Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR INTRACRANIAL

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi Tumor Otak


 Tumor ialah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan
benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak
bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan
manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus
Keperawatan, 1997).
 Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada
desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak,
meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995:1030).
 Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya
dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain disebut tumor
otak sekunder. (Mayer. SA, 2002).
 Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak.
 Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu
otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St.
Carolus, 2000).
2. Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat
dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang
kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat
pada neoplasma.
b. Sisa-sisa sel embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah
dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat
ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala

3. Manifestasi Klinis Tumor Otak

a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh
perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita.
Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 %
dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior
memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
b. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian,
perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala
umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal.
Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat
seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling
sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor
pada lobus parietal dan temporal.
d. Edema Pupil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab
dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema
pupil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya
kemampuan untuk melihat, tetapi edema pupil yang berkelanjutan
dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak
menetap.
e. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari
massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran
otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah
yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya
massa intracranial.
f. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
4. Patofisiologi Tumor Otak
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala
terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam
suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya
dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler
primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak. Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya
oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor
akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme
belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila
terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena itu tidak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darahintra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila
girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men
ensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial
yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

5. Komplikasi Tumor Otak


a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar
lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-
occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau
intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika
terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus,
dan singuli.
d. Epilepsi
e. Metastase ketempat lain

6. Prognosis Tumor Otak


Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang
bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan
pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya
tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50%
penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5
tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
a. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.
b. Penderita astrositoma anaplastik.
c. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah
diangkat melalui pembedahan.
7. Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak
a. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau
salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor.
Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya.
b. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal
ataupun multiple pada otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada
pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan
informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG).
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.

8. Penatalaksanaan Tumor Otak


Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:
a. Usia
b. General Health
c. Ukuran Tumor
d. Lokasi Tumor
e. Jenis Tumor

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu :
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery:
Steroid ® menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
Anticonvulsant ® untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine
Shunt ® digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa sertaa memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula
jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek
radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan
memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi
anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada
tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-
gelaja yang ada pada penderita.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis
telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan
memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately
sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian
dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel
tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh
toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat
yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna
menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian
radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor
jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa
menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan
secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan
dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam
waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat
siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon
terhadap terapi yang dilakukan atau tidak.

9. Klasifikasi Tumor Otak:

1. Tumor yang berasal dari lapisam otak (meningioma dural)


2. Tumor yang berkembang didalam/pada syaraf kranial
3. Tumor yang berasal didalam jaringan otak
4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh mana saja

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, dll.
2. Riwayat kesehatan:
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat Kesehatan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
 Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
 Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
 Jantung : bradikardi, hipertensi
 Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
 Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditandai


dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri
bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk.
2. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP,
ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan,
pendengaran.
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema.
4. Kecemasan b.d Koping individu tidak efektif.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditandai
dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri
bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi dengan kriteria :
- Nyeri dapat terkontrol .
- Melaporkan nyeri dapat berkurang
Intervensi keperawatan
1. Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi)
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan memberikan
tindakan perawatan.
2. Observasi Tanda-tanda Vital
Rasional : peningkatan TTV merupakan indicator adanya nyeri
3. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : untuk menurunkan ketegangan otot
4. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung
dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
Rasional : relaksasi napas dalam dapat merelaksasi otot-otot
5. Berikan tehnik distraksi
Rasional : untuk mengalihkan perhatian klien
6. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : dapat memblok stimulus nyeri.

2. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP,
ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan,
pendengaran.
Tujuan : megubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
Intervensi :
- Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
- Pantau tingkat kesadaran
- Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
- Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
- Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas

3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan


peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema.
Tujuan:Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan
fungsi motorik/sensorik.
Intervensi :
1. Tentukan faktor-faktor yang menyebabkan koma/penurunan perfusi
jaringan otak dan potensial peningkatan TIK.
R/ Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam
pemulihannya setelah serangan awal menunjukkan perlunya pasien
dirawat di perawatan intensif.
2. Tinggikan kepala tempat tidur.
R/ pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan
kerja napas.
3. Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan
nilai standar GCS.
R/ Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial penigkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi perluasan dan perkembangan
kerusakan SSP.
4. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi
terhadap cahaya.
R/ Reaksi pupil diataur oleh saraf cranial okulomotor (III) berguna
untuk menentukan apakah batang otak masih baik.
5. Observasi TTV.
R/ Penurunan TTV terutama suhu merupakan indikator terjadinya
infeksi.
6. Beri O2 sesuai indikasi.
R/ Menurunkan hipoksemia yang mana dapat meningkatkan
vasodilatasi dan volume darah serebral yang meningkatkan TIK.
7. Beri cairan terapi sesuai indikasi.
R/ Untuk membantu proses penyembuhan

4. Kecemasan b.d Koping individu tidak efektif.


Tujuan : Rasa cemas berkurang.
Intervensi :
1) Identifikasi penyebab ansietas orang tua klien.
R/ Kecemasan mungkin dapat disebabkan karena keadaan fisik
ataupun kondisi l ingkungan.
2) Kembangkan hubungan saling percaya dengan keluarga klien melalui
kontak yang terus-menerus.Tunjukan sikap menerima keadaan yang
dialami klien .
R/ Membantu menurunkan perasaan curiga dan tidak percaya terhadap
perawat.
3) Anjurkan keluarga klien untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ Memberi kesempatan pada keluarga klien untuk menerima situasi
nyata.
4) Orientasikan keluarga pasien pada lingkungan secara terus menerus.
R/ Keluarga mungkin mengalami periode bingung akibat
meningkatnya ansietas

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta,


EGC

Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah, Ja karta, EGC

FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius

Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba


Medika

Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC

Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC


PENYIMPANGAN KDM:

Causa Unknown/Idiopatik

Tumor Otak

Penekanan Jaringan Otak Bertambahnya massa

Invasi Jar. Otak Nekrosis Jar. Otak Penyerapan Cairan Tumor

Kerusakan Jar. Neuron Gangguan Suplai Darah Hipoksia Jaringan Obstruksi Vena

Kejang Gangguan Neurologis Ggn Perfusi


GgnFungsi Otak Oedema
Fokal Jaringan
cerebral

1. Aspirasi sekresi Defisit Neurologis Disorientasi Hidrochepalus


2. Obstruksi jln nafas Peningkatan TIK
3. Dispnea
4. Henti Nafas
5. Perub. Pola Nafas Perub. Proses pikir

Herniasi Ulkus

Gangguan Pertukaran Bradikardi progresif


Gas Hipertensi sistemik
Ggn pernafasan Mensesefalon
tertekan
Stressor bagian keluarga
klien Bicara Terganggu
Berdesis, afasia Ggn Kesadaran

Koping individu
keluarga tidak efektif Resiko tinggi Ggn Komunikasi verbal
Cedera

Kecemasan Mual – muntah


Papiloedema
Pandangan Kabur
Penurunan Fungsi Pendengaran
Nyeri Nyeri Kepala

Anda mungkin juga menyukai