Anda di halaman 1dari 42

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Tumor merupakan pertumbuhan sel yang tidak semestinya, penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui. Kombinasi kelainan genetik, Oral hygiene yang buruk serta nikotin merupakan hal yang mendukung terjadinya tumor ganas rongga mulut. Seperti halnya dibagian tubuh lainnya tumor rongga mulut dapat di golongkan menjadi tumor ganas dan tumor jinak. Tumor pada rongga mulut dapat terjadi pada lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang rahang, kelenjar ludah, kelenjar getah bening. Tanda-tanda tumor ganas :Pertumbuhannya cepat, menyebar dan menekan sehingga menibulkan rasa sakit, pada rongga mulut dapat berupa ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Biasanya diikuti gejala sistemik berupa penurunan berat badan yang cepat, keringat malam, panas badan dan kelemahan. Tanda-tanda tumor jinak : tumbuh lambat, tidak sakit, tidak menimbulkan gangguan fungsi pada jaringan sekitarnya, pertumbuhannya terbatas biasanya berkapsel, tidak bermetastase pada organ lain. Tindakan pembedahan sangat bervariasi tergantung stadium tumor pada saat tumor ditemukan. Prosedur awal dilakukan biopsy, atau pengangkatan sebagian masa tumor untuk diperiksa secara histopatologis sehingga dapat diketahui jenis sel tumor apakah tergolong ganas atau jinak. Prosedur selanjutnya berupa tindakan eksisi atau pengangkatan jaringan tumor disertai pengangkatan jaringan sehat di sekitarnya. Pada tumor ganas prosedur ini dapat diikuti pengangkatan kelenjar getah bening leher dan radiasi ataupun khemotherapi. Prosedur terakhir adalah rekonstruksi baik berupa bedah atau alat yang digunakan untuk memperbaiki fungsi dan estetik rongga mulut. Untuk lebih jauh akan dibahas dalam makalah tentang benjolan pada rongga mulut ini.

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

I.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan jenis-jenis benjolan dalam rongga mulut beserta etiologi, tanda dan gejala klinisnya! 2. Jelaskan perbedaan benjolan yang bersifat ganas dan jinak! 3. Jelaskan cara menegakkan diagnosis pada kasus! 4. Apa diagnosis dan diferensial diagnosis pada kasus dalam skenario? 5. Jelaskan patogenesis terjadinya benjolan pada kasus! 6. Jelaskan perawatan pada kasus! 7. Bagaimana prognosis pada kasus! 8. Apa dampak yang terjadi jika tidak dilakukan penanganan? I.3 Tujuan Tujuan Instruksional umum (TIU) Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai benjolan pada rongga mulut disertai gambaran klinis dan penyebabnya. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah pembelajaran dengan modul ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menyebutkan bermacam-macam jenis benjolan yang dapat terjadi dalam rongga mulut 2. Menjelaskan perbedaan benjolan yang bersifat jinak atau ganas 3. Menjelaskan penyebab terjadinya benjolan dalam rongga mulut 4. Menjelaskan pathogenesis terjadinya benjolan dalam rongga mulut 5. Menjelaskan cara pemeriksaan intra dan ekstra oral 6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tumor Tumor adalah suatu perubahan atau atau transformasi kendali sel, singga sel melepaskan dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Dasar perubahan adalah mutasi dalam genom sel. Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan memperbaiki kerusakan DNA (DNA repair) dan poptosis, sehingga sel terus mengalami pertumbuhan (Immortal). Pada kondisi neoplasi terjadi berbagai perubajan metabolisme sel. Sel tumor menghasilakan protein-protein asing yang menyebabkan sel selalu berproliferasi dan menghambat proses diferensiasi. Tumor di bagi menjadi dua yaitu: 2.1. TUMOR JINAK RONGGA MULUT Tumor jinak odontogen Tumor-tumor jinak odontogen adalah tumor yang berasal dari selsel/epitel odontogen (jaringan epitel gigi, jaringan ikat/mesenkim, atau gabungan kedua-duanya). Tumor yang temasuk odontogen adalah : a. Sisa-sisa sel enamel organ b. Perkembangan enamel organ c. Epitel kista odontogen d. Selbasal mukosa rongga mulut Tumor-tumor jinak odontogen merupan sekelompok lesi yang kompleks dan mempunyai sifat klinis dan gambaran histologi yang bervariasi. Beberapa dari lesi-lesi tersebut merupakan neoplasia

sebenarnya ( true neoplasms ) dan yang lainnya merupakan bentukan yang salah menyerupai tumor ( tumor-like malformation atau hamartomas ).
3

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Klasifikasi tumor odontogen menurut WHO, 1992 yaitu: 1. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen A. AMELOBLASTOMA Ameloblastoma adalah tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ (ameloblast) yang merupakan sel pembentuk gigi, yang merupakan secara klinis paling umum dijumpai.Tumor ini tumbuh lambat, local invasive, dan sebagian besar bersifat jinak.

Gambaran Radiografi ameloblastoma

Secara klinikoradiografi Ameloblastoma dibedakan atas 3 tipe yaitu : a. Ameloblastoma solid atau multikistik Gambaran klinis Ditemukan pada penderita usia lanjut. Jarang pada usia di bawah 10 tahun atau pada kelompok umur antara 10-19 tahun. Sebagian besar didapatkan pada usia decade ketiga sampai ketujuh. Dapat melibatkan laki-laki dan perempuan. Frekuensinya terlihat tinggi pada penderita kulit hitam, tetapi beberapa peneliti lainnya tidak ada mendapatkan perbedaan rasial. Perkembangan tumor lambat dan asimtomik.

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Pembesaran tumor menyebabkan ekspansi rahang, tetapi tidak sakit dan tidak disertai parastesia. 85% terjadi di mandibula terutama pada daerah ramus asendens (regiomolar). 15% terjadi di maksila region posterior.

Gambaran radiografis ameloblastoma multikistik Gambaran radiografi sangat khas pada lesi-lesi yang radiolusen multikistik yang apabila berkembang menjadi lokus yang besar digambarkan seperti buih sabun(soap bubble) dan apabila lokus-lokusnya masih kecil digambarkan seperti honey combed. Bukal dan lingual korteks terekspansi. Resorbsi akar-akar gigi sering terjadi. Dalam beberapa kasus berhubungan dengan tidak erupsinya gigi molar ketiga. Gambaran radiografis ameloblastoma solid Gambaran radiografi ameloblastoma solid

menunjukkan adanya radiolusen yang unilokuler dan menyerupai tipe kistik. Tepi lesi radiolusen dengan bentuk scallop tidak teratur. Gambaran mikroskopis ameloblastoma solid Ameloblastoma solid atau ameloblastoma intraosseous multikistik secara histologist dapat menunjukkan beberapa tipe, yang paling umum adalah tipe follicular dan tipe floxiform. Tipe yang lain dapat juga ditemukan tetapi jarang misalnya tipe

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

akontomatous,granular,desmoplastik,dan selbasal atau tipe folikular dengan degenerasi kistik. Tipe follicular Mengandung pulau-pulau epitel yang menyerupai epitel organ enamel didalam stroma jaringan ikat fibrous yang matang. Sarang-sarang epitel tersebut mengandung sebuah inti yang tersusun longgar menyerupai stellate reticulum organ enamel. Tipe plexiform Mengandung lapisan atau epitel odontogen yang sangat panjang. Lapisan epitel terdiri dari sel-sel kolumnar atau kuboid yang tersusun sangat longgar dan mengandunng pembuluh darah. Tipe akantotik Adanya metaplasia sel skuamos yang sangat luas. Seringkali adanya pembentukan keratin (horn pearl) yang terjadi di bagian tengah dari pulau-pulau epitel.

Tipe granular sel Menunjukkan perubahan bentuk dari sekelompok sel epitel menjadi sel granular. Pada sel-sel ini mempunyai sitoplasma yang berlimpah mengandung granul-granul eosinofilik. Tipe ini terjadi pada usia muda dan secara klinis sangat agresif.

Tipe desmoplastik Tipe ini mempunyai pulau-pulau kecil dan

mengandung stroma kolagen yang padat. Sering terjadi pada ameloblastoma yang terjadi pada bagian anterior rahang atas. Tipe basaloid

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Tipe ini jarang terjadi, mengandung sel-sel yang menyerupai sel basal. Tidak ada stellate reticulum pada bagian tengah dari sarang-sarang sel tersebut. Sel-sel epitel di bagian tepi cenderung berbentuk kuboid. Tipe adenomatous Tipe ini menunjukkan sel-sel tumor yang

membentuk bentukan, seperti duktus kelenjardi dalam masa tumor.

b. Ameloblastoma unikistik Insidensi ameloblastoma ini sekitar 10-15% dari seluruh kasus ameloblastoma. Ameloblastoma jenis ini masih sering

diperdebatkan apakah merupakan suatu neoplasma yang merupakan hasil tranformasi neoplastik atau non neoplasma epitel kista, tetapi kedua mekanisme ini kemungkinan dapat terjadi. Gambaran klinis Umum terjadi pada penderita usia muda. 50% dari seluruh kasus ditemukan pada akhir dekade kedua dengan rata-rata usia 23 tahun. 90% tumor ini terdapat di mandibula, khususnya region posterior. Lesi tumbuh asimtomatik. Pada lesi-lesi yang besar menimbulkan pembengkakan pada rahang dan begitu sakit. Gambaran radiografis Radiolusen yang berbatas jelas mengelilingi mahkota gigi molar tiga yang tidak erupsi, biasanya didiagnosis sebagai kista primordial, kista radikular,atau kista residual.

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Gambaran mikroskopis Ada 3 variasi dari ameloblastoma unikistik yaitu : Luminal Ameloblastoma Intra Luminal Ameloblastoma Mural Ameloblastoma.

c.

Periperil ( Ekstraosseous) Ameloblastoma Insidensi ameloblastoma peripheral yang ditemukan sekitar 1% dari seluruh kasus ameloblastoma. Tumor ini kemungkinan muncul dari sisa-sisa epitel odontogen di bawah mukosa rongga mulut atau dari sel epitel basal. Gambaran klinis Biasa muncul dengan keluhan sangat sakit, bertangkai, ulserasi, atau berupa lesi-lesi mukosa alveolar atau berupa gingival peduculated. Didiagnosis banding dengan fibroma. Ditemukan pada pasien usia lanjut, tetapi yang paling sering adalah pada usia setengah baya. Sering ditemukan pada gingival posterior atau mukos alveolar, mandibula. Gambaran radiografis Permukaan tulang alveolar sedikit mengalami erosi, tetapi keterlibatan tulang secara jelas tidak begitu terlihat. Gambaran mikroskopis Ameoblastoma perifer menunjukkan gambaran pulaupulau epitel didalam lamina propria di bawah permukaan epitel.Proliferasi epitel mungkin menunjukkan gambaran kadangkala lebih sering terjadi pada

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

seperti ameloblastoma intra osseous yang tipe flexiform atau follikular.

B. TUMOR ODONTOGEN EPHITEL BERKALSIFIKASI (PINBORG TUMOR) Pinborg tumor adalah lesi yang jarang, prevalensinya lebih kecil dari 1% dari seluruh tumor-tumor odontogen. Meskipun tumor ini jelas berasal dari odontogen, tetapi morfologinya mirip dengan sel-sel pada statum intermediet pada organ enamel. Gambaran klinis Umumnya dijumpai pada penderita usia 30-50 tahun. Tidak ada predileksi jenis kelamin. 75% dari seluruh kasus dijumpai di mandibula region posterior. Rasa sakit yang ringan dan pembengkakan tumbuh lambat. Gambaran radiografis Lesi bias dijumpai unilokuler, tetapi multilokuler lebih sering dengan tepi skalop. Adanya struktur berkalsifikasi dengan ukuran dan kepadatan yang bervariasi. Sering berhubungan dengan adanya gigi impaksi molar ketiga bawah. Gambaran mikroskopis Tumor odontogenik epitel berklasifikasi mempunyai gambaran pulau-pulau tersendiri, beruntai, dan lapisan sel epitel polyhedral di dalam stroma fibrousyang eosinofilik. Di luar sel terdapat struktur berhialin. Struktur berkalsifikasi berkembang di dalam massa tumor berbentuk cincin-cincin konsentrik (liesegang ring calsification) yang dapat bergabung dan membentuk massa yang besar dan kompleks.
9

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

C. TUMOR ODONTOGEN SKUAMOS Tumor ini jarang dijumpai, pertama kali ditemukan tahun 1957. Tumor ini berasal dari transformasi neoplastik dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihatan tumor ini berasal dari ligament periodontal dan berhubunhan dengan permukaan lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi. Gambaran klinis Ditemukan pada penderita mulai usia 11-57 tahun dengan rata-rata usia 37 tahun. Melibatkan prossessus alveolar mandibula dan maksila. Rasa sakit yang ringan karena pembengkakan gingival. Gigi-gigi goyang. Gambaran radigrafis Gambaran radiografi tidak menunjukkan suatu gambaran yang spesifik. Secara radiografi menunjukkan adanya gambaran kerusakan tulang yang berbentuk triangular di sebelah lateral akar gigi. Kadangkala menunjukkan adanya kerusakan tulang

berbentuk vertical. Tepi lesi menunjukkan gambaran skeloris. Diameter lebih besar dari 1,5 cm.

D.

TUMOR ODONTOGEN SEL BERSIH Tumor ini jarang terjadi pada rahang, pertama kali dipaparkan tahun 1985 dan hanya sejumlah kecil kasus yang dilaporkan. Tumor ini berasal dari odontogen, tetapi

10

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

histogenesisnyamasih belum jelas. Pemeriksaan dan ultra struktur pada tumor ini menunjukkan sel-sel bersih yang mirip pada ameoblas yang kaya dengan glikogen. Gambaran klinis Tumor ini biasanya ditemukan pada anak-anak dengan ratarata usia 10 tahun. Dapat melibatkan kedua rahang. Tidak ada predileksi jenis kelamin Lesi umumnya asimtomik. Gambaran radiografis Secara radiografi tumor menunjukkan radiolusen

multilokuler, dengan tepi dari radiolusen tersebut tidak mempunyai batas yang jelas atau tidak teratur. Gambaran mikroskopis Gambaran histopologis anatomis dari tumor ini cenderung menunjukan adanya sarang-sarang epitel dengan sitoplasma eosinopilik yang jelas. Sarang-sarang tersebut di pisahakan oleh lapisan tipis jarinagan ikat berhialin. Sel-sel perifer menunjukan susunan pallisade. Secara mikroskopis menunjukkan gambaran yang identik dengan fibroma ameloblastik dan mempunyai lapisan jaringan (narrow cord) yang sempit serta pulau-pulau epitel kecil dari epitel odontogen dalam jaringan ikat primitive longgar mirip dental papilla.

2.

TUMOR-TUMOR

EPITEL

ODONTOGEN

DENGAN

MELIBTKAN JARINGAN EKTOMESENKIM ODONTOGEN A. AMELOBLASTIC FIBROMA Merupakan tumor campuran jaringan epitel dan jaringan mesenkim.

11

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Gambaran klinis Fibroma ameloblastic cenderung terjadi pada penderita muda dekadekedua, tapi kadang pada penderita usia setengah baya. Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum di bandingkan perempuan Lesi yang kecil asimtomatik, pada lesi yang besar menyebabkan pembesaran rahang Sisi posterior mandibula merupakan lokasi yang paling umum, yaitu sekitar 70% dari seluruh kasus terjadi pada sisi tersebut. Gambaran radiografi Lesi secara radiografi menunjukkan gambaran radiolusen unilokuler atau multilokuler dengan tepi yang jelas dan mungkin menunjukkan sklerotik. Sekitar 50% berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi. Pada lesi yang besar dapat melibatkan ramus asendan mandibula. Gambaran mikroskopis Gambaran fibroma ameloblastik menunjukkan masa

jaringan lunak yang keras dengan permukaan luar yang halus.secara mikroskopik mengandung jaringan mesenkim yang sangat banyak mirip dengan dental papil yang primitif yang becampur dengan epitel odontogen. Sel epitel berbentuk panjang dan kecil dengan susunan yang beranastomose satu dengan 6ang lainya, tetapi hanya mengandung dua sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar.

12

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

B. AMELOBLASTIC FIBRO-ODONTOMA Tumor ini merupan sebuah tumor yang gambaran umumnya adalah suatu fibroma ameloblastic, tetapi juga mengandung enamel dan dentin. Gambaran klinis Tumor ini biasanya ditemukan pada anak-anak dengan rata-rata usia 10 tahun Dapat melibatkan kedua rahang Tidak ada predileksijenis kelamin Lesi umum asintomatik. Gambaran radiografis Secara radiografi tumor menunjukkan radiolusen

multilokuler.Mempunyai batas yang jelas dan jarang radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah bahan berkalsifikasi dengan radiodensiti dari struktur gigi. Bahan kalsifikas di dalam lesi menunjukkan gambaran multiple, radiopak yang kecil atau massa yang bergabung menjadi keras. ODONTOMA Merupakan jenis yang paling umum dari tumor-tumor

odontogenik. Tumor ini dipertimbangkan sebagai anomaly perkembangan (hamartomas) agak jarang disebut sebagai

neoplasma yang sesungguhnya. Pada perkembangan awal dari lsi ini menunjukkan proliferasi epitel odontogen dan jaringan mesenkim, kemudian pada perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan enamel,dentin,dan variasi dari pulpa dan sementum. Tumor ini mempunyai 2 tipe yaitu compound dan complex odontoma.

13

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Gambaran klinis Sebagian besar odontoma ditemukan pada decade kedua

kehidupann, dengan rata-rata usia 14 tahun. Asimtomatik Sering ditemukan pada pemeriksaan radiograf rutin ketika memeriksa gigi yang tidak erupsi. Lesi kecil, jarang menjadi besar, apabila menjadi besar kadangkala sampai ukuran 6 cm dan menyebabkan ekspansi rahang. Lebih sering di maksila daripada di mandibula.

Gambaran radiografis Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang mirip gigi dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi dikelilingi oleh daerah radiolusen yang tipis. Complex odontoma menunjukkan massa yang radiopak pada struktur gigi yang dikelilingi oleh radiolusen yang tipis. Sebuah gigi yang tidak erupsi seringkali dihubungkan dengan odontoma karena menghalangi gigi erupsi. Gambaran mikroskopis Compound odontoma mengandung struktur yang multiple menyerupai gigi berakar satu di dalam matriks jaringan longgar. Jaringan pulpa mungkin terlihat di korona atau akar dari struktur yang menyerupai gigi tersebut. Complex odontoma mengandung tubular denting yang matang. Pada celah lesi dapat dijumpai sejumlah matriks enamel atau enamel yang belum matang. Pulaupulau kecil dari sel-sel ghost epitel pewarnaan eosinopilik dapat dijumpai pada sekitar 20% kasus Complex odontoma. Kadangkala kista dentigerous mungkin muncul pada epithel lining dari Complex odontoma.

14

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

1. Tumor yang berasal dari

ektomesenkim odontogen dengan atau

tanpa melibatkan epitel odontogen a. Fibroma odontogen Adalah tumor yang jarang ditemukan dan merupakan lesi yang masih menimbulkan kontoversi. Hanya kurang dari 50 kasus yang pernah dilaporkan.

Gambaran klinis Fibroma-fibroma odontogen yang terjadi dan pernah dilaporkan

melibatkan usia 9-80 tahun dengan rata-rata usia 40 tahun. Sekitar 60% terjadi pada maksila dan sebagian besar berlokasi di region anterior hingga region gigi molar pertama. Walaupun demikian, kejadian mandibula bias mencapai 50% dan berlokasi diregio posterior. Ada sedikit kasus pada fibroma odontogen di mandibula yang berhubungan dengan moral tiga yang tidak erupsi. Fibroma-fibroma odontogen yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan keluhan. Jika lesi membesar menyebabkan ekspansi tulang pada region yang terlibat atau gigi-gigi menjdi goyang.

Gambaran radiografis Secara radiografis Fibroma-fibroma odontogen yang berukuran kecil cenderung menunjukkan batas yang jelas, unilokuler, lesi-lesi radiolusen seringkali berhubungan dengan daerah apical gigi yang erupsi. Lesi-lesi yang besar cenderung menjadi radiolusen yang multilokuler. Beberapa lesi menunjukkan tepi yang sklerotik. Sering terjadi reabsorbsi akar gigi yang terlibat dan lesi-lesi yang berlokasi di antara gigi-gigi yang menyebabkan akar-akar gigi yang satu dengan yang lainnya menjadi divergen.

Gambaran mikroskopis Fibroma odontogen menunjukkan gambaran histology yang bervariasi, hal ini menyebabkan para penulis menjelaskan dalam dua tipe yaitu fibroma odontogen sederhana dan fibroma odontogen kompleks. Fibroma odontogen

15

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

sederhana mengandung fibrolas-fibrolas stellate, seringkali tersusun dalam sebuah pola yang bergelung dengan fibril-fibril kolagen yang jelas dan dapat dipertimbangkan sebagai bahan dasar sedangkan fibroma odontogen kompleks menunjukkan pola yang lebih kompleks yang seringkali mengandung jaringan ikat fibros sellular yang jelas dengan serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam jalinan bundel.

b. Odontogenic myxoma/myofibroma Gambaran klinis Myxoma yang sesungguhnya jarang dijumpai, karena itu myxoma didalam rongga mulut disebut odontogenic myxoma. Merupakan suatu neoplasia odontogen yng tumbuh lambat, terlokalisir tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif. Berasal dari jaringan ikat dental papilla. Umumnya terjadi pada predileksi usia decade ke-2 dan ke-3, yang dapat melibatkan maksila dan mandibula baik korpus maupun ramus. Rasa sakit jarang dijumpai, tetapi parastesi karena terlibatnya nervus mandibularis dapat terjadi. Dalam pertumbuhannya didalam rahang dapat menyebabkan gigi-gigi disekitar lesi dan tulang kortikal mengalami displacement dan ekspansi serta menipis.

Gambaran radiografis Secara radiografis lesi menunjukkan gambaran radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran tulang trabekular. Batas lesi dengan tulang sekitarnya tidak berbatas jelas.

Gambaran mikroskopis Gambaran hispatologi anatomi lesi menunjukkan adanya jaringan proliferasi myxoid, dan di beberapa tempat tampak jaringan fibrous. Lesi ini secara radiografi tidak berbatas jelas, tetapi secara histologist, masih dapat ditemukan kapsul fibrous. Vaskularisasi di dalam hamper tidak ada (poor vascularity).

16

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

c. Cementoblastoma Gambaran klinis Lesi ini umumnya asimtomatik karena tidak ada tanda-tanda infeksi, dapat melibatkan seluruh gigi-geligi baik di rahang atas maupun di rahang bawah anterior atau posterior. Apabila lesi cukup besar secara klinis menunjukkan pembengkakan rahang pada ragio gigi yang terlibat. Factor penyebab pasti tidak diketahui, tetapi sering disebabkan oleh trauma pada daerah periodontal gigi.

Gambaran radiografis Lesi menunjukkan suatu massa radiopak yang melekat ke apek gigi penyebab. Batas lesi dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran radiosulen yang tipis.

Gambaran mikroskopik Lesi merupakan jaringan kalsifikasi yang mirip tulang, seluler, lesi melekat ke apek gigi penyebab. Batas lesi dengan tulang sekitarnya dipisahkan oleh sebuah kapsul fibrous. Tumor Jinak Non Odontogen Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Epitel Mulut a. Papiloma skuamos Adalah suatu neoplasia jinak yang berasal dari epitel permukaan mukosa mulut. Dipertimbangkan sebagai neoplasia epitel jinak yang sangat umum terjadi di dalam mulut. Studi yang terakhir pada neoplasia ini dan lesi-lesi yang hamper sama terjadi di beberapa area tunuh(seperti kulit, larings, dan serviks uteri) menunjukkan bukti peningkatan yang mana papiloma sering terjadi akibat hasil dari suatu infeksi virus papiloma manusia. Gambaran klinis Papiloma menunjukkan suatu proliferasi pertumbuhan yang lambat dari epitel skuamos berlapis disusun dalam proyeksi seperti jari,biasanya pertumbuhannya tunggal, sempit, dan struktur seperti bertangkai

17

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

menghubungkannya ke mukosa rongga mulut di bawahnya. Papiloma menunjukkan distribusi yang luas didalam mulut, sebagian besar frekuensi kejadiannya di palatum, lidah, mukosa bukal/labial, dan gingival. Alasan mengapa papiloma-papiloma menjadi lebih umum terjadi di palatum lunak belum jelas.papiloma dapat berwarna putih atau merah jambu, lunak dan fleksibel pada palpasi, umumnya diameternya kurang dari 2 cm dan tidak menimbulkan rasa sakit. Walaupun secra umum tunggal, kadangkala mungkin terjadi multiple. Gambaran mikroskopik Menunjukkan proliferasi exophytic sel-sel epitel skuomous sehingga menghasilkan liptan-lipatan epithelium. Masing-masing proyeksi papillary didukung oleh fibrous connective tissue yang tipis dan mengandung pembuluh darah. Sel-sel uniform dan tidak menunjukkan atipia.

b. Veruka vulgaris Veruka vulgaris dikenal secara luas sebagai kulit. Lesi ini adalah neoplasia epitel jinak yang dihasilkan oleh infeksi dengan tipe-tipe tertentu dari HPV(human papilloma virus). Gambaran mikroskopik Gambaran histology dari veruka vulgaris sama dengan papiloma dengan rate peg processus membentuk jari serta tertutup keratinisasi yang tebal(hiperkeratinisasi).

c. Keratoakantoma Gambaran klinis Keratoakantoma adalah suatu kekhususan dan merupakan neoplasia jinak yang tidak umum, berasal dari epitel skuamos berlapis. Meskipun relative jarang, tetapi penting dipelajari pada penyaikit mulut, didasarkan atas klinisnya lesi ini menyerupai kanker kulit, predileksi kejadiannya pada kulit yang terkena matahari, umumnya pada wajah dan bibir, dan mikroskopiknya menyerupai karsinoma epidermoid. Gambaran klinis keratoakantoma mempunyai bentuk

18

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

khusus yakni berbentuk pusar, artinya mempunyai cekungan pada tengahnya dan tepinya menonjol, tepi ini berbatas sangat jelas. Bagian tengah lesi agak menyerupai cangkir, kemungkinan berisi permukaan kasar, keras. Putih dengan diwarnai keratin. Keratoakantoma pada pemeriksaan palpasi kenyal. Walaupun lesi seringkali mempunyai sumbat keratin di tengah, keratoakantoma bebas dari ulserasi sehingga secara klinis seperti meneteskan air dan pembentukan kerak dan keropeng. Gambaran mikroskopik Lesi mirip gambaran histology karsinoma epidermoid, proliferasi sel-sel tumor menunjukkan adanya diferensiasi dan atipikal sel tidak terlihat.

2. Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Nevus/Pigmen Nevus pigmentasi atau tahi lalat adalah lesi sangat umum di kulit. Tetapi dapat juga dijumpai di jaringan lunak mukosa rongga mulut. Pigmentasi pada kulit atau jaringan lunak mukosa rongga mulut juga bisa disebabkan factor eksternal, misalnya tato pada kulit atau pigmentasi oleh bahan-bahan logam yang dikandung oleh material bahan tambalan gigi, misalnya amalgam. Gambaran klinis Variasi pada bentuk-bentuk spefisik nevi pigmentasi diketahui terjadi dan bentuk-bentuk ini dibedakan atas dasar gambara klinis dan mikroskopis. Dua dari nevi yang paling umum terjadi di kulit dan mukosa mulut, yaitu nervus intradermal dan nervus penghubung. Gambaran mikroskopik Pada saat ini, hanya pemeriksaan mikroskopis yang dapat dipercaya untuk membedakan nevi jinak dan melanoma ganas. Gambaran histology dari nevi pigmentasi dan melanoma sangat berbeda, dimana pada nevi pigmentasi jinak terlihat adanya peningkatan proliferasi melanin di basal sel epithelium atau di submukosa.

Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Jaringan Ikat Mulut.

19

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

a) Jaringan Ikat Fibrous Fibroma merupakan suatu neoplasia jinak yang berasal dari jaringan ikat fibros. Bagaimanapun, sebuah fibroma adalah istilah yang umum digunakan dalam kaitannya denga lesi jaringan lunak yang sering dijumpai pada mukosa mulut. Secara garis besar tidak dipikrkan sebagai suatu neoplasia , tetapi cukup jaringan fibros hiperplastik. Gambaran klinis Secara klinis lesi menunjukkan suatu benjolan yang kenyal dan dapat digerakkan. Dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut. Gambaran mikroskopik Gambaran histology menunjukkan suatu priliferasi dari sel-sel fibrous yang mature dan padatdengan pembentukan pembuluh darah yang kurang dan lesi dibatasi oleh kapsul fibrous.

b) Jaringan Pembuluh Saraf a. Neurofibroma Gambaran klinis Neurofibroma adalah suatu neoplasia jinak yang relative tidak umum. Secara histology mengandung campuran dari sel-sel schwan neoplastik dan akson-akson yang tersebar. b. Neurilemoma/schawannoma Gambaran klinis Neurilemoma adalah neoplasia jinak jaringan saraf perifer yng relative tidak umum, perbedaan dengan neurofibroma adalah pada lesi ini mengandung suatu proliferasi dari sel-sel schwan tanpa akson. Karakteristik lesi adalah lesi tidak berkapsul, palpasi kenyal, dan warnany antara kekuningan hingga putih. c. Tumor sel granula
20

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Gambaran klinis Tumor sel granula adalah tumor rongga mulut jinak yang relative umum mempunyai suatu pola gambaran klinis yang khusus. Walaupun lesi ini jarang terlihat melibatkan lokasi dan organ yang lus,sebagian besar adalah lidah. Gambaran mikroskopis Tumor sel granula yang menunujukkan suatu profilerasi sel-sel schwan yang menunjukkan suatu sitoplasma bergranul.

c) Jaringan Adiposa Lipoma Gambaran klinis Lipoma adalah neoplasia jinak yang berasal dari jaringan adipose. Lesi ini lazimdi dalam jaringan subkutan kulit, tetapi jarang terjadi didalam rongga mulut. Lipoma sebagian besar ditemukan pada orang dewasa dan biasanya biasanya terjadi tumor tunggal di punggung, bahu, atau leher. Gambaran mikroskopis Lipoma secara histopatologi anatomis menunjukkan suatu

profilerasi sel-sel adipose dalam suatu connective fibrous tissue, dengan inti yang terletak di perifer, dan tidak menunjukkan adanya stroma, tetapi pembuluh darah bisa ditemukan di antara profilerasi sel-sel adipose tersebut.

3. Tumor Jinak Odontogen yang Berasal dari Kelenjar ludah a. Pleomorphic adenoma Gambaran klinis Pleomorphic adenoma merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupunn mayor. Tumor ini tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakkan, dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus.

21

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Gambaran mikroskopis Secara mikroskopik pleomorphic adenoma menunjukkan campuran profilerasi jaringan epitel dalam daerah jaringan myxoid, mucoid, atau chondroid.

b. Monomorpic adenoma Presentase kejadian tumor-tumor monomorfik dekitar 5-10% tumor jinak kelenjar ludah. Tumor-tumor monomorfik tersusun regular, berbentuk grandula, dengan tidak adanya dominasi komponen jaringan mesenkim. Wartins Tumor Gambaran klinis Adalah tumor jinak kelenjar ludah yang paling umum dijumpai diantara tumor-tumor monomorfik lainnya dan paling umum terjadi pada kelenjar ludah parotis. Tumor ini jinak, tetapi ddapat terjadi bilateral sekitar 15% dari total kasus atau berupa multifokus di dalam kelenjar yang sama. Tumor ini lebih sering melibatkan laki-laki dibandingkan perempuan. Lesi umumnya terjadi setelah umur 30 tahun dan paling sering adalah usia di atas 50 tahun. Gambaran mikroskopis Tumor ini berbentuk grandula yang dipesahkan celah-celah yang cenderung membentuk kistik dan membentuk proyeksi papilla-papilla yang tertanam di dalam jaringan limfoid yang padat. Rongga kistik dilapisi oleh sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis(bilayer).

22

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

2.2 TUMOR GANAS RONGGA MULUT

1. Pengertian Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (metastase). Metastasis tumor ganas ke organ lainnya dapat melalui pembuluh darah (hematogen) atau melalui kelenjar getah bening (limfogen). Berdasarkan asalnya tumor-tumor ganas dalam rongga mulut dapat berasal dari sel-sel epitel mukosa, sel jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi dan kelenjar ludah. Tumor ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel atau jaringan ikat atau dan keduanya.

2. Klasifikasi tumor ganas: 1. Tumor ganas rongga mulut berasal dari epitel mukosa a. Karsinoma sel squamos (Squamous Cell Carsinoma/ SCC) Gambaran klinik Squamos Cell Karsinoma (SCC) merupakan kangker yang terjadi pada rongga mulut biasanya secara klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi dan kemerahan, dimana SCC dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut. Pemeriksaan DNA menunjukan mutasi oncogenes p53 paling umum dijumpai hingga hampir 90% kasus. Gambaran mikroskopik Squamos Cell Karsinoma (SCC) secara histologis

menunjukan proliferasi sel-sel epitel squamos. Terlihat selsel yang atipia disertai perubahan bentuk rete peg proceccus, pembentukan keratin yang abnormal

pertambahan proliferasi basaloid sel, susunan sel menjadi

23

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) yang berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya atau membentuk anak sebar ke anak lain.

WHO mengklasifikasikan SCC secara histologis menjadi: 1. Well differentiated (Grade I) yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel basaloid tersebut masih

berdifferensiasi dengan baik membentuk keratin(keratin pearl) 2. Moderate differentiated (Grade II) yaitu proliferasi selsel tumor dimana sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukan differensiasi, membentuk keratin 3. Poorlly differentiated (Grade III) yaitu proliferassi selsel tumor dimana seluruh sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel sulit dikenali lagi. Perawatan dan prognosis Perawatan umumnya melibatkan eksisi, electrosurgery, radiasi atau kemoterapi jika tumor telah bermetastasis luas. Jika dilakukan eksisi dengan sempurna, menunjukan prognosis yang baik. Walaupun demikian beberapa ahli melaporkan pada kasus yang bermetastasis luas, sekitar 3065% pasien meninggal dalam 5 tahun.

b. Karsinoma sel basal (Basal Cell Carsinoma/ BCC ) Gambaran klinik Karsinoma sel basal umumnya terjadi pada kulit akibat terpapar sinar matahari yang berlebihan, terutama pada orang yang berkulit terang atau putih. Karsinoma ini di rongga mulut sering berlokasi pada bibir. Dan berkembang

24

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

dari sel-sel epidermis, terutama dari benih folikel rambut atau mukosa. Secara klinis biasanya lesi terlihat menonjol dengan bagian tengah lesi mengalami ulserasi. Gambaran mikroskopik Secara histopologis anatomis tumor berkembang dari proliferasi sel-sel basal epitel atau dermis membentuk basophilic atypical basaloid sel yang melekat ke epidermis atau protrusi ke permukaaan. Tomor nest membentuk lobulus-lobulus dimana basaloid layer tersusun dari sel-sel membentuk pallisade dan ditengah lobulus terlihat kistik space yang berisi material seperti material mukus. Perawatan dan prognosis Perawatan umumnya melibatkan eksisi dengan berbagai variasi atau radiasi dan kemoterapi. Prognosis baik jika tumor masih superfisial dan dapat dieksisi sempurna, tetapi jika bermestatis luas prognosis tingkat kekambuhan menjadi tinggi. menjadi buruk karena

2. Tumor ganas rongga mulut berasal dari epitel kelenjar ludah Tumor ganas kelenjar ludah tidak umum di bandingkan dengan kanker lainnya. Insiden kanker tersebut hanya sekitar 1-4% dari seluruh kanker pada kepala dan leher.

a. Karsinoma mukoepidermoid (Mucopidermoid carsinoma) Gambaran klinik Umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagia besar dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang

25

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi dari laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel epitelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parotis. Gambaran mikroskopik Secara mikroskopis dibedakan atas low grade, intermediate grade, dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamos, sel kelenjar penghasil mukus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan massa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari epidermoid sel (sel skuamous) dan sel intermidiate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermidiate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate dengan seikit memproduksi kelenjar mukus. Tipe poorly differentiated ditandai dengan populasi sel-sel pleomorpik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi. Perawatan dan prognosis Parawatan adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik well diffentiated/low grade, tetapi dapat bermetastatis, dan 90% kasus well diffentiated dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly diffentiated (high grade) prognosis menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%).

26

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

b. Karsinoma adenoid kistik (adenoid cystic carsinoma) Gambaran klinik Adenoid cystic carsinoma merupakan tumor ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal infasif, dan kambuh setelah operasi. Tumot ini tidak hanya timbul pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah dari saluran pernapasan, nasopharink, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Gambaran mikroskopik Secara histologis anatomi adenoid cystic carsinoma mempunyai gambaran pola yang berfariasi. Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas dan tumbuh dalam satu masa yang padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai atau membantuk suatu kolum-kolum. Perawatan dan prognosis Tumor ganas ini sulit di terapi secara sempurna, meskipun adenoid cystic carsinoma tidak menunjukan matastatis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu yang panjang menunjukan prognosis yang buruk.

c. Karsinoma sel Asinar (Acinic Cell Carsinoma) Gambaran klinik Karsinoma sel asinar merupakan suatu tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi, angka

kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk massa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm.

27

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Gambaran mikroskopik Tumor berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nukleus kecil berada di sentral dengan sitoplasma yang basofalik dan padat mirip sel-sel sekretorius (asinar) dari kelenjar ludah normal. Tumor ini dapat bermetastatis ke limfonod regional. Perawatan dan prognosis Perawatan yang tepat adalah eksisi seluruh jaringan tumor, dan setelah reseksi tumor, menunjukan prognosis yang baik yang mana 90% pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun, tetapi dapat diperkirakan sepertiga dari penderita menunjukan kekambuhan lokal, dan hanya setengah dari total penderita dapat bertahan hidup selama 20 tahun.

3. Faktor penyebab terjadinya tumor Menurut Ash dan Ward (1992) dan Gould (1995) menyatakan paenyebab pasti dari kanker masih belum jelas, tetapi banyak faktor-faktor pendukung yang dapat merangsang terjadinya tumor. Faktor-faktor ini digolongkan ke dalam dua kategori yaitu pertama faktor internal (herediter dan faktor pertumbuhan) kedua faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas dan dingin). Kedua kategori diatas disebut bahan-bahan karsinogen. Menurut Gould faktor-faktor tersebut dapat berperan secara individual atau kombinasi dengan karsinogen lainnya. 1) Tembakau dan alcohol Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi mendapatkan kanker mulut dibandingkan dengan merokok sigaret. Resiko terjadinya kanker mulut pada masyarakat ini sangat tinggi sebab intensitas panas dari asap tembakau di daerah palatum dan lingual sangat tinggi.

28

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

2) Bahan kimia Sebagian besar bahan kimia berhubungan dengan terjadinya kanker. 70% sampai 90% kanker disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang ada di lingkungan dan di dalam makanan. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan seperti coal tar, polycyclic aromatic, hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit dan nitrosamin. Beberapa bahan tambahan di dalam makanan seperti aflatoxin yaitu bahan yang bersal dari kacang berimplikasi pada terjadinya kanker usus dan hati (hepatocarcinogen). 3) Mikroorganisme Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut adalah candida albicans. Treponema pallidum dengan lesi tersier dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kanker lidah. 4) Faktor nutrisi Defisiensi dari beberapa mikronutrisi seperti vitamin A, C, E dan Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin A mempunyai dua golongan, yang pertama adalah retinol (preformed vitamin A) dan bentuk-bentuk sintesa lainnya termasuk semua trans retinoic acid dan 13-cis-retinoid acid dan kedua adalah carotenoids (provitamin A) yang mana carotenoids apabila dibutuhkan tubuh akan diubah menjadi retinol. Retinods mempunyai kemampuan untuk menghabat pembentukan kanker dengan memperbaiki keratinisasi dan menghambat efek karsinogen. Vitamin E di dalam tubuh mempunyai efek sebagai anti oksidan dan defisiensi zat besi akan menyebabkan anemia. 5) Radaiasi Sinar ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik. Sinar ini menyebabkan terjadinya karsinoma sel basal pada kulit dan bibir. 6) Faktor genetic Seperti diketahui bahwa setiap orang memungkinkan berkontak dengan karsinogen dilingkungan setiap harinya, tetapi kenyataannya tidak semua orang menderita kanker, kemungkinan ada faktor internal yang

29

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

mempengaruhi terjadinya kanker. Faktor internal tersebut adalah kerentanan genetik. 7) Faktor system kekebalan tubuh Peningkatan fungsi insidensi kanker pada pasian yang mendapat penekanan system kekebalan tubuh seperti pada penderita transpalantasi, AIDS, defesiensi kekebalan genetik. Gangguan system kekebalan selain disebabkan oleh kerusakan genetik juga dapat disebabkan oleh penuaan, obat-obatan dan infeksi virus.

2.3. Perbedaan tumor jinak dan ganas : Tumor ganas : a. Tumbuhnya cepat b. Infiltratif kedalam jaringan induknya c. Dapat mengikuti pembuluh darah atau pembuluh limfe d. Tumbuhnya ditempat lain yang jauh dr induknya/ asalnya. Tumor jinak : a. Tumbuhnya lambat b. Mempunyai kapsul c. tumbuhnya tidak infiltratif d. hanya mengadakan desakan terhadap terhadap jaringan sekitarnya e. tidak mengadakan metastase f. tumbuhnya secara ekspansif

30

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

BAB III PEMBAHASAN


Skenario Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke RSGM Unhas dengan keluhan benjolan pada pipi kiri, Muncul sejak 1 tahun yang lalu, gambaran klinis tampak benjolan diameter 1 cm, tidak sakit dan tidak pernah sembuh. 3.1.Cara menegakkan diagnosis pada kasus ialah : A. Anamnesis. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, dokter gigi sebaiknya melakukan anamnesis yang meliputi : Keluhan pasien, keluhan-keluhan gigi sebelumnya, riwayat medis umum yang lalu dan sekarang, gaya hidup dan kebiasaan, riwayat keluarga, status sosioekonomi dan pekerjaan B. Pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis, dokter gigi boleh memiliki teknik yang berbeda antara pemeriksa yang satu dengan yang lainnya, tetapi prinsip dasarnya adalah sama. Setiap pasien berhak mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dari jaringan mulut dan para oral. Pemeriksaan ini meliputi : 1. Perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna abnormal, misalnya putih, merah atau hitam. 2. Konsistensi, apakah jaringan keras, kenyal, lunak, fIuktuan atau nodular. 3. Kontur, apakah permukaan mukosa kasar, ulserasi, asimetri atau pembengkakan. 4. Temperatur. 5. Fungsi, apakah pasien dapat membuka mulut dengan sempurna. 6. Lymphnode servikal.

31

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

C. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Hematologis , meliputi : a) Hitung Darah Lengkap Hitung darah lengkap memberikan informasi mengenai jumlah dan diferensial sel darah putih, jumlah sel darah merah, hemoglobin, hematokrit, rata-rata volume korpuskuler, rata-rata hemoglobin korpuskuler, dan jumlah keeping-keping darah. b) Film darah Dengan pemeriksaan film darah akan ditemukan kelainan dalam bentuk dan pewarnaan sel darah merah c) Zat besi Penentuan status zat besi dapat dilakukan dengan dua cara baik dengan perbandingan antara serum besi (Fe) dengan jumlah kapasitas pengikatan besi (TIBC) d) Vitamin B12 Vitamin B12 perlu dalam pembuatan eritrosit dan kekurtangan vitamin ini harus dicurigai bila ditemukan maksrositosis dalam hitungan darah lengkap dan film e) Asam Folat f) Laju endap eritrosit g) Clotting screen h) Kelainan sel sabit

2. Pemeriksaan biokimia, meliputi : a) Kadar glukosa dalam plasma darah b) Profil biokimia c) Kortisol d) Hormone pertumbuhan e) Tes fungsi tiroid

32

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

3. Pemeriksaan Imunologis, meliputi : a) Hitung darah lengkap Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah penderita mengalami penurunan jumlah sel darah putih yang ringan atau penurunan hebat dalam seri sel darah putih ( neutropenia) b) Imunoglobulin c) Autoantibodi Penentuan keberadaan dan titer autoantibody sangat berguna dalam mendiagnosis penyakit jaringan ikat, gangguan bulosa, dan anemia.

4. Pemeriksaan urin

5.

Pemeriksaan mikrobiologis, meliputi : a) Infeksi viral b) Infeksi jamur

6. Pemeriksaan histopatologis, meliputi : a) Biopsi Biopsi dilakukan untuk memastikan diagnosis klinis atau untuk mendapatkan informasi yang akan menentukan diagnosis. Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil. Hasil interpretasi mikroskopis dari suatu biopsi dapat menunjukkan suatu rentang yang luas. Hasil-hasil seperti parakeratosis,

33

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ortokeratosis, akantosis, hiperplasia pseudoepiteliomatus, peradangan akut dan kronis menunjukkan golongan jinak. Untuk karsinoma gel skuamus, hasil pemeriksaan mikroskopis biasanya meliputi adanya abnormalitas seluler, terputusnya kontinuitas membran basalis oleh sarang gel-gel abnormal yang meluas sampai ke dalam jaringan ikat, ukuran gel yang berubah, peningkatan kecepatan mitosis perubahan ukuran dan bentuk nukleus, gangguan dalam proses maturasi dan hiperkromatin

b) Sitologi Sitologi mulut telah lama digunakan untuk menyelidiki berbagai macam panyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat dalam evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan suatu lesi yang mengalami ulserasi atau lesi merah yang tidak berkeratin. Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Ketepatan hasil diagnostik sitologi mulut tidaklah sama dengan biopsi sehingga tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa akhir yang defenitif. Tetapi merupakan hal yang kurang praktis jika kita segera melakukan biopsi untuk setiap lesi dalam mulut. Untuk itu diperlukan suatu cara yang dapat diandalkan dan diterima sebelum kita melakukan biopsi, yaitu pemeriksaan sitologi mulut. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan

mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut. c) Biopsi aspirasi

34

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

7. TEKNIK IMAGING, meliputi : a) Radiografi Radiografi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai kondisi orofasial yang melibatkan gigi atau tulang. b) CT-Scan Tomografi komputerisasi mengukur berbagai variasi dari

radiodensitas jaringan dan memungkinkan struktur keras dan lunak diperiksa kedua-duanya. c) MRI Metode ini digunakan untuk mendeteksi kelainan sendi

temporomandibula dna kelenjar saliva. d) Skening Isotopik Metode ini digunakan untuk menunjukkan adanya peradandan dan kelainan neoplastik dari kelenjar saliva dan tulang.

3.2. Diagnosis utama dan diagnosis banding pada kasus : Diagnosis utama Diagnosisutama pada kasus yaitu Fibroma. Fibroma adalah neoplasma jinak yang terdiri dari jaringan ikat fibrous. Fibroma dapat tumbuh pada semua bagian tubuh, terutama yang berasal dari jaringan mesenkim. Fibroma rongga mulut merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada mukosa mulut yang berasal dari jaringan ikat fibrous (Oral and Maxillofacial Pathology.Neville et.al.2009). Fibroma merupakan respon jaringan ikat fibrous terhadap iritasi lokal atau trauma. Oleh sebab itu, fibroma biasa juga disebut sebagai Irritational fibroma/Traumatic fibroma/Focal Fibrous Hyperplasia/ Fibrous

Nodule/Fibroepithelial Polyp. Fibroma dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut, tapi lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal. Karena, mukosa bukal merupakan pertemuan oklusi (garis oklusi) sehingga kecenderungan untuk terjadinya trauma
35

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

minor (gigitan) juga akan lebih besar. Beberapa tanda dan gejala klinis dari fibroma : Konsistensi lunak Nodula berwarna pink sewarna dengan mukosa rongga mulut Pada umumnya sessile (bertangkai), namun ada juga yang pedunculated Ukuran diameter kurang dari 1,5 cm Biasanya asimtomatik, tanpa rasa sakit Biasanya terjadi pada dekade ke 4 6 Tidak ditemukannya faktor predileksi umur dan jenis kelamin Gambaran mikroskopis fibroma menunjukkan massa nodular dari jaringan ikat fibrous yang ditutupi oleh stratified squamous epithelium. Jaringan ikat ini biasanya tebaldan berkolagen Diagnosis banding Diagnosis banding pada kasus yaitu Lipoma. Lipoma ada neoplasma jinak mesenkimal yang tersusun dari jaringan adiposa dewasa, biasanya diselubungi oleh kapsul fibrous tipis. Lipoma merupakan neoplasma jinak yang jarang terjadi dalam rongga mulut, presentasinya kira-kira 0,5% hingga 5% dari seluruh tumor jinak rongga mulut. Secara mikroskopis, agak sulit untuk membedakan antara lipoma dengan jaringan adiposa normal. Namun, yang membedakan yaitu aktivitas lipase lipoprotein pada sel neoplastik lipoma lebih tinggi. Beberapa tanda dan gejala klinis dari lipoma : Asimtomatik, tanpa rasa sakit Nodula submukosa berbatas tegas Pertumbuhan lambat dapat terjadi selama beberapa tahun Mobile, dapat digerakkan Konsistensi fibroelastik Berwarna kekuningan dan ditutupi oleh mukosa yang halus Biasanya terdapat pada mukosa bukal

36

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Tidak ada faktor predileksi jenis kelamin, tapi paling sering ditemukan pada pria berusia di atas 40 tahun

3.3. Perawatan tumor pada rongga mulut dapat dilakukan dengan ; 1. Pembedahan Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kenker rongga mulut. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta

meningkatkan kualitas hidup pasien. 2. Radiasi Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion. Terapi radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan sel-sel kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut sehingga sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi. Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan utama. Radiasi sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum diilakukan pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil

keseluruhannya ketika pembedahan. 3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi yang digunakan apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau terjadi metatase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, diantaranya alkylating agen, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant alkoloid, dan steroid hormone

37

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

4. Terapi Kombinasi Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau telah terjadi regional metatase dapat dilakukan terapi kombinasi yang terdiri dari pembedahan, radiasi, dan kemoterapi agar mendapatkan hasil yang optimal.

3.4. Pathogenesis terjadinya tumor rongga mulut Patogenesis molekular tumor menunjukkan bahwa tumor merupakan penyakit genetik. Terbentuknya tumor sebagai akibat terjadinya penyimpangan genetik yang disebabkan oleh faktor-faktor etiologi sehingga terjadi pembelahan gel yang berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran perubahan genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan pertumbuhan), anti onkogen (gen yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur apoptosis Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang

menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut sebagai kanker. Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan pada kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hanya mutasi pada gen

38

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repairyang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap poliferasinya. Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor

3.5. Prognosis pada kasus. Secara klinis menunjukkan prognosis yang baik setelah dilakukan perawatan dimana jarang sekali terjadi rekuren. Prognosis lesi ini dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu : 1. Tingkat penjalaran lesi 2. Gambaran secara mikroskopis 3. Keadaan anatomi jaringan 4. Kondisi pasien secara umum

39

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
Tumor adalah suatu perubahan atau atau transformasi kendali sel, singga sel melepaskan dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Dasar perubahan adalah mutasi dalam genom sel. Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan memperbaiki kerusakan DNA (DNA repair) dan poptosis, sehingga sel terus mengalami pertumbuhan (Immortal). Tumor pada rongga mulut dapat terjadi pada lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang rahang, kelenjar ludah, kelenjar getah bening. Tindakan pembedahan sangat bervariasi tergantung stadium tumor pada saat tumor ditemukan. Prosedur awal dilakukan biopsy, atau pengangkatan sebagian masa tumor untuk diperiksa secara histopatologis sehingga dapat diketahui jenis sel tumor apakah tergolong ganas atau jinak. Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas : 1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu 2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari 3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik

40

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Tanda-tanda tumor ganas :Pertumbuhannya cepat, menyebar dan menekan sehingga menibulkan rasa sakit, pada rongga mulut dapat berupa ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Biasanya diikuti gejala sistemik berupa penurunan berat badan yang cepat, keringat malam, panas badan dan kelemahan.

Tanda-tanda tumor jinak : tumbuh lambat, tidak sakit, tidak menimbulkan gangguan fungsi pada jaringan sekitarnya, pertumbuhannya terbatas biasanya berkapsel, tidak bermetastase pada organ lain.

Secara klinis menunjukkan prognosis yang baik setelah dilakukan perawatan dimana jarang sekali terjadi rekuren. Prognosis lesi ini dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu : 1. Tingkat penjalaran lesi 2. Gambaran secara mikroskopis 3. Keadaan anatomi jaringan 4. Kondisi pasien secara umum

41

Blok Oromaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

DAFTAR PUSTAKA

Halim DS, Pohchi A, Yi PE. The Prevalence of Fibroma in Oral Mucosa Among Patient Attending USM Dental Clinic Year 2006-2010. The Ind J Langlais, Robert P dan Craig S. Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta Hipokrates Lewis, Michael alih bahasa : drg. Elly wiriawan Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta : Widya Medika Perez DE, et.al. Oral Soft Tissue Lipomas : A Case Series. JCDA 2007; 73(5) : 431-434 Prasetyo, Remita Adya. 2007. Jurnal Kedokteran Gigi Denta Pemeriksaan Radiologi di Bidang Ilmu Penyakit Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi Hang Tuah. Surabaya. Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut. Jogyakarta : Penerbit Anli. Zambito, Raymond dan James J. Scrubba. 2006. Manual Terapi Dental. Jakarta Barat : Binarupa Aksara.

42

Anda mungkin juga menyukai