Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah
dilimpahkan berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Komposit fiber sebagai metode
penatalaksanaan splinting, Kegoyangan gigi pada periodontitis kronis” dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Rasa terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh teman dan keluarga atas
saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian laporan kasus
ini. Penulis berharap laporan kasus mengenai Bedang Minor (Odontektomi) dapat
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan berharap laporan kasus yang
telah berhasil penulis susun ini dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun yang
atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa penulis juga berhadap adanya
masukan serta kritikan yang membangun dari pembaca agar penulis dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tekanan oklusi. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan resin
komposit yang diberi tambahan suatu bahan berkekuatan tinggi, biokompabilitas
dan estetik yang baik, yang dikenal dengan fiber reinforced komposit (Suwandi,
2010).
Berdasarkan kasus yang diteliti oleh Dewi L. Ichwana (2016) pada Journal
of Dentomaxillofacial Science (J Dentomaxillofac Sci), peneliti menyajikan kasus
mengenai penatalaksanaan kegoyangan gigi pada periodontitis kronis dengan
splinting fiber komposit.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Gambar 1. Keadaan intraoral gigi anterior mandibula bagian fasial dan lingual
Setelah scaling dan root planing, dilakukan preparasi groove pada gigi
yang akan di splinting menggunakan diamond bur. Perhatikan bagian yang akan
dipreparasi untuk menghindari cedera pada pulpa. Tempat meletakkan fiber splint
3
disiapkan, dibilas dan dikeringkan dengan hati-hati. Fiber strip disiapkan,
dipotong dengan gunting tajam atau pisau bedah dan sangat didukung oleh
panjang jari yang tepat dari groove gigi yang akan displint dan telah diukur
sebelumnya dengan dental floss. Keuntungan menggunakan fiber dalam teknik ini
yaitu dapat mengikat secara kimia dengan resin komposit.
Gambar 2. Bagian lingual yang telah dipreparasi, dilakukan etsa dan rebonding, setelah
itu diaplikasikan fiber
4
Gambar 3. Fiber sudah diadaptasikan pada groove, dilapisi dengan resin komposit, gigi
43 dan 44 siap untuk diaplikasikan fiber
Gambar 4. Fiber dipotong sesuai dengan ukuran, diletakan wedge pada interdental gigi
43-44
Gambar 5. Fiber diaplikasikan setelah dilakukan etsa dan rebonding, lalu dilapisi dengan
resin komposit
5
DISKUSI
6
BAB III
KAJIAN TEORI
3.1 Periodontitis
1. Periodontitis Kronis
Karakteristik pada pasien dengan periodontitis kronis:
a. Lebih banyak terjadi pada orang dewasa tetapi dapat terjadi pada
anak-anak.
b. Dipengaruhi banyak faktor lokal yang mampu memperparah.
c. Banyak kalkulus subgingival ditemukan.
7
d. Perkembangan lambat ke sedang yang berkemungkinan
memperparah kondisi.
Faktor yang dapat mendukung terjadinya periodontitis:
1) Faktor penyakit sistemik, seperti: diabetes mellitus dan
infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
2) Faktor lokal predisposisi periodontitis.
3) Faktor lingkungan, seperti: merokok dan stress.
2. Periodontitis Agresif
Karakteristik pada pasien dengan periodontitis agresif:
a. Oral hygiene menurun.
b. Lepasnya perlekatan jaringan secara cepat dan kerusakan tulang.
c. Jumlah deposit bakteri meningkat.
8
Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan menjadi lokal dan general
dengan karakteristik, sebagai berikut:
- Lokal
1) Circumpubertal onset pada penyakit.
2) Permasalahan pada molar pertama atau insisivus dengan
lepasnya perlekatan proksimal
3) Respon antibodi yang kuat dengan terhadap agen infeksi.
- General
1) Biasanya akan menyerang orang di bawah 30 tahun atau lebih
tua.
2) Kehilangan perlekatan proksimal yang berkaitan dengan paling
sedikit 3 gigi selain molar pertama dan insisivus.
3) Kerusakan jaringan yang bersifat episodik.
4) Respon antibodi yang lemah terhadap agen infeksi.
3. Periodontitis sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik dari Periodontitis
Dapat berupa manifestasi dari penyakit sistemik, sebagai berikut:
a. Penyakit Perdarahan
1). Acquired neutropenia
2). Leukemia
b. Penyakit Genetik
1). Familial and cyclic neutropenia
2). Down syndrome
3). Leukocyte adhesion deficiency syndromes
4). Papillon-Lefèvre syndrome
5). Chédiak-Higashi syndrome
6). Histiocytosis syndromes
7). Glycogen storage disease
8). Infantile genetic agranulocytosis
9). Cohen syndrome
10). Ehlers-Danlos syndrome
11). Hypophosphatasia
3. Penyakit Sistemik Lainnya
9
3.2 Splinting
2. Melindungi pulpa
10
6. Mengobati kasus-kasus periodontal yang diperlukan baik terapi restoratif dan
periodontal yang dilakukan secara bersamaan, diperlukan imobilisasi, atau
untuk mempertahankan hasil perawatan periodontal
Indikasi
11
8. Splinting digunakan untuk menghilangkan gerakan di area penyembuhan
setelah operasi periodontal karena micromovement pada area bedah dapat
menghambat perbaikan yang terjadi di area penyembuhan
9. Splinting gigi dapat diindikasikan untuk satu atau lebih gigi bergerak di
mana ekstraksi dan terapi implant bukan alternatif yang terbaik.
10. Pencegahan drifting teeth setelah perawatan ortodontik atau ketika gigi
hilang
11. Pencegahan mobilitas setelah trauma akut seperti pada subluksasi dan
avulsi Azodo dan Erhabor, 2016; Astuti, 2015).
Menurut Tarnow dan Fletcher indikasi splinting meliputi:
1. Trauma karena oklusi primer
2. Trauma karena oklusi sekunder
3. Mobility progresif, migrasi gigi, dan nyeri ketika berfungsi
Splinting dilakukan untuk mengontrol mobilitas gigi, inflamasi gingiva,
pembentukan poket periodontal, karena peningkatan mobilitas gigi adalah akibat
langsung trauma oklusi, bruxism, dan clenching (Strassier, 2001).
Kontraindikasi
12
3.2.3 Biomekanika Splinting
Splinting dapat meningkatkan daerah ketahanan akar, periodontal dan gaya mesiodistal
dengan mengubah pusat rotasi (center of rotation) beberapa gigi. Splinting membuat
distribusi yang lebih baik dengan mengarahkan gaya ke area splintng yang memiliki
dukungan periodontal yang adekuat. Maka dari itu, fungsi mastikasi akan diarahkan ke
area yang mudah dan efisien untuk mastikasi. Pada gigi penyangga splinting
diusahakan menghindari gaya lateral/tipping pada saat pengunyahan.
Gaya mesiodistal merupakan efek dari kegunaan beberapa bagian yang melekatkan gigi
secara kaku. Gaya mesiodistal akan cenderung menyebabkan rotasi seluruh unit gigi.
Sebuah akar tidak bisa dimiringkan secarah terpisah namun harus secara vertical dan
bodily. Distribusi gaya mesiodistal akan lebih baik jika dua gigi yang mesih memiliki
akar di splinting bersama. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendapat kestabilan
melalui kecendrungan memiringkan gigi secara mesiodistal (Azado, 2016; Mangla,
2018).
1. Splint Eksternal
2. Splint Internal
Tabel 1
Type Keterangan Indikasi Rekomendasi
Digunakan saat masa
Short-term Digunakan
perawatan periodontal
temporary kurang dari 6 Direkomendasikan
aktif, dapat dilanjutkan
splint bulan
dengan splinting tipe lain
Digunakan untuk
membantu diagnosa,
Medium-term Beberapa bulan
biasanya dilanjutkan
provisional hingga Direkomendasikan
dengan splinting
splint beberapa tahun
menggunakan tipe yang
lebih stabil
14
Tabel 2
Type Keterangan Indikasi Rekomendasi
Ligature wires
Ligature
Indikasi untuk gigi anterior yang
wires, night
Splint mengalami mobilitas.
guards,
External Menggunakan kawat dead-soft Direkomendasikan
protesa cekat
round stainless steel (0,25-0,30
interim
mm) atau kawat brass
Night guards
Indikasi untuk pasien dengan
riwayat bruxism atau clenching.
Stabilisasi gigi pasca perawatan
occlusal adjustment. Occlusal
splint tipe heat polymerized
polymethylmethacrylate.
Protesa cekat interim
Indikasi pada gigi dengan
masalah periodontal yang belum
ditetapkan rencana perawatan
pasti. Dapat merestorasi estetika
dan kondisi oklusa untuk
mendukung pemasangan protesa
nantinya. Memberikan waktu
untuk evaluasi desain dan
kondisi oklusal sebelum
penetapan restorasi permanen.
Indikasi pada gigi yang sangat
Komposit goyang dan gigi anterior karena
dengan atau keperluan estetik. Untuk
tanpa kawat meningkatkan kemampuan
Direkomendasikan
dan menahan shear stress resin
campuran komposit ditambahkan dengan
fiber fiber high strength yang dapat
dibentuk dan berwarna estetik
15
Gambar 7. Macam-macam Splinting
16
d. Mudah diperbaiki jika terdapat kesalahan saat bonding ulang atau aplikasi
bahan baru
e. Mendukung perawatan yang lebih agresif yang dilakuka pada gigi geligi
dengan prognosis yang diragukan berdasarkan stabilisasi jangka panjang
f. Nilai estetik yang tinggi
g. Mudah dibersihkan sendiri oleh pasien dirumah sehari-hari
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Saran Pasien menggunakan perawatan splint hendaknya lebih memelihara kebersihan
mulutnya karena alat splint bisa menjadi sumber retensi plak dan hendaknya pasien lebih hati-
hati saat makan dan minum agar splint tidak mudah lepas. Selain itu, fasilitas yang digunakan
dalam prosedur pelaksanaan splinting perlu ditambah agar mendukung perawatan yang
dilakukan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Strassler, H. E., Brown, C., 2001, Periodontal Splinting with a Thin-High-
Modulus Polyethylene Ribbon. Compendium Journal, Vol 22, No 8
Suwandi, Trijani., 2010, The Initial Treatment of Mobile Teeth Closure
Diastema in Chronic Adult Periodontitis, PDGI Jour, 59:105-109.
20