Pengertian
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau
isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis
atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995).
Klasifikasi
a. Tumor Intradural
Tumor Ekstramedular
Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini
merupakan neurofibroma atau meningioma jinak
Tumor Intramedular
b. Tumor Ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari
dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural
biasanya karsinoma dan limfoma metastase.
Etiologi
Faktor Resiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat
seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan meningkat pada orang yang
terpajan zat kimia tertentu (Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal
tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor,
penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.
Pathogenesis dari neoplasma medulla spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan
muncul dari pertumbuhan sel normal pada temapt tersebut. Riwayat genetic terlihat
sangat berperan dalam peningkatan insiden pada keluarga tertentu atau syndromic
group (neurofibromatosis). Astrositoma dan neoruependymoma merupakan jenis yang
tersering pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 yang merupakan kelainan pada
kromosom 22 hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan von hippel-
lindou syndrome sebelumnya yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.
Patofisiologi
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan
infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai darah
atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan
kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85
% tumor medula spinalis jinak.
Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor
sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan
lapisannya serta ruas tulang belakang
Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri
akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan
sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula spinalis yang terserang.
Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan
itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor
Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala
seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi
temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama
pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi.
Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit
demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang
terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C,
Barbara, 1996)
Tumor ekstradural
Nyeri yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas pada daerah tumor
diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom
Nyeri paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan
tulang belakang dan istirahat baring
Tumor intradural
Penderita mengeluh nyeri, mula mula pada punggung dan kemudian sepanjang
akar-akar spinal.
Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau mengedan dan paling berat
pada malam hari ( nyeri pada malam hari disebabkan oleh traksi pada akar-akar
yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek
pemendekan dari gravitasi.
Komplikasi
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
7. Komplikasi pembedahan:
Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-
anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
Pemriksaan Diagnostik
Pemeriksaan sinar X
CT. Scan
MRI
Elektrolit
Tumor Ekstradural
Tumor Intradural
Penatalaksanaan Medis
Terapi
Pembedahan
Pembedahan sejak dulu merupakan terapi utama pada tumor medulla spinalis.
Pengangkatan yang lengkap dan defisit minimal post operasi, dapat mencapai 90%
pada ependymoma, 40% pada astrositoma dan 100% pada hemangioblastoma.
Pembedahan juga merupakan penatalaksanaan terpilih untuk tumor ekstramedular.
Pembedahan, dengan tujuan mengangkat tumor seluruhnya, aman dan merupakan
pilihan yang efektif. Pada pengamatan kurang lebih 8.5 bulan, mayoritas pasien
terbebas secara keseluruhan dari gejala dan dapat beraktifitas kembali.
Terapi radiasi
Tujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla spinalis adalah untuk
memperbaiki kontrol lokal, serta dapat menyelamatkan dan memperbaiki fungsi
neurologik. Tarapi radiasi juga digunakan pada reseksi tumor yang inkomplit yang
dilakukan pada daerah yang terkena.
Kemoterapi
Pengkajian
Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan
darah, penghasilan
Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat
tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan
penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian,
Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
Masalah keperawatan
Kelumpuhan
Gangguan sensibilitas
Diagnosa keperawatan
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau
integrasi ( trauma atau defisit neurologis )
4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan
ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot dan
kontraktur.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa. 1
Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai dengan :
menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku
berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas,
penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur,
menarik diri secara fisik.
Intervensi :
Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat
toleransi terhadap sentuhan
Diagnosa. 2
Defisit perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d gangguan
neurofisiologis.
Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan nutrisi dan
cairan terpenuhi, kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan higiene oral, muka
terpenuhi, latihan rentang gerak aktif dan psif dilakukan.
Intervensi :
Bantu dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai indikasi : boneka untuk
latihan memeras, bola karet.
Berikan bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan dengan ahli gizi untuk
menetapkan kebutuhan
Diagnosa. 3
Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau
integrasi ( trauma atau defisit neurologis ), ditandai dengan disorientasi, perubaan
respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi
auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon
emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku
Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya,
mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu,
mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.
Intervensi :
Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan
proses pikir
Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam
atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya
masalah penglihatan
Kolaborasi :
Diagnosa. 4
Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan , seperti : bel
atau lampu pemanggil
Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah
gerakan perlahan dan lembut. Lakukan hiperekstensi pada paha secara teratur
Tinggikan ekstremitas bawah beberapa saat sewaktu duduk atau angkat kaki
Buat rencana aktivitas untuk pasin sehingga pasien dapat beristirahat tanpa
terganggu
Diagnosa. 5
Kriteria hasil: pasien dapat dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan
GDA dan tanda-tanda vital dalam batas normal, bunyi nafas jelas saat dilakukan
auskultasi, tidak terdapat tanda distress pernafasan
Intervensi :
Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miring sesuai indikasi
Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik,
catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
Daftar Pustaka
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 ,
EGC, jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta