SKENARIO 3 BLOK 12
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DAN BEDAH PREPROSTETIK
“TULANGKU SAKIT”
Kelompok F
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Pada laporan ini kami akan menyajikan dan membahas tentang
“Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dan Bedah Preprostetik.”
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada
drg. Fidya,M.Si dan drg. Ratih Pusporini, M.Si selaku fasilitator sekaligus pembimbing
dalam diskusi kelompok dan juga berbagai pihak yang telah terlibat dalam pembuatan
laporan ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan diskusi kelompok ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................1
1.1 Skenario...................................................................................................1
1.4 Keyword...................................................................................................1
1.7 Hipotesis..................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................5
2.1.1. Definisi.....................................................................................................5
2.1.4. Penatalaksanaan.......................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................25
iii
BAB I
DISKUSI KELOMPOK I
1.1 Skenario
Seorang permpuan, 57 tahun datang ke dokter gigi ingin dibuatkan gigi palsu
karena gigi belakang banyak yang hilang sehingga susah untuk mengunyah makanan.
Pemeriksaan intra oral: gigi 15, gigi 16, gigi25, gigi 47, dan gigi 48 hilang; eksostosis
pada gigi 15 dan gigi 16; frenulum bukalis rahang bawah kanan tinggi. Dokter gigi
melakukan tindakan awal pencabutan sisa akar gigi 46, pembedahan untuk
menghilangkan eksostosis dan menghilangkan frenulum bukalis RA. Kemudian
menyarankan pembuatan gigi tiruan yang bisa dilepas sendiri oleh pasien dan sewarna
gingiva.
1.4 Keyword
1. Gigi palsu
2. IO: gigi 15, gigi 16, gigi25, gigi 47, dan gigi 48 hilang
3. gigi 46 sisa akar, eksostosis pada gigi 15 dan gigi 16
4. Frenulum bukalis rahang bawah kanan tinggi
5. Pencabutan sisa akar gigi 46
6. Pembedahan untuk menghilangkan eksostosis
7. Menghilangkan frenulum yang tinggi
8. Pembuatan gigi tiruan lepasan sewarna gingiva
1.5 Listing Question
1. Jenis gigi tiruan apa yang akan dipakai pada pasien?
2. Bagaimana kondisi eksostosis yang diharuskan pembedahan?
3. Apa pengaruh pada gigi tiruan jika dokter gigi tidak melakukan tindakan
pembedahan eksostosis?
4. Bagaimana teknik pembedahan yang dilakukan dokter gigi tersebut?
5. Bahan apa yang digunakan pada gigi tiruan lepasan tersebut?
6. Mengapa dokter gigi menyarankan pembuatan gigi tiruan yang bisa dilepas?
7. Apa saja yang harus diperhatikan pasien pada penggunaan gigi tiruan lepasan?
3
1.7 Hipotesis
Perempuan
57 tahun
3
1.8 Learning Issues
1. SURGICAL
3. ENDODONTIC
4. ORTHODONTIC
5. RESTORATIVE
a. Menghilangkan karies
b. Replacement restorasi
6
2.1.4. Penatalaksanaan
1. Tahap pertama
Anamnesis
Membuat model studi
Mencetak anatomis rahang atas dan rahang bawah
Facebow transfer
Catatan gigit
2. Tahap kedua
Rehabilitasi mukosa, perbaikan permukaan oklusal, guiding plane, dan
rest seat harus selesai dilakukan sebelum model kerja
Membuat model kerja
Penetapan gigit
Facebow transfer
Pemilihan anasir gigi
a. Pemilihan Anasir Gigi tiruan Anterior
Memilih gigi yang akan disusun pada kasus GTSL tidaklah begitu
sulit, khususnya pada kasus dengan kehilangan satu atau dua gigi.
Bila gigi yang hilang banyak, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih anasir gigi tiruan, antara lain:
Ukuran gigi
Panjang gigi dalam menentukan panjang gigi, ada dua hal yang
dapat dipakai sebagai pedoman, yaitu : Posisi istirahat Dalam
keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3 mm,
tetapi hal ini bervariasi secara individual tergantung dari umur dan
panjang bibir atas. Bagi pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan
telah aus sehingga mahkota klinis lebih pendek. Bila bibir atas
panjang maka seluruh gigi yang terlihat pada saat seseorang
tertawa. Pada saat tertawa, panjang gigi akan terlihat sampai 2/3.
Lebar gigi
Para pakar menganjurkan untuk menggunakan pedoman dalam
menentukan lebar gigi, antara lain :
Lee, Boucher menganjurkan untuk menggunakan indeks nasal
sebagai pedoman
yaitu : lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus
rahang atas yang diukur secara garis lurus. Sudut mulut Sudut
mulut dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
letak tepi distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak antara
kedua sudut mulut sama dnegan lebar keenam gigi depan atas
Bentuk gigi
Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat
digunakan sebagai pedoman.
Menurut Leon Williams Bentuk wajah ada hubungannya dengan
bentuk gigi insisivus sentral atas Bentuk insisivus sentral atas sesuai
dengan bentuk garis luar wajah tetapi dalam arah terbalik.
Wajah dilihat dari depan :
Persegi/square. Wajah bentuk persegi/square
Lancip/tapering
Wajah bentuk lancip/tapering
Lonjong/ovoid
Wajah dilihat dari samping
Cembung/convex
Lurus/straight
Cekung/concave
Inklinasi labio palatal insisivus sewaktu penyusunan gigi depan
Jenis kelamin Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas
pada pria bersudut lebih tajam (giginya berbentuk kuboidal),
sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk spheroidal)
Umur
Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Bentuk
tepi insisal pada usia tua telah mengalami keausan karena
pemakaian
b. Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Posterior
Anasir gigi tiruan posterior dipilih yang mempunyai
Ukuran mesio distal yang kecil, buko lingual yang sempit
dibandingkan dengan gigi asli agar daya yang diterima
oleh jaringan pendukung lebih kecil pula
Warna Anasir gigi tiruan posterior warnanya harus
disesuaikan dengan gigi yang masih ada
Bahan anasir gigi tiruan
Mounting
3. Tahap ketiga
Try-in basis gigi tiruan
Hal yang dilihat:
Warna
Bentuk
Oklusi
Estetik
Pembuatan gigitan kerja
Pemasangan model rahang atas dan rahang bawah pada artikulator
Penyusunan gigi tiruan
Flasking, wax elimination, packing, prosesing akrilik
Selective grinding 1
Polishing awal
Selective grinding 2
Polishing akhir
Insersi
Hal yang perlu diperhatikan:
Part of insertion
Retensi
Stabilisasi
oklusi
kontrol
Hal yang diperhatikan sewaktu pasca pemasangan:
Pada gigi asli:
Kebersihan mulut dan gigi baik
Pemeriksaan gigi asli berkaitan karies, mobility, dan
jaringan pendukung
Jaringan lunak yang ditutupi gigi tiruan berkaitan
inflamasi akibat iritasi
Pada gigi tiruan
Kebersihan gigi tiruan
Retensi
Oklusi dan artikulasi
2.1.5. Pertimbangan Persiapan dan Pemilihan Gigi Penyangga
1. Pertimbangan Beban Kunyah
Stres yang diterima pada gigi tiruan akan ditransmisikan pada gigi dan jaringan
residual ridge. Stress yang diterima yang dapat menggerakkan gigi tiruan
diantaranya adalah
- Beban kunyah
- Gravitasi
- Makanan yang lengket yang dapat menarik gigi tiruan dari arah oklusal
- Otot dan lidah
- Intercuspal teeth yang menghasilkan gaya horizontal dan rotasi
2. Syarat gigi penyangga
1. Tidak ada kelainan pada jaringan periodontal, masih baik dan kuat
2. Tidak ada karies yang besar
3. Maksimal kegoyanyan gigi derajat 2
4. Terletak dalam lengkung yang benar
5. Anatomi normal dan posisinya tegak
6. Perbandingan mahkota:akar = 1:2 agar stabilitasnya baik
7. Gigi penyangga dekat dengan saddle
8. Tidak mengganggu estetik
9. Gigi masih vital
10.Semakin banyak akar, semakin kuat
11.Bentuk mahkota sesuai dengan macam klamer yang akan digunakan
12.Gigi tegak lurus dengan prosesus alveolaris
2.1.6. Klasifikasi kehilangan gigi
free-end saddle dan 1 bounded saddle disebut sebagai Kennedy klas I modifikasi 1. Jika
terdapat 2 bounded saddle pada kasus bilateral free-end saddle maka disebut Kennedy
Klas I modifikasi 2.
