lesi akan tumbuh lambat membentuk massa yang masif. Rasa sakit dan
parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar. Tumor ini muncul dengan
berbagai macam gambaran histologis antara lain variasi dalam bentuk folikular,
pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat bermacam tipe histologis tapi
hal ini tidak mempengaruhi perawatan maupun prognosis. Tipe silod atau
multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki angka kajadian rekuransi yang
tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor ini memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.
Ameloblastoma tipe
solid/multikistik ini ditandai dengan agka terjadi rekurensi sampai 50% selama 5
tahun pasca perawatan. Oleh karena itu, ameloblastoma tipe solid atau
multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi dengan margin jaringan normal
disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan seumur hidup
diindikasikan untuk tipe ini.
b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor
ini ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90%
ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara
klinis maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak
berhubungan dengan gigi yang erupsi.
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki
komponen kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula
diikuti dengan regio parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah variasi yang
disebut sebagai ameloblastoma unikistik pertama kali disebut pada tahun 1977
oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik ini
kurang agresif dan menyerang enukleasi simple pada ameloblastoma tipe
unikistik sebenarnya menunjukkan angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar
60% dengan demikian enukleasi simple merupakan perawatan yang tidak sesuai
untuk lesi ini dan perawatan yang lebih radikal dengan osteotomi periferal atau
terapi kiro dengan cairan atau dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih sesuai
untuk tumor ini.
c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus
ameloblastoma atau ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada
gingiva atau mukosa alveolar. Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya
yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak ada keterlibatan tulang dibawahnya.
Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit, sessile, kaku, pertumbuhan
eksofitik yang biasanya halus atau granular.
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus
ameloblastoma yang didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada
semua rentang umur dari 9 sampai 92 tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa
tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada wanita dengan perbandingan
1,9 dengan 1.
70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari
bagian ramus. Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering
terkena. Perawatan yang direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan
perawatan tumor tipe lainnya karena tumor ini biasanya kecil dan bersifat lokal
pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi berhasil dirawat dengan eksisi
lokal dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang
normal. Margin inferior harus diikutkan periosteoum untuk meyakinkan
penetrasi sel tumor ke tulang tidak terjadi.
C. Etiologi
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi dari riwayat infeksi
gigi, infeksi gusi, trauma gusi, setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau
iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia,
namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis
kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma
dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar
81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus,
15% regiopremolar dan 10% regio simpisis. Tumor ini tumbuh dari berbagai asal,
walaupun rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui.
Tumor ini dapat berasal dari :
1. Sisa-sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis
dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada
perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada
bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
2. Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat
pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang
spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi
terbentuknya kista odontogenik
3. Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma.
Pada kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957)
mengenai ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista
dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista
odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma
Bruner & Suddarth. (2001).
D. Patofisiologi
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada
sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi
menjadi 3 tahap Price, Sylvia A. (2006):
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan (poliferasi). Interleukin yang dikeluarkan oleh sel system
immune yaitu interleukin 8 dapat menginduksi perkembangan tumor.
3. Tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh
karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4
sampai dengan 6 tahun Smeltzer & Bare. (2002).
1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
karena hampir 50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca
operasi.
Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma
sampai jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan
dengan elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk
mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi.
Iradiasi paska operasi ditujukan untuk mengurangi insiden rekurensi dan harus
dilakukan secara rutin. Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada
daerah tulang yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini
tidak bersifat radiosensitif tapi dengan terapi X-ray dan radium mempunyai efek
dalam menghambat pertumbuhan lesi ini.
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati
ameloblastoma antara lain:
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada
suatu diskusi menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur
yang paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus
rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari
pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase
tumor dapat meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadangkadang tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada
periosteum, maka harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi
biasanya dapat diangkat dari tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret
dengan tarikan yang lembut. Saraf dan pembuluh darah biasanya digeser ke
samping dan tidak berada pada daerah operasi. Ujung tulang yang tajam
dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-gigi yang
berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.
Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum operasi dapat
dilakukan.
2. Eksisi Blok
panjang
henahan.
Oesteotomi
digunakan
untuk
melengkapi
pemotongan. Sesudah itu, segen tulang yang terlibat tumor dibuang dengan
tepi yang aman dari tulang normal dan tanpa merusak border tulang. Setelah
melakukan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk
mempertahankan
posisinya.
Dengan
demikian
eksisi
tidak
hanya
1.
3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin
saja melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa
kasus dilakukan pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior
mandibula sampai regio simfisis tanpa menyisakan border bawah mandibula
akan mengakibatkan perubahan bentuk wajah yang dinamakan Andy Gump
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Tanda : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
Gejala : kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi,
dll).
3. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Tanda : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Gejala
:
Kehilangan
kesadaran
sementara,
vertigo.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Ivana. 2009. Prevalensi Ameloblastoma pada Rahang yang Dilakukan Terapi
Hemimandibulektomi dan Hemimaksilektomi di Poli Bedah Mulut SMF Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik Dari Tahun 2007-2008. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Diakses tanggal 22 juni 2016
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Nurarif, A.H dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Edisi Revisi Jilid 3.Jogjakarta: Medi Action
Wilkinson. J.M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta. EGC.
Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Konsep-Konsep Penyakit Edisi 6.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.