Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PBL

SKENARIO 3 BLOK 12
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DAN BEDAH PREPROSTETIK
“TULANGKU SAKIT”

Kelompok F

Ketua : Dandi Anugrah (165160107111002)


Sekertaris : Aleina Indira (165160107111021)
Anggota : Ghea Dewi Hapsari (165160100111002)
Inas Wafiqah (165160100111005)
Lyvia Christie (165160100111023)
Eunike Kusuma Rani (165160100111025)
Hamzah Sahag Zulkarnain (165160101111020)
Ismi Dwi Utami (165160101111027)
Syafira Salsabila (165160101111030)
Gabriela Al Jalilah Kawaca (165160101111032)
Kurnia Putri Alvianti (165160101111036)
Romilda Diva Rahayu (165160101111037)
Zalfa Alzelia (165160107111003)
Novia Ayu Kusumaningrum (165160107111005)
Nabilah Kusuma Wardhani (165160107111018)

DK 1 : Selasa/ 09 April 2019


DK 2 : Jumat/ 12 April 2019
FASILITATOR :
DK 1: Drg. Fidya,M.Si
DK 2: Ratih Pusporini, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Pada laporan ini kami akan menyajikan dan membahas tentang
“Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dan Bedah Preprostetik.”
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada
drg. Fidya,M.Si dan drg. Ratih Pusporini, M.Si selaku fasilitator sekaligus pembimbing
dalam diskusi kelompok dan juga berbagai pihak yang telah terlibat dalam pembuatan
laporan ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan diskusi kelompok ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Malang, 09 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I..........................................................................................................................1

1.1 Skenario...................................................................................................1

1.2 Unfamiliar Word........................................................................................1

1.3 Finding Definition......................................................................................1

1.4 Keyword...................................................................................................1

1.5 Listing Question........................................................................................2

1.6 Brain Storming..........................................................................................2

1.7 Hipotesis..................................................................................................3

1.8 Learning Issues........................................................................................4

BAB II........................................................................................................................5

2.1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan....................................................................5

2.1.1. Definisi.....................................................................................................5

2.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi........................................................................5

2.1.3. Mouth Preparation....................................................................................6

2.1.4. Penatalaksanaan.......................................................................................7

2.1.5. Pertimbangan persiapan dann pemilihan gigi penyangga...........................11

2.1.6. Klasifikasi kehilangan gigi........................................................................13

2.2. Bedah Preprostetik.....................................Error! Bookmark not defined.

2.2.1. Definisi......................................................Error! Bookmark not defined.

2.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi......................................................................15

2.2.3. Macam dan Teknik Pembedahan..............................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................25

iii
BAB I
DISKUSI KELOMPOK I

1.1 Skenario

Seorang permpuan, 57 tahun datang ke dokter gigi ingin dibuatkan gigi palsu
karena gigi belakang banyak yang hilang sehingga susah untuk mengunyah makanan.
Pemeriksaan intra oral: gigi 15, gigi 16, gigi25, gigi 47, dan gigi 48 hilang; eksostosis
pada gigi 15 dan gigi 16; frenulum bukalis rahang bawah kanan tinggi. Dokter gigi
melakukan tindakan awal pencabutan sisa akar gigi 46, pembedahan untuk
menghilangkan eksostosis dan menghilangkan frenulum bukalis RA. Kemudian
menyarankan pembuatan gigi tiruan yang bisa dilepas sendiri oleh pasien dan sewarna
gingiva.

1.2 Unfamiliar Word


(-)

1.3 Finding Definition


(-)

1.4 Keyword
1. Gigi palsu
2. IO: gigi 15, gigi 16, gigi25, gigi 47, dan gigi 48 hilang
3. gigi 46 sisa akar, eksostosis pada gigi 15 dan gigi 16
4. Frenulum bukalis rahang bawah kanan tinggi
5. Pencabutan sisa akar gigi 46
6. Pembedahan untuk menghilangkan eksostosis
7. Menghilangkan frenulum yang tinggi
8. Pembuatan gigi tiruan lepasan sewarna gingiva
1.5 Listing Question
1. Jenis gigi tiruan apa yang akan dipakai pada pasien?
2. Bagaimana kondisi eksostosis yang diharuskan pembedahan?
3. Apa pengaruh pada gigi tiruan jika dokter gigi tidak melakukan tindakan
pembedahan eksostosis?
4. Bagaimana teknik pembedahan yang dilakukan dokter gigi tersebut?
5. Bahan apa yang digunakan pada gigi tiruan lepasan tersebut?
6. Mengapa dokter gigi menyarankan pembuatan gigi tiruan yang bisa dilepas?
7. Apa saja yang harus diperhatikan pasien pada penggunaan gigi tiruan lepasan?

1.6 Brain Storming


1. Gigi tiruan sebagian lepasan
2. ukuran dan bentuk eksostosis yang mengganggu pembuatan dan retensi gigi
tiruan lepasan
3. Alasan:
a. Pada frenulum yang tinggi = agar memudahkan giig tiruan lepasan
mudah untuk dilepas
b. pada eksostosis yang mengganggu gigi tiruan lepasan dagar mudah
dilepas
c. dan pada sisa akar agar mencegah penyebaran infeksi fokal serta sisi
tajam dari sisa akar yang mampu melukai gingiva,mukosa , dan basis
gigi tiruan lepasan
4. Alveolektomi untuk eksostosis, frenektomi untuk frenulum yang tinggi
5. Resin akrilik
6. Berdasarkan usia,pembersihan yang mudah, proses penyembuhan paska
ekstraksi tidak terganggu, pertimbangan biaya
7. Pasien diinformasikan cara pembersihan, diet makanan lunak, kondisi sistemik,
dan kapan dilakukan penggantian gigi tiruan sebagian lepas

3
1.7 Hipotesis

Perempuan
57 tahun

Keluhan : Sulit Mengunyah

sisa akar gigi 46 Intraoral eksostosisi pada gigi 15 Frenulum bukalis


dan gigi 16 rahang bawah tinggi

gigi 15, gigi 16,


Pencabutan gigi25, gigi 47, dan Alveolektomi Frenektomi
gigi 48 hilang

Gigi Tiruan Sebagian


Lepasan

3
1.8 Learning Issues

1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


- Definisi
- Indikasi & Kontraindikasi
- Mouth Preparation
- Penatalaksanaan
- Pertimbangan pemilihan dan persiapan gigi penyangga
- Klasifikasi kehilangan gigi
2. Bedah Preprostetik
- Definisi
- Indikasi & Kontraindikasi
- Macam dan teknik pembedahan
BAB II
LEARNING OUTCOME

1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


2.1.1. Definisi

Komponen prostodontik yang berguna merestorasi dan menjaga fungsi rongga


mulut dan kenyamanan dengan menggantikan gigi yang hilang dan jaringan
craniofasial dengan struktur artificial yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien.

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau removable partial denture merupakan


gigi tiruan yang digunakan untuk menggantikan satu atau lebih gigi beserta jaringan
sekitar di bawahnya. Penggunaan GTSL dapat dilakukan sendiri oleh pasien, baik
ketika memasukkan ataupun mengeluarkan.dari rongga mulut. GTSL digunakan
sebagai gigi tiruan karena dapat menggantikan fungsi gigi asli yang telah hilang,
meliputi fungsi mastikasi, estetik, fonetik, serta dapat mempertahankan jaringan
mulut yang masih ada agar tetap sehat. Selain itu, penggunaan GTSL difungsikan
untuk mencegah terjadinya migrasi pada gigi akibat adanya gigi yang hilang dan
dapat meningkatkan distribusi beban kunyah.

