i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan Student Project yang berjudul
“Case Report Unusual Case of Osseointegrated Dental Implant Migration into
Maxillary Sinus Removed 12 Years after Insertion” dengan baik.
1. Dosen pembimbing, drg. Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp. KGA yang
telah membantu dan membimbing penulis dalam menyusun karya tulis ini.
2. Dosen-dosen pemberi materi pada blok Clinical Dental Skill V yang tidak
bisa disebutkan satu persatu namanya.
3. Orang tua, rekan-rekan seperjuangan di Universitas Udayana serta teman-
teman, atas dukungannya dalam penyusunan Student Project ini.
Penulis sadar bahwa Student Project ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis berharap agar mendapatkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan Student Project ini. Akhir kata semoga ini
dapat membantu berbagai pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS...........................................................................3
BAB III KAITAN DENGAN TEORI...........................................................6
3.1 Dental Implant...................................................................................6
3.1.1 Definisi....................................................................................6
3.1.2 Penggunaan Implant dalam Kedokteran Gigi ........................8
3.1.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan Dental Implant ...............9
3.1.4 Prosedur Penempatan Dental Implant ....................................11
3.1.5 Maintenance ...........................................................................17
3.2 Dental Implant Osseointegration......................................................17
3.2.1 Mekanisme Dental Implant Osseointegration........................18
3.2.2 Integrasi Jaringan Keras..........................................................18
3.3 Kegagalan Dental Implant ................................................................21
3.4 Penatalaksanaan Migrasi Dental Implant..........................................23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................25
Kesimpulan..............................................................................................25
Saran .......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 21. Gambaran mikrograf elektron implant.............................................19
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
LAPORAN KASUS
3
4
Gambar 3. (a) Gambaran klinis setelah pembukaan flap (b) fotografi sinus
maksila kanan setelah pembukaan lateral window memperlihatkan sinusitis karena
dislokasi implant (c) Implant removal dengan forceps (d) Sinus Maksila setelah
pembedahan (e) Penampakan ekstraoral dari implant (f) Gambaran klinis setelah
5
flap dijahit dan protesa disementasi (g) Radiografi sinus maksila kanan setelah
pengambilan implant (Laureti dkk., 2017).
6
7
Gambar 5. Contoh Badan Implant (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
Permukaan implant yang paling banyak digunakan ada tiga tipe yaitu
plasma spray titanium dengan permukaan yang berbentuk granul sehingga
memperluas permukaan kontaknya, machine finished titanium yang
merupakan implant bentuk screw yang paling banyak digunanakan dan
tipe implant dengan lapisan permukaan hidroksi apatit untuk
meningkatkan osseointegrasi (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
- Healing
Merupakan komponen berbentuk kubah yang ditempatkan pada
permukaan implant dan sebelum penempatan abutment. Komponen ini
meiliki panjang yang bervariasi antara 2 mm sampai 10 mm (Mc
Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
8
Gambar 6. Contoh healing cup (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
- Abutment
Adalah bagian komponen implant yang disekrupkan dimasukan secara
langsung ke dalam badan implant. Dipasangkan menggantikan healling
cup dan merupakan tempat melekatnya mahkota. Memiliki permukaan
yang halus, terbuat dari titanium atau titanium alloy, panjang dari 1 mm
sampai 10 mm (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
1. Seleksi pasien
3. Pemeriksaan pasien
4. Pemeriksaan radiografi
Gambar 14. Tempat pemasangan implant berulir yang telah di preparasi dengan
sekrup tap bur (Fragiskos, 2007).
Gambar 16. Dieratkan secara manual dengan kunci pas silinder, hingga implant
mencapai bagian terdalam dari daerah pemasangan implant (Fragiskos, 2007).
Pasca operasi
Fase penyembuhan bervariasi, tergantung pada stabilitas primer
implant dan rekonstruksi prostetik. Penempatan implant secara
immediate (segera) seringkali dapat dilakukan pada restorasi splinted
dan pada tulang keras mandibula. Biasanya waktu penyembuhan 8
minggu (Fragiskos, 2007).
Perpautan Abutment
Setelah prosedur bedah tahap pertama, dilakukan fase kedua dari
prosedur bedah yang melibatkan eksposur implant dan penempatan
abutment pada implant (Fragiskos, 2007).
3.1.5 Maintenance
Keberhasilan dari implant dipengaruhi dari osseointergrasi dengan
beberapa factor yaitu material implant yang biokompatibel, pemilihan implant
yang sesuai, serta kualitas dan kuantitas tulang yang tersedia (Rachmawat dkk.,
2019)
Setelah pemasangan prostesa maka harus melakukan pemeriksaan secara
teratur untuk melihat tanda-tanda keausan atau kerusakan pada sekitar protesa
atau gigi-geligi yang berdampingan. Selain itu lakukan pemeriksaan pada
restorasi permanen periksa semennya atau sekrup yang diinsersi, pemeriksa
sekrup yang menahan protesa, dan sekrup yang menahan abutment, dan
instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut supaya proses
osseointegrasi dapat berhasil. Kegagalan integrasi jarang terjadi apabila
instruksi dokter diikuti dengan baik karena keberhasilan dental implant tidak
saja berkaitan dengan keterampilan operator melainkan kualitas serta kuantitas
tulang, dan kebersihan mulut pasien. Tetapi factor keberhasilan yang paling
penting yaitu stabilitas implant primer (Palmer dkk., 2002). Seperti yang sudah
dijelaskan dalam jurnal bahwa migrasi dental implant yang terlambat setelah
osseointegrasi adalah peristiwa yang sangat langka dan alasannya masih belum
diketahui. Stabilitas primer yang baik dan kualitas dan kuantitas tulang yang
cukup pada pemasangan implant adalah faktor penting untuk mencegah
perpindahan implant (Laureti dkk., 2017)
yang tersisa kontak dengan cairan ekstra seluler dan sel. Bekuan darah
kemudian akan terbentuk pada permukaan antara implant dan tulang. Bekuan
darah tersebut mengandung banyak sitokin dan sel yang mengatur metabolisme
tulang. Selain itu bekuan darah juga menyediakan cadangan growth factor dan
sitokin yang berfungsi sebagai kerangka untuk migrasi sel. Adhesi trombosit
yang meningkat telah ditunjukkan terjadi lebih cepat pada permukaan implant
mikro bertekstur daripada permukaan implant yang halus (Drago, C, 2007).
Beberapa penelitian menyimpulkan implant dengan permukaan kasar memiliki
persentase kontak bone-to-implant yang lebih tinggi dan osseointegrasi yang
lebih cepat dan lebih kuat bila dibandingkan dengan machined surface titanium
implants (Trisi dll, 1999; De Leonardi dll, 1999; De Leonardi dll, 1997).
Kontak trombosit dengan topografi permukaan implant mikro dan makro
menyebabkan sekresi dari granula intraseluler dan membantu dalam
penyembuhan jaringan yang terluka. Setelah pembentukan bekuan darah,
dilanjutkan dengan proses inflamasi. Pada proses ini sel-sel inflamasi akan
terlepas menanggapi antigen asing dan trauma pembedahan, selanjutnya
bermigrasi ke lokasi terjadinya trauma/pembedahan. Dalam fase peradangan,
sel-sel ini akan mendukung pertumbuhan pembuluh darah. Pembentukan
pembuluh darah baru (angiogenesis) adalah langkah vital dalam penyembuhan
luka. Pertumbuhan pembuluh darah dimulai sekitar tiga hari setelah
penempatan implant dan berlanjut ke tiga minggu berikutnya. Untuk menjaga
aktivitas seluler selama perbaikan dan pembentukan tulang, angiogenesis harus
aktif. Selama fase osteofilik ini menghasilkan jaringan mature vascular selama
durasi sekitar satu bulan. Selanjutnya osteosit teraktivasi dan fase osteofilik
transisi ke fase osteokonduktif (Drago, C, 2007).
20
Pada suatu tindakan perawatan tentu tidak akan selalu berjalan lancar
tanpa adanya suatu masalah atau komplikasi, begitu pula halnya dengan
pemasangan dental implant. Sehingga hal ini menyebabkan operator harus lebih
waspada terhadap beberapa kegagalan atau permasalahan yang mungkin terjadi
pasca pemasangan dental implant. Adapun contoh kegagalan dental implant
adalah sebagai berikut :
a) Infeksi Dental Implant
Infeksi dapat terjadi saat jaringan lunak / tulang disekitar implant
mengalami peradangan sehingga hal ini menyebabkan kegagalan implant dan
kehilangan massa tulang yang berpengaruh pada proses osseointergrasi. Infeksi
dental implant bisa saja terjadi karena pasien tidak menjaga kebersihan rongga
mulut dengan baik, pada saat pemasangan implant kondisi daerah kerja tidak steril
sehingga menyebabkan kontaminasi mikroorganisme, serta posisi implant yang
tidak stabil sehingga menyebabkan implant bergerak dan melukai jaringan di
sekitarnya yang kemudian menjadi infeksi. Pada kasus infeksi dental implant
biasanya ditandai oleh munculnya abses dan rasa sakit atau tidak nyaman pada
daerah sekitar pemasangan implant (Pye dkk., 2009).
b) Penolakan oleh Jaringan Tubuh
Benda asing yang masuk kedalam tubuh tentunya akan mendapat respon
dari jaringan sekitarnya, bisa diterima dan bisa juga ditolak. Pada pemasangan
dental implant terkadang terjadi penolakan oleh jaringan tubuh dikarenakan tubuh
menganggap bahwa implant sebagai benda asing sehingga jika hal ini terjadi maka
akan mengganggu proses osseointergrasi atau penyatuan tulang dengan jaringan
sekitarnya dan mengarah pada kagagalan pemasangan implant. Akan tetapi hal ini
dapat diturunkan resikonya dengan cara melapisi dental implant menggunakan
lapisan hidroksiapatit (Misch, 2004).
c) Perpindahan Lokasi Dental Implant
Pemasangan dental implant idealnya dalam posisi yang tepat (rapat dan
tidak longgar) sehingga umumnya tidak akan bergerak dan berpindah lokasi.
Namun tidak menutup kemungkinan pasca pemasangan dental implant beberapa
bulan atau tahun, lokasi implant dapat berpindah dari posisi awalnya (Misch,
2004). Hal ini bisa saja disebabkan oleh kualitas tulang, kekuatan tulang serta
23
terbukti tidak lebih agresif dan memungkinkan kontrol endoskopi serta treatment
sinus paranasal lainnya, yang dapat terlibat infeksi sekunder dari infeksi sinus
maksilaris. Prosedur secara langsung memungkinkan visualisasi yang lebih baik
dalam mengangkat benda asing dengan ukuran besar (6,5 mm diameter leher ×
10mm panjang) maka prosedur CL akan lebih baik untuk dipilih (Mauro dkk.,
2017).
Prosedur CL adalah penggantian mukosa yang terinflamasi atau rusak dari
sinus maksilaris dengan mukosa baru. Literatur mengutip banyak indikasi operasi
ini seperti sinusitis kronis dengan perubahan pada mukosa sinus yang tidak cukup
hanya dengan jalur manajemen medis atau operasi konservatif seperti FESS
(Datta dkk., 2016).
Pendekatan bedah CL adalah pendekatan sederhana untuk mengangkat
dislokasi implant pada sinus maksilaris. Teknik ini dilakukan karena
memungkinkan melakukan prosedur bedah dengan anestesi lokal dan visualisasi
secara langsung selama prosedur. Untuk menghindari masalah sistemik, implant
harus diangkat sesegera mungkin atau pasien harus dirujuk ke ahli bedah
maksilofasial untuk mengangkat implant. Pada kasus yang berhubungan dengan
sinus, pertemuan dengan ahli otorhinolaryngologist harus dilakukan untuk
mengevaluasi keadaan seluruh sinus paranasal (Bruniera dkk., 2015). Pada akhir
dari prosedur operasi pasien harus diberikan terapi antibiotik untuk menghindari
infeksi dan obat antiinflamasi, seperti pada kasus disini diberikan amoxicillin,
clavulanic acid 875mg/125mg dan ibuprofen 600 mg untuk 7 hari pasca operasi.
Selain itu juga diresepkan obat kumur chlorhexidine selama 2 minggu sampai
jahitan dibuka (Mauro dkk., 2017).
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dental implant merupakan indikasi perawatan untuk mengatasi
kehilangan beberapa gigi, umumnya serupa dengan jenis gigi tiruan lainnya yaitu
untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi berbicara, dan fungsi estetik.
Keberhasilan dari perawatan implant dipengaruhi dari osseointergrasi dengan
beberapa faktor yaitu material implant yang biokompatibel, pemilihan implant
yang sesuai, serta kualitas dan kuantitas tulang yang tersedia.
3.2 Saran
Disarankan bagi operator sebelum melakukan pemasangan implant,
operator harus mempersiapan pasien dengan baik serta memilih implant yang
sesuai dengan anatomi pasien selain itu juga edukasi pasien untuk harus selalu
menjaga kebersihan rongga mulut dan intstruksikan pasien untuk melakukan
pemeriksaan perawatan implant secara teratur supaya dapat mencegah terjadinya
kegagalan osseointegration dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Maxillary Sinus Removed 12 Years after Insertion. Case Reports in
Dentistry. 2017. 1-6. 10.1155/2017/9634672.
Marx, R, Ehler, W, Peleg, M. 1996. Mandibular and facial reconstruction:
Rehabilitation of the head and neck cancer patient. Bone 19(1suppl):59s-
82s.
Mc Glumphy EA, Larsen PE. 2003. Contemporary implant dentistry. In : Peterson
LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR, eds. Contemporary oral and maxillofacial
surgery: Preprosthetic surgery and implant surgery. 4th ed. Missouri:
Elsevier; 14: 305-42.
Mc Kinney, R. V. 1991. Endosteal Dental Implan. 1st edition. Toronto: Mosby
year Book.
Misch, C. E. 2004. Dental Implant Prosthetics-E-Book. Elsevier Health Sciences.
Palmer, R.M., Smith, B.J., Howe, L.C. and Palmer, P.J., Implants in Clinical
Dentistry 2002. United Kingdom, Martin Dunitz Ltd, 38.
Pye, A. D., Lockhart, D. E. A., Dawson, M. P., Murray, C. A., & Smith, A. J.
2009. A Review of Dental Implants and Infection. Journal of Hospital
Infection, 72(2), 104-110.
Richard M. P, Brian J. S, Leslie C. H, Paul J. P. Implants in clinical dentistry.
United States and Canada: Thieme New York, 2002:4-6
Solderer, A., Al-Jazrawi, A., Sahrmann, P., Jung, R., Attin, T., Schmidlin, P.R.,
2019 Removal of failed dental implants revisited: Questions and answers.
Clin Exp Dent Res, 5, 712-724; doi.org/10.1002/cre2.234
Trisi, P, Rao, W, Rebaudi, A. 1999. A histometric comparison of smooth and
rough titanium implants in human low-density jawbone. Int J Oral
Maxillofac Implants 14:689-698.
Fragiskos, F. D. 2007. Oral surgery. Springer Science & Business Media.
27
LAMPIRAN
28