Disusun oleh :
Diandra Puspa Widyasari 22010220210009
Ghina Mukti Luthfia 22010221210034
Dosen Pembimbing :
drg. Bintoro Kardinoto, Sp.Pros
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Diandra Puspa Widyasari 22010220210006
Ghina Mukti Luthfia 22010221210034
Dosen Pembimbing,
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................4
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................6
2.1 Definisi.........................................................................................................................6
2.2 Indikasi.........................................................................................................................6
2.3 Manfaat........................................................................................................................7
2.4 Kelebihan dan kekurangan GTJ...................................................................................7
2.5 Klasifikasi GTJ.............................................................................................................7
2.6 Komponen GTJ..........................................................................................................10
2.7 Tahap penentuan desain gigi tiruan jembatan........................................................17
BAB III.....................................................................................................................................23
LAPORAN KASUS............................................................................................................23
3.1 PEMERIKSAAN SUBJEKTIF, OBJEKTIF DAN PENUNJANG...........................23
3.2 KLASIFIKASI KASUS.............................................................................................29
3.3 DIAGNOSIS..............................................................................................................29
3.4 TAHAP PEMBUATAN DESAIN GIGI TIRUAN...................................................29
3.5 RENCANA PERAWATAN......................................................................................29
BAB IV....................................................................................................................................40
DISKUSI.............................................................................................................................40
BAB V......................................................................................................................................41
PROGNOSIS......................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Fungsi utama gigi
berperan pada proses mastikasi, di mana gigi membantu menghaluskan makanan sehingga
makanan dapat mudah ditelan dan dicerna lebih lanjut. Selain berperan dalam proses
mastikasi, gigi juga membantu proses fonasi, menjaga bentuk saluran pernapasan, penentu
dimensi vertikal wajah serta estetik. Hilangnya gigi dapat menyebabkan gangguan fungsi
gigi, seperti gangguan pada mastikasi dan estetik, sehingga dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang.
Prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari tentang
pengembalian dan pertahanan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan
pasien dengan cara menggantikan atau merestorasi gigi geligi asli yang sudah tanggal dan
jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti tiruan.
Pengganti tiruan yang digunakan untuk menggantikan gigi geligi asli yang sudah hilang
adalah gigi tiruan. Karena banyaknya jenis gigi tiruan, gigi tiruan dapat digolongkan menjadi
dua berdasarkan jenis retensinya, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Selain itu
gigi tiruan juga dapat digolongkan berdasarkan jumlah gigi yang akan digantikan, yaitu gigi
tiruan sebagian dan gigi tiruan lepasan.
Gigi tiruan sebagian cekat atau protesa gigi cekat merupakan gigi tiruan sebagian
yang disemen pada gigi asli atau akar yang memberikan dukungan utama pada protesa. Gigi
tiruan cekat terdiri dari beberapa jenis, yaitu mahkota tiruan, gigi tiruan jembatan, dan
implant. Gigi tiruan jembatan merupakan gigi tiruan sebagian yang direkatkan dengan semen
secara permanen pada satu atau beberapa gigi penyangga yang telah dipreparasi untuk
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang.
Seorang pasien perempuan berusia 18 tahun mengeluhkan kesulitan mengunyah
akibat gigi sebelah kiri belakang telah dicabut karena berlubang. Kondisi pasien secara umum
baik, tidak ada riwayat penyakit sistemik dan tidak sedang dalam masa pengobatan. Saat
pemeriksaan klinis, tampak gigi 36 telah hilang, pada area edentulous bekas gigi 36 tampak
alveolar ridge dari arah bukolingual tipis serta tampak cekung. Gigi 37 tampak tipping ke ara
mesial. Kondisi periodontal gigi 35 dan 37 tampak baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gigi tiruan sebagian cekat atau protesa gigi cekat merupakan gigi tiruan sebagian
yang disemen pada gigi asli atau akar yang memberikan dukungan utama pada protesa. Gigi
tiruan sebagian cekat terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah mahkota tiruan, gigi
tiruan jembatan, dan implan. Gigi tiruan jembatan (GTJ) atau bridge adalah gigi tiruan
sebagian yang direkatkan dengan semen secara permanen pada satu atau beberapa gigi
penyangga yang telah dipreparasi untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang.
Komponen gigi tiruan jembatan tersusun atas retainer, konektor, dan pontik yang didukung
oleh gigi penyangga.1,2
2.2 Indikasi
Berikut ini adalah persyaratan dari penggunaan gigi tiruan jembatan:1,3
1. Area edentulous gigi yang akan digantikan pendek, untuk area posterior kehilangan 1-
2 gigi, untuk area anterior kehilangan 1-4 gigi.
2. Terdapat gigi tetangga di sebelah area edentulous yang masih sehat dan stabil dan
dapat memberikan dukungan yang cukup sebagai gigi abutment
3. Gigi abutment di kedua sisi memenuhi syarat, yaitu:
a. Gigi vital. Untuk gigi nonvital, PSA sudah dilakukan dengan sempurna dan
direstorasi dengan dowel retainer
b. Memiliki rasio mahkota akar 2:3 atau minimal 1:1
c. Posisi gigi normal di dalam lengkung rahang
d. Angulasi gigi maksimal 20°
4. Gigi abutment membutuhkan splinting pasca perawatan periodontal
5. Pasien berusia 17-55 tahun
6. Kesehatan umum dan OH baik
7. Ketika gigi tiruan sebagian lepasan tidak diindikasikan pada pasien, seperti pada
pasien dengan gangguan mental atau pasien dengan disabilitas
2.3 Manfaat
Sistem stomagtognati merupakan sistem yang bertanggung jawab terhadap fungsi
pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem ini terdiri dari tiga organ utama, yaitu sendi
temporomandibular, otot pengunyahan, dan gigi geligi serta jaringan pendukungnya.
Kehilangan atau kerusakan gigi geligi tentunya dapat mengganggu fungsi dari sistem dan
organ stomatognati. Untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognati yang terganggu akibat
kehilangan gigi geligi dapat menggunakan gigi tiruan. Selain mengembalikan fungsi sistem
stomatognati, penggunaan gigi tiruan dapat memperbaiki fungsi estetik.4
b. Cantilever
Gigi abutment berada di sebelah area edentulous dengan pontik yang didukung
pada salah satu sisi saja.
c. Spring cantilever
Gigi abutment yang digunakan tidak berada di sebelah area edentulous dan pontik
mendapatkan dukungan hanya pada satu sisi saja yaitu di palatal. Konektor yang
menghubungkan pontik dan gigi abutment berupa bar yang berisfat kaku yang
disebut sebagai loop connector. Jenis gigi tiruan jembatan ini biasanya
diindikasikan untuk menggantikan gigi insisivus pertama rahang atas yang hilang
dan ingin mempertahankan diastema.
A. Retainer
Retainer adalah komponen dalam gigi tiruan jembatan yang berfungsi sebagai retensi dan
stabilisasi gigi tiruan. Retainer disemenkan pada gigi abutment. Jenis retainer
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan coverage pada permukaan gigi
a. Complete coverage atau retainer mahkota full veneer
Jenis retainer ini menutupi seluruh permukaan gigi abutment yang telah
dipreparasi. Merupakan retainer ideal karena memberikan retensi maksimal. Jenis
retainer ini adalah retainer yang paling banyak digunakan pada gigi tiruan
jembatan. Biasanya retainer ini digunakan pada gigi abutment yang telah
mengalami kerusakan yang parah.
b. Partial coverage atau retainer mahkora partial veneer
Retainer ini hanya melibatkan beberapa bagian dari gigi abutment. Dibandingkan
dengan retainer full veneer, preparasi untuk retainer ini lebih konservatif, estetik
yang baik namun retensinya kurang.
c. Retainer konservatif
Gigi yang dipreparasi minimal dan diindikasikan pada gigi anterior. Namun
retainer ini tidak dapat menerima beban oklusi yang berat. Contohnya adalah
retainer pada gigi tiruan jembatan resin-bonded.
2. Berdasarkan mekanisme retensi
a. Retainer ekstrakoronal
Jenis retainer ini mendapatkan retensi dari permukaan luar mahkota gigi
abutment. Contohnya adalah mahkota full veneer dan mahkota partial veneer.
b. Retainer intrakoronal
Jenis retainer ini mendapatkan retensi dari dalam mahkota gigi abutment.
Contohnya adalah inlay dan onlay.
c. Retainer radicular
Jenis retainer ini mendapatkan retensi dari dalam akar. Contohnya adalah gigi
abutment dengan restorasi pasak.
B. Konektor
Komponen GTJ yang menghubungkan antar retainer, antar pontik, dan retainer-
pontik. Terdapat beberapa jenis konektor yang dapat digunakan dalam pembuatan
GTJ, yaitu:
1. Konektor rigid
Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTJ.
Konektor ini diindikasikan apabila seluruh beban mastikasi disalurkan ke gigi
abutment. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara pengecoran (casting),
penyolderan (soldering), atau pengelasan (welding). Jenis-jenis dari konektor rigid
antara lain cast connectors, soldered connectors dan loop connectors. Konektor
yang ideal memiliki sifat mudah dibersihkan, kuat, dan memiliki estetik yang
baik.
C. Pontik
Pontik adalah komponen GTJ berupa gigi11.artifisial
Gambar Konektor yang digunakan sebagai pengganti
cross-pin
dan wing
gigi asli yang hilang. Dalam pemilihan pontik, terdapat faktor biologis, faktor mekanis,
dan faktor estetik yang harus dipertimbangkan. Klasifikasi pontik dibagi menjadi dua,
yaitu pontik yang berkontak dengan gingiva dan pontik yang tidak berkontak dengan
gingiva.
Pontik ini memiliki sedikit cembung pada bagian gingiva dan memiliki kontak pasif
pada residual ridge sehingga mudah dibersihkan. Pontik ini memiliki kekurangan yaitu
estetik yang buruk serta celah yang lebar menyebabkan sering terjebaknya makanan.
Pontik ini diindikasikan untuk menggantikan gigi posterior yang tidak mengutamakan
estetik dan untuk pasien dengan kebersihan rongga mulut yang buruk. Pontik ini
menjadi kontraindikasi pada kasus pasien dengan dimensi vertikal yang rendah dan
kasus kehilangan gigi di zona yang membutuhkan estetik. Terdapat modifikasi dari
pontik sanitary. Bagian gingiva dari pontik modifikasi tersebut memiliki bentuk
melengkung untuk menghindari kontak dengan mukosa gingiva dan mempermudah
pembersihan
Pontik ini memiliki permukaan tempel yang berbentuk konkaf pada sisi bukal dan
lingual, menyesuaikan dengan puncak ridge sehingga menirukan posisi gigi asli.
Bagian permukaan tempel yang konkav menyebabkan timbulnya akumulasi plak dan
sulit untuk diakses oleh alat pembersih. Penggunaan pontik jenis ini dapat
menyebabkan terjadinya iritasi pada gingiva.
Desain pontik ini mengkombinasi fitur dari pontik sanitary/hygienic degan pontik
saddle. Kedua hal tersebut digabungkan sehingga pontik modifikasi ini memiliki fitur
estetik yang tinggi dan juga dapat dibersihkan dengan mudah. Pada permukaan
labial/bukal, desain saddle digunakan untuk memberikan penampilan estetik. Pada
bagian lingual/palatal, desain sanitary digunakan sebagai akses untuk membersihkan
pontik.
4. Pontik conical
Bentuknya yang konveks memiliki satu titik kontak pada pusat residual ridge. Mudah
dibersihkan namun memiliki estetik yang kurang. Pontik ini direkomendasikan untuk
menggantikan kehilangan gigi posterior, dimana estetik tidak diutamakan. Kontur
fasial dan lingual menyesuaikan bentuk residual ridge. Untuk residual ridge yang
memiliki puncak yang tajam, kontur pontik akan lebih pipih dengan kontak area yang
sempit. Untuk residual ridge yang lebar, pontik ini tidak direkomendasikan karena
kontak area yang sempit menyebabkan makanan tersangkut
5. Pontik ovate
Merupakan pontic ovate yang dimodifikasi menjadi pontik yang memiliki bentuk
apeks lebih ke fasial. Pembersihan pontik ini dinilai paling mudah dibandingkan
dengan jenis pontik yang lain.
Panjangnya rentangan pontik yang digunakan bergantung dari gigi abutment yang
dapat digunakan dan kemampuannya dalam menerima beban. Pada kasus
kehilangan satu gigi, dukungan dari dua gigi abutment dapat digunakan dengan
persyaratan kedua gigi abutment memiliki jumlah luas area permukaan akar lebih
besar atau sama dengan gigi yang akan digantikan. Begitu pula pada kasus
kehilangan 2 gigi.
h. Karies
Evaluasi karies pada gigi dilakukan untuk screening adanya karies pada enamel,
dentin, atau permukaan akar. Tes vitalitas pulpa juga dilakukan untuk memastikan
bahwa tidak ada patologi pada pulpa. Apabila ditemukan karies, dilakukan restorasi
atau perawatan saluran akar terlebih dahulu.
i. Status endodontic
Perawatan endodontic perlu dilakukan pada gigi abutment yang memiliki patologi
pulpa. Karena perawatan endodontic menyebabkan banyaknya hilang jaringan gigi,
maka restorasi yang dapat digunakan pada gigi abutment pasca perawatan
endodontic adalah mahkota penuh sebagai retainer. Hal ini ditujukan agar retensi
dari retainer pada gigi abutment.
j. Tilting
Tilting atau berubahnya aksis gigi ke arah daerah yang tidak bergigi dapat terjadi
pada gigi mana saja apabila daerah tidak bergigi tidak segera digantikan. Kasus ini
paling sering terjadi pada gigi molar dua mandibular yang mengalami tilting ke arah
mesial akibat hilangnya gigi molar pertama. Kemiringan gigi yang parah dapat
mengganggu pemasangan gigi tiruan jembatan. Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tilting pada gigi abutment antara lain, proximal
stripping, perawatan ortodontik, proximal one half crown, telescopic crowns, serta
penggunaan konektor nonrigid.
k. Beban oklusi
Beban oklusi yang diberikan pada gigi tiruan jembatan berasal dari gigi
antagonisnya, aktivitas otot pasien dan kebiasaan parafungsional. Nilai rata-rata dari
tekanan oklusi yang diberikan oleh gigi tiruan sebagian lepasan adalah 26 pounds,
gigi tiruan cekat memberikan gaya sebesar 54 pounds, dan gigi asli memberikan
gaya sebesar 150 pounds kepada gigi tiruan cekat. Hal ini mempengaruhi pemilihan
retainer, material yang digunakan serta jumlah gigi abutment.
2. Pertimbangan biomekanik
a. Panjang area edentulous
Semakin besar edentulous span (banyaknya gigi yang digantikan), semakin besar
pula gaya yang diterima oleh gigi abutment sehingga gigi tiruan jembatan akan
mengalami fleksi lebih besar. Untuk gigi dengan span yang panjang, penggunaan
dua gigi abutment sebagai pendukung direkomendasikan agar dapat menerima
beban oklusal lebih banyak. Karena fleksi dipengaruhi oleh ketebalan pontik, maka
untuk mengurangi fleksi pada gigi tiruan jembatan long span dapat menggunakan
pontik dengan dimensi oklusogingiva yang besar.
b. Dislodging force
Fleksi yang terjadi pada gigi tiruan jembatan disebabkan oleh gaya yang diterima
pada pontik. Ketika fleksi tidak dapat dikompensasi lagi, maka retainer pada gigi
abutment akan terlepas akibat dislodging force yang ditimbulkan.
c. Gigi abutment tambahan
3. Menentukan jenis retainer
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis retainer. 1 Diantaranya
adalah:
1. Angulasi gigi abutment
a. Gigi abutment yang parallel
Untuk gigi abutment yang parallel satu sama lain direkomendasikan untuk
menggunakan retainer mahkota full veneer agar mendapatkan single path of
insertion.
a. Wajah
i. Warna kulit : Sawo matang
ii. Bentuk wajah : Lonjong simetris
iii. Profil wajah : Cembung
b. Pupil : Garis interpupil sejajar
c. Hidung : Simetris
d. Bibir : Kompeten dan simetris
e. Kelenjar limfa kepala leher : tidak ada pembesaran, palpasi tidak teraba
f. TMJ : tidak ada clicking, krepitasi, trismus.
pergerakan kondilus kanan dan kiri simetris
g. Gambar ekstraoral
Gambar 24. Foto Ekstra oral pasien
Intraoral
Mukosa : Normal, tak ada kelainan
Gingiva : Gingiva pasca ekstraksi gigi 16, 36 dan 46
dalam tahap penyembuhan
Lidah : Ukuran normal, aktivitas normal
Palatum : Berbentuk ovoid, sedalam ½ kaca mulut no. 4,
tidak ada torus
Frenulum labialis superior : normal
Frenulum labialis inferior : normal
Frenulum lingualis : normal
Jarak interoklusi : 6mm (area tidak bergigi 36)
Jaringan keras
o Area edentulous pada bekas gigi 16, 36 dan 46
o Tumpatan sewarna gigi kelas 3 pada mesial gigi 11 dan 21, disertai karies
sekunder
o Pit dan fissure yang dalam pada oklusal gigi 37
Oklusi
o Relasi kaninus kanan dan kiri: C atas berada di distal C bawah
Klasifikasi area tidak bergigi
o RA: Kennedy kelas III
o RB: Kennedy kelas III modifikasi I
Keterangan tambahan
o Bulan Mei 2022 telah dilakukan tindakan SRP RA dan RB
o Bulan Juli 2022 telah dilakukan tindakan SRP pada gigi anterior rahang bawah
yang diindikasikan splinting
Gambar intraoral
Pemeriksaan penunjang
Radiografi panoramik
Gambar 27. Hasil foto ronsen panoramik pasien
3.3 DIAGNOSIS
Bentuk kasus kehilangan gigi 36 yang memerlukan rehabilitasi dengan pemasangan
gigi tiruan jembatan dengan bahan porcelain fused to metal untuk memperbaiki fungsi
pengunyahan
3. Kunjungan 4
Pemasangan GTJ dengan semen sementara (penyemenan sementara)
Tujuan: untuk mengadakan evaluasi biologis GTJ
Pada tahap ini, yang harus diperiksa adalah:
o Ketepatan marginal
o Oklusi dan artikulasi
o Ketepatan kedudukannya (fit)
o Warna gigi
Alat dan bahan yang digunakan:
a. Diagnostik set steril
b. Crown retractor
c. Articulating paper
d. Cotton roll
e. Glass plate
f. Spatula semen
g. Gigi tiruan jembatan
h. Freegenol
Tahapan kerja:
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Operator mempersiapkan diri
3. Memposisikan pasien di kursi dental pada posisi tegak
4. Melepaskan GTTS pada pasien dengan menggunakan crown retractor
5. Membersihkan gigi penyangga dari sisa-sisa semen
6. Memasangkan GTJ pada gigi penyangga, melihat ketepatan marginal, oklusi dan
artikulasi, ketepatan kedudukannya (fit), serta warna gigi
7. Memeriksa oklusi dan artikulasi dengan menggunakan articulating paper
8. Memeriksa ketepatan marginal dengan menelusuri sonde di sekitar tepi preparasi
gigi, cek apakah ada step atau akhiran preparasi yang terbuka
9. Apabia ada traumatik oklusi, maka tinggi mahkota dikurangi
10. Setelah semua memenuhi syarat, maka dilakukan penyemenan sementara dengan
menggunakan freegenol
11. Mengisolasi gigi penyangga dari saliva dengan menggunakan cotton roll
12. Mengaduk semen sementara di atas glass plate dengan menggunakan semen
spatula
13. Mengisi retainer dengan semen sementara
14. Memasangkan GTJ pada gigi penyangga
15. Menunggu sampai setting, kemudian membersihkan semen yang berlebih
16. Melakukan cek oklusi dan artikulasi lagi
4. Kunjungan 5
Pemasangan GTJ dengan semen tetap (penyemenan tetap)
Setelah 7-10 hari pemasangan GTJ dengan semen sementara, maka tahap selanjutnya
adalah pemasangan GTJ dengan semen tetap. Sebelum itu, mengevaluasi keadaan
biologis mulut pasien setelah dilakukan penyemenan sementara.
Pemeriksaan yang dilakukan:
o Pemeriksaan subjektif: menanyakan apakah ada keluhan selama menggunakan gigi
tiruan cekat
o Pemeriksaan objektif: inspeksi dan palpasi pada jaringan lunak di sekitar daerah
gigi tiruan cekat untuk melihat ada/tidak tanda peradangan, perkusi, bite test dan
mobility test pada gigi abutment untuk melihat ada/tidak peradangan pada
periapikal
Alat dan bahan yang digunakan:
a. Diagnostik set steril
b. Crown retractor
c. Articulating paper
d. Cotton roll
e. Glass plate
f. Spatula semen
g. GIC tipe I
Tahap pekerjaan:
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Operator mempersiapkan diri
c. Menyiapkan semen GIC tipe 1, semen spatula dan glass plate
d. Melepaskan GTJ dari mulut pasien dengan crown retractor
e. Bila tidak ada tanda peradangan dan kegoyangan gigi pada daerah yang akan
dipasang GTJ, maka GTJ dapat dipasang dengan semen tetap
f. Membersihkan gigi penyangga dan GTJ dari sisa-sisa semen sementara dan
mengeringkan gigi kemudian mengisolasi gigi dari saliva dengan cotton roll
g. Membuat adonan semen tetap (GIC tipe I) berdasarkan takaran sesuai pabrik
kemudian mengaduk semen.
h. Meletakkan adonan semen pada GTJ yang telah dibersihkan dan dikeringkan
secara tipis dan merata
i. Memasang GTJ pada gigi penyangga, menekan sesuai posisinya,
menginstruksikan pasien untuk oklusi sentrik dengan diberi cotton roll di antara
GTJ dan gigi antagonisnya, kemudian menunggu sampai semen setting
j. Membersihkan kelebihan semen dan memeriksa oklusi dan artikulasi.
5. Kunjungan 6
Kontrol I
Kontrol dilakukan 1 minggu dari penyemenan tetap
Tahapan pekerjaan:
a. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper
b. Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan rasa sakit
c. Melihat apakah ada sisa makanan/ debris di sekitar GTJ, adakah tanda peradangan
atau traumatik oklusi
6. Kunjungan 7
Kontrol II
Kontrol dilakukan 1 minggu dari kontrol I
Tahapan pekerjaan:
a. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper
b. Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan rasa sakit
c. Melihat apakah ada sisa makanan/ debris di sekitar GTJ, adakah tanda peradangan
atau traumatik oklusi
BAB IV
DISKUSI
Prognosis perawatan dengan pembuatan gigi tiruan cekan diperkirakan memiliki hasil
yang baik karena gigi abutment yang baik untuk mendukung GTC, jaringan pendukung yang
sehat, kesehatan umum dan kebersihan rongga mulut yang baik, pasien komunikatif dan
kooperatif serta memiliki motivasi yang baik dalam perawatan ini.
DAFTAR PUSTAKA