Assalamu'alaikum.wr.wb
pada kesempatan ini saya akan mencoba berbagi tentang konsep
ameloblastoma, yang mana penyakit ameloblastoma ini dapat tidak terlihat
gejala awalnya yang pada akhirnya proses penangannya menjadi lambat.
semoga artikel ini bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan tentang
ameloblastoma.
b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini
ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90% ameloblastoma
unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis
maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan gigi
yang erupsi.
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki komponen kista.
Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti dengan regio parasimfisis
dan anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai ameloblastoma unikistik pertama
kali disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe
unikistik ini kurang agresif dan menyerang enukleasi simple pada ameloblastoma tipe
unikistik sebenarnya menunjukkan angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60% dengan
demikian enukleasi simple merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan
perawatan yang lebih radikal dengan osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan atau
dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini.
c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus ameloblastoma atau
ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva atau mukosa alveolar. Tipe ini
menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak ada keterlibatan
tulang dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit, sessile, kaku,
pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular.
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus ameloblastoma yang
didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua rentang umur dari 9 sampai 92
tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada
wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1.
70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus.
Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Perawatan yang
direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya karena
tumor ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi
berhasil dirawat dengan eksisi lokal dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin
jaringan yang normal. Margin inferior harus diikutkan periosteoum untuk meyakinkan
penetrasi sel tumor ke tulang tidak terjadi.
C. ETIOLOGI AMELOBLASTOMA
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan
kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala
usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis
kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat
mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%-98%,
predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15% regiopremolar
dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
1. Sisa-sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa
spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan
berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata.
2. Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik
3. Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada kasus yang
dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai ameloblastoma yang
berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi
ameloblastoma.
4. Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada
beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral.
Gambaran Radiologis
1. Berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang tawon (honey comb
appearance) pada lesi kecil.
2. Gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar.
3. Secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat resorpi akar
dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal.
Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan lunak dan
ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan ascillating saw dari
lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju kavitas nasal melalui fossa
lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar ridge. Setelah itu, dilakukan
pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan lateral dinding nasal yang
menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan menggunakan chisel dan gunting
mayo dan kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan spesimen dan packing
kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol perdarahan.