Anda di halaman 1dari 27

BLOK 13 SEMESTER 6

IMPLAN KEDOKTERAN GIGI


KELOMPOK VI

Tutor : Dicha Yuliadewi R, drg.,


Ketua : Gusti Bagus W. (1790053)
Sekretaris : Novia Chantika D. (1790072)
Anggota : Levina Dermawan (1790009)
Akane (1690018)
Adrian Rymon J. (1790020)
Sharon Angelica C. (1790033)
Putri Ghesa Gusliana P. (1790045)
Jessica Quiteria F (1790044)
Elisabet Vanessa P. (1790058)
William Gerald (1790066)
Devi Natalia H. (1790071)

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa oleh karena berkat-Nya
makalah yang berjudul “Implan Kedokteran Gigi” dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial modul ke 4 blok 13
semeter 7. Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami sangat membuka jika terdapat kritik dan saran yang
membangun untuk penyusunan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan
datang.
Kami sebagai penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Semoga makalah
ini dapat berguna dan menambah wawasan pembaca terutama mengenai
kedokteran keluarga di Indonesia. Terima kasih.

Bandung, 23 Oktober 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Skenario ......................................................................................... 1
1.3 Terminologi ................................................................................... 2
1.4 Identifikasi Masalah ...................................................................... 2
1.5 Analisis Masalah ........................................................................... 3
1.6 Hipotesis ........................................................................................ 4
1.7 Tujuan Pembelajaran ..................................................................... 4
BAB II ISI ....................................................................................................... 5
2.1 Definis Dental Implant................................................................. 5
2.2 Tipe-tipe Dental Implant .............................................................. 5
2.3 Bagian-bagian Dental Implant ..................................................... 6
2.4 Definisi Oseointegrasi dan Perbedaan Jaringan Periimplan dan
Gigi Asli……………………………........................................….7
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Dental Implant ........................... ….9
2.6 Pertimbangan restoratif dalam Melakukan Pemasangan
Dental Implant ............................................................................ 13
2.7 Keuntungan Radiografi CBCT pada Perawatan Dental Implant .19
2.8 Strategi Dosis CBCT dalam Perawatan Dental Implant ............. .20
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 22
Kesimpulan .................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Skema Jaringan Keras dan Lunak pada Gigi ................ .8
Gambar 2.2 Penempatan Implan dan Angulasi Menentukan Posisi Sekrup ... .14
Gambar 2.3 Penempatan Superior atau Inferior dapat Menyebabkan Kontur
Mahkota dan Kedalama Poket ........................................................................ .15
Gambar 2.4 Implan Molar Maksila ................................................................. .17
Gambar 2.5 Pemindaian Mikrograf Elektron .................................................. .19
Gambar 2.6 Dosis Dental CBCT dan Spiral CT ............................................. .21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehilangan gigi merupakan masalah di bidang kedokteran gigi yang harus


ditanggulangi dengan perawatan restoratif untuk mengembalikan fungsi dan
estetik dari gigi yang hilang. Seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran
gigi, salah satu bentuk restoratif yang sedang popular digunakan saat ini adalah
implan gigi. Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang
hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang
ideal dan menyerupai gigi asli. Diperlukan beberapa pertimbangan dalam
menggunakan dental implan untuk mengganti gigi hilang salah satunya adalah
pertimbangan suprastruktur atau pertimbangan restorasi diatasnya. Rencana
perawatan yang komprehensif akan membantu keberhasilan perawatan dental
implan.