2.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
- Keadaan hilangnya gigi dengan area edentulous yang panjang,
- Adanya resorpsi atau kerusakan tulang alveolar yang parah,
- Tidak adanya gigi penyangga untuk gigi tiruan cekat,
- Jaringan periodontal yang ada tidak mampu untuk mendukung gigi
tiruan cekat,
- Kebutuhan untuk perawatan immediate setelah pencabutan gigi,
- Pertimbangan biaya yang lebih murah dan keinginan pasien
2. Kontraindikasi
- Kurangnya gigi yang tepat sebagai dukungan, retensi, stabilisasi gigi
tiruan sebagian lepasan,
- Rampan karies atau kondisi periodontal yang tidak sehat,
- Kebersihan rongga mulut yang buruk,
- Pasien menolak pilihan perawatan karena alasan estetik
- Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan
gigitiruan.
- Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita
sebaiknyadibuatkan GT temporer.
- Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

2.1.3. Mouth Preparation

1. SURGICAL

a. Gigi malposisi / extruded


b. Tuberositas yg besar
c. Tulang eksotosis dan torus
2. PERIODONTAL
a. Periodontal disease dan kontrol plak
b. Adanya suprabony pocket

3. ENDODONTIC

a. Gigi non vital


b. Gigi abutment yg dirawat endodontic

4. ORTHODONTIC

a. Gigi abutment: koreksi inklinasi gigi penyangga


b. Occlusal plane
c. Edentulous spans

5. RESTORATIVE

a. Menghilangkan karies
b. Replacement restorasi

6. Preparasi Rest Area

a. Oklusal rest seat


b. Insisal rest seat
c. Lingual rest seat

7. Restorasi pada gigi penyangga

a. Re-contour gigi penyangga


b. Dentin exposure pada modifikasi gigi

6
2.1.4. Penatalaksanaan
1. Tahap pertama
 Anamnesis
 Membuat model studi
 Mencetak anatomis rahang atas dan rahang bawah
 Facebow transfer
 Catatan gigit
2. Tahap kedua
 Rehabilitasi mukosa, perbaikan permukaan oklusal, guiding plane, dan
rest seat harus selesai dilakukan sebelum model kerja
 Membuat model kerja
 Penetapan gigit
 Facebow transfer
 Pemilihan anasir gigi
a. Pemilihan Anasir Gigi tiruan Anterior
Memilih gigi yang akan disusun pada kasus GTSL tidaklah begitu
sulit, khususnya pada kasus dengan kehilangan satu atau dua gigi.
Bila gigi yang hilang banyak, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih anasir gigi tiruan, antara lain:
 Ukuran gigi
Panjang gigi dalam menentukan panjang gigi, ada dua hal yang
dapat dipakai sebagai pedoman, yaitu : Posisi istirahat Dalam
keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3 mm,
tetapi hal ini bervariasi secara individual tergantung dari umur dan
panjang bibir atas. Bagi pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan
telah aus sehingga mahkota klinis lebih pendek. Bila bibir atas
panjang maka seluruh gigi yang terlihat pada saat seseorang
tertawa. Pada saat tertawa, panjang gigi akan terlihat sampai 2/3.
 Lebar gigi
Para pakar menganjurkan untuk menggunakan pedoman dalam
menentukan lebar gigi, antara lain :
Lee, Boucher menganjurkan untuk menggunakan indeks nasal
sebagai pedoman
yaitu : lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus
rahang atas yang diukur secara garis lurus. Sudut mulut Sudut
mulut dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
letak tepi distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak antara
kedua sudut mulut sama dnegan lebar keenam gigi depan atas

 Bentuk gigi
Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat
digunakan sebagai pedoman.
 Menurut Leon Williams Bentuk wajah ada hubungannya dengan
bentuk gigi insisivus sentral atas Bentuk insisivus sentral atas sesuai
dengan bentuk garis luar wajah tetapi dalam arah terbalik.
 Wajah dilihat dari depan :
 Persegi/square. Wajah bentuk persegi/square
 Lancip/tapering
 Wajah bentuk lancip/tapering
 Lonjong/ovoid
 Wajah dilihat dari samping
 Cembung/convex
 Lurus/straight
 Cekung/concave
Inklinasi labio palatal insisivus sewaktu penyusunan gigi depan
 Jenis kelamin Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas
pada pria bersudut lebih tajam (giginya berbentuk kuboidal),
sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk spheroidal)
 Umur
Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Bentuk
tepi insisal pada usia tua telah mengalami keausan karena
pemakaian
b. Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Posterior
Anasir gigi tiruan posterior dipilih yang mempunyai
 Ukuran mesio distal yang kecil, buko lingual yang sempit
dibandingkan dengan gigi asli agar daya yang diterima
oleh jaringan pendukung lebih kecil pula
 Warna Anasir gigi tiruan posterior warnanya harus
disesuaikan dengan gigi yang masih ada
 Bahan anasir gigi tiruan
 Mounting

3. Tahap ketiga
 Try-in basis gigi tiruan
Hal yang dilihat:
 Warna
 Bentuk
 Oklusi
 Estetik
 Pembuatan gigitan kerja
 Pemasangan model rahang atas dan rahang bawah pada artikulator
 Penyusunan gigi tiruan
 Flasking, wax elimination, packing, prosesing akrilik
 Selective grinding 1
 Polishing awal
 Selective grinding 2
 Polishing akhir
 Insersi
Hal yang perlu diperhatikan:
 Part of insertion
 Retensi
 Stabilisasi
 oklusi
 kontrol
Hal yang diperhatikan sewaktu pasca pemasangan:
 Pada gigi asli:
 Kebersihan mulut dan gigi baik
 Pemeriksaan gigi asli berkaitan karies, mobility, dan
jaringan pendukung
 Jaringan lunak yang ditutupi gigi tiruan berkaitan
inflamasi akibat iritasi
 Pada gigi tiruan
 Kebersihan gigi tiruan
 Retensi
 Oklusi dan artikulasi
2.1.5. Pertimbangan Persiapan dan Pemilihan Gigi Penyangga
1. Pertimbangan Beban Kunyah
Stres yang diterima pada gigi tiruan akan ditransmisikan pada gigi dan jaringan
residual ridge. Stress yang diterima yang dapat menggerakkan gigi tiruan
diantaranya adalah
- Beban kunyah
- Gravitasi
- Makanan yang lengket yang dapat menarik gigi tiruan dari arah oklusal
- Otot dan lidah
- Intercuspal teeth yang menghasilkan gaya horizontal dan rotasi
2. Syarat gigi penyangga

1. Tidak ada kelainan pada jaringan periodontal, masih baik dan kuat
2. Tidak ada karies yang besar
3. Maksimal kegoyanyan gigi derajat 2
4. Terletak dalam lengkung yang benar
5. Anatomi normal dan posisinya tegak
6. Perbandingan mahkota:akar = 1:2 agar stabilitasnya baik
7. Gigi penyangga dekat dengan saddle
8. Tidak mengganggu estetik
9. Gigi masih vital
10.Semakin banyak akar, semakin kuat
11.Bentuk mahkota sesuai dengan macam klamer yang akan digunakan
12.Gigi tegak lurus dengan prosesus alveolaris
2.1.6. Klasifikasi kehilangan gigi

Dibagi ke dalam 4 basic class, yaitu :

1. Kennedy Klas I (Bilateral free-end saddle)


Bilateral edentulous area terletak pada posterior dari gigi asli. Modifikasi dari klas
ini didapatkan jika terdapat bounded saddle yang lain. Contohnya kasus dengan

free-end saddle dan 1 bounded saddle disebut sebagai Kennedy klas I modifikasi 1. Jika
terdapat 2 bounded saddle pada kasus bilateral free-end saddle maka disebut Kennedy
Klas I modifikasi 2.

2. Kennedy Klas II (Unilateral free-end saddle)


Unilateral edentulous area terletak pada posterior dari gigi asli. Modifikasi dari
klas ini didapatkan jika terdapat bounded saddle yang lain. Contohnya kasus
dengan unilateral free-end saddle dan 1 bounded saddle maka disebut Kennedy
Klas II modifikasi 1.
3. Kennedy Klas III
Unilateral edentulous area dengan gigi asli tersisa pada anterior dan posterior
dari edentulous area. GTSL pada klas ini memiliki 1 bounded saddle pada 1 sisi
rahang saja, jika pada klas ini terdapat bounded saddle di sisi yang lain maka
merupakan modifikasi dan disebut Kennedy Klas III modifikasi 1.
4. Kelas IV
Single, bilateral (crossing midline) edentulous area terletak pada anterior dari gigi
asli. Tidak ada modifikasi dalam klas ini.

Kehilangan gigi terjadi pada kombinasi antara kelas I,II,III dengan tambahan jumlah
regio yang hilang. Contohnya yaitu:

1. Klasifikasi Kennedy kelas I modifikasi 1


2. Klasifikasi Kennedy kelas I modifikasi 2

3. Klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3

4. Klasifikasi Kennedy kelas III modifikasi 1

2. Bedah Preprostetik
2.2.1. Definisi

Bagian dari prosedur bedah mulut dan maxillofacial yang berperan merestorasi fungsi
rongga muulut dan bentuk wajah dikarenakan kehilangan gigi akibat dari penyakit,
trauma, dan prosedur bedah berupa pengangkatan tumor dan lainnya dengan cara
memodifikasi tulang alveolar dan struktur sekitarnya untuk mendapatkan kondisi
yang baik, nyaman dan estetik untuk protesis (Balaji, 2007)

6
2.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
 Frenulum labialis yang terlalu tinggi
 Frenulum lingualis yang terlalu pendek
 Jaringan lunak yang mengalami hipertrofi
 Alveolar ridge yang tajam
 Eksostosis
 Torus palatinus maupun torus mandibularis
 Bentuk alveolar yang terlalu protrusif
 Jaringan yang hipermobile pada alveolar
 Undercut pada processus alveolaris yang terlalu besar
 Perlekatan otot yang dekat dengan residual ridge
 Resorbsi alveolar yang berlebih yang menyebabkan bentukan datar
b. Kontraindikasi
 Pasien memiliki kelainan sistemik
 Pasien memiliki riwayat keganasan
 Pasien sedang dalam kondisi infeksi akut
 Pasien tidak ingin dilakukan bedah
 Pasien mengalami kelainan psokologis seperti depresi, bingung dan belum
siap menggunakan protesa

2.2.3. Macam dan Teknik Pembedahan


1. Osteotomi
Osteotomi merupakan pemotongan terencana atau ppemisahan tulang untu4k
memperbaiki kelainan bentuk. Dapat dilakukan pada maksila / mandibula/
keduanya.
a. Mandibular Osteotomy
1) Osteotomi mandibula total
Menggerakkan secara bedah pars basilaris bagian anterior dan alveolaris
mandibulae, sehingga dapat diperbaiki posisinya
2) Osteotomi ramus sagital mandibula
Pemotongan bedah dari ramus pada bidang antero-posterior yang
memisahkan korteks dan memungkinkan dilakukannya perbaikan posisi
dari bundle neurovaskuler alveeolaris inferior, korteks medial ramus, dan
pars basilaris/ alveolaris mandibulae bagian distal sebagai satu kesatuan

3) Osteotomi ramus vertical mandibula


Pemotongan bedah dari seluruh ketebalan ramus pada bidang
mediolateral dari sigmoid notch sampai ke region angulus.
Memungkinkan dilakukannya perbaikan posisi dari seluruh bagian
anterior mandibula dan bundle neurovaskuler
b. Maxillary Osteotomy
1) Osteotomi maksila total (Le Fort 1)
Menggerakkan secara bedah seluruh prosesus alveolaris rahang atas dan
palatum sebagai satu kesatuan agar posisi dapat diperbaiki

2) Osteootomi segmental
Membuat unit dentoalveolar yang terkontrol pada kedua lengkung
rahang agar dapat digerakkan dan diperbaiki posisinya.

2. Torektomi
Torus pada rahang atas dan bawah (eksostosis) akan menyebabkan
gangguan pada pembuatan dan pemakaian protesa. Torus biasanya diambil
melalui prosedur tersendiri, terpisah dari pencabutan atau alveoplasti.

Torus palatinus
Torus palatines mempunyai ukuran dan bentuk sangat bervariasi, bisa berupa
tonjolan kecil tunggal/berupa tonjolan multilobuler yang luas. Pembedahan
untuk menghilangkan torus ini pada dasarnya sama tanpa memperhatikan
bentuknya

6
Teknik :
1. Dibuat insisi sagital tunggal pada pertengahan palatal dimulai 1 cm di
depan garis vibrasi dan dilanjutkan ke depan tepat di belakang papilla insisiva,
dilanjutkan ke anterior sebagai dua insisi yang serong, sehingga keduanya
membentuk huruf “V”.
2. Apabila diperlukan jalan masuk tambahan, insisi pembebasan yang
serupa dibuat pada bagian posterior, perlu diperhatikan jangan sampai
memotong a.palatina mayor.
3. Kemudian flap mukoperiosteal tersebut disingkapkan ke arah bukal
(lateral). Untuk memungkinkan retraksi dan jalan masuk yang aman, flap ini
dijahit sementara pada puncak linger residual.
4. Tulang kemudian diukur ketinggiannya dengan menggunakan bur fisur
disertai irigasi salin steril.
5. Kemudian potongan-potongan torus diambil dengan osteotom, dengan
menggunakan mallet atau ditekan dengan tangan.
6. Penghalusan akhir dilakukan dengan bur besar bulat atau bur akrilik
yang berbentuk buah pir dan kikir tulang.
7. Pertimbangan utama dalam pengambilan torus palatinus adalah
menghindari terjadinya lubang pada dasar rongga hidung.
8. Sesudah irigasi dan inspeksi, dilakukan penjajagan penutupan flap.
Apabila ada jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan
seperlunya.
9. Penutupan dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan matres
horizontal terputus.
10. Penempatan jahitan dimungkinkan jika jahitan tidak disimpul (namun
hanya ditahan dengan hemostat) sampai semua jahitan sudah terpasang.

Torus mandibula
Torus mandibula terletak di atas perlekatan otot mylohyoid, dan biasanya
bilateral.
Teknik :
1. Pengambilan dilakukan dengan membuat flap envelope yang relative
panjang di lingual tanpa insisi tambahan. Suatu insisi dengan ketebalan penuh
(menyertakan mukosa dan periosteum) dibuat diatas puncak linger residual
atau pada kreviks gingival bagian lingual, apabila giginya masih ada.
2. Flap mukoperiosteal tersebut kemudian disingkapkan dari permukaan
superior dan permukaan lingual dari linger dan torus dengan hati-hati untuk
menghindari sobeknya flap.
3. Dengan menggunakan bur bukat atau fisur dilakukan pengeburan
dengan kedalaman 3-4 mm sepanjang garis pertemuan antara torus dengan
permukaan kortikal mandibula dari posterior ke anterior. Pengeboran ini
dibuat sejajar atau sedikit miring terhadap permukaan medial mandibula.
4. Sekali lagi pengambilan torus bisa dilakukan dengan menggunakan
osteotom.
5. Karena biasanya terdapat celah alami di antara torus dengan lamina
mandibularis lingual, maka untuk melepas torus hanya memerlukan kekuatan
tarikan yang sedikit saja.
6. Sesudah dilakukan penghalusan akhir dengan menggunakan bur dan
kikir tulang, bagian tersebut diirigasi dengan salin steril dan diinspeksi.
7. Penutupan dilakukan dengan jahitan kontinyu dari posterior ke anterior.
8. Pembentukan hematom lebih jarang terjadi dibanding dengan
pengambilan torus palatinus.

6
3. Alveolektomi
Definisi tindakan bedah untuk mereduksi atau mengambil sebagian processus
alveolaris
Macam:

1. Alveolektomi gigi tunggal


Keadaan dimana gigi yang lainnya sudah tidak ada dan hanya tersisa 1,
akibatnya terdapat penonjolan tulang pada daerah tersebut.
2. Alveolektomi gigi ganda
Keadaan dimana dilakukan penghalusan setelah percabutan bersamaan
beberapa gigi
3. Alveolektomi interseptal
Dilakukan pada soket pasca serial ekstraksi, biasanya terdapat undercut pada
labial. Alveolektomi ini mematahkan korteks puncak alveolar bagian labial ke
arah palatal atau lingual.
4. Rekonstruksi alveolar ridge yang tajam
Pada rahang yang sudah lama kehilangan beberapa atau seluruh gigi dan
resorbsi tulang berbentuk “knife edge” sehingga menyebabkan nyeri pada
penggunaan gigi tiruan lepasan.

Prosedur kerja:
1. Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut,
mukoperiosteum harus dicek untuk memastikan bahwa telah terdapat
kedalaman minimum sebesar 10mm. Dari semua tepi gingival yang
mengelilingi area yang akan dihilangkan.
2. Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak
alveolar pada titik di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari
gigi terakhir pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut,
menuju ke lipatan mukobukal setidaknya 15mm. tarik insisi ke area dimana
gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.
3. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan pada
tepi flap atau dengan tissue retactor.
4. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga
dari seluruh area operasi.
5. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu
blade pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan
dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke
bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat
menuju lingual, sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan
memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam.
7. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan
end-cutting rongeurs.
8. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone
file. Tahan bone file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel ,
pada posisi jari yang sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan
mendorong.
9. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil
tulang atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket.
Ulangi prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan
lunak, dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
11. Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang
dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih
sedikit dilapisi oleh jaringan lunak.
12. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya
terlihat overlap.
13. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari
telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah
ada penonjolan tajam yan tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat
merasakannya dengan jari telunjuk.
14. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa hilangkan
dengan bone file.
15. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan
benang jahitan sutra hitam kontinyu nomor 000. Walaupun demikian, jahitan
interrupted juga dapat digunakan jika diinginkan.
4. Bone graft
Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan
ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun yang
berlainan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki suatu cacat yang disebabkan
oleh penyakit, kecelakaan, atau anomali pertumbuhan dan perkembangan.
Bone graft adalah pilihan yang banyak digunakan untuk memperbaiki
kerusakan tulang periodontal. Dengan grafttulang diharapkan ada perbaikan
klinis pada tulang periodontal, hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan cara
bedah pembersihan biasa tanpa penambahan bahan graft.
a) Autogenous Graft
Adalah graft yang berasal dari donor sendiri hanya di pindah dari satu tempat
ke tempat lainnya. Secara fisiologis paling unggul karena berasal dari jaringan
tubuh sendiri, namun mempunyai beberapa kekurangan yaitu jumlahnya
terbatas, sulit mengambil material graft, meningkatkan resiko infeksi,
meningkatkan resiko kehilangan darah dan menambah waktu anastesi.
b) Isogenic Graft
Graft yang berasal dari individu berbeda namun ada hubungan secara genetik
dengan resipien
c) Allogenic Graft
Graft yang berasal dari individu berbeda, tanpa hubungan genetik dengan
donor namun masih dalam spesies yang sama. Keuntungan menggunakan
allograft dibandingkan autograft adalah pasien tidak perlu mengalami luka
bedah tambahan untuk pengambilan donor dari tubuhnya sendiri sementara
potensi perbaikan tulangnya tetap sama.
d) Xenogenic Graft
Graft yang berasal dari spesies berbeda.

Prosedur
1. Anestesi local di area yang akan diakukan bone graft
2. Memisahkan gingiva dari akar gigi dan tulang
3. Lakukan root planning untuk menghilangkan kalkulus subgingiva dan
membersihkan seluruh bakteri dari area tersebut
4. Bentuk tulang menjadi bentuk yang diinginkan
5. Letakkan bone graft material pada tulang yang sudah dibentuk
6. Letakkan selapis membrane special di atas situs bone graft untuk
mencegah jaringan yang tidak diinginkan di situs bone graft dan merangsang
pertumbuhan tulang yang normal
7. Gingiva direposisi menutup situs bone graft
8. Gingiva dijahit

5. Frenektomi

Macam teknik:
-Teknik Miller
- V-Y Plasty
- Z Plasty
- Frenektomi dengan electrosurgery
-Frenektomi klasik/konvensional
Prosedur :
1. Persiapan alat bedah
2. Desinfeksi dengan Iod gliserin pada daerah yang akan di anestesi. Anestesi
pada
sinistra dan dextra frenulum labialis superior yang akan dieksisi dan bagian
palatal
perluasan frenulum labialis superior.
3. Jepit frenulum pada kedalaman vestibulum dengan hemostat dan
dekat dengan
permukaan mukosa bibir untuk menghindari perdarahan pasca eksisi.
4. Eksisi frenulum labialis superior di bawah hemostat.dengan scalpel.
5. Daerah dasar vestibulum dan mukosa bibir dijahit agar tidak terjadi
perluasan daerah
irisan dan perdarahan yang berlebihan.
6. Eksisi perluasan frenulum labialis superior yang melebar hingga palatal.
7. Lakukan kuret di daerah permukaan tulang. Bersihkan semua serabut
periosteum agar
tidak terjadi pertemuan serabut bagian koronal dan apikal
8. Irigasi dengan saline, tekan 3-5 menit
9. Pemasangan periodontal pack pada daerah bedah agar penyembuhan luka
optimal dan
tidak terjadi perlekatan bibir dengan gingival selama proses penyembuhan
gingival.
10. Pemberian resep dan instruksi; obat yang digunakan berupa analgetik dan
antibiotik.
11. Kontrol I (1 minggu pasca operasi): pembukaan periodontal pack dan
pengambilan
jahitan, irigasi dengan antiseptic dan instruksi untuk perawatan di rumah.
12. Kontrol II ( 2-3 minggu pasca operasi): penyembuhan 2 minggu pasca
operasi, irigasi
dan instruksi perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Fluidayanti, Inetia , Achmad Gunadi, Dewi Kristiana. 2016. Distribution of Tooth Loss
Based on Kennedy Classification and Types of Denture for Patient in Dental
Hospital of Jember University. Proccedings Book FORKINAS VI FKG UNEJ 14th-
15th, Hal 296.
Sulandari, Astri, Robbert Lessang, Sri Lelyati. 2013. Bedah Periodontal yang berkaitan
dengan Perawatan Prostodontik. Jakarta: FKG UI.

Mc cracken’s. 2011. Removable Partial Prosthodontics. 12 ed. Elsevier Mosby


Perdensen, Gordon W. 2013. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC. p. 329.
Balaji, SM. 2007. Textbook od Oral and Maxillofacial Surgery. USA : Elsevier. p. 255.
Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II.
Jakarta:Hipokrates
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta,
Hipokrates,pp14.
Chari an Shalk. 2016. Preprosthetic Surgery. India: IJSS Case Reports & Reviews, Vol 3
Issues4.
Basker RM, Davenport JC, Heath JR, Ralp JP, Glantz PO. 2000. A Clinical Guide to
Removeable Partial Denture. BDJ books, p 69.

Anda mungkin juga menyukai