Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3 : EKSTRAKSI SERI


BLOK 21 PERAWATAN KELAINAN TUMBUH KEMBANG DAN
ESTETIK

Disusun oleh :

Ketua : Tika Vienty Amiroh (181610101110)

Sekretaris Papan : Syifa Af Ida Hafidz (181610101111)

Anggota : Edwin Arif Kurniawan (181610101106)

Yuli Dwi Kristanti (181610101107)

Amelia Nur Ilahi (181610101108)

M. Harist Al Barik (181610101109)

Kartika Apriliani (181610101112)

Regia Pramesti A.S. (181610101113)

Ulfa Umaimah (181610101114)

Rana Salsabila Satiwi (181610101115)

Refina Dikta Eryananda (181610101116)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Laporan ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial Kelompok 11 pada skenario ketiga dan untuk
mengetahui dan memahami perawatan yang tepat sesuai dengan kasus pada
skenario.
1. Dr. drg. Tecky Indriana M.Kes. selaku dosen tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok 11 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan dan membantu dalam berjalannya
diskusi.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 12 Oktober 2021

Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Skenario......................................................................................................1
1.2. Identifikasi Kata Sulit.................................................................................2
1.3. Rumusan masalah.......................................................................................3
1.4. Jawaban rumusan masalah......................................................................... 3
1.5. Mapping......................................................................................................7
1.6. Learning Objektif....................................................................................... 7
BAB II..................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN..................................................................................................... 8
2.1 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan definisi dan
etiologi dari DDM............................................................................................. 8
2.2 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan klasifikasi
macam metode dari DDM................................................................................. 9
2.3 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan gejala dari
DDM................................................................................................................11
2.4 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tujuan dan
bagaimana cara penatalaksanaan dilakukan ekstraksi seri.............................. 12
2.5 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan indikasi
dan kontraindikasi ekstraksi seri..................................................................... 20
2.6 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan keuntungan
dan kerugian dari ekstraksi seri....................................................................... 21
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
3.1. Kesimpulan...............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Skenario

SKENARIO 3
(EKSTRAKSI SERI)
Seorang ibu datang ke RSGM Universitas Jember ingin memeriksakan gigi
anaknya yang berumur 9 tahun. Ibu tersebut mengeluhkan gigi depan atas
anaknya yang tidak rata.
Hasil pemeriksaan intra oral:
- memiliki gejala DDM dengan keempat insisif permanen RA berdesakan dan
keempat insisif permanen RB sesuai dengan inklinasi yang normal,
- gigi 12 dan 22 rotasi sentris
- tanggal prematur pada gigi 53 dan 63
- gigi 54, 55, 64, 65,73, 74,75,83,84 dan 85 dalam kondisi baik

Hasil pemeriksaan Rӧ:


benih gigi 13 14 15 23 24 25 33 34 35 43 44 dan 45 lengkap dengan pola
erupsi normal.

Hasil analisa model:


- klasifikasi maloklusi klas I Angle
- relasi molar permanen neutroklusi
- diskrepansi/kekurangan tempat RA = 11 mm dan RB = 10 mm.

Diagnosis: klas I Angle dengan berdesakan anterior


Bagaimanakah macam perawatan pada kasus maloklusi tersebut ?

1
1.2. Identifikasi Kata Sulit

1. DDM
− disharmoni dento maksiler adlh ketidakharmonisan krn crowded krn
lengkung rahang normal tp terlalu kecil krn faktor herediter.
− karena faktor herediter yg terjadi pada salah satu rahang saja, sering
terlihat pd rahang atas.
2. Inklinasi
− sudut antara bidang yg diukur yakni angulasi ke arah
labio/palatal/mesiodistal.
− inklinasi gigi anterior ada 3, normal, proklinasi, inklinasi.
3. Rotasi sentris
− kelainan posisi gaitu yaitu berputar pada sumbu panjangnya.
4. Diskrepansi
− ketidakseimbanagn tempat, krn perbedaan gigi atau dagu atau rahang krn
ketidakseimbangan pada masa geligi pergantian.
− sselisih ruang byang tersedia dan ruang yang dibutuhkan dan diukur
melalui model studi.
5. Ekstrasi seri
− serial ekstraksion, pencabutan satu atau lebih gigi sulung, untuk
mendapatkan suatu kesejajaran, utk perawatan ortodonti pd masa geligi
pergantian.
− keuntungan, oh lebih baik, menyediakan pergerakan gigi secara fisiologis,
kerusakan tulang alveolar rendah.
6. Neutroklusi
− relasi yang menunjukkan hubungan posterior yg normal RA RB yang
dilihat dari m1 permanen.
− maloklusi klas 1, posisi gigi caninus atas tepi distal caninus bawah dan
mesial premolar bawah.

2
1.3. Rumusan masalah

1. Bagaimana cara mendiagnosis DDM dan apa saja ciri-cirinya?


2. Apa perawatan pada kasus maloklusi tersesbut?
3. Apa tujuan dilakukan ekstrasi seri?
4. Apa indikasi kontraindikasi dari ekstrasi seri?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian dari ekstraksi seri?
6. Apa saja macam metode dari ekstraksi seri?
7. Apa saja pertimbangan yang dilakukan ekstraksi seri pada kasus menurut
skenario?
8. Bagaimana urutan ekstraksi seri pada kasus skenario?
9. Apa fungsi dari rontgen foto berdasarkan skenario tersebut?

1.4. Jawaban rumusan masalah

1. Bagaimana cara mendiagnosis DDM dan apa saja ciri-cirinya?


− DDM adalah disharmoni dentomaksiler, etiologinya disebabkan karena
faktor herediter, patologis (tanngal prematur), terjadi pada salah satu
rahang yaitu RA. Diagnosisnya ada 2, positif yaitu terdapat mikrodontia
dan diastema curve of spree, kalau yang negatif ada tanda makrodontia,
curve of spee semakin dalam akan mempengaruhi overbite dan overjet.
− 3 tipe DDM : transitoir, diastema meneyluruh, tipe berdesakan
− gejala ddm, tidak ada diastema fisiologis, umur 7 tahun terjadi resorbsi
lalu dikatakan tanggal prematur dimana gigi pengganti akan mengalami
eksostem.

2. Apa perawatan pada kasus maloklusi tersesbut?


− maloklusi klas 1 dental, anak pada fase geligi pergantian, overbite normal,
perawatan interseptifnya yaitu ekstraksi serial, gigi erupsi selanjutnya
akan stabil pada tahap gigi permanen. Kemudian di akhir akan dilakukan
terapi ortodonti lepasan.

3
− dilakukan ekstraksi seri, untuk mengoreksi berdesakan pd gigi anterior,
dilakukan space mainteiner.

3. Apa tujuan dilakukan ekstrasi seri?


− menghilangkan gigi yang berdasarkan
− mengontrol erupsi gigi
− mencegah tidak terjadi erupsi prematur
− meningkatkan jumlah ruang yang tersedia
− gigi permanen akan mendapatkan posisi yang lebih stabil

4. Apa indikasi kontraindikasi dari ekstrasi seri?


− Indikasi: adanya DDM pada fase geligi pergantian, tidak ada kelainan
skeletal, overbite normal, benih gigi menembuh alveolar crest, terdapat
crowded yang berat, gigi crowded bisa karena beberapa fakor yg
meneybabkan berdesakan yang terlihat dari gejala klinis, sikap pasien
dan orang tua kooperatif, relasi neutroklusi.
− Kontraindikasi: ada diatema, pasien tidak kooperatif, ada kelainan
pembekuan darah, tidak ada benih gigi pengganti, adanya diastema atau
agenisi parah, memiliki maloklusi angel dengan crowded ringan, rahang
yang bertambah lebar, adanya overbite, adanya rotasi gigi lain yang
menyebabkan penguncian pergerakan gigi lainnya, adanya
deepbite/openbite karena tidak bisa dikoreksi jadi harus dikoreksi terlebih
dahulu, geligi lain yang terkunci pergerakannnya akan menyusahkan
operator dalam melakukan ekstraksi, profil wajah pasien yang cekung.

5. Apa saja keuntungan dan kerugian dari ekstraksi seri?


− Keuntungan: dapat memperbaiki gigi yang berjejal, menurunkan
terjadinya karies, mempersingkat waktu perawatan, cocok untuk pasien
disabilitas, menghindari kerusakan tulang alveolar, OH baik.
− Keruguian: mengurangi pertumbuhan pergerakan gigi ke distal karena
kurangnya tekanan ke arah mesial, mengurangi prognatisme,
bertambahnya overbite, miringnya gigi insisif ke bawah, menghambat

4
pertumbuhan gigi permanen, terdapat sisa ruangan, membutuhkan
keoperatifan, oral habit menjulurkan lidah, ruangan tidak dapat tertutup
seluruhnya karena adanya migrasi gigi ke mesial, trauma oklusi.

6. Apa saja macam metode dari ekstraksi seri?


− Metode tweed, sampai 8,5 tahun, M1 sulung caninus sulung, yang dilihat
secara gambaran radiografi
− Metode moyers, crowded insisif sentral, stage ada 4, ekstraksi caninus
sulung, stage 3 dilakukan ekstraksi M1 sulung, kemudian stage 4
dilakukan ekstraksi premolar 1 dan stimulasi caninus permanen.
− Metode dewel, gigi pasien mengalami crowding ringan, urutannya
caninus sulung, premolar 1 sulung, premolar 1 permanen, tujuannya
kesejararan gigi yang crowding, usia 9 tahun setelah teratasi M1 bisa
diekstraksi.
− Metode modifikasi dewel, ketika ekstraksi gigi M1 sulung, untuk
menghindarinya bisa dengan cara lain yaitu pencabutan molar sulung,
bila premolar 1 setelah erupsi harus dicabut, dan dianjurkan memakai
spacementeiner

7. Apa saja pertimbangan yang dilakukan ekstraksi seri pada kasus


menurut skenario?
− ketidakseimbangan gigi dan tulang penyokong
− apakah penderita mengerti perawatan ini mengenai perawatan yang
secara terus menerus
− harus diketahui ahli di bidang ortho, bahwa prosedur ini tidak pasti
urutan prosedurnya
− munculnya akibat lain dari erupsi permanen
− riwayat penyakit pasien
− keoperatifan pasien dan orang tua
− pertumbuhan rahang normal
− masuk geligi pergantian
− foto rontgen normal

