DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
FAKULTAS KESEHATAN
2019
1.1 DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).(Nabyl, 2009).
Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh sebab itu jika
gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena dampaknya adalah sistem
saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas,
kejang, dan koma. hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis
yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia.(CORWIN : 541,2000)
a. Sel alfa (lebih kurang 20% dari sel pulau) yang menghasilkan glukagon
b. Sel beta (lebih kurang 80% dari sel pulau) yang menghasilkan hormon insulin
dari proinsulin. proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal
dengan 86 asam amino. proinsulin berubah menjadi insulin dengan kehilangan 4
asam amino dan denganrantai asam amino dari ke-33 sampai ke-63 yang menjadi
peptida penghubung (connecting peptide)
c. Sel D (lebih kurang 4-5% dari sel pulau ) yang menghasilkan somatostatin.
Obat diabetes atau obat-obatan yang dapat menurunkan kadar gula darah menjadi
faktor utama dari turunnya gula dalam darah. Mengonsumsi obat antibiotik
golongan sulfa atau quinine juga bisa jadi penyebab hipoglikemia, terutama pada
anak-anak atau orang dengan gagal ginjal.
Terlalu banyak mengonsumsi alkohol saat perut kosong dapat menghambat organ
hati untuk melepaskan glukosa yang tersimpan ke dalam aliran darah. Akibatnya,
terjadilah penurunan kadar gula darah.
1.4.3. Kondisi Medis Tertentu
Penyakit hati dan ginjal dapat menjadi penyebab hipoglikemia. Selain itu,
gangguan makan anoreksia nervosa juga dapat menjadi penyebab hipoglikemia.
Pasalnya, gangguan makan ini dapat menyebabkan glukoneogenesis, yaitu
penipisan zat yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan glukosa.
1.4.6. puasa
Hipoglikemia bisa terjadi ketika tubuh dalam keadaan puasa, telat makan, atau
tidak makan sama sekali dalam seharian.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
Gejala - gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak
keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%).
1. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai
normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2-
3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
1. pada pasien sadar, diberikan makanan yang mengandung karbohidrat atau minuman
yang mengandung gula berkalori sebanyak 15-20 gram glukosa, misalnya satu sendok
makan gula atau madu, permen, dan sebagainya.
2. Pada pasien tidak sadar, segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat
diberikan larutan glukosa melalui infus.
1.11 KOMPLIKASI
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut, hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat
yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon, 2010) dan
menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian
1.13 PATWAY
2.2 KASUS
3. SKENARIO I : HIPOGLIKEMI
4. Tn N.A. 28 tahun datang ke RSUD Toto Kabila dengan keluhan lemah badan sejak
tadi pagi, nafsu makan menurun, nyeri saat menelan, membrane mukosa bibir kering,
akral dingin, CRT: 3 detik kesadaran apatis, GCS: 13, TD:100/70 mmhg,
N:120x/m,R:28x/m, SB:36,5 C riwayat penyakit DM dan HPT. Hasil laboratorium di
dapatkan HB 11,7 gr/dl, leukosit 7,88 103/µL, trombosit 303 103/µL, GDS:63 mg/dl
DIAGONSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Ketidak stabilan kadar glukosa darah
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko ketidak seimbangan cairan
INTERVENSI
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia adalah salah satu
kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar gula darah
<60mg/dl. Tanda dan Gejala hipoglikemia terdiri dari fase 1. Gejala-Gejala akibat
aktivitas pusat atau autonom di hipotalamus sehingga hormon efineprin di lepaskan.
Gejala awal ini merupakan peringatan karenan saat itu pasien masih sadar sehingga di
ambil tindakan yang perlu untuk mengatsi hipoglikemia lanjut. Fase II, Gejala-gejala
yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi Otak, karena itu dinamakan gejala
neurologis.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Herdman,T.Heather(2012).Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC