Anda di halaman 1dari 4

Spasia diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder.

Spasia primer
diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan spasia primer mandibula. Spasia
primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan ruang infratemporal. Sedangkan spasia
primer mandibula terdapat pada submental, buccal, ruang submandibular dan sublingual.
Infeksi juga dapat terjadi di tempat-tempat lain yang disebut sebagai spasia sekunder,
yaitu pada Masseteric, pterygomandibular, superficial dan deep temporal, lateral
pharyngeal, retropharyngeal, dan prevertebral.
1.4.1 Spasia kanina
Spasia kanina merupakan ruang tipis di antara levator angulioris dan M. labii superioris.
Spasia kanina terbentuk akibat dari infeksi yang terjadi pada gigi caninus rahang atas.
Gigi caninus merupakan satu-sarunya gigi dengan akar yang cukup panjang untuk
menyebabkan pengikisan sepanjang tulang alveolar superior hingga otot atau facial
expression. Infeksi ini mengikis bagian superior hingga ke dasar M. levator anguli oris
dan menembus dasar M. levator labii superior.
Ketika spasia ini terinfeksi, gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian depan dan
swelling pada permukaan anterior menyebabkan lipatan nasolabial menghilang.
Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces dapat menyerang daerah infraorbital dan
sinus kavernosus.
1.4.2 Spasia bukal
Spasia bukalis terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral dan M. buccinators
dan berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Spasia dapat terinfeksi akibat perpanjangan
infeksi dari gigi maxilla dan mandibula. Penyebab utama infeksi spasia bukal adalah gigigigi posterior, terutama Molar maxilla. Spasia bukal menjadi berhubungan dengan gigi
ketika infeksi telah mengikis hingga menembus tulang superior hingga perlekatan M.
buccinators.
Gejala infeksi yaitu edema pipi dan trismus ringan. Keterlibatan spasia bukal dapat
menyebabkan pembengkakan di bawah lengkung zygomatic dan daerah di atas batas
inferior dari mandibula. Sehingga baik lengkung zygomatic dan batas inferior mandibula
Nampak jelas pada infeksi spasi bukal.
1.4.3 Spasia mastikasi (masseter, pterygoid, temporal)
Jika infeksi spasia primer tidak ditangani secara tepat, infeksi dapat meluas ke arah
posterior hingga melibatkan spasia facial sekunder. Ketika spasia sekunder telah ikut
terlibat, infeksi menjadi lebih berat, dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian,
dan lebih sulit untuk ditangani. Hal ini dikarenakan spasia sekunder dikelilingi oleh
jaringan ikat fascia yang sedikit sekali mendapat suplai darah. Sehingga infeksi pada

spasia ini sulit ditangani tanpa prosedur pembedahan untuk mengeluarkan eksudat
purulen.
Spasia masseter Spasia masseter berada di antara aspek lateral mandibula dan batas
median m. masseter. Infeksi ini paling sering diakibatkan penyebaran infeksi dari spasia
bukalis atau dari infeksi jaringan lunak di sekitar Molar ketiga mandibula. Ketika spasia
masseter terlibat, area di atas sudut rahang dan ramus menjadi bengkak. Inflamasi m.
masseter ini dapat menyebabkan trismus
Spasia pterygomandibular Spasia pterygomandibular berada ke arah median dari
mandibula dan ke arah lateral menuju m. pterygoid median. Area ini merupakan area
tempat penyuntikan larutan anastesi local disuntikan ketika dilakukan block pada saraf
alveolar inferior. Infeksi pada area ini biasanya merupakan penyebaran dari infeksi
spasia sublingual dan submandibula.
Infeksi pada area ini juga sering menyebabkan trismus pada pasien, tanpa disertai
pembengkakan. Ini lah yang menjadi dasar diagnosa pada infeksi ini
Spasia temporal Spasia temporal berada pada posterior dan superior dari spasia master
dan pterygomandibular. Dibagi menjadia dua bagian oleh m. temporalis. Bagian pertama
yaitu bagian superficial yang meluas menuju m. temporalis, sedangakn bagian kedua
merupakan deep portion yang berhubungan dengan spasia infratemporal. infeksi ini, baik
superficial maupun deep portion hanya terlihat pada keadaan infeksi yang sudah parah.
Ketika infeksi sudah melibatkan spasia temporalis, itu artinya pembengkakan sudah
terjadi di sepanjang area temporal ke arah superior menuju arcus zygoamticus dan ke
posterior menuju sekeliling mata.
Spasia masseter, pterygomandibular, dan temporal juga dikenal sebagai spasia
matikator. Spasia ini saling berhubungan, sehingga ketika salah satunya mengalami
infeksi maka spasia lainnya berkemungkinan juga terkena infeksi
1.4.4 Spasia submandibula dan sublingual
Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal dari
gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis.
Gejala infeksi berupa pembengkakan pada daerah segitiga submandibula leher disekitar
sudut mandibula, perabaan terasa lunak dan adanya trismus ringan.
Kedua spasia ini terbentuk dari perforasi lingual dari infeksi molar mandibula, dan dapat
juga disebabkan infeksi pada premolar. Yang membedakan infeksi tersebut apakah
submandibula atau siblingual adalah perlekatan dari M. mylohyoid pada ridge mylohyoid
pada aspek medial mandibula. Jika infeksi mengikis medial aspek mandibula di atas garis
mylohyoid, artinya infeksi terjadi pada spasia lingual (sering terjadi pada gigi premolar

dan molar). Sedangkan jika infeksi mengikis aspek medial dari inferior mandibula hingga
mylohyoid line , spasia submandibular pun dapat terkena infeksi.
Molar ketiga mandibula paling sering menjadi penyebab spasia primer mandibula.
Sedangkan molar kedua mandibula dapat mengakibatkan baik spasia sublingual maupun
submandibular.
Spasia sublingual berada di antara mucosa oral dasar mulut dan m. mylohyoid. Batas
posteriornya terbuka hingga berhubungan langsung dengan spasia submandibular dan
spasia sekunder mandibula hingga aspek posterior. Secara klinis, pada infeksi spasia
sublingual sering terlihat pembengkakan intraoral, terlihat pada bagian yang terinfeksi
pada dasar mulut. Infeksi biasanya menjadi bilateral dan lidah menjadi terangkat
(meninggi)
Spasia submandibula berada di antara m. mylohyoid dan lapisan kulit di atasnya serta
fascia superficial. Batas posterior spasia submandibula berhubungan dengan spasia
sekunder dari bagian posterior rahang. Infeksi pada submandibular menyebabkan
pembengakakan yang dimulai dari batas inferior mandibula hingga meluas secara median
menuju m. digastricus dan meluas ke arah posterior menuju tulang hyoid.
Ketika bilateral submandibula, sublingual dan submentalis terkena infeksi, inilah yang
disebut dengan Ludwigs angina. Infeksi ini menyebar dengan cepat kea rah posterior
menuju spasia sekunder mandibula.
Sulit menelan hampir selalu terjadi pada infeksi ini, disertai dengan elevasi dan
displacement lidah serta pengerasan superior submandibula hingga tulang hyoid
Pasien yang mengalami infeksi ini biasanya mengalami trismus, mengeluarkan saliva,
kesulitan menelan bahkan bernafas yang dapat berkembang menjadi obstruksi nafas atas
yang dapat menyebabkan kematian.
1.4.5 Spasia submental
Spasia submental berada di antara anterior bellies dari m. digastricus dan di antara m.
mylohyoid dengan kulit di atasnya. Spasia ini biasanya terjadi karena infeksi dari incisor
mandibula. Incisor mandibula cukup panjang untuk dapat menyebabkan infeksi mengikis
bagian labial dari tulang apical hingga perlekatan m. mentalis. Gejala infeksi berupa
bengkak pada garis midline yang jelas di bawah dagu. Infeksi juga dapat terjadi pada
batas inferior mandibula hingga ke m. submentalis
1.4.6 Ludwigs Angina
Definisi Ludwigs Angina ialah keadaan dimana adanya sepsis cellulitis di regio
submandibular. Kebanyakan kasus, penyakit ini disebabkan oleh infeksi gigi molar rahang

bawah hingga dasar mulut (akar gigi melekat pada otot mylohyoid) karena ekstraksi.
Infeksi ini berbeda dari jenis cellulitis post-ekstraksi lainnya. Hal utama yang
membedakannya adalah:

1. Indurasinya kuat. Adanya gangrene dengan keluarnya cairan serosanguinous yang


meragukan ketika dilakukan incise dan tidak jelas apakah itu adalah pus.

2. Spasia yang terlibat (submandinular, submental, sublingual) terbentuk bilateral.


3. Pasien biasanya dalam kondisi openmouth, dasar mulutnya elevasi dan lidahnya
protusi. Kondisi ini yang menyebabkan pasien sulit bernafas.
1.4.7 Spasia faringeal
Batas anatomi Spasia ini perluasan dari dasar tengkorak di tulang sphenoid menuju
tulang hyoid di inferior dan terletak antara otot pterygoid medial di aspek lateral dan
superior faringeal konstriktor aspek medial. Di bagian depan dibatasi oleh
pterygomandibular raphe dan meluas ke bagian posteriomedia fascia prevertebral.
Prosessus styloid, associated muscles, dan facia membagi spasia ini menjadi
kompartemen anterior yang mengandung selubung carotid dan beberapa nervus cranial.
Gejala dan tanda klinis infeksi Tanda klinis yang terlihat ialah trismus yang cukup
berat yang merupakan keterlibatan otot pterygoid media; pembengkakan leher lateral,
terutama sudut inferior mendibula; dan pembengkakan dinding faringeal lateral.ke arah
midline. Pasien dengan kasus ini biasanya sulit menelan dan demam.
1.4.8 Spasia retrofaringeal
Batas anatomi Spasia ini terletak di belakangan jaringan lunak aspek posterior faring.
Di bagian depan dibatasi oleh konstriktor faringeal superior; bagian muka dan posterior
oleh alar layer fascia prevetebral. Spasia ini berawal dari dasar tengkoran dan meluas ke
arah inferior di vertebra C7 atau T1, di mana fascia alar menyatu dengan fascia
buccopharyngeal

Anda mungkin juga menyukai