Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS DENGAN HIPOGLEKIMIA

Dosen Pembimbing :

Ns.Yofa anggraini, S. Kep, M. Kes, M. Kep

Disusun Oleh :

DWI MAYA SARI


NIM : 22.14901.13.05

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG
2023
I. LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLEKIMIA

a. Definisi Hipoglekimia

Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa)

yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11-

mg/dl ( Aina Abata, 2014).Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami

oleh penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula

darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang

dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan

obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain

penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat

dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)

(Nabyl, 2009). Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia

apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998). Definisi kimiawi dari hipoglokemia

adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula

darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997). Hipoglikemia adalah batas terendah kadar

glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan

kadar glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).

b. Anatomi Fisiologi

Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut. Pankreas adalah bagian dari

sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus, dan

juga organ endokrin yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk

mengontrol metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh (Longnecker, 2014).


Gambar Anatomi Pankreas

Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari: Jaringan eksokrin,

berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang disebut sebagai asinus/Pancreatic

acini merupakan jaringan yang menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum.

Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of Langerhans yang tersebar

di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.

Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010) yaitu: Sel α

(sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%),

menghasilkan hormon insulin Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin Sel

F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.


Gambar Asinus dan Pulau Langerhans

c. Klasifikasi

Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)

Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.

Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,

palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)

Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan

bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf

pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,

penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan

perasaan ingin pingsan.

3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)


Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan

orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi,

serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

d.Etiologi

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas

2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang

anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien

tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang

disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila

menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula

darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat

dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam

darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda

konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.


3. Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin.

Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga

kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik

untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa

darah akan menurun.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi

obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah

mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari

maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah

lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi

yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan

penyerapan insulin menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.

Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik

atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan

glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan

kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

9. Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.

Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka

pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80

mg.

11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa

dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum

menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.


e. Tanda dan Gejala

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga

menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan

gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.Pada awalnya tubuh

memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin

(adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan

gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan

kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan

kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke

otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa,

tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.

Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang

permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi

secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang

memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil

insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan

gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya

terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi

dan lebih berat. Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus

sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak

keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,

gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya

ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa

darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :

f. Patofisiologi

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung

pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat

memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam

beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, oak sangat tergantung pada

suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system

saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika jumlah

glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada

kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya

menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di
bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat

menghasilkan koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah

insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,

protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.

1. dehidrasi

2. kehilangan elektrolit

3. asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang

pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini

akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang

berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan

elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria

berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita

ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400

hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-

asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati,

pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari

kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan

menimbulkan asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik

akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti

perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak

tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan

fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit

kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara

pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala

adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat

berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia

yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan

kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang mengalami

hipoglikemia antara lain (Black dan Hawks, 2021) :

a. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi

glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. Biasanya pada penderita

hipoglikemia akan terjadi penurunan kadar glukosa darah <60mg/dL,

b. Pemeriksaan AGD Bisanya masih dalam batas normal namun dapat terjadi asidosis

respiratorik sedang.
c. HBA1c Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula

darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3

bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara

4 - 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan

beresiko terjadinya komplikasi.

d. Pemeriksaan Elektrolit Biasanya tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah

terganggu

e. Pemeriksaan darah lengkap Leukosit, terjadi peningkatan jika terdapat infeksi pada pasien

g. Penatalaksanaan

1. Glukosa Oral

Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-

20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150-

200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola.

Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi

glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram

karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu

gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung

dapat dicoba.

2. Glukosa Intramuskula

Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila
pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram
(4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk
tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg
glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama
12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan
puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin
tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi

3. Glukosa Intravena

Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan

konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai

infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Primary Survey
Airway
 Apakah jalan napas paten atau terganggu.

Breathing
 Kaji usaha bernapas: frekuensi, kedalaman, pola napas, penggunaan otot bantu napas.
 Pergerakan dada paradoksal atau tidak simetris (fail chest)
 Adanya luka (pada kasus open pneuomothorax)
 Hiperekspansi (pada kasus tension pneumothorax)
 Adanya udara di subkutan (kerusakan pada trakea atau brokial)
 Suara napas tidak sama menunjukkan adanya kesalahan tempat pemasangan pipa
endotrakeal, pneumotoraks, hemotoraks, cedera paru, sumbatan benda asing. Suara
tambahan seperti wheezing, stridor, crakel. Bising usus pada dada menujukkan adanya
ruptur diafragma.
 Saturasi oksigen: oksimetri nadi.
 Ventilasi: monitoring end-tidal CO2

Circulation
 Nadi: ada atau tidak, lemah, kuat, cepat, lambat.
 Kulit: wara, suhu, kelembapan, pengisian kapiler
 Irama Jantung/suara jantung: bersih dan jelas, murmur, menjauh, S3, atau S4
 Tekanan darah dan tekanan nadi di kedua ekstremitas atas (aortic disruption).

Disability
 PengkajianTingkat kesadaran
 Keluhan: nyeri, sesak, mati rasa
 Trauma leher
 Fungsi sensori dan motorik kasar

Secondary Survey
I. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. Health Promotion
a. Kesehatan Umum
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada esktremitas,luka
yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.

b. Riwayat Masa lalu


riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya. Kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi
dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-
saudaranya. Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard

c. Riwayat Perjalanan Penyakit saat ini


Pada pasien ditemukan gejala awal biasanya adanya peningkatan kadar gula darah,
pasien seringkali mengalami keletihan dan kelalahan. Pola umum yang sering ditemui
yaitu poliphagi, polidipsi, poliuri.

d. Riwayat Pengobatan
Apakah ada riwayat pengobatan sebelumnya ataupun alergi obat.

e. Kemampuan mengontrol Kesehatan


Menggambarkan perilaku dalam mengatasi masalah kesehatan
f. Faktor sosial ekonomi
Menggambarkan status pekerjaan, penghasilan, asuransi Kesehatan, dll
g. Pengobatan sekarang
menggambarkan nama obat,takaran, frekuensi, takaran dosis, kandungan, dan manfaat

2. NUTRITION
a. Antropometri
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1. berat badan sekarang dan berat badan sebelumnya
2. Lingkar perut
3. Lingkar kepala
4. Lingkar dada
5. Lingkar lengan atas
6. IMT
b. Biochemical
meliputi data laboratorium yang abnormal
c. Clinical
meliputi tanda-tanda klinis rambut,turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva
anemis/tidak
d. Diet
Meliputi nafsu makan, jenis makanan dan frekuensi makan
e. Energi
Meliputi kemampuan pasien dalam beraktifitas selama sakit
f. Faktor penyebab masalah nutrisi
Meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan, mengunyah, dll)
g. Penilaian status gizi, bagaimana status gizi
h. Pola asupan cairan, berapa banyak total cairan yang masuk perhari
i. Cairan masuk, berapa jumlah input cairan perhari
j. Cairan keluar, berapa jumlah output cairan perhari
k. Bagaimana penilaian status cairan/ balance
l. pemeriksaan abdomen meliputi :
 inspeksi : kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi
 palpasi : kaji apakah ada nyeri tekan
 perkusi : kaji apakah terdengar bunyi thympani
 auskultasi : kaji bunyi peristaltik usus

3. ELIMINATION
a. System urinary
1. Pola pembuangan urine
Meliputi : frekuensi dan jumlah
2. Adakah riwayat kelainan kandung kemih
3. Pola urine
Meliputi : jumlah, warna , dan bau
4. Adakah distensi kandung kemih/ retensi urine

b. System gastrointestinal
1. Pola eliminasi
Meliputi : frekuensi, warna dan bau
2. Adakah konstipasi, dan faktor penyebab konstipasi
c. System integumen
Meliputi : kaji integritas kulit,turgor, warna dan suhu

4. AKTIVITY/REST
a. Istirahat / tidur, meliputi :
1. waktu tidur
2. Adakah insomnia
3. Adakah pertolongan untuk merangsang tidur
b. Aktivitas
1. Pekerjaan saat ini
2. Adakah kebiasaan olagraga
c. ADL meliputi :
1. Apakah ada bantuan saat makan
2. Apakah toileting dilakukan dengan bantuan
3. Bagaimana kebersihan
4. Bagaimana cara dalam berpakaian
d. Adakah bantuan ADL
e. Kaji kekuatan otot
f. ROM
g. Apakah ada resiko untuk cedera
h. Cardio respons meliputi :
1. Adakah riwayat penyakit jantung
2. Adakah edema ekstremitas
3. Periksa tekanan darah dan nadi saat berbaring dan duduk
4. Pemeriksaan jantung meliputi :
 Inspeksi : kaji apakah ada pembesaran vena ingularis
 Palpasi : kaji apakah nadi teraba jelas dan frekuensi nadi
 Perkusi : kaji batas-batas jantung
 Auskultasi : kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan
i. Pulmanory Respons
1. Adakah Penyakit sistem pernafasan
2. Berapa banyak penggunaan oksigen
3. Bagaimana kemampuan bernafas
4. Apakah ada gangguan pernafasan
5. Pemeriksaan paru-paru meliputi :
 Inspeksi : kaji kesimetrisan, gerak nafas
 Palpasi : kaji kesimetrisan taktil fremitus
 Perkusi : kaji adanya suara paru (pekak,redup, sono, hipersonor, timpani)

5. PERCEPTION/ COGNITION
a. Orientasi / Kognisi yang dikaji meliputi :
1. Tingkat Pendidikan
2. Kurang pengetahuan terhadap penyakit
3. Bagaimana pengetahuan tentang penyakit
4. Orientasi ( waktu, tempat, orang )
b. Sensasi / Persepsi
1. Adakah riwayat penyakit jantung
2. Apakah pernah sakit kepala
3. Apakah ada penggunaan alat bantu
4. Bagaimana penginderaan
c. Communication
1. Bahasa apa yang digunakan
2. Adakah kesulitan dalam berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. self concept / self esteem meliputi :
1. Bagaimana perasaan sehat / takut terhadap penyakit
2. Bagaimana perasaan putus asa / kehilangan terhadap penyakit
3. Adakah keinginan untuk menciderai
4. Apakah adanya luka / cacat

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan yang dikaji meliputi :
1. Status hubungan
2. Siapakah orang terdekat
3. Adakah perubahan konflik / peran
4. Bagaimana perubahan gaya hidup
5. Bagaimana interaksi dengan orang lain

8. SEXUALITY
a. Identitas seksual yang perlu dikaji meliputi :
1. Bagaimana Masalah / disfungsi seksual
2. Bagaimana periode menstruasi
3. Metode KB apa yang digunakan
4. Adakah Pemeriksaan sadari
5. Adakah Pemeriksaan papsmear

9. COPING / STRESS TOLERANCE


a. Coping Respon meliputi :
1. Apakah adanya rasa sedih / takut / cemas terhadap penyakit
2. Bagaimana kemampuan untuk mengatasi sakitnya
3. Bagaimana perilakunya yang menampakkan cemas

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan meliputi :
1. Adakah kegiatan keagamaan yang diikuti
2. Bagaimana kemampuan untuk berpartisipasi
3. Adakah kegiatan kebudayaan yang diikuti
4. Bagaimana kemampuan menentukan masalah yang dihadapi

11. SAFETY / PROTECTION


a. Apakah ada riwayat alergi
b. Apakah ada riwayat penyakit autoimun
c. tanda infeksi : adakah hasil pemeriksan laboratorium yang abnormal
d. gangguan termogulasi, adakah peningkatan suhu tubuh
e. Gangguan / Resiko
Meliputi : komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsineurovaskuler
peripheral, perdarahan, hipoglikemia, syndrome disuse, gaya hidup yang tetap.

12. COMFORT
a. Kaji Kenyamanan / nyeri meliputi :
1. Provokes (yang menimbulkan nyeri)
2. Quality (bagaimana kualitasnya)
3. Regio (dimana letaknya)
4. Skala (berapa skalanya)
5. Time (waktu)
b. Bagaiman rasa tidak nyaman lainnya
c. Bagaimana Gejala yang menyertai

13. GROWTH / DEVELOPMENT


a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST
c. Terapi bermain

b. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul

Diagnosis keperawatan adalah fase kedua proses keperawatan. Pada fase ini, perawat
menggunakan ketrampilan berfikir kritis untuk menginterprestasikan data pengkajian dan
mengidentifikasi kekuatan serta masalah klien. Diagnosis adalah langkah yang sangat penting
dalam proses asuhan keperawatan. Semua aktivitas sebelum fase ini ditunjukkan untuk
merumuskan diagnosis keperawatan; semua aktivitas perencanaan asuhan telah fase ini
didasarkan pada diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien
adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi

2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan kosentrasi hemoglboin

3. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

4. Kerusakan integritas kulit b.d Adanya hiperglikemi, ulkus diabetikum pada tangan, serta

perubahan sirkulasi ke jaringan

5. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi DM

c. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosis NOC NIC


Keperawatan
1 Ketidak efektifan - Respiratory status : Manajemen Pernafasan
pola nafas b.d Ventilation - Monitor pola nafas
hiperventilasi - Respiratory status : - Monitor bunyi nafas
Airway patency - Monitor sputum
- Pertahankan kepatenan jalan
Kriteria Hasil : nafas
- suara nafas yang - Posisikan semi fowler
bersih, tidak ada - Lakukan fisioterapi dada
sianosis dan - Berikan oksigen
dyspneu (mampu - Edukasi teknik batuk efektif
bernafas dengan bila diperlukan
mudah, tidak ada - Ajarkan teknik relaksasi
pursed lips) nonfarmakologi : terapi dzikir
- Menunjukkan jalan - Kolaborasi pemberian
nafas yang paten bronkodilator
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
- Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)

2 Perfusi perifer Tujuan Perawatan Sirkulasi


tidak efektif  Circulation status - Periksa sirkulasi perifer
 Fluid Balance - Identifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi
kriteria hasil: - Lakukan pencegahan infeksi
 Tekanan systole dan - Hindari pemasangan infus
diastoledalam batas atau pengambilan darah di
normal area keterbatasan perfusi
 Tidakada gangguan - Lakukan hidrasi
mental,orientasi - Edukasi program diet untuk
kognitif dankekuatan memperbaiki sirkulasi (rendah
otot lemak jenuh, minyak ikan
 Tidakada oedem omega 3)
perifer danasites - Informasikan tanda dan gejala
Membran mukosa darurat.
lembab Kolaborasi dengan dokter
tentang transfusi darah.
3 ketidakstabilan Ketidakstabilan kadar Manajemen hiperglikemi
kadar glukosa glukosa dara - Identifikasi penyebab
darah Kriteria hasil : hiperglikemia
- Kadar glukosa darah - Monitor kadar glukosa darah
dalam batas normal - Monitor tanda dan gejala
- Kadar glukosa darah hiperglikemia
dalam urine dalam - Berikan asupan cairan oral
batas normal - Latih pasien menggunakan
- Pasien tidak latihan otot progresif
mengalamai keletihan - Ajarkan monitor glukosa
darah secara mandiri
- Kolaborasi pemberian insulin

4 Kerusakan  Tissue Integrity : Perawatan Luka


integritas kulit Skin and Mucous  Monitor karakteristik luka
Membranes  Monitor tanda-tanda infeksi
 Wound Healing :  Bersihkan dengan cairan NaCl
primer dan sekunder  Berikan salep sesuai ke
kriteria hasil: kulit/lesi
a. Integritas kulit yang  Pertahankan teknik steril saat
baik bisa dipertahankan merawat luka
(sensasi, elastisitas,  Berikan suplemen vitamin dan
temperatur, hidrasi, minetal
pigmentasi)
 Jelaskan tanda dan gejala
b. Tidak ada luka/lesi
infeksi
pada kulit
 Anjurkan mengkonsumsi
c. Perfusi jaringan baik
tinggi kalori dan protein
d. Menunjukkan
pemahaman dalam  Kolaborasi pemberian
proses perbaikan kulit antibiotik
dan mencegah terjadinya
sedera berulang
e. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
f. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
5 Nyeri akut  Pain Control Manajemen Nyeri
 Pain level  Identifikasi lokasi,
Kriteria hasil karakteristik, durasi,
NOC label : Pain frekuensi, durasi, kualitas,
Control intensitas nyeri
a. Klien melaporkan  Monitor skala nyeri
nyeri berkurang  Berikan teknik
b. Klien dapat mengenal nonfarmakologis : teknik
lamanya (onset) nyeri nafas dalam
c. Klien dapat  Edukasi tentang penyebab dan
menggambarkan faktor pemicu nyeri
penyebab  Edukasi cara memonitor nyeri
d. Klien dapat secara mandiri
menggunakan teknik non  Edukasi penggunan teknik
farmakologis nonfarmakologi
e. Klien menggunakan  Kolaborasi pemberian
analgesic sesuai instruksi analgetik

6 Intoleransi Energy consevation Manajemen Energi


Aktivitas Airway tolerance - Identifikasi gangguan fungsi
berhubungan tubuh yang mengakibatkan
dengan imobilitasKriteria Hasil : kelelahan
- Berpatisipasi dalam - Monitor kelelahan fisik dan
aktifitas fisik tanpa emosional
disertai peningkatan - Monitor pola dan jam tidur
tekanan darah, nadi - Sediakan lingkungan yang
dan RR nyaman
- Mampu melakukan - Lakukan latihan rentang
aktifitas sehari gerak
(ADLs) secara andiri - Berikan aktivitas distraksi
- Tanda tanda vital yang menenangkan
normal - Ajarkan tirah baring
- Mampu berpindah : - Ajarkan melakukan aktivitas
dengan atau tanpa bertahap
bantuan alat Kolaborasi dengan ahli gizi
- Status tentang cara meningkatkan nafsu
kardiopulmunari makan.
adekuat
- Sirkulasi status baik
- Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
7 Kurang Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
pengetahuan Kriteria hasil :  Identifikasi kesiapan dan
berhubungan  Perilaku pasien sesuai kemampuan menerima
dengan kurangnya anjuran informasi
informasi DM  Pasien dapat  Sediakan materi dan media
menjelaskan pendidikan kesehatan
pengetahuan tentang  Berikan kesempatan untuk
penyakit bertanya
 Pasien dapat  Jelaskan faktor risiko yang
berperilaku sesuai dapat mempengaruhi
anjuran penyakit
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat

Daftar Pustaka

Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute
Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL.
Naskah publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai