapatkan:
- gigi yang ada 16,14,53,12,11,21,22,63,64 (karies),26,36,35,34,73,32,31,41,42,44,46.
- Sisa akar: 55,54,65,84,85
- Diastema di antara 16 dan 14 sebesar 1,5 mm dan juga di antara gigi posterior rahang
bawah.
- Relasi molar pertama permanen dalam jurusan sagital: kanan cusp to cusp (gigitan
tonjol), kiri netroklusi.
- Gigi 22,63,64 dalam relasi terbalik/silang terhadap antagonisnya, tulang alveolaris di
regio tersebut terkesan lebih ke palatal sehingga lengkung geligi terlihat asimetri.
- Overbite 2 mm, overjet 2 mm, kecuali pada gigi yang relasinya gigitan terbalik
overjetnya negatif.
- Relasi vertikal gigi posterior kanan: gigitan terbuka
- Diskrepansi pada model: rahang atas - 4 mm, rahang bawah + 3 mm
- Radiografi panoramik menunjukkan semua benih gigi ada, posisi normal.
- Radiografi sefalometrik menunjukkan tidak ada kelainan skeletal.
- Diagnosis maloklusi kelas I Angle dengan gigitan silang 22,63,64/32,73,74
- Untuk merawat pasien ini dokter gigi menggunakan peranti ortodonti lepasan

1
C. TERMINOLOGI ISTILAH PEMICU 1
- Profil lurus : Dapat terbentuk garis lurus bila ditarik garis dari titik glabella, sulcus
nasolabial anterior dan pogonion.
- Simetris : Kesamaan pada kedua bagian
- Fase geligi pergantian : Tahap perpindahan gigi sulung ke gigi permanen
- Model studi : Model rongga mulut untuk mempelajari morfologi kasus, diagnosis dan
rencana perawatan
- Radiografi panoramic : Radiografi ekstra oral untuk melihat keseluruhan maksilofasial
- Radiografi sefalometri : Ilmu yang mempelajari pengukuran pada kepala beserta
komponennya secara radiografi
- Diastema : Ruang pada gigi yang berdekatan
- Netroklusi : Cusp mesiobukal M1 rahang atas berada pada bukal groove rahang M1
rahang bawah
- Sagital : Bidang yang membagi bagian tubuh menjadi kanan dan kiri
- Cusp to cusp : Cusp mesiobikal M1 rahang atas kontak dengan tonjol cusp mesiobikal
M1 rahang bawah
- Overbite : Jarak antara insisal I1 rahang atas dan insisal I1 rahang bawah

2
- Overjet : Jarak antara insisal I1 rahang atas dan permukaan labial I1 rahang bawah
- Gigitan terbuka : Keadaan terdapat celah antara gigi rahang atas dan rahang bawah saat
rahang dalam keadaan sentrik
- Gigitan terbalik : Hubungan gigi rahang atas lebih ke palatal daripada rahang bawah
- Relasi vertical : Hubungan vertical antara rahang atas dan rahang bawah
- Piranti ortodonsi lepasan : Alat yang dapat dilepas padang oleh pasien untuk
memperbaiki oklusi
- Rekam ortodonti : Catatan dari perawatan ortodonti
- Diskrepansi : Perbedaan antara tempat yang tersedia dan tempat yang dibutuhkan
- Sisa akar gigi sulung : Gigi sulung yang sudah tidak ada mahkota oleh karena karies,
trauma.

D. IDENTIFIKASI MASALAH PEMICU 1


1. Anak 9 tahun, keluhan susunan geligi rahang atas kanan dan kiri berbeda
2. Pemeriksaan ekstra oral profil lurus, muka simetris
3. Sisa akar gigi sulung 55, 54, 65, 84, 85
4. Diastema antara 16,14 sebesar 1,5 mm dan juga diantara geligi posterior rahang
bawah
5. Relasi M1 permanen dalam jurusan sagital : kanan cusp to cusp, kiri netroklusi
6. Gigi 22, 63, 64 relasi terbalik terhadap antagonis
7. Dokter gigi merencanakan piranti ortodonti lepasan

E. RUMUSAN MASALAH PEMICU 1


1. Mengapa susunan geligi rahang atas kanan dan kiri berbeda?
2. Apa arti profil lurus, muka simetris?
3. Bagaimana cara mengatasi sisa akar gigi sulung pada gigi 55, 54, 65, 84,85?
4. Apa arti diastema antara gigi 16,14 sebesar 1,5 mm dan juga diantara geligi
posterior rahang bawah?
5. Mengapa terjadi relasi M1 permanen dalam jurusan sagital : kanan cusp to cusp,
kiri netroklusi?
6. Mengapa gigi 22, 63, 64 relasi terbalik terhadap antagonis?
7. Mengapa dokter gigi merencanakan piranti ortodonti lepasan?

F. HIPOTESIS PEMICU 1
1. Karena pada gigi 22, 63, 64 terletak lebih ke palatal daripada geligi rahang bawah

3
2. Menunjukkan tidak ada kelainan dan profil wajah masih profil normal
3. Dilakukan perawatan pendahuluan berupa ekstraksi pada gigi 55, 54, 65, 84, 85 saat
sebelum dilakukan perawatan orto.
4. Diastema pada gigi rahang atas menunjukkan kekurangan tempat untuk gigi 15
tumbuh. Sedangkan diastema pada gigi posterior rahang bawah menunjukkan
adanya kelebihan tempat
5. Kanan cusp to cusp: karena gigi 16 bergerak kearah mesial sehingga terjadi cusp to
cusp dengan rahang bawah. Kiri netroklusi: karena tidak ada diastema
6. Karena pada gigi rahang atas (gigi 22, 63, 64) lebih ke palatal daripada gigi rahang
bawah
7. Mengkoreksi oklusi pasien, diberi piranti lepasan karena lebih mudah dibersihkan

G. PEMICU 2
Berdasarkan analisis kasus, dokter gigi merencanakan perawatan ortodonti dengan
mencabut semua sisa akar gigi sulung, mencetak model kerja dan mendesain piranti
ortodonti lepasan rahang atas untuk menggerakkan gigi 16 ke distal dan gigi 22,63 dan 64
ke lateral. Sedangkan di rahang bawah dibuatkan space maintainer di rahang bawah kanan.
Tidak direncanakan untuk mengkoreksi semua diastema di rahang bawah. Dalam
menentukan desain piranti ortodonti perlu diperhatikan syarat-syarat insersi piranti
ortodonti dan kemungkinan terjadinya traumatic ulcer.

H. TERMINOLOGI PEMICU 2
- Space maintainer : piranti yang digunakan untuk menjaga ruang yang telah tersedia
- Model kerja : Model yang digunakan untuk mendesain dan membuat piranti
ortodonti lepasan
- Rencana perawatan : tindakan yang akan dilakukan pada pasien untuk mengkoreksi
maloklusi pasien
- Desain orto : Desain yang digunakan untuk membuat piranti ortodonti lepasan yang
terdiri dari komponen pasif, aktif dan lempeng akrilik
- Ulcer traumatic : Lesi ulserasi yang disebabkan oleh trauma pada jaringan lunak
rongga mulut

I. IDENTIFIKASI MASALAH PEMICU 2


1. Dokter gigi merencakan perawatan orto dengan mencabut sisa akar gigi sulung
2. Dokter gigi menggerakkan 16 ke distal

4
3. Dokter gigi menggerakkan 22,63, 64 ke lateral
4. Rahang bawah dibuatkan space maintainer
5. Tidak direncanakan untuk koreksi diastema rahang bawah
6. Memperhatikan syarat-syarat piranti orto
7. Kemungkinan terjadinya ulser traumatik

J. RUMUSAN MASALAH PEMICU 2


1. Mengapa dokter gigi merencakan perawatan orto dengan mencabut sisa akar gigi
sulung?
2. Mengapa dokter menggerakkan 16 ke distal?
3. Mengapa dokter gigi menggerakkan 22,63, 64 ke lateral?
4. Mengapa rahang bawah dibuatkan space maintainer?
5. Mengapa tidak direncanakan untuk koreksi diastema rahang bawah?
6. Apa saja syarat-syarat piranti orto?
7. Mengapa terjadi traumatic ulser?

K. HIPOTESIS PEMICU 2
1. Untuk menyediakan ruang bagi gigi permanen untuk tumbuh
2. Untuk mendapatkan ruang untuk gigi 15 dan mendapatkan relasi molar netroklusi
3. Untuk mengatasi gigi tan silang
4. Untuk mempertahankan ruangan atau mencegah gigi permanen 46 bergeser ke
mesial sehingga gigi 45 mempunyai ruang untuk erupsi disaat yang tepat
5. Karena keterbatasan kemampuan dari peranti lepasan
6. Tidak tajam dan halus
7. Karenan tekanan atau tertusuk dari bagian peranti lepasan

5
L. PETA KONSEP

Gigitan silang: 22,63,64/32,73,74


Cusp to cusp: 16,46

Diagnosis: Maloklusi klas I Angle dengan


gigitan silang

Perawatan pendahuluan: Ekstraksi sisa


akar sulung 55, 54,85,84,65

Pemilihan piranti ortodonti lepasan

Pemilihan komponenpiranti ortodonti lepasan

Peranti ortodonti lepasan

Syarat insersi Kemungkinan adanya ulser


Insersi

6
M. LEARNING ISSUE
1. Peranti ortodonti lepasan
a. Definisi
b. Keuntungan
c. Kekurangan
d. Keterbatasan
e. Pada kasus
f. Komponen
g. Pemilihan Komponen
h. Desain pada kasus
i. Syarat insersi
2. Ulser Traumatik
a. Definisi
b. Etiopatogenesis
c. Penatalaksanaan

N. PEMBAHASAN
1. Peranti ortodonti lepasan
a. Definisi
Peranti yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien. Komponen utama peranti
lepasan adalah komponen aktif, komponen pasif, lempeng akrilik, penjangkaran.
Komponen aktif terdiri dari pegas, busur, dan sekrup ekspansi. Komponen pasif yang
utama adalah cekram adam dengan beberapa modifikasinya, cengkram southend dan
busur pendek. Peranti lepasan juga dapat dihubungkan dengan headgear untuk
menambah penjangkaran. Lempeng akrilik dapat ditambah peninggian gigit anterior
untuk koreksi gigitan dalam maupun penambahan peninggian gigitan posterior untuk
membebaskan halangan gigi anterior pada kasus gigitan silangan anterior (Rahardjo,
2009)
b. Keuntungan
Keuntungan utama dari piranti ortodontik bila dibandingkan dengan sistem piranti
cekat, yaitu piranti ini bisa dilepas oleh pasien sehingga memudahkan pasien untuk
menjaga kebersihan alatnya. Gigi geligi dan struktur rongga mulut juga bisa
dipertahankan kebersihannya dan kesehatannya selama terapi. Adapun keuntungan

