Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN

KEPERAWATAN
TUMOR OTAK
DEFINISI
 Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang
ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak,
meningen, dan tengkorak 
 Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang
bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer
dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase)
seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer.
SA,2002).
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang
terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak.
(Suzanne dan Brenda G Bare. 1997:
2167)
Tumor berarti benjolan, yaitu suatu
proses yang mengambil tempat.
(Soemarmo Markam. 2009: 266
 Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun
tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang
terdapat dalam intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai
sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari
sel-sel saraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel
penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca B
Batticaca. 2008: 84)
ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih
belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang
dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu:
CONTINUE
 Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
CONTINUE
 Sisa-sisa Sel Embrional
(Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional
berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma yang
secara berturut-turutberpangkal pada saku Rathke
mesenkima dan ektoderma embrional dan korda dorsalis.
CONTINUE
 Radiasi
efek radiasi terhadap dura memang dapat menimbulkan
pertumbuhan sel dura, sel didalam otak atau sel yang sudah
mencapai keewasaan, pada umumnya agak kurang peka
terhadap efek radiasi dibanding dengan sel neoplasma.
Maka dari itu radiasi digunakan untuk pemberantasan
pertumbuhan neoplasmatik. Tetapi dosis subterapeutik dapat
merangsang pertumbuhan sel mesenkim, sehingga masih
banyak peneliti yang menekankan radiasi sebagai faktor
etiologik neoplasma saraf.
CONTINUE
 Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada
binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
CONTINUE
 Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen
sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti
methylcholanthrone ,nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada
hewan.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Menurut lokasi tumor :
 Lobus frontalis Gangguan mental / gangguan kepribadian
ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi
argumentasi / menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia
dan gangguan bicara.
 Kortek presentalis posterior Kelemahan / kelumpuhan pada
otot-otot wajah, lidah dan jari.
 Lobus parasentralis Kelemahan pada ekstremitas bawah.
 Lobus oksipital Kejang, gangguan penglihatan.
 Lobus temporalis Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia
sensorik, kelumpuhan otot wajah.
CONTINUE
 Lobus parietalis Hilang fungsi sensorik,
kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan.
 Cerebulum Papil oedema, nyeri kepala,
gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas sendi.
TANDA DAN GEJALA UMUM
 Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan
membungkuk.
 Kejang
 Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : pandangan kabur,
mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-
tanda vital, afasia.
 Perubahan kepribadian
 Gangguan memori
 Gangguan alam perasa
 Trias klasik : (Nyeri kepala, Papil edema, Muntah)
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada
pasien yang menderita tumor otak ialah :
 Gangguan fisik neurologist
 Gangguan kognitif
 Gangguan tidur dan mood
 Disfungsi seksual
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
 CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
 Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
 MRI: sama dengan CT-Scan dengan atau tanpa menggunakan kontras
 Angiografi cerebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan
 Sinar X: mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),
pergeseran struktur dari
CONTINUE
 BAER (Brain Auditory Evoked Respons):
menentukan fungsi korteks dan batang otak.
 PET (Position Emission Tomografi): menunjukkan
adanya aktivitas metabolisme pada otak.
 Punksi Lumbal, CSS: dapat menduga kemungkinan
adanya perdarahan subarakhnoid.
 GDA (Gas Dalam Arteri): mengetahui adanya
masalah ventilasi atau oksigenasi yang dapat
CONTINUE
 Kimia / elektrolit darah: mengetahui
ketidakseimbangan yang berperan dalam
meningkatkan
 Pemeriksaan Toksikologi: mendeteksi obat yang
mungkin bertanggung jawab terhadap
 Kadar Anti Konvulsan Darah: dapat dilakukan
untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
untuk mengatasi kejang.
PENATALAKSANAAN
Pembedahan
 Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi
komplit dan pembedahan merupakan tindakan yang
berpotentif kuratif. Untuk tumor primer maligna atau
tumor sekunder, biasanya sulit ditemukan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan
untuk mencapai diagnosis histologis dan  jika
mungkin, untuk meringankan gejala dengan
mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis
dari biopsi tumor dapat mengkonfirmasi apakah lesi
merupakan suatu glioma dan bukan neoplasma
CONTINUE
 Pemeriksaan ini juga memungkinkan dilakukannya penentuan tingkat
derajat diferensiasi tumor yang berhubungan dengan prognosis. Jadi,
pasien glioma derajat 1-2 memiliki angka harapan hidup yang tinggi.
Akan tetapi, median angka harapan hidup untuk tumor yang
terdiferensiasi paling buruk (derajat 4) adalah 9 bulan. Kadang-kadang
pembedahan tidak disarankan, misalnya pada pasien dengan kecurigaan
glioma derajat rendah dengan gejala epilepsi. Pembedahan juga tidak
tepat dilakukan pada metastasis otak multipel, dimana diagnosisnya
jelas, walaupun beberapa metastasis soliter dapat ditangani dengan
reaksi.
CONTINUE
 Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan raditerapi yang
diarahkan pada tumor, sementara metastasis
diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya
adenoma hipofisis
CONTINUE
 Pendekatan stereotaktik
meliputi penggunaan kerangka 3 dimensi yang
mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka
stereotaktik dan studi pencitraan multipel (Sinar X,
CT-Scan) yang lengkap digunakan untuk menentukan
lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau
radiasi dapat dilepaskan dengan pendekatan
stereotaktik. Radioisotop dapat juga ditempatkan
langsung ke dalam tumor (brankhiterapi) sambil
meminimalkan pengaruh pada  jaringan otak di
sekitarnya.
CONTINUE
 Penggunaan pisau gamma dilakukan pada bedah-bedah radio sampai
dalam, untuk tumor yang tidak dapat dimasukkan obat, tindakan
tersebut sering dilakukan sendiri. Lokasi yang tepat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan stereotaktik dan melalui laporan pengujian
dan posisi pasien yang tepat. Dosis yang sangat tinggi, radiasi akan
dilepaskan pada luas bagian yang kecil. Keuntungan metoda ini adalah
tidak membutuhkan insisi pembedahan, kerugiannya adalah waktu yang
lambat diantara pengobatan dan hasil yang diharapkan.
CONTINUE
 Transplantasi Sumsum Tulang Analog Intravena
Digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima
kemoterapi atau terapi radiasi, karena keadaan ini penting
sekali untuk ”menolong” pasien terhadap adanya keracunan
pada sumsum tulang akibat dosis tinggi kemoterapi atau
radiasi. Sumsum tulang pasien diaspirasi edikit, biasanya
dilakukan pada kepala iliaka dan disimpan. Pasien yang
menerima dosis kemoterapi dan terapi radiasi yang banyak,
akan menghancurkan sejumlah sel-sel keganasan (malignan).
Sumsum kemudian diinfus kembali setelah pengobatan
lengkap.
CONTINUE
 Terapi Medikamentosa :
 A. Antikonvulsan untuk epilepsi
 B. Kortikosteroid
 C. Kemoterapi
 Obat-obatan yang sering digunakan pada
kemoterapi adalah:
 Lomustin (Cee-Nu); D : PO: 130
mg/m2/hari sebagai dosis tunggal.
 Karmustin (Bicnu); D: IV: 75-100
mg/m2/hari, selama 2 hari atau 200
mg/m2/hari.
PENGKAJIAN
Anamnesa :
 Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya:
nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
 Keluhan Utama : Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang
timbul dan durasinya makin meningkat
 Riwayat penyakit saat ini Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan
posisi dan dapat meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil,
perubahan mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, penurunan
tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
 Riwayat penyakit dahulu : Klien pernah mengalami pembedahan kepala
atau trauma kepala
 Riwayat penyakit keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh
anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit
klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala
 Pengkajian psiko, sosio, spiritual : Perubahan kepribadian dan perilaku
klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan
dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan,
adanya perubahan peran.
CONTINUE
Pemeriksaan Fisik :
 Pernapasan : Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak
teratur) dan sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga
hermiasi dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas
klien normal, tidak menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu
napas, dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM.
 Kardiovaskuler : Desak ruang intracranial akan menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung
(irreguler) dan bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi
jantung normal, akral hangat, nadi bradikardi.
CONTINUE
 Persarafan : 1). Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia. 2). Pendengaran (telinga): Terganggu bila
mengenai lobus temporal. 3) Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang
tidak biasanya, pada lobus frontal. 4). Pengecapan (lidah) :
Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
HASIL PEMERIKSAAN GCS
 Eye (respon membuka mata) : 4. Spontan, 3. Dengan rangsang suara (suruh
pasien membuka mata), 2. Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari), 1. Tidak ada respon
 Verbal (respon verbal) : 5. Orientasi baik, 4. Bingung, berbicara mengacau
( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu, 3. Kata-kata
saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”), 2. Suara tanpa arti (mengerang), 1. Tidak
ada respon
 Motor (respon motorik) : 6. Mengikuti perintah, 5. Melokalisir nyeri
(menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri), 4. Withdraws
(menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri), 3. Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri), 2. Extensi abnormal (tangan satu
atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri), 1. Tidak ada respon
CONTINUE
 Bladder : Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat
kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
 Bowel : Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan
intracranial sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan
muntah ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada
pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
 Muskuloskeletal/integument : Keterbatasan pergerakan anggota gerak
karena kelemahan bahkan kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi
bebas, kondisi tubuh kelelahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan tekanan
intrakranial.
 Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
 Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
 Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
 Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
 Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik
 Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher

Anda mungkin juga menyukai