Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG FOTOTERAPI DAN

TAPID SPONGE BATH

OLEH:

KELOMPOK 4

ANGGOTA:

1. RIKA RAHIM
2. TARISA F HARTANTI
3. TRI INDRI MUTMAINNAH
4. SAHRUL ARISANDI

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA (DOMISI SELAYAR)

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tentang Fototerapi dan Tapid Sponge Bath. Dalam Berbagai Masalah
Kesehatan Pasien dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik

Makalahini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Selayar, 26 Desember 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 3

A. Latar Belakang... ................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah... .............................................................................................. 3

C. Tujuan . ................................................................................................................. 4

D. Manfaat. ................................................................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5

A. Definisi Transcultural Nursing.............................................................................. 5

B. Tujuan Transcultural Nursing ............................................................................... 6

C. Konsep Transcultural Nursing .............................................................................. 6

D. Paradigma Transcultural Nursing ......................................................................... 7

E. Proses Trascultural Nursing ... .............................................................................. 9

F. Mitos yang Berkaitan Dengan Kesehatan ... ....................................................... 12

G. Trend dan Issue Transcultural Nursing ... ........................................................... 14

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
B. Saran.................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terapi sinar (fototerapi) bertujuan untuk mengendalikan kadar


bilirubin serum agar tidak mencapai nilai yang membahayakan sampai terjadi
bilirubin ensefalopati maupun kern-ikterus. Fototerapi bertujuan mengubah
bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dikeluarkan melalui
empedu atau air seni. Pada saat bilirubin menyerap cahaya, maka terjadi reaksi
fotokimia yaitu isomerisasi sehingga terjadi konversi ireversibel menjadi isomer
kimia lainnya yaitu lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma
melalui empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat
foto terapi. Sejumlah kecil bilirubin indirek diubah oleh cahaya menjadi dipyrole
yang dikeluarkan lewat air seni. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan
bentuk asalnya dan secara langsung bisa dikeluarkan melalui empedu ke dalam
usus untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati, karena
hanya produk foto oksidan saja yang bisa dikeluarkan melalui air seni (suraiyah,
2014).
Fototerapi bekerja memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas tinggi (a bound of flourescent light bulbs or bulbs in theblue light
spcetrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan
kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi bilirubin tak terkonjugasi
(Klaus, Fanarof, 1998 dalam Gumilar 2010).

tepid sponge bath adalah sebuah teknik kompres hangat yang


menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan
teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid sponge ini hampir sama dengan
kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2
pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan
dengan kain. Basahi lagi kain bila kering. Berdasarkan penelitian dari Isnaeni
(2014) kompres tepid sponge hangat lebih efektif dari kompres hangat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi fototerapi dan tepid sponge bath?
2. Bagaimana indikasi fototerapi?
3. Apa dampak fototerapi?
4. Bagaimana evektivitas Fototerapi?
5. Bagaimana perawatan bayi dengan fototerapi?
6. Bagaimana durasi fototerapi?
7. Apa tujuan dan manfaat tepid sponge bath?
8. Bagaimana teknik tepid sponge bath?
9. Bagaimana mekanisme kerja sponge bath?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Definisi fototerapi dan tepid sponge bath?
2. Untuk mengetahui indikasi fototerapi?
3. Untuk mengetahui dampak fototerapi?
4. Untuk mengetahui evektivitas Fototerapi?
5. Untuk mengetahui perawatan bayi dengan fototerapi?
6. Untuk mengetahui durasi fototerapi?
7. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat tepid sponge bath?
8. Untuk mengetahui teknik tepid sponge bath?
9. Untuk mengetahui mekanisme kerja sponge bath?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fototerapi
1. Definisi

Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan


terhadap bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010
dalam Shinta, 2015). Fototerapi merupakan penatalaksanaan
hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat
dilihat untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
Keefektifan suatu fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun
faktor yang mempengaruhi intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang
gelombang sinar, jarak sinar ke pasien yang disinari, luas permukaan
tubuh yang terpapar dengan sinar serta penggunaan media pemantulan
sinar.

Bayi dengan ikterus perlu diamati apakah fisiologis atau akan


berkembang menjadi ikterus patologis. Anamnesis kehamilan dan
kelahiran sangat membantu pengamatan klinik dan dapat menjadi
petunjuk untuk melakukan pemeriksaan yang tepat. Early feeding yaitu
pemberian makanan dini pada bayi dapat mengurangi terjadinya ikterus
fisiologik pada bayi.

Sistem fototerapi mampu menghantarkan sinar melalui bolam


lampu fluorcent, lampu quartz, halogen, emisi dioda lampu dan matres
optik fiber. Keberhasilan pelaksanaan fototerapi tergantung dari
efektifitas dan minimnya komplikasi yang terjadi (Stokowski, 2006 dalam
Shinta, 2015).

3
2. Indikasi Fototerapi
Fototerapi direkomendasikan apabila :
1) Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500
gram.
2) Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
3) Kadar 11-14mg/dl pada bayi dengan berat badan 2000-2499 gram.
(wong et al., 2009).
3. Dampak fototerapi akan meningkat jika kadar bilirubin di kulit makin
tinggi.
Fototerapi mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan jaringan
interstitial dengan reaksi fotokimia dan fotooksidasi menjadi isomer
(isomerisasi struktural dan konfigurasi) secara cepat, yang larut dalam air
dan dapat diekskresi melalui hepar tanpa proses konjugasi sehingga
mudah diekskresi dan tidak toksik. Penurunan bilirubin total paling besar
terjadi pada 6 jam pertama.
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit tidak
adekuat, sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara
terbalik dengan kuadrat jarak), lamu flouresens yang terlalu panas
menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari
lampu yang tidak tepat. Idealnya, semua ruang perawatan perinatologi
memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif (Giyatmo,
2011).

4
4. Evektivitas Fototerapi
1) Jenis Cahaya
Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm
merupakan cahaya yang paling efektif dalam fototerapi karena dapat
menembus jaringan dan diabsorbsi oleh bilirubin (bilirubin menyerap
lebih kuar pada cahaya biru dengan spektrum 460 nm ini).
2) Saluran energi atau imadiance sumber cahaya
Imadiance diukur dengan radiometer atau spektroradiometer dalam
satuan watt/cm¬¬2 atau µ watt/cm¬¬2nm. Sebagai contoh, sumber
cahaya (tipe konvensional atau standar) yang diletakkan ±20 cm
diatas bayi dapat menghantarkan spektrum imadiance, berkisar 8-10
µ watt/cm¬¬2 nm pada panjang gelombang cahaya 430-490 nm.
Adapun cahaya flourenens biru dapat menghantarkan spektrum
imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2nm.
American academy of pediatriks mendefinisikan intensif fototerapi
sebagai fototerapi dengan spektrum imadiance berkisar 30-40 µ
watt/cm¬¬2 nm yang dapat menjangkau permukaan tubuh bayi
dengan lebih luas. (Maisels & McDonagh, 2008).
3) Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang
terpajan
Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45
cm. Penelitian terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah
kulit yang terpajan, semakin besar reduksi kadar bilirubin total.
(Wong et al., 2009).
Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang
dipancarkan lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iridasi),
luas permukaan tubuh, ketebalan kulit dan pigmentasi, lama paparan
cahaya, kadar bilirubuin total saat awal fototerapi (Sakundarno,2008).
5. Perawatan Bayi Dengan Fototerapi
1) Pasang penutup mata dan pastikan terpasang dengan baik
2) Baringkan bayi tanpa pakaian, kecuali popok/ bilibottom
3) Ubah posisi bayi setiap 3 jam

5
4) Ketika fototerapi dimulai, periksa kadar bilirubin setiap 24 jam
5) Pantau subuh tubuh bayi
6) Observasi status hidrasi bayi, pantau intake dan output cairan
7) Edukasi dan motivasi orangtua / keluarga bayi
8) Dokumentasikan nama bayi, no RM, tanggal dan jam dimulai dan
selesainya fototerapi, jumlah jam pemakaian alat fototerapi dalam
lembar dkomentasi pemakaian alat.
9) Dokumentasikan pula tanggal dan jam penggunaan fototerapi,
tampilan klinis bayi, dan tindakan lainnya yang dilakukanterkait
fototerapi dalam lembar dokumentasi perawatan bayi.
Hal-hal yang harus diperhatikan
1) Toksisitas cahaya terhadap retina bayi yang imatur sehingga selama
pemberian fototerapi, penutup mata harus terpasang (Maisels &
McDonagh, 2008).
2) Gunakan diapers selama fototerapi untuk melindungi genetalia bayi
(Wong et al., 2009).
6. Durasi Fototerapi
Lamanya durasi fototerapi selah satunya ditentukan oleh nilai total serum
bilirubin saat mulai fototerapi dan fototerapi dihentikan jika nilai total
serum bilirubin mencapai nilai kurang dari 12 mg/dl (Moeslihchan et al,
2004 dalam Rahmah et al, 2013).

B. Tepid Sponge Bath


1. Definisi
tepid sponge bath adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh
darah supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid
sponge ini hampir sama dengan kompres air hangat biasa, yakni
mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah
menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi
lagi kain bila kering. Berdasarkan penelitian dari Isnaeni (2014)
kompres tepid sponge hangat lebih efektif dari kompres hangat.

6
2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh pada
anak yang sedang mengalami demam. Menurut Wong DL & Wilson D
(1995) manfaat dari pemberian tepid sponge adalah menurunkan suhu
tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman,
mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang
mendasari demam.

3. Teknik tepid spong bath


a. Tahap Persiapan
1) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat
(37°C), lap mandi/wash lap, handuk mandi, selimut mandi, perlak,
termometer digital.
2) Cuci tangan 6 langkah sebelum kontak dengan pasien dan demgan
lingkungan pasien.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid
water sponge.
2) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tepid
water sponge.
3) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
antipiretik pada klien.
4) Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan perlak.
5) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi.
6) Kemudian basahkan wash lap atau lap mandi, usapkan mulai dari
kepala, dan dengan tekanan lembut yang lama, lap seluruh tubuh,
meliputi leher, kedua ketiak, perut, ekstremitas atas dan lakukan
sampai ke arah ekstremitas bawah secara bertahap. Lap tubuh klien
selama 15 menit. Pertahankan suhu air (37°C).
7) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan
air hangat lalu ulangi tindakan seperti diatas.

7
8) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera
setelah suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti klien dengan
selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan
mudah menyerap keringat.
4. Mekanisme kerja

Pada dasarnya, mekanisme kerja dari tepid sponging sama dengan


kompres hangat pada umumnya, namun dengan teknik yang sedikit
dimodifikasi. Ketika pasien diberikan kompres hangat, maka akan ada
penyaluran sinyal ke hypothalamus yang memulai keringat dan vasodilatasi
perifer. Karena itulah blocking dilakukan pada titik-titik yang secara
anatomis dekat dengan pembuluh besar. Vasodilatasi inilah yang
menyebabkan peningkatan pembuangan panas dari kulit (Potter, Patricia
A., Perry, Anne G; 2010).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhadap
bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010 dalam Shinta,
2015). Fototerapi merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang
bertujuan untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau
mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat
untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu
fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang
mempengaruhi intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang gelombang
sinar, jarak sinar ke pasien yang disinari, luas permukaan tubuh yang
terpapar dengan sinar serta penggunaan media pemantulan sinar.

tepid sponge bath adalah sebuah teknik kompres hangat yang


menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh
darah supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid sponge ini
hampir sama dengan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima
titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan
dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila kering.
Berdasarkan penelitian dari Isnaeni (2014) kompres tepid sponge hangat lebih
efektif dari kompres hangat.

B. Saran

Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di


atas merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan
kami untuk memperoleh data dan informasi karena terbatasnya pengetahuan
kami.

Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Dengan segala pengharapan dan
keterbukaan, kami menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-
tulusnya.Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat
kepada pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bunyaniah, Dahru. 2013. Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada


Bayi Baru Lahir Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Diunduh11 oktober
2015.
Maling, B. 2012. Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak Usia 1-10 Tahun dengan Hipotermia (Studi Kasus
Di RSUD Tugurejo, Semarang). Portal garuda
.
Isnaeni, M. 2014. Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh antara Kompres Hangat dan
Water Tepid Sponge pada Pasien Anak Usia 6 Bulan - 3 Tahun dengan
Demam di Puskesmas Kartasura Sukuharjo. Jurnal ums.ac.id

10

Anda mungkin juga menyukai