Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikososial merupakan suatu perilaku dimana seseorang dapat menemukan
identitas dirinya dan bersosialisasi sesuai dengan tahap perkembangannya, psikososial
juga dapat memicu terjadinya kekerasan, jika seseorang itu tidak bisa menemukan
identitas dirinya dan tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
Perilaku kekerasan biasanya disebut juga dengan perilaku yang bersifat agresif
yang dapat menimbulkan suatu perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan
perilaku permusuhan, mengamuk dan potensi untuk merusak dan membahayakan baik
bagi diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Masalah yang ditimbulkan dari perilaku kekerasan ini selain merusak dirinya
sendiri, juga merusak orang lain dan lingkungan , contoh dari merusak orang lain,
misalnya memukuli orang lain, menciderai orang lain dan memandang tajam orang
tersebut seperti memandang orang tersebut sebagai musuh terbesarnya, kemudian
contoh dari lingkungan tersebut juga termasuk dalam perilaku kekerasan.
Klien yang biasanya datang ke unit psikiatri, biasnya datang dalam mekanisme
koping yang tidak adekuat. Selama masaa-masa stress klien, sering terjadi perilaku
agresif dan melukai. Ole karna itu, peran perawat sangatlah penting dalam melakukan
pencegahan dan penanganan perilaku kekerasan, dikarenakan perawat lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama klien disbanding dengan profesi lain. Namun hal ini
lebih beresiko pula pada perawat untuk menjadi korban dari perilaku klien.Karena
alasan tersebut, maka kita sebagai calon perawat harus dapat mengkaji klien dengan
beresiko perilaku kekerasan dan mengintervensinya secara efektif.
Perawat perlu menjalin hubungan terapiotik kepada klien agar terjadi
hubungan saling percaya antara klien dan perawat. Sehingga memudahkan perawat
untuk mendapatkan data tentang apa yang dirasakan klien sehingga membuat klien
marah. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa marah merupakan salah satu
respon memicu terjadinya perilaku kekerasan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama perilaku kekerasan.

1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan
c. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
d. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Mampu membuat implementasi keperawat pada klien dengan perilaku
kekerasan
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan

C. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan laporan studi kasus ini penulis hanya membatasi satu kasus
yaitu : Asuhan KeperawatanDengan Perilaku Kekerasan di Ruang CempakaRSKD
Makassar dengan menggunakan proses keperawatan.

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa Keperawatan
Manfaat makalah ini terhadap mahasiswa adalah sebagai panduan dalam
melakukan pengkajian, intervensi, implementasi yang benar dan tepat terhadap
pasien yang menderita gangguan jiwa.
2. Institusi Pendidikan
Manfaan bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan
dan secara langsung memberikan masukan metode pemberian asuhan keperawatan
jiwa melalui pengaplikasian konsep dan teori keperawatan jiwa kedalam praktek
langsung sehingga dapat digunakan untuk peningkatan pengelolaan asuhan
keperawatan yang bermanfaat bagi instansi pendidikan.

3. Rumah Sakit Khusus Daerah Sulawesi Selatan


Manfaat bagi RSKD Provinsi Sulawesi Selatan adalah memberikan masukan untuk
peningkatan pengelolaan asuhan keperawatan dan pengaplikasiannya kepada
pasien penderita gangguan jiwa.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 2015 ).

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh


seseorang, yang ditujukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri

3
sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz 2010, dikutip oleh
Yosep 2014).

Menurut Patricia D. Barry (2015, dikutip oleh Yosep 2014), perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dant benci
atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai
bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan kelingkingan,
kedalam diri atau secara destruktif.

Perilaku kekerasan merupakan suatu perilaku yang identik yang biasanya


ditujukan ke orang lain dengan karakteristik bertindak marah, kebencian dan
permusuhan yang membawa ancaman yang bahaya bagi orang lain dalam konteks yang
tidak dapat diterima oleh orang lain (Martin, 2015).

Jadi, berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku


kekerasan adalah suatu perilaku yang menggambarkan keadaan marah, agresif verbal
maupun nonverbal, serta perasaan benci yang dapat menimbulkan bahaya pada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dialami tiap orang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi / mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika factor
berrikut dialami oleh individu :
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi
penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
control sosial yang tidal pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

4
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistim limbik, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinyan perilaku kekerasan.

2. Faktor Prespitasi
Factor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang rebut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai / pekerjaan dan
kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif
an konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

D. Tanda dan Gejala


Pada pengkajian awal dapat diketahui alas an utama klien dibawa ke rumah sakit
adalah periaku kekerasan, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Data Obyektif
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
2. Data Subyektif
a. Mengeluh perasaan terancam

5
b. Mengungkapkan perasaan tidak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdear-debar, merasa tercekik, dada
sesak, bingung.

E. Rentang Respon
Rentang respon marah adalah sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
1. Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Klien gagal mencapai tujuan dan kepuasan / saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative.
3. Pasif
Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berbahaya dan
menyerah.
4. Agresif
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain
dengan ancaman.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control, disertai amuk dan
merusak lingkungan.
F. Penatalaksaan
1. Farmakoterapi
a. Obat anti psikotis, phenotizin (CPZ / HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phenobarbital.
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memncing emosi klien
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
3) Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
4) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang di alami
5) Mendengarkan keluhan klien
6) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
7) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
8) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memfonis
9) Jika terjadi PK yang dilakukan adalah :
a) Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
b) Hindari benda tajam
c) Lakukan fiksasi sementara
d) Rujuk kepelayanan kesehatan
6
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social dan aktivitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien
karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.

c. Terapi music
Dengan music klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien.

G. Tindakan Kperewatan Untuk Pasien


1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
f. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social
dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang
harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah :
1) Mengucapkan salam teraupetik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu dengan
klien
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekereasan secara sisial
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekereasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekereasan secara intelektual
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara :
1) Social / verbal
2) Terhadap orang lain
3) Terhadap diri sendiri
4) Terhadap lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mngontrol perilaku kekerasan secara :

7
1) Fisik : pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
2) Obat
3) Social / verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) Spiritual : sholat / berdoa sesuai keyakinan pasien
g. Latihan control perilaku kekerasan secara fisik :
1) Latihan napas dalam dan pukul kasur / bantal
2) Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur / bantal
h. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara social / verbal :
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
3) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verb al/
i. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
1) Diskusikan hasil latihan perilaku kekerasan secara fisik dan sosia; atau
verbal
2) Minum Latihan sholat atau berdoa
3) Buat jadwal latihan sholat / berdoa
j. Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar
2) Susun jadwal minum obat secara teratur

H. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


1. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
2. Tindakan
a. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku yang muncul dan akibat
perilaku tersebut
b. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
1) Anjurkan keluarga untuk memotifasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan pekerjaan tersebut secara tepat
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekesama keluarga tindakan yang
harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada keluarga, seperti melempar atau memukul benda / orang
lain.
I. Evaluasi
1. Pada pasien :
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku, perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan

8
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilakku kekerasan secara
teratur sesuai jadwal :
1) Secara fisik
2) Secara social/verbal
3) Secara spiritual
4) Dengan terapi psikofarmaka
2. Pada keluarga :
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol
perilaku kekerasan
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada
perawat

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang rawat :Cempaka

Tanggal dirawat : 18-01-2019

A. Identitas pasien
Nama : Nn. A

Jenis kelamin :Perempuan

Umur : 32 tahun

No.MR :048787

B. Alasan masuk
Keluarga klien mengatakan sebelum masuk rumah sakitklien bertengkar dengan ibunya
dan ayahnya dikarenakan melihat ibu dan ayahnyaseperti orang lain, keluarga klien
mengatakan pada saat itu terjadi pertengkaran, dimana klien memukul ibunya sendiri
serta memecahkan perabot rumah tangga, keluarga klien mengatakan akibat yang
ditimbulkan terhadap perilakunya adalah perabotan rumah tangga pecah, tangannya sakit,
serta orang-orang disekitar menjauhinya. Kemudian setelah kejadian tersebut kelurga
klien mengatakan klien selalu marah-marah tanpa alasan ketika berada di rumah, sering
membentak orang-orang yang ada didekatnya, akhirnya pada tanggal 18Januari 2019
klien dibawa oleh keluarganya ke RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, sesampainya di
IGD klien marah, mata melotot, otot tegang, bicara kasar karena ia mengira akan diantar
ke Toko. Kemudian klien dirawat di Ruang Cempaka.

Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 29 april 2019, klien mengatakan marah-
marah karena orang tuanya tidak memenuhi apa yang dinginkan,Klien mengatakan
pernah mengamuk saat di kunjungi oleh orang tuanya karena makanan yang di bawakan
tidak sesuai keinginan. Klien mengatakan menendang kursi karena jengkel, klien
mengatakan mempunyai sifat mudah marah dan tersinggung, klien tampak marah dan

11
memaki temannya dan memendang kursi yang ada di dekatnya, kontak mata tajam,
tangan dikepal, nada suara tinggi dan ekspresi wajah tegang.

Faktor Predisposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?


Klien pernah masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya, yang pertama kali masuk
pada tahun 2008 dengan alasan masuk mengamuk di rumah karena merasa tidak
dihargai dan masuk untuk terakhir kalinya pada tahun 2019.

2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil, namun setelah keluar pasien tidak mau lagi minum obat karena merasa
dirinya tidak sakit. Minum obat tidak teratur.

3. Trauma
Pasien mengatakan tidak mendapatkan penganiayaan apapun baik aniaya fisik, aniaya
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal

Masalah keperawatan tidak ada

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?


Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa

Masalah keperawatan tidak ada

C. PemeriksaanFisik
1. Tanda-tanda vital
 TD : 110/80 mmhg
Nadi : 80x/menit

 Suhu : 36,50c
 Respirasi : 20x/menit
2. Ukur
 BB : 63 kg
 TB : 158 cm

12
3. Keluhan fisik
Pasien tidak mengalami gangguan fisik

Masalah keperawatan tidak ada

D. Psikososial
1. Genogram

? ? ? ? ?
? ? ? ?

? 32 ? ?

Keterangan :

: laki-laki : Pasien

: perempuan

: meninggal

: garis pernikahan

: garis keturunan

G1 : Klien mengatakan nenek kakenya sudah meninggal

G2 : Klien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal

13
G3 : Klien mengatakan anak ke-2 dari 4 bersaudara.

Masalah Keperawatan : Tidak ada

2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan merasa nyaman dengan rambutnya sekarang..

b. Identitas
Klien belum menikah, klien pernah bersekolah sampai S1

c. Peran diri
Dalam keluarga klien berperan sebagai anak, klien melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar

d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah berkumpul bersama
keluarganya dan rindu ingin mengajar kembali.

3. Hubungan social
a. Klien mengatakan sangat dekat dengan orang tuanya
b. Klien selalu bergaul dengan temannya sambil mendengarkan music.
c. Klien tidak mempunyai hambatan dalam bergaul
Masalah Keperawatan:tidak ada
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialami sekarang merupakan takdir, dan
dia hanya pasrah.

b. Kegiatan ibadah
Selama dirawat di RS klien belum pernah beribadah

E. Status Mental
1. Penampilan
Penggunaan pakaian rapi, rambut pendek, kuku bersih, mandi 2 kali sehari, memakai
sabun dan sikat gigi 2 kali sehari

Masalah keperawatan : tidak ada

14
2. Pembicaraan
Selama diajak berbicara, suara klien keras dan lantang

Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal


3. Aktivitas Motorik
Klien nampak gelisah. Ketika diajak bicara kontak mata melotot

4. Alam perasaan
klien gelisah
5. Afek
Afeklabil : mudah marah, emosi dan tersinggung.
Masalah Keperawatan: perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara, nada suara jelas dan keras, kontak mata melotot.
Masalah Keperawatan: resiko tinggi perilaku kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak ada masalah.

Masalah keperawatan : Tidak ada

8. Proses pikir
Klien dapat menjelaskan dengan baik apa yang ditanyakan dan kata-kata yang
diucapkan mudah dimengerti.

Masalah keperawatan tidak ada

9. Arus pikir
Klien tidak mengalami gangguan isi pikir

Masalah keperawatan tidak ada

10. Tingkat Kesadaran


Kadang klien nampak kebingungan

Masalah keperawatan tidak ada

11. Memori
Daya ingat pasien baik, klien masih mengingat keluarganya dan mengingat umurnya,
klien mengatakan umurnya 32 tahun

Masalah Keperawatan : tidak ada

15
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana

Masalah Keperawatan : tidak ada

13. Kemampuan penilaian


Kemampuan penilaian ringan : yaitu dimana klien dapat mengambil keputusan
dengan bantuan perawat misalnya klien mampu membedakan klien yang sifatnya
jelek yaitu suka mengganggu klien yang lain dengan klien yang baik yaitu klien yang
tidak suka menggnggu klien yang lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ada


14. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit jiwa dan sedang di rawat,
namun sekarang dia yakin bahwa dirinya telah sembuh dan ingin segera pulang
kerumah

Masalah keperawatan : tidak ada

F. KebutuhanPerencanaanPulang
1. Kemampuan klien belum mampu memenuhi kebutuhan makanan, keamanan,
perawatan kesehatan, pakaian, transportasi, tempat tinggal dan uang.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Klien mengatakan bangun pagi pada pukul 05.00 subuh, dan setelah itu langsung
makan. Klien mandi pada pagi dan sore hari, klien juga mengganti pakainnya
setelah mandi. Klien tidur pada malam hari pukul 19.00 dan mengatakan tidurnya
nyenyak

Masalah keperawatan : tidak ada

b. Nutrisi
Klien makan 3x sehari dan menghabiskan porsi makannya

Masalah keperawatan tidak ada

c. Tidur

16
Klien mengatakan tidur mulai malam dari jam 19.00 – 05.00 wita.
3. Kemampuan klien
a. Pasien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri
b. Belum mampu Membuat keputusan berdasarkan
keinginan sendiri
c. Mampu mengatur penggunaan obat
d. Mampu melakukan pemeriksaan kesehatan.
4. Klien memiliki sistem pendukung
a. Keluarga sangat mendukung untuk kesembuhan pasien
b. Keluarga datang menjenguk seminggu sekali.
G. Mekanisme Koping
Adaptif : Klien hanya bicara seperlunya

Maladaptif : klien mengatakan jika ada masalah klien tidak dapat

Menyelesaikanya sendiri, biasanya klien menyendiri

H. Aspekmedik
1. Diagnosis medik Skizofrenia YTT
2. Terapi medik
a. Chlorpomazin 1 x 1 ( 0 – 0 – 1/2)
Indikasi : Sindrom mania afek/mood meningkat, ketidak tenangan fisik,
perhatian mudah beralih, waham sulit tidur, melakukan aktifitas beresiko tinggi.

Berdaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Mekanisme kerja : Mengurangi dopamine reseptor supersensitivity,


meningkatkan cholinergic muascarini aktifity, menghabat eyelic AMP dan
phosphoincisites.

Kontra indikasi : wanita hamil

b. Lorazepam 3 x 1 (0-1/2-1/2)
c. Risperidon 2 x 1
d. Trihexyphenidyl 2 mg 2 X 1
e. Trifluoperazine 3 x ½

17
Pohon Masalah

Efek Resiko tinggi mencederai : diri, orang lain

Core Problem Perilaku Kekerasan

Etiologi Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

18
ANALISA DATA

N DATA MASALAH
O

1 DS :

 Klien mengatakan marah-marah


karena orang tuanya tidak memenuhi
keinginannya.

 Klien mengatakan menendang kursi


karena jengkel

 klien mengatakan mempunyai sifat


Perilaku kekerasan
mudah marah dan tersinggung

 Klien mengatakan pernah mengamuk


saat di kunjungi oleh orang tuanya
karena makanan yang di bawakan
tidak sesuai keinginan.

DO :

 Klien tampak marah dan memaki


temannya
 Klien memendang kursi yang ada di
dekatnya
 Kontak mata tajam
 Tangan dikepal
 Nada suara tinggi
 Ekspresi wajah tegang
 Kontak mata tajam
 Nada suara tinggi

19
 Klien mudah tersinggung
 Ekspresi wajah tegang

20

Anda mungkin juga menyukai