1.2 Skenario

Seorang laki-laki 38 tahun sudah 2 minggu ini sulit mengunyah karena gigi
belakang kanan bawahnya pecah saat makan kacang. Pasien tersebut berobat ke
RSGM kota B untuk mendapatkan perawatan. Dokter gigi yang memeriksa pasien
tersebut meyarankan untuk dicabut dikarenakan sudah terjadi fraktur gigi secara
vertikal dan tidak dapat dilakukan penambalan. Pasien tersebut menyetujui saran
dokter gigi untuk dicabut namun tidak ingin digantikan dengan menggunakan gigi
tiruan lepasan dan juga tidak ingin dilakukan pengurangan struktur gigi yang
tersisa untuk pembuatan gigi tiruan cekat. Dokter gigi tersebut menyarankan
untuk dilakukan pemeriksaan CBCT.
Pada pemeriksaan intra oral:
1. Oral hygiene baik
2. Missing teeth ar/ 47

1
2

3. Vertical Root Fracture ar/ 46


Pada pemeriksaan radiografi:
1. Resorbsi tulang alveolar horisontal pada distal 46

1.3 Terminologi

1. Implant kedokteran gigi : struktur yang terbuat dari bahan alloplastic yang

ditanamkan kedalam jaringan mulut dibawah mukosa atau prosteum atau

melalui tulang untuk memberikan retensi dan dukungan untuk protesa gigi

cekat atau lepasan.

2. CBCT : merupakan alat radiografi yang menghasilkan citra yg informatif

dan menggambarkan struktur kraniofasial meliputi struktur anatomi

rongga mulut, wajah dan rahang pasien.

3. Vertical root fracture : merupakan fraktur akar yang berorientasi

longitudinal yg berasal dr apex dan menjalar kebagian koronal.

4. Komprehensif : bersifat mampu menangkap / menerima dengan baik.

5. Suprastruktur : suatu struktur fisik atau konseptual yang diperluas atau

dikembangkan dari suatu benduk dasar.

1.4 Identifikasi Masalah

1. Mengapa pasien yang mengalami fraktur gigi secara vertical tidak dapat

dilakukan penamalan?

2. Apakah implant gigi dapat dilakukan pada resopsi tulang alveolar

horizontal?

3. Mengapa drg menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan CBCT?


3

4. Apa saja hal-hal yang membuat prosedur pemasangan dental implant

berhasil bagi pasien?

5. Apa indikasi pemasangan dental impant?

6. Apakah impant bisa dilakukan jika mengunakan pemeriksaan radiografi

panoramik?

1.5 Analisis Masalah

1. Karena, pada skenario pasein mengalami fraktur gigi sampai akar sehingga

tidak dapat dilakukan perawatan dengan penambalan.

2. Tergantung dari seberapa besar resoprsi terjadi, jika besar dilakukan bone

graft sebelum dilakukan pemasangan dental implant.

3. Untuk mengukur ketebalan tulang pasien dan bisa melihat secara 3D.

4. Keadaan tulang alveolar, bahan implant, keterampilan operator/ drg yang

menanganinya dan pemeliharaan implant gigi oleh pasien.

5. Kesehatan mulut dan tubuh pasein yang baik, pasein memiliki koordinasi

otot yang lemah sehingga stabilitas dan retasi GTSL sulit dicapai, kodisi

tulang yang baik, dan bebas dari penyakit periodontal.

6. Bisa dilakukan dengan foto panoramik, namum pemerksaan mengunakan

radiografi CBCT lebih baik karena bisa mengukur ketebalan tulang untuk

menghasilkan implant yang adekuat.


4

1.6 Hipotesis

Dilakukan pemasangan dental implant kepada pasien untuk memperoleh

fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal menyerupai gigi asli

yang dapat dilakukan dengan pemerikasaan CBCT terlebih dahulu.

1.7 Tujuan Pembelajaran

1. Definis dental impant

2. Tipe-tipe dental implant

3. Bagian-bagian dental implant

4. Definisi oseointegrasi dan perbedaan jaringan periimplan dan gigi asli

5. Indikasi dan kontraindikasi dental impant

6. Pertimbangan restorative dalam melakukan pemasangan dental implant

7. Keuntungan radiografi CBCT pada perawatan dental implant

8. Strategi dosis CBCT dalam perawatn implant


5

BAB II

ISI

2.1 Definisi Dental Implant

Merupakan perangkat prostetik yang terbuat dari bahan aloplastik yang

ditanamkan ke dalam jaringan mulut di bawah lapisan mukosa dan / atau

periosteal dan pada atau di dalam tulang untuk memberikan retensi dan

dukungan untuk protesa gigi cekat atau lepasan; zat yang ditempatkan ke dan

atau pada tulang rahang mendukung protesa gigi cekat atau lepasan.

2.2 Tipe-tipe Dental Implant

A. Endosseous implant

Implant gigi endosteal atau endosseous di rancang untuk di tempatkan di

tulang alveolar atau basal mandibula atau rahang atas sambil

mempertahankan tubuh implant di dalam tulang. Ada dua tipe dua tipe

dasar implant endosseous, bentuk blade dan root.

B. Implant blade

Implant blade adalah implant endosseous dengan bentuk datar dan

tersedia dalam desain satu bagian dan dua bagian. Blade terbuat dari

paduan (chromium, nickel, pnictogens) serta padua titanium, almunium

oksida, dan bahan karbon vitreous juga telah di gunakan.


6

C. Implant silinder

Implant silinder atau pres-fit adalah desain endosseous yang terdiri dari

silinder lurus yang di dorong ke dalam oprasi osteotomy. Permukaan yang

di gunakan untuk implant ini termasuk hidroksiapatit, plasma titanium, dan

juga logam. Implant ini jarang di gunakan saat ini karena permukaan

sangat kasar di kaitkan dengan resiko komplikasi peri-implant.

D. Screwed- shaped implant

Implant ini berbentuk scrup, dimana badan implant memperlihatkan ulir

skrup di sebagian besar atau seluruh penjaganya, telah menjadi desain

implan yang paling umum di gunakan.

2.3 Bagian-bagian Dental Implant

A. Dental implant body yaitu bagian dari implant yang diletakkan didalam

tulang, biasanya juga disebut sebagai implant, fixture atau implant

fixture. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan bauk komponen

endosseus dan bagian-bagiannya yang ditempatkan diatasnya. Istilah

komponen endosseus ini disebut juga sebagai ‘ dental implant body'.

B. Cover screw diletakkan diatas body setelah proses pemasangan implant

dan dilepas saat memasang abutment.

C. Transmucosal abutment (TMA) yaitu bagian yang menghubungkan

implant body ke protesa, disebut juga implant abutment. Istilah

standaranya adalah 'dental implant coneecting component'


7

D. Healing abutment merupakan bagian penutup implant body yang

dipasang untuk sementara waktu dengan tujuan untuk membentuk gusi

sebelum pemasangan abutment.

E. Impression coping merupakan bagian penutup implant body yang

dipasang untuk sementara waktu dengan tujuan membentuk gusi sebelum

pemasangan abutment.

F. Laboratory analogue merupakan replika metal dari implant body atau

suatu premanufactured abutment.

G. Gold Cylinder merupakan komponen buatan untuk menghubungkan

suprastruktur ke abutment dan merupakan bagian dari protesa.

H. Healing Caps merupakan penutup sementara untuk abutment.

2.4 Definisi Oseointergrasi dan Perbedaan Jaringan Periimplan dan Gigi

A. Definisi Osteointegrasi

Definisi osteoinegrasi menurut Glossary of Prosthodontic Terms

adalah perlekatan atau koneksi langsung dari jaringan tulang ke bahan

aloplastik tanpa mengganggu jaringan ikat fibrosa; proses dan hubungan

langsung yang nyata yang dihasilkan dari permukaan bahan eksogen dan

host bone tissue, tanpa mengganggu jaringan ikat fibrosa interface antara

bahan aloplastik dan tulang.

B. Perbedaan jaringan Periimplan dan Gigi Asli

Anatomi jaringan keras dan lunak di sekitar gigi asli menunjukkan

dukungan tulang dengan ligament periodontal, zona jaringan ikat di atas

puncak tulang dengan serat jaringan ikat (Sharpey's) masuk ke dalam


8

dentin, junctional epithelial yang panjang, sulkus gingiva yang dilapisi

dengan sulcular epithelial, dan oral gingival ephitelial.

Anatomi jaringan keras dan lunak di sekitar implan menunjukkan

beberapa kesamaan dan beberapa perbedaan yang berbeda. Ada tulang

pendukung yang berdekatan langsung dengan permukaan implan tanpa

jaringan lunak yang mengganggu tidak ada ligamen periodontal. Zona

jaringan ikat terdapat di atas tingkat tulang dengan serat yang sejajar

dengan permukaan implan dan tidak ada serat yang masuk. Terdapat

perlekatan junctional epithelial yang panjang sulkus gingiva / mukosa

dilapisi dengan sulcular epithelium dan gingival epthelial

Gambar 2.1 Ilustrasi Skema Jaringan Keras dan Lunak pada Gigi dan Implan

C. Perbedaan Klinis Periimplan dengan Gigi Asli

Pada tulang alveolar, tidak adanya ligamen periodontal yang

mengelilingi implan, sehingga tidak ada sambungan elastis antara implan

dan tulang pendukung. Implan tidak dapat intrusi atau bermigrasi untuk

mengkompensasi adanya kontak prematur oklusal. Setiap

ketidakharmonisan oklusal akan berdampak pada restoration-to-implant


9

connection, bone-to-implant interface, atau keduanya.

Propriosepsi pada gigi asli berasal dari ligamen periodontal.Tidak

adanya ligamen periodontal di sekitar implan mengurangi sensitivitas

tactile dan fungsi refleks. Kurangnya ligamen periodontal dan

ketidakmampuan implan untuk bergerak menjadikannya kontraindikasi

pada individu yang sedang tumbuh. Gigi asli terus tumbuh dan bermigrasi

selama pertumbuhan sementara implan tidak. Implan yang dipasang pada

individu sebelum pertumbuhan selesai dapat menyebabkan

ketidakharmonisan oklusal dengan implan.

Sebaiknya tidak menempatkan implan di lokasi yang berdekatan

dengan gigi yang mobility dari hilangnya penyangga periodontal, gigi

bergerak sebagai respons terhadap gaya oklusal, maka implan akan

menahan seluruh bebannya. Kelebihan beban, karena desain superstruktur

yang tidak tepat, kebiasaan parafungsional, atau beban oklusal yang

berlebihan, dapat menyebabkan regangan mikro dan fraktur mikro pada

tulang, yang akan menyebabkan keropos tulang dan jaringan inflamasi

fibrosa pada implan interface.

2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Dental Implant

2.5.1 indikasi Dental Implant

A. Meningkatkan fungsi mastikasi, karena gigi berperan dalam pengunyahan

makanan maka ketidakhadiran gigi sering menyebabkan gangguan dalam fungsi

pengunyahan dan mungkin juga secara tidak langsung memengaruhi status gizi

dan pengaruh pilihan makanan.


10

B. Meningkatkan fungsi bicara. Kehadiran gigi dan struktur alveolar sangat penting

dalam pengucapan tertentu, ketidakhadiran gigi dapat memengaruhi kejelasan

ucapan (bagaimana seseorang dapat berkomunikasi melalui ucapan).

C. Meningkatkan estetika.

D. Mendapatkan kembali gigi yang hilang, kehilangan bagian tubuh (misalnya gigi)

dapat dikaitkan dengan keinginan kuat untuk mengganti apa yang hilang terlepas

dari peran dari bagian anatomis tersebut.

E. Mengindari preparasi gigi dan kemungkinan sekuel. Preparasi struktur gigi dapat

menyebabkan permukaan gigi menjadi terekspos yang berkemungkinan bakteri di

dalam saliva masuk ke dalam gigi, dan prosedur lain terkait dengan pemasangan

retainer jembatan ke gigi yang berkaitan dengan risiko nekrosis pulpa dan

kebutuhan ekstraksi atau perawatan endodontik.

2.5.2 Kontraindikasi Dental Implant

Kontraindikasi dental implant diklasifikasikan menjadi tiga kategori:

A. Kontraindikasi absolut, yaitu implan gigi tidak dapat dipertimbangkan.

B. Kontraindikasi relatif, yaitu implan gigi dapat dipertimbangkan hanya

setelah masalah tertentu diatasi.

C. Kontraindikasi lokal, yaitu implan gigi dapat dipertimbangkan dengan

mengambil tindakan pencegahan yang lebih terkait masalah yang

melibatkan mulut atau rahang.


11

Berikut penjelasan mengenai kontraindikasi:

A. Kontraindikasi absolut

1. Infark miokard baru-baru ini

2. Prostesis katup

3. Gangguan ginjal berat

4. Diabetes yang tidak terkontrol

5. Hipertensi yang tidak terkontrol

6. Osteoporosis umum

7. Alkoholisme parah kronis

8. Radioterapi yang sedang berlangsung

9. Perokok berat (20 batang sehari) (29)

10. Terapi bifosfonat

B. Kontraindikasi relatif

Kontraindikasi relatif utama implan adalah ukuran tulang alveolar

penerima yang tidak mencukupi. Karena pemulihannya mungkin

dilakukan. Melalui teknik augmentasi tulang, kami dapat memperoleh

hasil yang dapat diprediksi. Kondisi yang menentukan kontraindikasi

dapat mempengaruhi umur panjang implan gigi jika tindakan khusus tidak

dilakukan. Kebanyakan kontraindikasi relatif hanya berlaku selama tubuh

mengalami dekompensasi. Setelah menurunkan parameter ke tingkat yang

dapat diterima, implan dimasukkan. Kasus-kasus ini memerlukan program


12

pemantauan yang melibatkan kebersihan yang ketat dan kunjungan

konstan ke dokter gigi untuk sesi profilaksis.

C. Kontraindikasi Lokal

1. Lesi di mulut (dermatosis), solusi :

a. Obati lesi sebelum prosedur;

b. Gunakan asepsis ketat selama operasi.

2. Kebersihan mulut yang buruk atau infeksi gigi di dekat situs perawatan

endodontik bekas kegagalan implant, solusi :

a. Mengobati infeksi sebelum prosedur;

b. Memperbaiki kebiasaan kebersihan mulut sebelum prosedur.

3. Maloklusi, solusi :

Menjalani perawatan ortodontik sebelum pemasangan implan.

4. Posisi saraf alveolar bawah dan struktur anatomi rahang bawah yang tidak

menguntungkan, solusi :

a. Lakukan tindakan pencegahan ekstra sebelum memasukkan implan ke

rahang bawah (penggunaan sinar-X 3D dan alat ukur lainnya);

b. Menemukan alternatif implan gigi konvensional.

5. Kualitas dan kuantitas gusi yang tidak mencukupi (misalnya, resesi gingiva

atau penyakit periodontal lainnya), solusi :

a. Melakukan cangkok gusi (waktu penyembuhan bervariasi dari beberapa

hari hingga beberapa minggu)

b. Mengobati penyakit periodontal atau gingiva untuk menstabilkan atau

memberantasnya;
13

c. Menemukan alternatif implan gigi konvensional.

6. Bruxism, solusi :

a. Mengenakan alat untuk mencegah kerusakan pada gigi dan implan pada

malam hari;

b. Menemukan alternatif implan gigi konvensional.

7. Anatomi sinus maksilaris yang kurang baik, solusi :

a. Mengevaluasi posisi dan anatomi sinus maksila dan melakukan tindakan

pencegahan ekstra saat memasang implan di rahang atas;

b. Melakukan pengangkatan sinus;

c. Menemukan alternatif implan gigi konvensional pada rahang atas.

8. Volume atau kepadatan tulang alveolar tidak mencukupi, solusi :

a. Melakukan cbone graft atau pengangkatan sinus sebelum prosedur (waktu

penyembuhan bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa bulan);

b. Menemukan alternatif implan gigi konvensional

2.6 Pertimbangan Restoratif Melakukan Pemasangan Dental Implant

2.6.1 Penempatan implan

Penempatan implan sangat penting untuk desain restorasi. Maka

aspek perencanaan perawatan dari pemasangan implan harus dimulai

dengan konsultasi pada kedokteran gigi restoratif. Penempatan implan

menentukan penampilan, kontur, dan fungsi jangka panjang dari prostesis.

Untuk mencegah kerusakan, jaga jarak setidaknya 1 mm dari gig asli yang
14

berdekatan tetapi tetap berada sedekat mungkin dengan gigi asli sehingga

kontur dapat diterima dan dapat dibuat oleh dokter gigi restoratif. Untuk

akses yang baik selama prosedur kebersihan mulut, biarkan bagian

minimal 3 mm diantara implan. Selain itu, implan tidak boleh

mengganggu ruang embrasure atau bersudut sehingga akses sekrup yang

diperlukan bisa melalui permukaan fasial restorasi yang telah selesai.

Gambar 2.2 Penempatan Implan dan Angulasi Menentukan Posisi Sekrup


dan Kontur Mahkota. Estetika dan akses terhadap kebersihan bisa sangat
terpengaruh. (A) gigi asli, (B) lokasi implan yang ideal dengan kontur mahkota
yang dapat diterima dan kemunculan sekrup lingual. (C) dan (D), lokasi implan
yang kurang ideal, (E) contoh laboratorium dari implan yang ditempatkan terlalu
jauh ke apikal dari arah fasial. (F) contoh klinis dari implan yang dipasang terlalu
jauh ke arah lingual.

Untuk meminimalkan gaya lateral yang berbahaya, sumbu panjang

implan harus ditempatkan di fossa sentral restorasi. Hal tersebut

menentukan penempatan implan secara akurat di ketiga bidang ruang.

Penempatan superoinferior penting untuk memastikan profil munculnya

restorasi yang optimal. Idealnya, permukaan superior implan harus 2


15

sampai 3 mm secara langsung lebih rendah dari posisi munculnya dari

restorasi yang direncanakan, terutama bila restorasi akan ditempatkan di

zona estetik anterior.

Gambar 2.3 Penempatan Superior atau Inferior dapat Menyebabkan


Kontur Mahkota dan Kedalaman Poket. (A) Implan tidak ditempatkan cukup
dalam. Ini membuat mahkota menjadi pendek dan overcontoure. (B) Penempatan
2-3 mm ke apikal gigi yang muncul adalah ideal. (C) Menempatkan implan 4 mm
ke apikal kontur mahkota menyebabkan sulkus gingiva yang terlalu dalam. (D-H)
Contoh klinis dari penempatan implan yang benar, baik secara fasial dan apikal,
menghasilkan estetika yang baik
16

3 Ukuran implan dan restorasi

Pilihan implan dan lokasi penempatan superior-inferiornya

tergantung dari diameter restorasi dan bisa disesuaikan dengan ukuran gigi

yang berbeda. Sebagai contoh, diameter akar tipikal insisif sentral maksila

adalah 8 mm dimana rata-rata diameter implan adalah 4 mm. Oleh karena

itu, jarak 2 sampai 3 mm dibutuhkan untuk membuat transisi bertahap dari

4 ke 8 mm. Jika dilakukan dalam jarak yang terlalu pendek, restorasi akan

overcontoured atau tidak terlihat natural.

Sebaliknya, banyak insisif sentral dan lateral mandibular yang

lebih kecil dari 4 mm pada CEJ. Oleh karena itu, restorasi estetik pada

implan 4 mm tidak mungkin. Implan dengan ukuran lebih kecil (3 mm)

telah dikembangkan untuk memungkinkan restorasi estetik pada area

tersebut. Penggunaan implan lebih besar (5-6 mm) juga mungkin

digunakan untuk restorasi molar dengan tulang yang adekuat.


17

Gambar 2.4 Implan Molar Maksila (A) Implan diameter kecil dan abutment
diletakkan untuk merestorasi insisif lateral mandibula. Abutmen cekat dapat
dibuat khusus dan dipersempit untuk memungkinkan restorasi gigi berdiameter
kecil. (B) Restorasi implan gigi insisif lateral mandibula yang telah selesai
dibuat. (C) Implan diameter lebar (5mm) diletakkan untuk menggantikan molar
pertama maksila (D) Implan molar maksila pertama yang telah selesai dibuat.

Ukuran restorasi harus selalu dipertimbangkan selama tahap perencanaan

perawatan sehingga implan dengan ukuran yang tepat ditempatkan di

lokasi yang ideal.

2.6.2 Single tooth implant

Single tooth implant merupakan rencana perawatan untuk restorasi

gigi tunggal terutama pada zona estetik anterior. Single tooth implant

merupakan masalah yang paling menantang untuk doker gigi. Digunakan

sebagai penempatan implan untuk estetik dan biomekanik dengan tujuan

untuk meminimalisasi kelonggaran sekrup. Sangat penting dalam

mengambil keputusan untuk meletakkan implan dengan sifat antirotasi

(spline/hexagon)
18

2.6.3 Pemasangan Implant

Penempatan untuk semua sistem implan yang memerlukan preparasi

atraumatik . Cedera termal pada tulang dapat diminimalkan dengan

menggunakan handpiece berkecepatan rendah, torsi tinggi, dengan irigasi

salin. Irigasi diterapkan secara eksternal atau internal dan diarahkan melalui

saluran-saluran di dalam bur, kemudian implan disiapkan dengan

serangkaian bur yang membesar secara bertahap. Semua sistem implan

memiliki bor awal berdiameter kecil yang digunakan untuk menandai lokasi

implan. Lokasi implan menggunakan surgical template, yang dapat

membantu mengarahkan angulasi implan. Bagian tengah implan ditandai

dengan bor awal/ initial. Pin paralel kemudian ditempatkan pada preparasi

untuk memeriksa kesejajaran dan angulasi. Pada titik ini, penentuan akhir

dibuat berdasarkan kecukupan penerima untuk penempatan implan.

Meskipun penempatan implan adalah prosedur pembedahan, hal ini

dipengaruhi oleh parameter restoratif yang kritis.

Stent mengkomunikasikan posisi dan sudut implan yang dapat

diterima. Pada langkah ini, jika tulang pendukung tidak memungkinkan

penempatan implan yang tepat, augmentasi tulang lebih lanjut mungkin

diperlukan, baik secara bersamaan dengan penempatan implan, atau sebagai

prosedur terpisah dengan lokasi penempatan implan ditunda sampai

dukungan tulang yang tepat tersedia. Setelah kedalaman dan diameter yang

diinginkan tercapai, implan dipasang. Pada implan titanium, lapisan oksida

permukaan yang tidak terkontaminasi diperlukan untuk osseointegrsi.


19

Implan berlapis hidroksiapatit juga sensitif terhadap kontaminasi.

Memasang implan sendiri bisa digunakan di rahang atas, di mana tulang

cukup lunak untuk membuat pemasangan yang tidak diperlukan. Setelah

semua implan dipasang, penutup bebas tekanan dapat mencegah luka pecah.

Gambar. 2.5 , Pemindaian Mikrograf Elektron. A. dari eksternal standar heksagon


atau implan dan abutment yang sesuai. B, Pemindaian mikrograf elektron proyeksi
six finger dari sebuah implan (disebut juga spline interface).

2.7 Keuntungan Radiografi CBCT pada Perawatan Dental Implant

Secara keseluruhan keuntungan menggunakan CBCT dalam kedokteran

gigi implan terkait dengan kemampuannya untuk memperoleh data gambar

volumetrik rinci daerah maksilofasial untuk tujuan perencanaan diagnostik

dan prabedah. Namun, aksesibilitas CBCT gigi, karena ukurannya yang

kompak, dosis yang wajar, biaya rendah dan kemudahan penggunaan mungkin

merupakan kontributor utama kesuksesan yang berkembang. Sejak

diperkenalkan, pasar telah tumbuh secara eksponensial dengan lebih dari 85


20

model CBCT yang berbeda tersedia. Ini juga termasuk hybrid atau biasa

disebut sistem multimodal untuk 2D gabungan (panoramik dan / atau

sefalometri) dan pencitraan 3D (CBCT) selain dari panorama yang lebih

murah dan primer mesin dengan ukuran detektor kecil untuk memindai bidang

pandang yang sempit dengan tombol 3D. Mesin CBCT digunakan untuk

indikasi diagnostik, namun juga untuk prabedah perencanaan dan transfer ke

operasi implan dan rehabilitasi.

2.8 Strategi Dosis CBCT dalam Perawatn Dental Implant


Penting untuk mengenali hubungan antara kualitas citra dan dosis

radiasi, walaupun dosis radiasi harus dikurangi agar dibawah ambang batas

keamanan tetapi tingkat dosis yang sangat rendah dapat membuat gambar

tidak berguna secara diagnostik. Sehingga gambaran kurang memadahi untuk

indikasi tertentu. Hal ini telah berkembang dalam mengadaptasi konsep

ALARA (As Low as Reasonably Achievable) tradisional menuju ALADAIP

(As Low as Diagnostically Acceptable being Indication-oriented and Patient-

specific).

Dosis radiasi yang efektif untuk CBCT biasanya jauh di bawah tingkat

CT spiral sehingga memiliki keuntungan menerima dosis radiasi lebih sedikit.

Dosis CBCT sebaiknya setara dengan 2 sampai maksimal 10 radiografi

panoramik (20-100 μSv). Tetapi, sistem CBCT yang tersedia secara komersial

tampaknya sangat bervariasi. Sehingga dosis radiasi menjadi berbeda dengan

perangkat CBCT yang diperlukan, dari sekitar 10 μSv sampai 1000 μSv (yang

setara dengan 2-200 radiografi panoramik).


21

Gambar 2.6: Dosis Dental CBCT dan Spiral CT diamana Dosis Spiral
CT Lebih Tinggi dibandingkan dengan Dental CBCT Sehingga Resiko
Radiasi Lebih Tinggi.

Pencitraan CBCT harus selalu dilakukan dengan tetap menjaga

keseimbangan antara biaya dan dosis radiasi dan informasi klinis. Protokol

berkhusus pada pasien dan berorientasi pada indikasi. Strategi ini

mempengaruhi hasil dosis radiasi karena X ada mesin yang menghasilkan

satu dosis standar untuk pasien dan indikasi. Hal tersebut bergantung pada

usia, anatomi pasien, persyaratan diagnostik yang spesifik, bidang

pandang harus bersifat individual, resolusi yang dibutuhkan harus

disesuaikan dengan kondisi pasien dan harus diamati dengan cermat.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dental implant merupakan perangkat prostetik yang terbuat dari bahan

aloplastik yang ditanamkan ke dalam jaringan mulut di bawah lapisan mukosa

untuk memberikan retensi dan dukungan untuk protesa gigi cekat atau lepasan dan

juga untuk memperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal

menyerupai gigi asli. Oseointegrasi harus terjadi pada saat pemasangan implan

gigi jika tidak terjadi akan menyebabkan peri-implantitis. Radiografi sebelum

pemasangan implant gigi sangat penting untuk dilakukan untuk melihat keadaan

tulang mengunakan radiografi panoramic dan CBCT.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. The glossary of prosthodontic terms. The Academy of

Prosthodontics. The Journal of prosthetic dentistry. 1994.

2. Newman MG, H.Tahei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman

and Carranza’s Clinical Periodontology. Elsevier. 2019.

3. Christensen GJ. Mischʼs Contemporary Implant Dentistry. Implant

Dent. 2019;

4. Qassadi W, Alshehri T, Alshehri A. Review on Dental Implantology.

Egypt J Hosp Med. 2018;

5. Mattheos N, Caldwell P, Petcu EB, Ivanovski S, Reher P. Dental

implant placement with bone augmentation in a patient who received

intravenous bisphosphonate treatment for osteoporosis. J Can Dent

Assoc. 2013;

6. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto JF. Contemporary fixed

prostodontic. 4th ed. St Louis: Mosby. 2006. p389-393.

7. Jacobs R.,et al, 2018. BMC Oral Health ; Cone Beam Computed

Tomography in Implant Dentistry: Recommendations for clinical use

23

Anda mungkin juga menyukai