I. KONSEP TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer
kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Masing-masing hemisfer
terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian
lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-
masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal (Moore
& Argur, 2007).
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum. Lobus
parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang oleh garis
yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis.
Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus
yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala jenis
rangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dibagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-
otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area
asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital oleh
garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral. Lobus
temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi
dan bahasa dalam bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada dibelakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus ini
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
2. Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak. Serebelum
terletak di bagian bawah belakang kepala, berada dibelakang batang otak dan dibawah
lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian atas. Serebelum adalah pusat tubuh
dalam mengontrol kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak fungsi
otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol
keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu
dan sebagainya.
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar
dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk mengontrol
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur. Bila
terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul berupa muntah,
kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan
sakit kepala ketika bangun.
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial III dan
IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan
tubuh dan pendengaran (Moore & Argur, 2007).
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial (CN) V
diasosiasikan dengan pons (Moore & Argur, 2007).
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak yang
akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak juga di fossa
kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan medulla sedangkan CN
VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla (Moore & Argur,
2007).
B. Definisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga
tengkorak baik didalam kompartemen supratentotrial maupun infratentotrial.
Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak : acoustic neuroma, meningioma, pituitary, adenoma, astrocytoma (grade
1)
b. Malignant : astrocytoma (grade 2,3,4), oligodendroglioma, apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
a. Tumor intradural
1. Ekstramedular : cleurofibroma, meningioma
2. Intramedular : oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma,
astrocytoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paru-paru, ginjal dan lambung (Nanda Nic-Noc, 2015)
C. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau
yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga.
2. Sisa-sisa sel embrional (Embrionic Cell Rest)
Bangunan-bangunan berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan ambrional trtinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intracranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan (Nanda Nic-Noc, 2015)
D. Manifestasi Klinis
Menurut lokasi tumor:
1. Lobus frontalis : gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai benar atau tidak.
Hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2. Korteks presentalis posterior : kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah
dan jari.
3. Lobus parasentralis : kelemahan pada ekstremitas bawah.
4. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan.
5. Lobus temporalis : tinitus, halusinasi pendengaran afasia sensorik, kelumpuhan
otot wajah
6. Lobus parietalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
7. Cerebelum : papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas
sendi, hipotonia.
Tanda dan gejala umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk, dan membungkuk.
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial : pandangan kabur, mual,
muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori dan alam perasa
Trias klasik :
1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. Muntah
(Nanda Nic-Noc, 2015)
E. Epidemiologi
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun
(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3
bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1
persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi
karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi
tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor
lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum,
brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26
persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat
ditentukan.
F. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan
fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar
tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku.. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke
ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah
dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan
cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis
lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam
hemisfer otak.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Arterigrafi atau ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
2. CT-SCAN : suatu teknik diagnostik dengan menggunakan sinar sempit dan sinar-X
untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan
memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan
perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks, struktur subkortikal, dan
ventrikel. Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan adanya masaa tumor,
infark otak dan atrofi kortikal. Oleh karena itu, CT Scan merupakan alat diagnostik
yang paling penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak.
3. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur, dan posisi
selatursika.
4. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
5. Elektroensefalogram (EEG) : merekam aktifitas umum elektrik di otak, dengan
meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau dengan
menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan
kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai indikator kematian otak.
Tumor, abses, jaringan parut, bekuan darah, dan infeksi dapat menyebabkan
aktifitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. Pemeriksaan ini
pada tumor otak berfungsi untuk mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.
6. Ekoensefalogram : memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral.
H. Penatalaksanaan
a. Medis
1. Pembedahan
Tindakan operasi dilakukan pada keadaan berikut seperti : emergensi,
misalnya pasien dengan penurunan kesadaran dan elektif (direncanakan),
misalnya pada penderita tumor otak stadium dini.
2. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorkan.
3. Chemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma
stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi
dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.Pemberian
obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.Efek
samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat,
mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase
5. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai darah ke jaringan
otak.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d peningkatan tekanan intracranial.
3. Ketidakefektifan pola napas b.d suplai oksigen ke otot-otot pernapasan.
4. Resiko cedera dengan faktor resiko biologis.
c) Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai darah ke
jaringan otak.
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
Perubahan perfusi NOC : NIC :
- Tissue prefusion : 1. Untuk mengetahui
jaringa otak b.d 1. Observasi TTV
cerebral keadaan umum
penurunan suplai dan kesadaran
Kriteria Hasil :
pasien sebagai
darah ke jaringan 1. Mendemonstrasikan klien.
2. Kaji standar dalam
otak status sirkulasi yang
karakteristik menentukan
ditandai dengan
nyeri. intervensi yang
tekanan systol dan
3. Kaji tanda
tepat.
diastole dalam
peningkatan 2. Penurunan tanda
rentang yang
TIK. dan gejala
diharapkan. 4. Berikan klien
neurologis atau
2. Tidak ada tanda-
posisi
kegagalan dalam
tanda peningkatan
semifowler,
pemulihannya
TIK.
kepala
3. Menunjukkan merupakan awal
ditinggikan
fungsi sensori pemulihan dalam
0
30 .
motorik cranial memantau TIK.
5. Anjurkan
3. Untuk mengetahui
yang utuh : tingkat
orang terdekat
potensial
kesadaran
(keluarga)
peningkatan TIK.
membaik, tidak ada
untuk bicara 4. Memberikan rasa
gerakan-gerakan
dengan klien nyaman kepada
involunter
walaupun klien.
5. Ungkapan keluarga
hanya lewat
yang menyenangkan
sentuhan.
6. Kolaborasi memberikan efek
dengan dokter menurunkan TIK
dalam dan efek relaksasi
pemberian bagi klien.
6. Sebagai terapi
terapi obat-
terhadap kehilangan
obatan
kesadaran akibat
neurologis.
kerusakan otak atau
operasi otak.
d) Evaluasi
Penilaian keperawatan merupakan kegiatan pelaksanaan rencana tindakan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil. Hasil evaluasi didapatkan bahwa klien mampu menunjukkan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth, Brunner, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Vol.3. EGC :
Jakarta