Kehilangan gigi terjadi pada kombinasi antara kelas I,II,III dengan tambahan jumlah
regio yang hilang. Contohnya yaitu:
2. Bedah Preprostetik
2.2.1. Definisi
Bagian dari prosedur bedah mulut dan maxillofacial yang berperan merestorasi fungsi
rongga muulut dan bentuk wajah dikarenakan kehilangan gigi akibat dari penyakit,
trauma, dan prosedur bedah berupa pengangkatan tumor dan lainnya dengan cara
memodifikasi tulang alveolar dan struktur sekitarnya untuk mendapatkan kondisi
yang baik, nyaman dan estetik untuk protesis (Balaji, 2007)
6
2.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
Frenulum labialis yang terlalu tinggi
Frenulum lingualis yang terlalu pendek
Jaringan lunak yang mengalami hipertrofi
Alveolar ridge yang tajam
Eksostosis
Torus palatinus maupun torus mandibularis
Bentuk alveolar yang terlalu protrusif
Jaringan yang hipermobile pada alveolar
Undercut pada processus alveolaris yang terlalu besar
Perlekatan otot yang dekat dengan residual ridge
Resorbsi alveolar yang berlebih yang menyebabkan bentukan datar
b. Kontraindikasi
Pasien memiliki kelainan sistemik
Pasien memiliki riwayat keganasan
Pasien sedang dalam kondisi infeksi akut
Pasien tidak ingin dilakukan bedah
Pasien mengalami kelainan psokologis seperti depresi, bingung dan belum
siap menggunakan protesa
2) Osteootomi segmental
Membuat unit dentoalveolar yang terkontrol pada kedua lengkung
rahang agar dapat digerakkan dan diperbaiki posisinya.
2. Torektomi
Torus pada rahang atas dan bawah (eksostosis) akan menyebabkan
gangguan pada pembuatan dan pemakaian protesa. Torus biasanya diambil
melalui prosedur tersendiri, terpisah dari pencabutan atau alveoplasti.
Torus palatinus
Torus palatines mempunyai ukuran dan bentuk sangat bervariasi, bisa berupa
tonjolan kecil tunggal/berupa tonjolan multilobuler yang luas. Pembedahan
untuk menghilangkan torus ini pada dasarnya sama tanpa memperhatikan
bentuknya
6
Teknik :
1. Dibuat insisi sagital tunggal pada pertengahan palatal dimulai 1 cm di
depan garis vibrasi dan dilanjutkan ke depan tepat di belakang papilla insisiva,
dilanjutkan ke anterior sebagai dua insisi yang serong, sehingga keduanya
membentuk huruf “V”.
2. Apabila diperlukan jalan masuk tambahan, insisi pembebasan yang
serupa dibuat pada bagian posterior, perlu diperhatikan jangan sampai
memotong a.palatina mayor.
3. Kemudian flap mukoperiosteal tersebut disingkapkan ke arah bukal
(lateral). Untuk memungkinkan retraksi dan jalan masuk yang aman, flap ini
dijahit sementara pada puncak linger residual.
4. Tulang kemudian diukur ketinggiannya dengan menggunakan bur fisur
disertai irigasi salin steril.
5. Kemudian potongan-potongan torus diambil dengan osteotom, dengan
menggunakan mallet atau ditekan dengan tangan.
6. Penghalusan akhir dilakukan dengan bur besar bulat atau bur akrilik
yang berbentuk buah pir dan kikir tulang.
7. Pertimbangan utama dalam pengambilan torus palatinus adalah
menghindari terjadinya lubang pada dasar rongga hidung.
8. Sesudah irigasi dan inspeksi, dilakukan penjajagan penutupan flap.
Apabila ada jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan
seperlunya.
9. Penutupan dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan matres
horizontal terputus.
10. Penempatan jahitan dimungkinkan jika jahitan tidak disimpul (namun
hanya ditahan dengan hemostat) sampai semua jahitan sudah terpasang.
Torus mandibula
Torus mandibula terletak di atas perlekatan otot mylohyoid, dan biasanya
bilateral.
Teknik :
1. Pengambilan dilakukan dengan membuat flap envelope yang relative
panjang di lingual tanpa insisi tambahan. Suatu insisi dengan ketebalan penuh
(menyertakan mukosa dan periosteum) dibuat diatas puncak linger residual
atau pada kreviks gingival bagian lingual, apabila giginya masih ada.
2. Flap mukoperiosteal tersebut kemudian disingkapkan dari permukaan
superior dan permukaan lingual dari linger dan torus dengan hati-hati untuk
menghindari sobeknya flap.
3. Dengan menggunakan bur bukat atau fisur dilakukan pengeburan
dengan kedalaman 3-4 mm sepanjang garis pertemuan antara torus dengan
permukaan kortikal mandibula dari posterior ke anterior. Pengeboran ini
dibuat sejajar atau sedikit miring terhadap permukaan medial mandibula.
4. Sekali lagi pengambilan torus bisa dilakukan dengan menggunakan
osteotom.
5. Karena biasanya terdapat celah alami di antara torus dengan lamina
mandibularis lingual, maka untuk melepas torus hanya memerlukan kekuatan
tarikan yang sedikit saja.
6. Sesudah dilakukan penghalusan akhir dengan menggunakan bur dan
kikir tulang, bagian tersebut diirigasi dengan salin steril dan diinspeksi.
7. Penutupan dilakukan dengan jahitan kontinyu dari posterior ke anterior.
8. Pembentukan hematom lebih jarang terjadi dibanding dengan
pengambilan torus palatinus.
6
3. Alveolektomi
Definisi tindakan bedah untuk mereduksi atau mengambil sebagian processus
alveolaris
Macam:
Prosedur kerja:
1. Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut,
mukoperiosteum harus dicek untuk memastikan bahwa telah terdapat
kedalaman minimum sebesar 10mm. Dari semua tepi gingival yang
mengelilingi area yang akan dihilangkan.
2. Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak
alveolar pada titik di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari
gigi terakhir pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut,
menuju ke lipatan mukobukal setidaknya 15mm. tarik insisi ke area dimana
gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.
3. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan pada
tepi flap atau dengan tissue retactor.
4. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga
dari seluruh area operasi.
5. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu
blade pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan
dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke
bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat
menuju lingual, sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan
memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam.
7. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan
end-cutting rongeurs.
8. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone
file. Tahan bone file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel ,
pada posisi jari yang sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan
mendorong.
9. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil
tulang atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket.
Ulangi prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan
lunak, dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
11. Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang
dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih
sedikit dilapisi oleh jaringan lunak.
12. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya
terlihat overlap.
13. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari
telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah
ada penonjolan tajam yan tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat
merasakannya dengan jari telunjuk.
14. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa hilangkan
dengan bone file.
15. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan
benang jahitan sutra hitam kontinyu nomor 000. Walaupun demikian, jahitan
interrupted juga dapat digunakan jika diinginkan.
4. Bone graft
Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan
ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun yang
berlainan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki suatu cacat yang disebabkan
oleh penyakit, kecelakaan, atau anomali pertumbuhan dan perkembangan.
Bone graft adalah pilihan yang banyak digunakan untuk memperbaiki
kerusakan tulang periodontal. Dengan grafttulang diharapkan ada perbaikan
klinis pada tulang periodontal, hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan cara
bedah pembersihan biasa tanpa penambahan bahan graft.
a) Autogenous Graft
Adalah graft yang berasal dari donor sendiri hanya di pindah dari satu tempat
ke tempat lainnya. Secara fisiologis paling unggul karena berasal dari jaringan
tubuh sendiri, namun mempunyai beberapa kekurangan yaitu jumlahnya
terbatas, sulit mengambil material graft, meningkatkan resiko infeksi,
meningkatkan resiko kehilangan darah dan menambah waktu anastesi.
b) Isogenic Graft
Graft yang berasal dari individu berbeda namun ada hubungan secara genetik
dengan resipien
c) Allogenic Graft
Graft yang berasal dari individu berbeda, tanpa hubungan genetik dengan
donor namun masih dalam spesies yang sama. Keuntungan menggunakan
allograft dibandingkan autograft adalah pasien tidak perlu mengalami luka
bedah tambahan untuk pengambilan donor dari tubuhnya sendiri sementara
potensi perbaikan tulangnya tetap sama.
d) Xenogenic Graft
Graft yang berasal dari spesies berbeda.
Prosedur
1. Anestesi local di area yang akan diakukan bone graft
2. Memisahkan gingiva dari akar gigi dan tulang
3. Lakukan root planning untuk menghilangkan kalkulus subgingiva dan
membersihkan seluruh bakteri dari area tersebut
4. Bentuk tulang menjadi bentuk yang diinginkan
5. Letakkan bone graft material pada tulang yang sudah dibentuk
6. Letakkan selapis membrane special di atas situs bone graft untuk
mencegah jaringan yang tidak diinginkan di situs bone graft dan merangsang
pertumbuhan tulang yang normal
7. Gingiva direposisi menutup situs bone graft
8. Gingiva dijahit
5. Frenektomi
Macam teknik:
-Teknik Miller
- V-Y Plasty
- Z Plasty
- Frenektomi dengan electrosurgery
-Frenektomi klasik/konvensional
Prosedur :
1. Persiapan alat bedah
2. Desinfeksi dengan Iod gliserin pada daerah yang akan di anestesi. Anestesi
pada
sinistra dan dextra frenulum labialis superior yang akan dieksisi dan bagian
palatal
perluasan frenulum labialis superior.
3. Jepit frenulum pada kedalaman vestibulum dengan hemostat dan
dekat dengan
permukaan mukosa bibir untuk menghindari perdarahan pasca eksisi.
4. Eksisi frenulum labialis superior di bawah hemostat.dengan scalpel.
5. Daerah dasar vestibulum dan mukosa bibir dijahit agar tidak terjadi
perluasan daerah
irisan dan perdarahan yang berlebihan.
6. Eksisi perluasan frenulum labialis superior yang melebar hingga palatal.
7. Lakukan kuret di daerah permukaan tulang. Bersihkan semua serabut
periosteum agar
tidak terjadi pertemuan serabut bagian koronal dan apikal
8. Irigasi dengan saline, tekan 3-5 menit
9. Pemasangan periodontal pack pada daerah bedah agar penyembuhan luka
optimal dan
tidak terjadi perlekatan bibir dengan gingival selama proses penyembuhan
gingival.
10. Pemberian resep dan instruksi; obat yang digunakan berupa analgetik dan
antibiotik.
11. Kontrol I (1 minggu pasca operasi): pembukaan periodontal pack dan
pengambilan
jahitan, irigasi dengan antiseptic dan instruksi untuk perawatan di rumah.
12. Kontrol II ( 2-3 minggu pasca operasi): penyembuhan 2 minggu pasca
operasi, irigasi
dan instruksi perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Fluidayanti, Inetia , Achmad Gunadi, Dewi Kristiana. 2016. Distribution of Tooth Loss
Based on Kennedy Classification and Types of Denture for Patient in Dental
Hospital of Jember University. Proccedings Book FORKINAS VI FKG UNEJ 14th-
15th, Hal 296.
Sulandari, Astri, Robbert Lessang, Sri Lelyati. 2013. Bedah Periodontal yang berkaitan
dengan Perawatan Prostodontik. Jakarta: FKG UI.