5
− tidak ada diatema
− free way space tidak lebih dari 1.7 mm
− inklinasi normal

8. Bagaimana urutan ekstraksi seri pada kasus skenario?


− 2 fase, irreversibel yaitu transisi untuk pencabutan gigi sulung, reversibel
untuk pencabutan gigi premolar permanen
− RA: dapat dilakukan dengan cara pencabutan M1 sulung dan permanen,
setelah erupsi gigi tersebut diekstraksi lagi untuk tempat caninus
permanen, kemudian melakukan ekstraksi lagi untuk gigi premolar. Yang
dilakukan ekstraksi awal adalah 54 64 Bagian depan crowded dapat
dikoreksi setelah melakukan ekstraksi.
− RB: 74 84 yg awl diekstraksi, setelah itu m1 m 2 diektraksi utk
penumbuhan p1, kmdn diberi space mainteiner, terakhir gigi 73 83 dgn
cara endneuklusi

9. Apa fungsi dari rontgen foto berdasarkan skenario tersebut?


− Foto rontgen adalah prosedur dilakukan untuk mengetahui keadaan
rongga mulut di dalam yang tak nampak secara klinis, fungsinya selain
melihat calon gigi permanen yang tubuh, juga dapat mempermudah
proses prosedur ekstraksinya.
− Foto rontgen wajib dilakukan untuk mengetahui atau melihat ada
tidaknya benih gigi permanen, urutan tumbuh gigi permanen, melihat
geligi permanen yang sesuai dengan skenario tersebut
− Pemeriksaan untuk ekstraksi seri, pemeriksaan klinis intraoral,
diskrepansi model. Rontgen foto ada 2 jenis yaitu panoramik atau
sefalometri, panoramik untuk menilai ada tidaknya gigi secara kongenital
atau kelainan usia gigi dan pembentukan akar serta keadaan patologi.
Sefalometri untuk penilaian arah pertumbuhan gigi geligi
− Funsi panoramik, untuk mengetahui masa pertumbuhan dan keadaan gigi
yang erupsi, untuk pertimbangan dilakukannya ekstraksi gigi.

6
1.5. Mapping

1.6. Learning Objektif

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan definisi dan


etiologi dari DDM.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan klasifikasi
macam metode dari DDM.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan gejala dari
DDM.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan definisi dan
tujuan dan bagaimana cara penatalaksanaan dilakukan ekstraksi seri.
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan indikasi dan
kontraindikasi ekstraksi seri.
6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan keuntungan
dan kerugian dari ekstraksi seri.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan definisi


dan etiologi dari DDM

A. Definisi
Ekstraksi seri adalah prosedur pengambilan gigi desidui dan permanen
yang telah ditentukan secara berurutan. Prosedur ini diindikasikan hanya
ketika struktur telah ditentukan secara berurutan. Prosedur ini diindikasikan
hanya ketika struktur arkus dentalis tidak cukup ruang untuk mengakomodasi
gigi yang sedang berkembang dan tidak dapat dicapainya ukuran dan proporsi
yang normal antara gigi dan rahang. Indikasi utama serial ektraksi adalah
pada maloklusi parah kelas I pada anak periode bercampur yang memiliki
lengkung rahang yang tidak mencukupi untuk gigi-giginya. Ketercukupan
ruang untuk mengakomodasi seluruh gigi permanen tidak selalu dapat
diprediksi pada usia awal karena pertumbuhan seringkali tidak dapat
diperkirakan. Banyak anak yang lengkung rahangnya tidak memenuhi ruang
tumbuh gigi namun ternyata mengalami pertumbuhan yang pesat dan
ketersediaan ruang dapat teratasi dengan sendirinya tanpa dilakukan
pengambilan gigi permanen. ngambilan gigi permanen.
Prinsip pencabutan serial dikenalkan oleh Rubert Bunon pada tahun
1473, tetapi istilah pencabutan serial dipopulerkan oleh Kjellgren tahun 1940-
an. Pencabutan serial hanya dapat menghilangkan berdesakan di region
anterior tetapi tidak dapat memberikan hasil perawatan seperti yang
dihasilkan dari perawatan secara komperhensif.
Untuk melakukan pencabutan serial diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang pertumbuh kembangan, diagnosis dan perencanaan
perawatan agar didapat hasil yang memuaskan. Diperlukan pemahaman
tentang ukuran gigi, panjang lengkung gigi, pembentukan gigi dan

8
perkembangannya serta erupsi gigi permanen untuk perencanaan pencabutan
serial.

B. Etiologi
Faktor utama penyebab DDM (Disharmoni dentomaksila) adalah
faktor herediter atau keturunan, misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi
ibunya yang cenderung berukuran kecil dan anak tersebut mewarisi ukuran
lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif besar. Sehingga terjadi
diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran gigi dan lengkung
geligi.
Selain itu ada beberapa faktor lain yang juga mendukung timbulnya
kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup, misalnya anak tersebut
kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga pertumbuhan rahang kurang
maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih kecil dari ukuran yang
seharusnya. Hal ini menyebabkan DDM tipe transitoir dimana terdapat
ketidakharmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang yang
menyebabkan gigi berdesakan.
Pada DDM tidak harus terjadi pada kedua rahang ataupun pada kedua
sisi, DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi ataupun pada salah satu
rahang. Namun pada umumnya DDM lebih sering terlihat pada rahang atas,
karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi permanen pada rahang atas
hanya terbatas pada tuberositas maksila saja, sedangkan pada rahang bawah
sampai pada ramus ascenden.

2.2 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan


klasifikasi macam metode dari DDM

DDM dibagi menjadi beberapa tipe :


1. Tipe berdesakan, / crowded
Tipe berdesakan merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu
ukuran gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung geligi yang normal,
atau ukuran gigi normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga

9
menyebabkan letak gigi berdesakan biasanya karena faktor herediter. Hal
yang menyebabkan berdesakan ini ditandai dengan exostem gigi caninus
permanen, persistensi gigi sulung yaitu gigi permanen yang senama
dengan gigi sulung yang mana sudah erupsi, tetapi gigi sulung tersebut
tidak teresorbsi oleh gigi permanen tersebut karena gigi permanen
bergerak ke incisal dan labial. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
gerak gigi yaitu tidak punya daya erupsi atau karena Impacted. Urutan
erupsi gigi yang normal yaitu RA : 6-1-2-4-5-3-7-8dan RB : 6-1-2-3-4-
5-7-8. Penyebab erupsi tidak sesuai dengan urutan adalah karena
multifaktor, diantaranya karena adanya dorongan dari gigi-gigi yang akan
erupsi dan akarnya sudah terbentuk. Ada patokan range mesial distal
secara umum untuk menentukan ukuran suatu gigi apakah gigi tersebut
masuk kedalam kategori berukuran besar atau kecil.

https://balidentistry.wordpress.com/2012/12/08/disharmoni-dento-
maksiler-ddm/#jp-carousel-69

2. Tipe Multiple Diastema


Merupakan space antara dua gigi (dimana terlihat gingiva) yang
bersebelahan. Jika ada diantara gigi I1 permanen disebut diatema sentral.
Diastema terjadi karena : 1) Volume rahang normal tapi gigi kecil. 2)
Volume gigi normal tapi volume rahang kecil.
Untuk mendeteksi DDM Diastema dapat dilihat dari jumlah gigi
yang hilang, gigi tanggal prematur, ukuran gigi, dan ukuran rahang.
Tidak semua diastema multiple dikarenakan oleh DDM. Jadi harus dilihat
dari berbagai macam faktor.

10
3. Tipe Transitoir
DDM tipe ini biasanya terjadi karena adanya ketidakharmonisan
antara erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang, yang kemudian
menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini juga bisa
terkoreksi seiring bertambahnya usia karena adanya pertumbuhan tulang
rahang dan ukuran gigi tetap. Karena hal tersebut, maka tidak dianjurkan
melakukan pencabutan gigi karena akan dapat menyebabkan diastema.
Untuk mendiagnosa DDM tipe transitoir bisa dilakukan perbandingan
antara gambaran normal gigi geligi saat itu dengan gamaran dari gigi
pasien.
Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa
dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi
dapat merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM.
Dimana apabila ekstraksinya dilakukan secara tepat maka tidak
akan terjadi maloklusi pada rongga mulut. Namun jika diagnosa
dilakukan terlambat (umur 11-12 tahun) maka perawatan DDM tidak
hanya cukup dengan ekstraksi seri saja, terapinya perlu dilanjutkan
dengan penggunaan alat orthodonsi untuk menaroik gigi canius ke distal
dan dan meletakkan insisivus lateral dalam lengkung gigi yang baik dan
benar.

2.3 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan gejala


dari DDM

Gejala DDM mulai dari fase geligi sulung sampai fase geligi
permanen dapat dilihat sebagai berikut.
a. Tidak terdapat monkey gaps atau diastema fisiologis di antara kedua
insisif pertama sulung
b. Terkadang disertai dengan adanya rotasi dari gigi-gigi anterior sulung.
c. Pada umur 7 tahun terjadi resopsi dari insisif sentral dan lateral oleh insisif
permanen sehingga insisif lateral sulung dikatakan tanggal premature dan
nantinya gigi penggantinya yaitu insisif lateral permanen tidak akan

11
mendapatkan tempat. Insisif lateral permanen dapat meresopsi caninus
sulung sehingga caninus sulung dikatakan tanggal premature dan nantinya
gigi penggantinya yaitu caninus permanen akan tumbuh di luar lengkung
atau ekstostem
d. Ankylosis dengan gejala kekakuan sendi sehingga gigi tidak dapat oklusi
dengan baik. Keadaan ini biasanya disertai dengan gigi yang crowded
sehingga dapat berpengaruh pada TMJ
e. Asimetri midline yang dipengaruhi oleh profil wajah

2.4 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tujuan


dan bagaimana cara penatalaksanaan dilakukan ekstraksi seri

A. Tujuan
Serial ekstraksi adalah sebuah rencana untuk pencabutan satu atau
lebih gigi sulung secara dini yang berurutan, dengan tujuan utama dari serial
ekstraksi adalah meningkatkan jumlah ruangan yang tersedia untuk erupsi
gigi permanen dan membuat gigi-gigi permanen mengatur posisi normal
dengan sendirinya. Gigi tersebut selanjutnya akan mendapatkan posisi yang
stabil dibandingkan dengan gigigeligi yang tidak mendapatkan perawatan
ortodonti ketika tahap gigi permanen.

B. Penatalaksanaan ekstraksi seri


Tahap pertama adalah menentukan diagnosis dimulai dari
pemeriksaan klinis yang terdiri dari pemeriksaan fotografi ekstraoral terutama
profil wajah dan pemeriksaan intraoral, pemeriksaan radiografis yang terdiri
dari foto panoramik dan sefalometri, dan analisis dental melalui model studi.
1. Analisa Umum
a) Nama ; penulisan nama berkaitan dengan catatan rekam medik pasien.
b) Kelamin ; berkaitan dengan pertumbuhkembangan
dentomaksilofasial pasien, misalnya adanya perbedaan
pertumbuhkembangan bentuk muka pria dan wanita.

12
c) Umur; berkaitan dengan perubahan fase geligi dari geligi sulung ke
geligi pergantian yang akhirnya fase geligi permanen.
d) Keadaan sosial; terkadang ada beberapa keluarga yang kurang
memerhatikan keadaan maloklusi.
e) Riwayat kesehatan pasien dan keluarga; sangat diperlukan karena
untuk menentukan diagnosis dari kasus dan menentukan rencana
perawatan. Salah satu contoh bahwa apabila pasien menderita
diabetes maka harus mendapat perhatian khusus, karena pada pasien
diabetes melitus tidak terkontrol perawatan ortodontik merupakan
kontraindikasi.
f) Berat badan dan tinggi badan; menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan pasien untuk mengetahui apakah ada kelainan pada
pertumbuhannya seperti gigantisme ataupun kretinisme.
g) Ras; tiap-tiap ras memiliki ciri fisik tertentu baik bentuk rahang,
bentuk muka maupun profil wajah.
h) Ciri keluarga; ciri keluarga bisa saja merupakan suatu etiologi dari
kelainan maloklusi.
i) Alergi; ada beberapa individu yang memiliki alergi pada bproduk
kesehatan (misalnya lateks), obat-obatan ataupun lingkungan.
Sehingga perlu ada penanganan tertentu.
j) Tonsil; tonsil perlu diperiksa, apabila terdapat peradangan pasien
akan merasakan kesulitan bernafas.

2. Analisis Lokal
a. Ekstra Oral
− Bentuk muka/kepala Wajah pasien dapat dilihat simetris atau
asimetris. Untuk mengetahuinya, dapat dilihat dari depan dengan
memeriksa proporsi lebar mata, hidung dan mulut dan proporsi
ukuran vertikal. Wajah yang asimetri dapat dengan mudah dilihat
pada bagian rahang terhadap muka secara keseluruhan. Muka yang
tidak simetris dapat merupakan variasi biologis, keadaan patologis
ataupun kelainan kongenital.

13
− Fonetik Pemeriksaan fonetik ini dilakukan dengan cara pasien
diinstruksikan untuk mengucapkan huruf S,M,F,V. Apabila pasien
tidak bisa mengucapkan dengan benar berarti pasien bisa memiliki
kelainan seperti gigitan terbuka, kehilangan gigi anterior atau
kelainan ukuran lidah.
b. Intra Oral
− Jaringan Mukosa Mulut
Jaringan mukosa mulut yang diperiksa adalah ginggiva dan
mukosa labial dalam keadaan normal atau inflamasi atau adanya
kelainan lainnya. Pasien dengan keadaan oral hygine yang jelek
biasanya memiliki mukosa labial dan ginggiva yang inflamasi atau
hypertrophy. Normalnya, berwarna coral pink, memiliki konsistensi
kenyal, tekstur pada gingival cekat terdapat stippling, margin gingiva
mengelilingi gigi seperti kerah baju. Pada mukosa labial yang normal,
apabila ditekan akan berwarna pucat dan jika dilepas akan kembali
normal.
− Fase geligi
Pasien yang datang untuk melakukan perawatan orthodontic
biasanya dalam geligi pergantian atau permanen dan jarang pada fase
geligi sulung. Fase geligi sulung ditandai dengan adanya gigi sulung
di rongga mulut (kurang lebih sampai umur 6 tahun). Fase geligi
pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan gigi permanen
(kurang lebih antara umur 6-11 tahun). Fase geligi pergantian
merupakan proses pergantian dari fase geligi sulung ke fase geligi
permanen. Fase geligi permanen merupakan fase dimana gigi geligi
dalam rongga mulut adalah gigi permanen semua.

c. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografis melalui foto panoramik bertujuan
untuk menilai ada atau tidaknya gigi secara kongenital,
supernumerari gigi, analisis gigi campuran, menilai usia gigi,
pembentukan akar, kemungkinan pola erupsi, patologi tulang. Foto

14
sefalometri merupakan penilaian tambahan untuk analisis hubungan
skeletal dan arah pertumbuhan.
3. Analisis Kebutuhan Ruang
Untuk menganalisis kebutuhan ruang menggunakan metode moyers
dimana analisis moyers adalah suatu metode pengukuran ruang pada fase
gigi geligi campuran. Dasar dari penggunaannya adalah terdapat
hubungan yang tinggi antar tiap kelompok gigi, maka dimungkinkan
untuk membuat prediksi ukuran kelompok gigi lainnya berdasarkan gigi
yang ada di dalam rongga mulut. Karena analisis Moyers membutuhkan 4
gigi insisif mandibula yang sudah erupsi sehingga untuk menggunakan
metode ini, pada pasien 4 gigi insisif mandibula harus sudah erupsi
sempurna.

Kelebihan analisis Moyers diantaranya adalah :


− Memiliki kemungkinan kesalahan yang lebih kecil
− Dapat digunakan dengan hasil yang sama jika digunakan oleh
pemula maupun yang sudah ahli
− Tidak memakan waktu
− Tidak memerlukan treatment khusus
− Dapat dilakukan di dalam rongga mulut juga dapat dilakukan pada
model
− Dapat digunakan untuk kedua lengkung

Metode :
− Lebar mesiodistal dari insisif mandibula diukur dengan kawat,
kaliper, atau Boley’s gauge.

− Letakan ujung kawat, kaliper, atau Boley’s gauge di midline dan


ujung satunya pada permukaan distal insisif lateral mandibula dan
tandai titik ini.

− Lakukan hal yang sama pada bagian sebelahnya.

15
− Jarak dari permukaan mesial gigi molar pertama ke titik yang sudah
ditandai (permukaan distal insisif lateral) adalah tempat yang
tersedia untuk erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula.

− Untuk memprediksi ukuran kaninus dan premolar maksila dan


mandibula, dapat melihat tabel probabilitas Moyers dengan
menggunakan jumlah lebar gigi insisif mandibula.

− Rumus tempat yang dibutuhkan adalah jumlah lebar mesiodistal 4


insisif mandibula – 2(nilai pada tabel probabilitas Moyers).
Kakuratan tabel ini adalah 75%.

− Jika tempat yang tersedia lebih besar dari tempat yang diperkirakan
dibutuhkan, kelebihan tempat dapat digunakan untuk perpindahan
mesial gigi molar yang telat erupsi.

− Jika tempat yang tersedia lebih sedikit dari tempat yang diperkirakan
dibutuhkan, maka akan ada indikasi terjadinya crowding di masa
yang akan datang (Premkumar, 2015).

Gambar. Tabel probabilitas Moyers digunakan untuk memperkirakan ukuran


3, 4, 5 yang akan erupsi, baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
Droschl membedakan ukuran 3, 4, 5 berdasarkan jenis kelamin. (Rakosi,
1993)

4. Metode Ekstraksi Seri


a. Metode Grewe

16
Grewe menjelaskan rencana ekstraksi sesuai dengan keadaan
klinis:
− Klas I maloklusi dengan kehilangan prematur kaninus bawah dimana
diskrepansi 5-10mm. Molar pertama sulung diekstraksi ketika akar
premolar permanen sudah tumbuh setidaknya setengah. Setelah
premolar pertama permanen erupsi, maka dicabut.
− Klas I maloklusi dengan anterior crowding yang parah: ekstraksi
kaninus sulung dilanjutkan dengan ektraksi molar sulung ketika akar
premolar permanen sudah tumbuh setidaknya setengah. Lalu
ekstraksi premolar pertama permanen ketika sudah erupsi.
− Klas I maloklusi dengan anterior crowding minimal: Harus
dilakukan observasi adanya protrusi bimaksiler pada daerah
kaninuspremolar. Ekstraksi molar pertama sulung ketika akar
premolar permanen sudah tumbuh setidaknya setengah, selanjutnya
ketika premolar permanen pertama sudah erupsi diekstraksi yang
dilanjutkan dengan ekstraksi kaninus sulung. Apabila ditemukan
kaninus permanen erupsi sebelum premolar pertama, maka kaninus
sulung diekstraksi terlebih dahulu, diikuti dengan ekstraksi molar
pertama sulung dan enukleasi premolar pertama.

Grewe juga menyarankan tehnik serial ekstraksi untuk maloklusi


kelas II, seperti:
− Klas II maloklusi dengan overjet normal: apabila tidak terdapat
crowding pada mandibula akan tetapi terdapat crowding pada
maksila , maka bisa diekstraksi. Kaninus sulung diekstraksi diikuti
dengan molar pertama sulung, lalu melakukan ekstraksi premolar
pertama saat telah erupsi. Molar kedua sulung dijaga yang nantinya
akan diekstraksi mengikuti interdigitasi bukal.
− Klas II maloklusi dengan overjet minimal: jika ada crowding pada
mandibula dan maksila ekstraksi seri bisa dilakukan. Ekstraksi molar
pertama sulung rahang atas dan molar kedua sulung rahang bawah
diikuti dengan enukleasi dari premolar kedua rahang bawah.

17
Premolar pertama dan kaninus rahang atas diekstraksi ketika
premolar pertama rahang atas telah erupsi.
b. Metode Tweed
Metode Tweed digunakan pada usia 7,5 – 8,5 tahun yang
menunjukkan diskrepansi antara gigi dan tulang rahang. Gigi sulung
caninus dipertahankan untuk memperlambat erupsi dari caninus
permanen. Setelah pertumbuhan premolar pertama berada pada fase
erupsi, dimana mahkota sudah berada dibawah tulang alveolar secara
radiografi, gigi sulung caninus dilakukan pencabutan kemudian premolar
satu juga demikian untuk memberikan tempat bagi caninus permanen.
Urutan metode Tweed adalah DC4 (molar pertama sulung, kaninus
sulung, dan premolar pertama permanen). Pencabutan kaninus sulung
yang menghambat erupsi kaninus permanen, dan gigi premolar sudah
berada pada tahap eruptif (mahkota diatas tulang alveolar secara
radiografis).
c. Metode Dewel (1978)
Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan
pencabutan untuk memberikan ruang untuk memperbaiki crowded
anterior. Pada umur 9 1/2 tahun, ketika crowded insisiv sudah pada
lengkung yang benar dan premolar pertama akarnya sudah lebih dari
setengah secara radiografi, gigi molar pertama sulung dilakukan
pencabutan untuk memberikan tempat premolar pertama erupsi ke dalam
rongga mulut. Kemudian premolar pertama ini dicabut juga untuk
memberi tempat caninus permanen yang sesuai pada lengkung seharusnya.
Keadaan ini berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana erupsi premolar
pertama lebih dahulu dibandingkan gigi caninus permanen.
Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah dimana caninus
permanen dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan
premolar pertama bila dievaluasi radiograf. Teknik enukleasi pada
premolar pertama ketika ekstraksi gigi molar pertama sulung dapat
dilakukan namun kurang dianjurkan. Modifikasi lain lebih dianjurkan
yaitu melakukan pencabutan molar kedua sulung sehingga memberikan

18
tempat erupsi gigi premolar pertama untuk erupsi lebih ke distal. Ketika
gigi caninus permanen erupsi, premolar satu dapat dilakukan pencabutan.
Selain itu, untuk menghindar enukleasi juga bisa dilakukan cara
lain yaitu mencabut molar pertama sulung, setelah 6 bulan molar kedua
sulung dicabut, supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas
benih premolar kedua, bila premolar pertama telah erupsi maka harus
dicabut , kemudian perlu pemakaian space maintainer supayamolar
pertama permanen tidak bergerak ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan
molar kedua sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh
kaninus permanen yang bergeser kedistal, premolar kedua dan molar
pertama permanen bergeser ke mesial. Bila pencabutan serial tidak diikuti
oleh perawatan komperhensif dengan piranti cekat maka tidak akan
didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi yang tidak sejajar dan
penutupan diastema tidak berhasil dengan baik.
Apabila terjadi agenisi premolar pertama cabut molar pertama
sulung kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut.
Agenisi premolar kedua bila kaninus permane erupsi lebih dulu dari
premolar pertama maka cabut molar pertama sulung dan molar kedua
sulung bersama-sama agar kaninus sulung dan premolar pertama dapat
erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space maintainer agar molar
pertama permanen tidak bergeser ke mesial.
d. Metode Nance
Metode Nance merupakan metode dengan urutan modifikasi dari
metode Tweed yaitu D4C (molar pertama sulung, premolar pertama
permanen, kaninus sulung). Ekstraksi dari molar pertama permanen
dimulai pada usia 8 tahun yang diikuti dengan pencabutan premolar
pertama dan caninus sulung.
e. Metode Moyers
Metode ekstraksi seri moyers digunakan ketika terlihat adanya
berdesakan pada insisivus sentral. Gigi insisivus lateral erupsi dengan
baik.

19
− Tahap I: Ekstraksi semua gigi insisivus lateral sulung. Dapat
membantu menyejajarkan insisivus sentral.
− Tahap II: Ekstraksi seluruh gigi kaninus sulung setelah 7-8 bulan.
Dapat membantu menyejajarkan gigi insisivus lateral dan
menyediakan tempat untuk insisivus lateral.
− Tahap III: Ekstraksi seluruh gigi molar pertama sulung. Dapat
menstimulasi erupsi seluruh gigi premolar pertama.
− Tahap IV: Ekstraksi seluruh gigi premolar pertama setelah 7-8 bulan.
Dapat menyediakan tempat untuk gigi kaninus dan menstimulasi
erupsi gigi kaninus.

2.5 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan indikasi


dan kontraindikasi ekstraksi seri

A. Indikasi Ekstraksi seri


a. Terdapat DDM
b. Pada masa geligi pergantian
c. Diskrepansi lebih dari sama dengan 10mm
d. Derajat crowing gigi dengan derajat berat
e. Pasien dan orang tua pasien kooperatif
f. Relasi molar klas 1 angle (neutroklusi)
g. Overbite normal
h. Gigi persisten (tidak tanggal, gigi pengganti sudah erupsi)
i. Tidak ada kelainan skeletal

B. Kontraindikasi ekstraksi seri


a Terdapat kelainan skeletal
b Terdapat diastema, agenisi
Ketika pasien yang memiliki diastema dan/atau agenisi dilakukan
ekstraksi seri, diastema dapat menjadi semakin parah
c Maloklusi klas 1 crowded ringan

20
Crowded ringan bisa menjadi normal ketika pasien anak-anak masih
mengalami pertumbuhan rahang. Rahang yang bertambah lebar akan
memberikan ruang bagi gigi-gigi berdesakan tersebut
d Openbite, deepbite
Jika dilakukan ekstraksi seri keadaan openbite tidak bisa terkoreksi.
Sehingga untuk ekstraksi seri pada kasus openbite, dilakukan koreksi
openbitenya terlebih dahulu
e Maloklusi klas 2
f Maloklusi klas 3 angle
g Memiliki kelainan pembekuan darah
h Pasien kurang kooperatif
i Kelainan pembekuan darah
j Rotasi maupun malposisi gigi lain yang menyebabkan terkuncinya
gigi geligi yang lain.
Gigi geligi yang berdesakan dan terkunci oleh gigi lain akan
mempersulit operator dalam melakukan ekstraksi
k Profil wajah lurus atau cekung
Pasien dengan profil wajah yang lurus akan terlihat cekung setelah
dilakukan ekstraksi seri. Begitu juga dengan pasien dengan profil
wajah cekung yang akan semakin terlihat cekung

2.6 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan


keuntungan dan kerugian dari ekstraksi seri

Keuntungan dari serial ekstraksi antara lain :


a. menyediakan pergerakan gigi secara fisiologis,
b. menurunkan waktu retensi dan kunjungan perawatan cekat,
c. kerusakan terhadap tulang alveolar dan struktur periodontal yang
lebih rendah,
d. dapat digunakan untuk pasien dengan disabilitas yang tidak dapat
dirawat dengan perawatan ortodonti mekanik dan
e. pemeliharaan OH baik.

21
Kerugian dari serial ekstraksi antara lain :
a. meningkatkan overbite,
b. tipping lingual insisif bawah,
c. pembentukan jaringan parut pada ruangan pascapencabutan,
d. terdapat sisa ruangan,
e. membutuhkan kooperatif pasien, dan
f. tendensi terjadinya kebiasaan buruk seperti tongue thrusting pada
pasien
g. Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:
h. Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan insisivus karena
kurangnya tekanan kearah mesial dari premolar
i. Mengurangi prognatisme alveolar
j. Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas
k. Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya tidak dapat
tertutup seluruhnya.Penutupan ruangan yang disebabkan oleh gigi-
gigi belakang migrasi ke mesial danketidakharmonisan intergiditasi
atau hubungan antar tonjol gigi-geligi, dapatmenyebabkan traumatik
oklusi
l. Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap terbuka maka
pada saat mulutdibuka akan terlihat. Hal ini akan mengganggu
penampilan wajah yang berhubungandengan faktor estetik.

22
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ekstraksi seri adalah prosedur pengambilan gigi desidui dan permanen


yang telah ditentukan secara berurutan. Prosedur ini diindikasikan hanya ketika
struktur telah ditentukan secara berurutan. Prosedur ini diindikasikan hanya ketika
struktur arkus dentalis tidak cukup ruang untuk mengakomodasi gigi yang sedang
berkembang dan tidak dapat dicapainya ukuran dan proporsi yang normal antara
gigi dan rahang. Indikasi utama serial ektraksi adalah pada maloklusi parah kelas I
pada anak periode bercampur yang memiliki lengkung rahang yang tidak
mencukupi untuk gigi-giginya. Tujuan utama dari serial ekstraksi adalah
meningkatkan jumlah ruangan yang tersedia untuk erupsi gigi permanen dan
membuat gigi-gigi permanen mengatur posisi normal dengan sendirinya. Gigi
tersebut selanjutnya akan mendapatkan posisi yang stabil dibandingkan dengan
gigigeligi yang tidak mendapatkan perawatan ortodonti ketika tahap gigi
permanen. Penatalaksanaan ekstraksi seri dimulai dari tahap pertama adalah
menentukan diagnosis dimulai dari pemeriksaan klinis yang terdiri dari
pemeriksaan fotografi ekstraoral terutama profil wajah dan pemeriksaan intraoral,
pemeriksaan radiografis yang terdiri dari foto panoramik dan sefalometri, dan
analisis dental melalui model studi, setelah itu dilakukan analisis kebutuhan ruang
dengan metode moyers, setelah itu dilanjutkan ektraksi seri dimana terdapat
beberapa metode antara lain metode Grewe, Tweed, Dewel, Nance, dan Moyers.

23
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad, Abu Husein & Watted, Nezar. 2019. Serial extraction in orhodontics.
International Journal of Applied Dental Sciences. 5(3): 370-378.
Rahardjo, Pambudi., 2009. Ortodonti Dasar Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press.
Naragond, A., Kenganal, S., & Sagarkar, R. (2012). Diagnostic Limitations of
Cephalometrics in Orthodontics-A Review. 3(1), 30–35.
Darwis, R. S., & Vininingtyas, L. 2018. Serial Ekstraksi: Prosedur Interseptif
terhadap Penanganan Masalah Maloklusi Dental. Insisiva Dental Journal:
Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(1), 15-21.
Premkumar, S. (2015). Textbook of Ortodontics. India: Elsevier.
Proffit, W. R. (2007). Contemporary Orthodontics. United States: Mosby.
Muhamad, Abu Husein & Watted, Nezar. 2019. Serial extraction in orhodontics.
International Journal of Applied Dental Sciences. 5(3): 370-378.

24

Anda mungkin juga menyukai