Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

Nama : DELLA VIRA AFRIANA


NPM : 2015750008

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang rendah. Dalam
keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus.
Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan,
aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr
Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat
timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar
tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:

1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang

mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga

mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

3.  Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme

yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme

Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke

dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)


Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan

baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit

kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan

perasaan ingin pingsan.

Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)


Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi

hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan

kesadaran.

B. ETIOLOGI

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas

b.  Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk

menurunkan kadar gula darahnya

c.  Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

d.  Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1.    Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi

gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik,

sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila

menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.

2.      Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang

kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang

dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah

hipoglikemia.

3.      Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda

akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu,

olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

4.      Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5.      Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari

terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin

kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

6.      Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari.

Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan

ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.

7.      Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan

mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi

seimbang.

8.      Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini

menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar

ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

9.      Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk

meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.

10.   Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.

11.   Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun

saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

C. PATOFISIOLOGI

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan

sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen

di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak

sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam

system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja

otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun

hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),

sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata,

keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis

yang penting pada diabetes ketoasidosis.

1. dehidrasi

2. kehilangan elektrolit

3. asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu

produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam

upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa

bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria

berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic

yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida

selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan

gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi

produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan

mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah,

badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.

Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,

kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh

cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup

ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir

serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat

terjadi pada hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga pasien

memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat

mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan

kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

 Pathway Hipoglikemia
E. PENATALAKSANAAN

1.  Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-   20 gram glukosa

oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung

glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam

coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10-

20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat,

pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.             

2.  Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah

hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari

cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan

gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa

intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4

sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan

biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja    1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga
10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5

sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian

glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi

3.  Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV

sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA

Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam
bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak
yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa
glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan
biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya
diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA

1. Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya

antara 70- 110 mg/dl.

2. Gula darah 2 jam post prandial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3. HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena

pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin

terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang

tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

4.  Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.

5.  Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

PENGKAJIAN PADA HIPOGLIKEMIA


Pengkajian Primer

1. Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi

jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :

Chin lift/ Jaw thrust

Suction

Guedel Airway

  Instubasi Trakea

2. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :

Beri oksigen

Posisikan semi Flower

3. Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah

Cek capillary refill

Auskultasi adanya suara nafas tambahan

Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.

Cek Frekuensi Pernafasan

Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan

Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4.  Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali

tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk

memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

Pengkajian sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1. Keluhan utama :

sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2. Riwayat :

o    ANC
o    Perinatal

o    Post natal

o    Imunisasi

o    Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga

o    Pemakaian parenteral nutrition

o    Sepsis

o    Enteral feeding

o    Pemakaian Corticosteroid therapi

o    Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika

o    Kanker

3.   Data fokus

Data Subyektif:

o  Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

o  Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin

o  Rasa lapar (bayi sering nangis)

o  Nyeri kepala

o  Sering menguap

o  Irritabel

Data obyektif:

o  Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,

o  Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata

berputar-putar, menolak makan dan koma

o  Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe


          Data subyektif :

1. Riwayat penyakit dahulu

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain,

stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang

mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.

         
 Data Obyektif

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda :

Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma.

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,

penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi

yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola

mata cekung

c. Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK

baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat

berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),

abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)

e. Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat,

penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit

kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan

kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

f. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan

penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa

lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat

berhati-hati

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya

infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat

i.  Keamana

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar

kalium menurun dengan cukup tajam)


j. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat

sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin

atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan

dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan metabolisme, dan kurang
asupan makanan.

I. PERENCANAAN

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL

1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Intervensi mandiri: 1. Adanya bunyi

jalan nafas b.d inflamasi, tindakan 1. Auskultasi ronchi

obstruksi jalan nafas keperawatan… bunyi nafas menandakan

X24 jam tambahan : terdapat

diharapkan jalan ronchi, penumpukan

nafas normal wheezing. secret berlebihan

dengan kriteria 2. Berikan di jalan nafas.

hasil : posisi 2. Posisi

1. Frekuensi dan nyaman memaksimalkan

irama nafas untuk ekspansi paru

dalam batas mengurangi dan menurunkan

normal (16- dispnea. upaya

20x/mnt) 3. Bersihkan pernapasan.

2. Tidak ada secret dari 3. Mencegah

sputum mulut dan obtruksi atau

3. Klien mampu trakea : aspirasi.

mengeluarkan lakukan Penghisapan

sputum secara penghisapan dapat diperlukan


efektif sesuai bila klien tak

keperluan. mampu

4. Anjurkan mengeluarkan

asupan sekret sendiri.

cairan 4. Mengoptimalkan

adekuat keseimbangan

5. Ajarkan cairan dan

batuk efektif membantu

Intervensi mengencerkan

kolaborasi : secret sehingga

6 .kolaborasi mudah di

pemberian keluarkan.

oksigen 5. Fisioterapi

7. kolaborasi dada/back

pemberian massage dapat

broncodilator membantu

sesuai indikasi. menjatuhkan

secret yang ada

di jalan nafas.

6. Meringankan

kerja paru untuk

memenuhi

kebutuhan

oksigen serta

memenuhi

kebutuhan

oksigen dalam

tubuh.

7. Broncodilator

meningkatkan

ukuran lumen

percabangan

trakeobronkial

sehingga

menurunkan

tahanan terhadap
aliran udara.
Gangguan perfusi jaringan 1.   Agar pasien lebih
2. serebral b.d disfungsi Setelah dilakukan Intervensi mandiri:
system saraf pusat akibat kooperatif
1.   Jelaskan kepada
hipoglikemia tindakan
2.   Perubahan tekanan
pasien tentang
keperawatan CSS merupakan potensi
tindakan yang akan
resiko herniasi batang
selama…x24 jam dilakukan
otak
2.  Pertahankan
diharapkan
3.   aktivitas seperti ini
posisi tirah baring
gangguan perfusi akan meningkatkan
dengan posisi kepala
intra thorak dan
jaringan cerebral head up
abdomen yang dapat
3.   Bantu pasien
normal dengan
meningkatkan TIK
untuk berkemih,
kriteria hasil : 4.   Pengkajian
membatasi batuk,
1.Tingkat kecenderungan adanya
muntah, mengejan,
kesadaran perubahan tingkat
anjurkan pasien
komposmentis kesadaran dan potensial
napas dalam selama
2.   2 .Disorientasi peningkatan TIK sangat
pergerakan
tempat, waktu, berguna dalam
4.   Pantau status
orang secara tepat menentukan lokalisasi
neurologis dengan
3.   3. TTV dalam 5.   Perubahan pada
teratur
batas normal (suhu frekuensi jantung
5.   Pantau TTV
35,5ºC – 37,5ºC, mencerminkan
nadi 60-100 trauma/tekanan batang
x/menit, tekanan otak
darah 120/80
mmHg)

3. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan Intervensi 1. Untuk mengetahui

kebutuhan tubuh yang b.d tindakan Mandiri: status nutrisi pasien

perubahan metabolism, dan keperawatan 1. Kaji status saat ini

kurang asupan makanan selama…x24jam nutrisi pasien 2. Untuk memberikan

diharapkan 2. Jaga kebersihan rasa nyaman klien

perubahan nutrisi mulut, anjurkan dan meningkatkan

kurang dari untukmelakuka nafsu makan.

kebutuhan tubuh n oral hygiene 3. Untuk mengetahui

dapat teratasi 3. Kaji makanan makanan yang

dengan krireria kesukaan dan disukai klien agar

hasil : makanan yg klien mau makan

1. Intake nutrisi tidak disukai 4. Untuk mengetahui

tercukupi klien adanya penurunan

2. Makan habis 1 4. Monitor berat dan kenaikan berat

porsi badan klien badan klien.

3. BB normal secara rutin. 5. Nutrisi yang tepat


Intervensi sesuai anjuran ahli

kolaborasi : gizi dapat memenuhi

5. Kolaborasi kebutuhan asupan

dengan ahli gizi yang dibutuhkan

untuk tubuh

menentukan

jumlah kalori

dan nutrisi yang

dibutuhkan

pasien.

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NAMA MAHASISWA : Desty ramadhani putri


TANGGAL : 04 September 2021
JAM : 14 : 11 WIB.
NAMA PASIEN : Tn.A
UMUR : 48
JENIS KELAMIN : Laki laki
AGAMA : Islam
PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : Buruh
STATUS PERKAWINAN : Menikah

KELUHAN UTAMA : klien mengeluh kepada keluarga bahwa merasa gelisah , mual , dan pusing. Klien
mempunyai riwayat diabetes melitus tipe II sejak 9 tahun yang lalu

PENGKAJIAN PRIMER DIAGNOSIS KEPERAWATAN TINDAKAN


AIRWAY

BREATHING

CIRCULATION

DISABILITY

EXPOSURE
Muka Belakang
EVALUASI HASIL PENGKAJIAN PRIMER JAM: ……………………. WIB
 GCS: …………………  Nadi: ………………….  RR: …………………...  Urin output: …………

PENGKAJIAN SEKUNDER JAM: ……………………. WIB

Tanda vital
 GCS: …………………  Nadi: ………………….  RR: …………………...  Urin output: …………
Pemeriksaan Head to toe:
Kepala dan leher :

Dada :

Abdomen :

Punggung :

Pelvis dan ekstremitas :

ANAMNESIS (KOMPAK)
Keluhan : …………………………………………….. Alergi : ……………………………………………..
Obat : …………………………………………….. Kejadian : ……………………………………………..
Penyakit : ……………………………………………..
HASIL PMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Rontgen : ………………………………………… USG : ……………………………………………..
Laboratoriu : ………………………………………… Lainnya : ……………………………………………..
m : …………………………………………
CT Scan
TERAPI YANG DIBERIKAN :

ANALISIS DATA HASIL PENGKAJIAN SEKUNDER

DATA ETIOLOGI DIAGNOSIS KEPERAWATAN

DIGNOSIS KEPERAWATAN PRIMER DAN SEKUNDER:

1.

2.

3.
ASUHAN KEPERAWATAN

NO
TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI IMPELEMENTASI EVALUASI PARAF
DX
CATATAN PASIEN KELUAR IGD

Keadaan umum

Kesadaran :

GCS :

Tanda Vital :

TD :

N :

RR :

SaO2 :

Terpasang alat :

Tindakan yang telah diberikan:

Obat-obatan yang telah diberikan:

Pasien keluar:

 Rawat inap di:  Menolak  Di rujuk ke RS:  Pulang  Meninggal

……... dirawat …......

DAFTAR PUSTAKA
Herdman,  Heather.  2010.  Nanda International  Diagnosis Keperawatan  Definisi 
dan Klasifikasi  2009-  2011.  Jakarta: EGC
Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental 
Practice.  Inggris:  Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic  Hypoglycemia  With Glucagon: 
an  Underutilized Therapeutic  Approach.  Dove Press Journal
McNaughton,  Candace  D.  2011. Diabetes  in  the  Emergency Department: 
Acute  Care  of Diabetes  Patients.  Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi,  Bambang.  2011. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL. Naskah
publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai