Anda di halaman 1dari 11

Kebutuhan Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Wilayah Perdesaan

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia

DOSEN: ADE ANGGRAINI KARTIKA DEVI S.PD.M.PD

DISUSUN OLEH
Nama : Desty Ramadhani Putri
Kelas : 1B (8801190034)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS KEDOKTERAN
DIII KEPERAWATAN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jaminan kesehatan masyarakat adalah salah satu cara untuk
membantu masyarakat miskin dan tidak mampu untuk memudahkan
masyarakat supaya biayanya terasa ringan.Tujuannya supaya akses dan
mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu
agar tercapai derajat kesehatannya.
Jaminan kesehatan masyarakat ini telah lama sebelum munculnya
BPJS. Namun, jaminan kesehatan sudah tidak ada lagi dan sudah
digantikan dengan program baru oleh BPJS kesehatan. BPJS adalah salah
satu jaminan kesehatan asuransi kesehatan bagi masyarakat. Karena BPJS
adalah program dari pemerintah, maka semua rakyat miskin ditanggung
kesehatannya oleh pemerintah.
BPJS kesehatan disalah satu desa terpencil juga masih belum bisa
tercapai karena adanya ketidaktersediaan obat-obatan pada katalog obat
BPJS. Selain itu, BPJS kesehatan di wilayah terpencil masih sangat
terbatas dan tidak menjangkau beberapa daerah.
Fenomena yang terjadi di Indonesia sekarang ini tentang tingkat
kesehatan dalam masyarakat adalah sulitnya akses dalam pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin. Hal ini tidak saja terjadi di perkotaan,
namun juga terjadi di perdesaan. Sehingga muncul kata dalam masyarakat
bahwa orang miskin dilarang sakit.
Kesulitan pelayanan tersebut utamanya dipengaruhi oleh faktor
finansial. Beberapa contoh dapat dilihat di daerah-daerah di Indonesia
pada masyarakat miskin yang menderita sakit parah atau penyakit
tergolong berat tidak dapat disembuhkan karena ketiadaan biaya
pengobatan sehingga pada akhirnya lambat ditangani atau sama sekali
tidak ditangani sehingga pada akhirnya penyakitnya semakin parah nahkan
berakibat kematian.
Berdasarkan beberapa faktor diatas, pemerintah membuat Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk masyarakat miskin.
Tujuannya adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
terhadap seluruh warga miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kualitas kesehatan kepada masyarakat, terutama pada orang miskin, yaitu
mulai dari Jamkesmas. Namun, program tersebut dianggap belum efektif
berjalan sehingga pemerintah membentuk program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui BPJS kesehatan.
Kurangnya implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional
tersebut juga dipicu dari pihak masyarakat yang kurang mengetahui akan
pentingnya mengikuti program yang diadakan pemerintah tersebut.
Sehingga, masyarakat lebih memilih untuk merogoh kocek dari kantong
sendiri. Padahal pemerintah sudah memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakat kurang mampu, seperti Jamkesmas.

B. Rumusan masalah
Bagaimana kebutuhan jaminan kesehatan masyarakat di
perdesaan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui faktor atau kendala pada Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat di masyarakat perdesaan
D. Manfaat
Untuk memberikan masukan tentang implementasi Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian jaminan kesehatan

Jaminan kesehatan adalah salah satu cara untuk mengurangi beban


pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan masyarakat. Sebagian besar
masyarakat perdesaan yang mempunyai tingkat kemampuan
membayar pelayanan kesehatan rendah belum mempunyai jaminan
kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) MENURUT uu
Nomor 40 Tahun 2004 adalah badan hukum yang dibentuk dengan
Undang-Undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian masyarakat
membutuhkan jamkesda. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran
masyarakat yang tinggi terhadap pembiayaan kesehatan. Mereka
semakin sadar ketidakmampuan mengakses pelayanan rawat inap.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian analisis kemampuan
dan kemauan membayar pelayanan kesehatan pada masyarakat yang
tidak mempunyai jaminan pelayanan kesehatan. Dalam memanfaatkan
pelayanan rawat inap, kemampuan bayar pelayanan kesehatan
masyarakat jauh lebih rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak
terlindungi jaminan pemeliharaan kesehatan terutama masyarakat yang
mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang, maupun buruh.
Disisi lain, pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan pada
masyarakat dengan pembiayaan ditanggung sepenuhnya oleh
masyarakat dapat mengakibatkan pembengkakan biaya pelayanan
kesehatan. Terdapat fakta di beberapa negara berkembang bahwa
pemberian perlindungan secara finansial terhadap pelayanan kesehatan
Penggunaan pelayanan kesehatan secara berlebihan tersebut
dilakukan oleh masyarakat near poor dengan mendaftarkan diri
sebagai masyarakat miskin agar memperoleh jaminan kesehatan.
Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan Jamkesda sangat
diperlukan sehingga tidak menyebabkan ketergantungan pada
pemerintah daerah. Akan tetapi, dukungan dari semua stakeholde
termasuk pemerintah adalah faktor utama selain faktor kesiapan
sumber daya manusia.
Penelitian ini menemukan tidak sesuai dengan pernyataan bahwa
kebutuhan dan demand terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, sosial budaya, dan keadaan sosial ekonomi.hasil
tersebur tidak sesuai hasil kaena berbagai faktor yang memengaruhi
permintaan asuransi.
Demand pelayanan kesehatan dipengaruhi beberapa faktor
pendapatan, kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan
demand untuk pelayanan kesehatan. Hasil analisis secara ekonometri
menunjukkan bahwa kondisi ekonomi rumah tangga yang berkaitan
dengan responden mempunyai pengaruh yang signifikan.
Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan terdapat perbedaan
proporsi responden dengan kebutuhan Jamkesmas. Tidak terdapat
perbedaan secara statistik ini yang menyebabkan tidak terdapat
hubungan antara pendidikan dengan kebutuhan Jamkesmas.
Hasil penelitian bahwa proporsi responden yang paling
membutuhkan Jamkesmas adalah yang berpendidikan dasar (77,1%)
dan yang terendah adalah yang tidak sekolah (40,0%). Namun, tidak
terdapat perbedaan proporsi responden antara berbagai tingkat.
Seharusnya, responden yang berpendapatan rendah lebih
membutuhkan di bandingkan responden yang berpendapatan lebih
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua tingkat pendidikan
membutuhkan Jamkesda.
Secara teoretis, seseorang dengan pengetahuan yang baik tentang
Jamkesmas akan mempunyai kebutuhan Jamkesmas yang lebih tinggi
di bandingkan dengan seseorang yang mempunyai pengetahuan kurang
baik.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang
membutuhkan Jamkesmas. Proporsi responden yang mempunyai mutu
PPK yang baik sebesar 72,2% di bandingkan dengan responden yang
mempunyai keyakinan mutu PPK yang kurang baik sebesar 71,7%.
Hal ini menunjukkan kebutuhan Jamkesmas yang sama antara
responden yang mempunyai keyakinan mutu PPK kurang baik.
Penelitian ini menunjukkan proporsi responden yang mempunyai pola
pembiayaan kesehatan yang kurang baik membutuhkan Jamkesmas
sebesar 78,0%.
Secara teoretis, seharusnya responden yang mempunyai pola
pembiayaan kesehatan yang baik lebih membutuhkan Jamkesmas. Hal
ini menunjukkan fenomena berbeda dengan teori yang ada.
Namun,tidak terdapatnya perbedaan signifikan antara kebutuhan
Jamkesmas pada kedua kelompok responden ini menyebabkan tidak
terdapatnya hubungan keyakinan mutu PPK dengan kebutuhan
Jamkesmas.
BAB III
METODE

1. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


penelitian observasional dengan desain studi cross sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan
pada variabel terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan
untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel
lainnya.

Penelitian menggunakan desain studi cross sectional karena untuk


mengambil sebuah sampel dari populasi dalam suatu waktu, dan
memeriksa status paparan pada titik waktu yang sama dari masing-
masing individu dalam sampel tersebut.

Selain itu, studi cross sectional lebih efisien untuk menurunkan


hipotesis baru. Tetapi, lebih lemah untuk pengujian hipotesis
kausal jika dibandingkan dengan kasus kontrol.

2. Subjek penelitian

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa daerah cenderung


mengalami hambatan jaminan pelayanan kesehatan yang masih
rendah, sehingga partisipasi masyarakat dalam pembiayaan
jamkesmas sangat diperlukan supaya tidak menyebabkan
ketergantungan pada pemerintah daerah.

3. Metode pengumpulan data

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain


studi cross sectional. Penarikan sampel dilakukan secara acak dan
didapatkan jumlah sampel sebesar 130 orang.

4. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di 5 kecamatan yaitu Kecamatan


Kembaran, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Jatilawang,
Kecamatan Cilongok, dan Kecamatan Baturaden.

5. Analisis data dan Penyajian Data

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan analisis


regresi logistik dengan metode metode Backward Wald.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh bersama semua variabel penelitian
pengetahuan tentang Jamkesmas, kepercayaan terhadap mutu
pelayanan kesehatan, dan pola pembiayaan kesehatan terhadap
kebutuhan Jamkesmas.
DATAR PUSTAKA

Sunarto. Sistem pembiayaan dan skema kelembagaan jaminan kese-


hatan daerah Kota Yogyakarta. Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 2011; 5 (6): 275-82.

Kurniawan A, Intiasari. Analisis kemampuan dan kemauan membayar


masyarakat pada pelayanan rawat jalan tingkat pertama puskesmas di
Kabupaten Banyumas. Jawa Tengah; 2010

Nguyen H, Rajkotia Y, Wang H. The financial protection effect of Ghana


national health insurance scheme: evidence from a study in two rural district.
International Journal for Equity in Health. 2011; 10: 4.Available from:
http://www.equityhealthj.com/content/10/I/4

Khun S, Manderson L. Poverty, userfees, and ability to pay for health


care for children with suspect dengue in rural Cambodia. International
Journal for Quality in Health. 2008; 10. Available from: http://
www.equityhealthj.com/content/7/I/10

Spenkuch JL. Adverse selection and moral hazard among the poor: evi-
dence from a randomized experiment. Working Paper Series. 2011

Utami BS, Hendartini J. Evaluasi penetapan tarif pelayanan esensial pa-


da pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan. 2006; 9 (1).

Schultz E. Use of health and nursing care by the elderly. The European
Network of Economic Policy Research Institutes Research Report.
2004: 2.
Muliaddin, Mukti AG, Budiningsih N. Analisis pembiayaan keluarga
miskin di Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2005; 8 (3)

Iwan, Ali GM, Sigit R. Evaluasi besaran premi terhadap kesesuaian


paket pelayanan kesehatan pada jaminan pemeliharaan kesehatan dae-
rah. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2008; 11 (2)

Siregar A. Persepsi masyarakat terhadap kebijakan pembebasan biaya


retribusi pelayanan kesehatan dasar di puskesmas Kota Medan.
Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara; 2004.

Mulyoto D. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan


asuransi beasiswa pada AJB bumiputera 1912 kantor operasional
Yogyakarta Gondomanan. 2006.

Kirigia JM, Sambo LG, Ngandu B, Mwabu GM, Chatura R, Mwase T.


Determinant of health insurance ownership among South African
women. Health Services Research. 2005; 5 (17). Available from: http://
www.biomedcentral.com/1472-6963-5-17

Zhu JM, Zhu Y, Liu R. Health insurance for rural/township school-


children in Pinggu, Beijing: coverage rate, determinants, disparities, and
sustainability. International Journal for Quality in Health. 2008; 7 (23).
Available from: http://www.equityhealthj.com/content/7/I/23.

Trisnantoro L. Memahami penggunaan ilmu ekonomi dalam manajemen


rumah sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2006

Asfawa A, Braun JV. Can community health insurance schemes shield


the poor against the downside health effects of economic reforms? the
case of rural Ethiopia. Journal of Health Policy. 2004; 70: 97-108.

Kurniawan A, Gamelia E. Pengaruh faktor predisposisi dan faktor pen-


dukung terhadap kesinambungan kepesertaan JPKM di Puskesmas
Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Jurnal Kesmas Indonesia. 2008

Anda mungkin juga menyukai