1
lain yang bisa didapatkan dari piranti ortodontik lepasan, pertama, konstruksi pesawat
lepasan sebagian besar dilakukan di laboratorium, dan hanya membutuhkan sedikit
waktu di klinik. Kedua, maloklusi yang memerlukan pergerakan tipping hasilnya
akan cukup baik. Ketiga, dapat menggerakkan beberapa gigi terutama pergerakan
tipping dan mengurangi tumpang gigit. Keempat, pengontrolan lebih mudah. Kelima,
piranti ortodontik lepasan relatif lebih murah dibandingkan dengan piranti cekat.
Enam, pasien lebih mudah mengatur kebersihan mulutnya. Apabila terjadi kerusakan
pada saat pemakaian alat, pasien dapat melepaskan alat sendiri dan membawanya ke
dokter gigi yang melakukan perawatan ortodontik (Foster 1997, Syahrul dkk. 2012)
atau dapat juga menurut Rahadjo (2009):
 Maloklusi yang memerlukan pergeseran gigi condong atau tipping, bila
dirawat dengan menggunakan peranti lepasan hasilnya akan cukup baik
 Pengurangan tumpang gigit mudah dilakukan dalam fase geligi pergantian
 Peranti lepasan dapat diberi peninggian gigit untuk menghilangkan halangan
dan displacement mandibular. Hal ini tidak mungkin dilakukan dengan piranti
cekat
 Pengontrolan peranti lebih mudah dibandingkan dengan peranti cekat karena
hanya beberapa gigi yang digerakkan pada setiap saat
 Peranti lepasan dibuat di lab, sedangkan insersi dan aktivasi yang dilakukan di
klinik tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Hal ini berarti operator
dapat menangani pasien lebih banyak yang dirawat pada waktu tersebut.
 Relatif murah dan tidak diberlakukan persediaan bahan yang banyak dan
mahal
 Dapat dilepas oleh pasien untuk membersihkan sehingga pemeliharaan
kebersihan tidak sukar
 Apabila terdapat kerusakan atau menyebabkan rasa sakit, pasien dapat melepas
piranti untuk sementara dan segera mengunjungi dokter gigi yang merawat
c. Kekurangan
Seperti piranti ortodontik lainnya, piranti lepasan juga memiliki kekurangan. Piranti
lepasan hanya bisa memberikan tipe pergerakan gigi yang terbatas. Gerak utama yang
bisa diperoleh dengan tipe piranti ini adalah gerakan tipping. Gerak bodily atau gerak
torquing apikal sulit diperoleh, atau bahkan tidak mungkin diperoleh dengan
menggunakan piranti ini. Selanjutnya, penjangkaran dalam pergerakan gigi kadang

2
sulit dilakukan, karena gigi penjangkaran dengan menggunakan piranti ini tidak bisa
dicegah untuk tidak bergeser miring. Gigi penjangkar yang digunakan pada piranti
lepasan biasanya diberikan tegangan yang lebih kecil daripada piranti cekat. Retensi
dari piranti lepasan juga lebih sulit dibanding dengan piranti cekat. Dibutuhkan
derajat kerja sama yang tinggi dan keterampilan yang dituntut dari pihak pasien untuk
dapat memasang dan melepas serta membersihkan alat dengan jeda yang teratur
sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh operator (Foster 1997). Atau dapat
juga menurut Goenharto & Rusdiana (2015):
 Memerlukan waktu kerja di lab, sehingga membutuhkan waktu lebih lama
 Sangat bergantung pada kesediaan pasien menggunakan peranti
 Karena plat dari akrilik, bila digunakan terus menerus dapat berpotensi
berubah warna dan menimbulkan bau yang kurang sedap.
d. Keterbatasan
 Dengan peranti lepasan, kekuatan hanya diberikan pada satu titik di mahkota,
dengan demikian gigi akan bergerak condong dengan sumbu putar (fulcrum)
pada kurang lebih 1/3 akar. Bila gigi yang akan digerakkan sudah terletak
miring ke arah pergerakan gigi, perawatan dengan peranti lepasan tidak adakan
memberi hasil yang baik, misalnya kaninus yang terletak awalnya distoklinasi
bila diretraksi akan bertambah distoklinasi
 Koreksi satu atau dua gigi insisif rahang atas yang rotasi dapat dilakukan
dengan peranti ini, tetapi untuk rotasi multipel tidak mudah untuk dilakukan
 Hanya beberapa gigi saja yang dapat degerakkan setiap tahap. Apabila banyak
gigi yang harus digerakkan menyebabkan perawatannya bertambah lama,
terutama pada kasus-kasus yang kompleks
 Sisa diastema pada kasus pencabutan sukar atau bahkan tidak mungkin ditutup
dari distal
 Perawatan yang sering berhasil adalah kasus berdesakan dengan pencabutan
premolar. Apabila gigi selain premolar yang harus dicabut, misalnya karena
rusak sekali atau letak ektopik, penutupan diastema dengan mendapatkan
kontak yang baik dengan gigi tetangga sukar dicapai
 Peranti lepasan rahang bawah tidak begitu dapat diterima oleh pasien oleh
karena lidah terdesak, selain adanya problem retensi. Pegas-pegas lingual
jarang dapat memuaskan karena tempatnya sangat terbatas. Hanya perawatan

3
tertentu saja yang mungkin dilakukan. Meskipun demikian, pada kasus-kasus
tertentu, perawatan di rahang bawah dapat dilakukan hanya dengan
pencabutan saja.
 Pasien yang tidak kooperatif sering kali tidak memakai perantinya. Hal ini
akan memperlambat perawatan dan pergerakan gig yang tidak terkontrol dapat
terjadi. Kecuali peranti akan mudah rusak (Rahadjo, 2009).
e. Pada Kasus
Pertama-tama dilakukan perawatan pendahuluan berupa pencabutan sisa akar ->
distalisasi molar dengan menggerakkan gigi 16 ke arah distal dengan
menggunakan skrup ekspansi -> koreksi gigitan terbalik pada gigi
22,63,64/32,73,74 menggunakan skrup ekspansi pada rahang atas -> ruang pada
bekas pencabutan gigi 65 dan 85 diberi space maintainer -> evaluasi -> fase
retensi.
f. Komponen peranti ortodonti lepasan
 Komponen pasif: retensi adalah tahanan terhadap perubahan letak piranti
lepasan, dengan adanya komponen retensi diharapkan piranti stabil pada
tempatnya. Komponen retentif utama adalah cangkolan adams dengan
berbagai variasi. Terdapat juga cangkolan inman yang pembuataannya
dianggap sama dengan cangkolan adams. Untuk retensi tambahan dapat
digunakan ballclasp yang dapat dipasang di anterior maupun posterior dan
busur labial pendek serta cangkolan sourthenn di anterior selain cangkolan
utama diperlukan tambahan cangkolan apabila pegas-pegas cenderung
menyebabkan piranti bergeser.
 Plat akrilik: Memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai penahan komponen
lainnya, meneruskan kekuatan dari komponen aktif ke pengjangkaran,
menghalangi pergeseran gigi yang tidak diinginkan, melindungi pegas palatal
dan dapat dilebarkan untuk membuat peninggian gigitan anterior (untuk
koreksi gigitan dalam) maupun posterior (untuk koreksi gigitan silang bila
lebih besar dari free way space).
 Penjangkaran: Merupakan suatu unit yang menahan reaksi kekuatan yang
dihasilkan oleh komponen aktif piranti lepasan. Macam penjangkaran dibagi
menjadi 2 yaitu ekstraoral (servikal, okspital, kranial dan fasial) dan Intraoral.
Penjangkaran intraoral dibagi menjadi 2 jenis yaitu intermaksiler dan

4
intramaksiler ( sederhana, stasioner dan resiprokal). Faktor-faktor yang
mempengaruhi penjangkaran adalah luas permukaan akar gigi penjangkar,
kekuatan yang digunakan untuk menggerakkan gigi, kecenderungan gigi
bergerak ke mesial untuk mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran perlu
digunakan kekuatan ringan untuk menggerakkan gigi (Rahadjo, 2012).
 Komponen aktif:
-Pegas
Kekuatan ideal yang dihasilkan pegas merupakan kekuatan yang terus
menerus atau biasa disebut continuous force. Kekuatan seperti ini dapat
menggerakkan gigi secara terus menerus sampai ke posisi yang diinginkan.
Tetapi al ini dapat dikatakan tidak mungkin karena kekuatan yang dihasilkan
oleh pegas berbanding lurus dengan defleksi pegas sehingga bila gigi bergerak,
kekuatan pegas juga akan berkurang. Walapun demikian dengan memberikan
kekuatan ringan antara 25-40 gram, diharapkan terdapat pergerakan gigi
seperti pada pemberian kekuatan secara terus- menerus. Pegas terdapat
beberapa macam yaitu:
Pegas palatal dapat berupa kantilever tunggal, kantilever ganda, pegat T, dan
pegas coffin. Pegas bukal meliputi retrakro bukal dengan atau tanpa
penyangga.
-Busur labial
Busur labial aktif digunakan untuk meretraksi insisif ke lingual. Oemilihan
penggunaan busur sebagian tergantung dari operatornya dan sebagian
tergantung pada banyaknya retraksi yang dikehendaki. Busur labial
mempunyai beberapa macam yaitu :
Retraktor Roberts, busur labial tinggi dengan pegas apron, busur labial dengan
lup U, busur labial dengan self straightening wires, busur labial dengan lup U
terbalik, dan busur Mills.
-Sekrup ekspansi
Dapat digunakan untuk menggerakkan gigi. Ada yang mempunyai guide pin
tunggal maupun ganda. Sekrup dengan pin ganda lebih stabil, namun sekrup
dengan pin ganda sangat berguna apabila tempat yang tersedia sempit, missal
di rahang bawah. Pada penggunaan sekrup ekspansi pada gigi yang digerakkan
juga dapat digunakan sebagai tahanan retensi secara bersamaan.

5
Sekrup ekspansi memberikan ekuatan intermittent yang besar, yang akan
berkurang setelah gigi bergerak. Meskipun sekrup ekspansi memberikan
kekuatan yang besar, masih dapat diterima oleh gigi oleh karena aktivasinya
yang kecil (0,2mm per seperempat putaran). Aktivasi seperempat putaran per
minggu akan menggerakkan gigi pasien 1 mm per bulan. Pasien harus diajari
agar tetap dapat memasang peranti dengan baik sesudah dilakukan aktivasi.

g. Pemilihan Komponen
 Skrup ekspansi : komponen aktif
 Cengkram adam pada gigi 16,26,11 untuk menambah retensi: komponen pasif
 Cengkram adam pada gigi 46,36 dan ditambah busur labial pendek rahang
bawah
 Dibuatkan space maintainer pada gigi 65 dan 85
h. Desain pada Kasus

 Rahang atas:
-Pada gigi 16,11,26 diberi cangkolan adam untuk menambah retensi.
-Pada gigi 16 yang telah diberi adam digerakkan ke distal dengan skrup
ekspansi.
-Pada gigitan terbalik gigi 22,63,64 didorong lebih ke labial dengan skrup
ekspansi.
 Rahang bawah:

6
-Pada gigi yang berupa sisa akar dicabut dan dibuatkan space maintainer
-Pada gigi 46,36 diberi cengkram adam
-Pada gigi anterior diberi busur labial pendek dari gigi 42,41,31,32
i. Syarat Insersi
 Mudah dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien
 Terletak stabil dalam rongga mulut
 Nyaman dipakai, harus halus, tidak tajam dan membulat
 Dasarnya sederhana, tidak tebal, tidak rumit sehingga tidak menganggu fungsi
bicara
 Bahan biokompatibel
 Dapat memberikan gaya terus menerus
 Pastikan pasien nyaman dan retensi dari ortodonti lepasan
 Perhatikan plat akrilik dari peranti tidak kontak dan tidak menyentuh frenulum
(Ardhana, 2011)
2. Ulser Traumatik
a. Definisi
Ulkus merupakan hilangnya struktur epitel mukosa rongga mulut yang melebihi
membran basalisUlkus traumatik merupakan lesi ulseratif pada mukosa mulut
yang disebabkan oleh trauma. Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan alat
ortodontik cekat. Adanya ulkus traumatik dapat menimbulkan ketidaknyamanan
pada mulut pasien selama perawatan ortodontik.
Traumatic ulser adalah bentuk lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma.
Dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamik. Bisanya terasa sakit karena lesi
melebihi membrane basalis (Manoppo, 2013)
b. Etiopatogenesis
Ulkus traumatik dapat terjadi karena trauma fisik, termal, maupun kimiawi.
Penggunaan alat ortodontik termasuk salah satu faktor fisik yang menyebabkan
ulkus traumatik. Perawatan ortodontik dengan alat cekat banyak menggunakan
komponen yang dapat menimbulkan trauma pada jaringan mulut. Pembuatan alat
yang kurang baik yang ditunjang oleh kurangnya pengertian dan sikap pasien
yang tidak kooperatif dapat menimbulkan resiko trauma pada mukosa mulut yang
akhirnya akan menimbulkan ulkus traumatik. Akibat dari timbulnya ulkus

7
traumatik yaitu rasa nyeri, kesulitan mulut untuk beraktivitas dan
ketidaknyamanan pasien yang dapat mengganggu proses perawatan.
c. Penatalaksanaan
Terapi ulkus traumatikus berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor
etiologi atau penyebab utama (trauma). terapi simptomatik pasien dengan ulkus
traumatikus yaitu dengan topikal anastesi. Terapi paliatif dengan pasien ini dapat
dilakukan dengan pemberian antibiotik. Terapi supportif dapat berupa dengan
mengkonsumsi makanan lunak. Jika lesi benar-benar trauma maka ulser akan
sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pendapat lain mengatakan bahwa setelah
pengaruh traumatik hilang ulser akan sembuh dalam waktu 2minggu. Jika tidak
maka penyebab lain harus dicurigai dan dilakukan biopsi. Tiap ulser yang
menetap melebihi waktu ini maka harus dibiopsi untuk menentukan apakah ulser
tersebut merupakan karsinoma atau tidak.
Dengan pemberian Borax Gliserin 15ml dengan cara berkumur 3kali sehari untuk
desinfektan, covering agent, dan mengurangi radang. Dan pemberian B Com-C
sebagai supportif dan reepitelisasi jaringan mukosa. Pasien diedukasi untuk
menjada dan meningkatkan oral hygiene dan kontrol otho dengan tepat waktu.

O. SIMPULAN
Pasien datang dengan keluhan susunan gigi atas kiri dan kanan berbeda. Didapatkan adanya
gigitan silang pada gigi 22 63 64 /32 73 74, cusp to cusp 16 dan 46. Drg mendiagnosis
maloklusi klas I angle dengan gigitan silang. Drg memberikan perawatan pendahuluan
yaitu ekstraksi pada gigi sulung yang sisa akar. Lalu memberikan piranti lepasan dengan
gigi 16 26 diberi adams, 16 digerakkan ke distal dengan menggunakan skrup
ekspansi,gigitan terbalik pada gigi 22 63 64 di dorong ke labial dengan skrup ekspansi. Dan
tambahan retensi pada rahang atas pada gigi 11 dengan adam. Pada rahang bawah adanya
adam pada gigi 36 46 dan retensi tambahan dengan busur labial pendek. Pembuatan space
maintener pada gigi 65 85.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Anindita P.S, Hutagalung B, Manoppo S.K.P, 2013, Gambaran Ulkus Traumatikus


pada Mahasiswa Penggunaan Alat Ortodontik Cekat di Progam Studi Kedokteran
Gigi Fakulta Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
2. Ardhana W, 2011. Alat Ortodonti Lepasan. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada. Available at:
http://wayanardhana.staff.ugm.ac.id/materi_orto1_rev.pdf
3. Foster, T.D. 1993, Buku Ajar Ortodonsi, Ed. Ke-3, Penerjemah: Lilian Yuwono,
EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
4. Goenharto S & Rusdiana E, 2015. Peranti Retensi Pasca Perawatan Ortodonti.
Journal of Dental Technology. Available at:
http://repository.unair.ac.id/66867/7/DT%204-1-1%20drg%20Sianiwati.pdf
5. Manoppo SKP, 2013. Gambaran Ulkus Traumatik pada Mahasiswa Pengguna Alat
Ortodontik Cekat di Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi.
Journal e-Gigi. Available at:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/3135
6. Rahadjo P, 2009. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya: Airlangga University
Press, p. 128
7. Rahadjo P, 2012. Ortodonti Dasar, edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press
8. Syahrul, D., Wiwekowati., Walianto, S., Budijanana, I.D.G., Hidajah, N., Ayu,
K.V. 2012, Buku Pedoman Kepaniteraan Klinik Ortodonsia, Denpasar.
9. Mendrofa, A.N., S, I.K. & Mulawarmanti, D., 2015. ( Extract of mangrove leaf (
A . marina ) accelerates the healing of traumatic ulcer ). , 14, pp.11–14.

Anda mungkin juga menyukai