Tentang :
NURSING MODEL
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Model konseptual mengacu pada ide – ide global mengenai individu,
profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia
3
tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai
masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah
dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga
dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam
4
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam
BAB 2
TINJAUAN TEORI
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari
5
Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles.
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
6
model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasikeperawatan.
B. FILOSOFI
Filosofi tidak didasarkan terhadap hal yang bersifat empiris, tetapi
teori ini.
7
Humanism menegaskan bahwa seseorang atau pengalaman
adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan. Roy
8
fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri keadaan
adaptive adalah fungsi yang muncul ketika ada stimulus dan level
adaptasi..
Stimulus adalah setiap factor yang mengakibatkan sebuah respon.
1984 ).
Setelah mengembangkan teorinya, Roy mempresentasikan teori
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima
9
sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “
ini. Beberapa koping ada yang bersifat genetik seperti : WBC (sel
10
Transmitter dari sistem regulator berupa kimia, neural atau sistem
11
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara
dengan damai.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur
stimulus tertinggi.
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus
terdiri dari :
12
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang
tidak.
Level adaptasi dapat menjadi data masukan yang akan
compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk
otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord
13
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
b. Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
14
dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
bagian yaitu :
15
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran,
1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan
16
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
kedudukannya
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
17
memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di
dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik
18
yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
19
samping itu pasien pun harus di pandang sebagai suatu system yang dapat
potensial maladaptif.
2. Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap
residual.
a. Identifikasi stimuli focal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi.
20
b. Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur
21
mengobservasi tingkah laku klien terhadap pengaruh lingkungan.
keperawatan :
eliminasi.
d. Aktifitas dan istirahat
Ketidak adequate aktifitas & istirahat
Keterbatasan mobilitas & Koordinasi
Intoleransi aktifitas
Immobilisasi
Sleep deprivation
Resiko gangguan pola tidur
Kelelahan (Fatigue)
e. Proteksi
Gatal-gatal
Infeksi
Ketidak efektifan koping thd perubahan status imun
22
Kulit Kering
f. Sense
Resiko injuri
Kehilangan kemampuan self-care
Resiko distorsi komunikasi
Stigma
Sensori monoton / distorsi
Nyeri akut
Gangg. Persepsi
Koping tak efektif thd perubahan sensori
g. Cairan dan elektrolit
Dehidrasi
Udem
Retensi cairan intra sel
Hyper/Hypo Kalsemia, kalemia, Natrium
Ketidakseimbngan asam-basa
Ketidakefektifan regulasi system Bufer pda perub. pH.
h. Fungsi neurologi
Penurunan tingkat kesadaran
Pengurangan fungsi memori (daya ingat)
Konpensasi tak efektif pd penurunan fgs. Kognitif
Resiko terjadi kerusakan otak sekunder
i. Fungsi endokrin
Ketidakefektifan regulasi/pengaturan hormon yg
panas
Ketidak efektifan perkembangan reproduksi
Ketidak stabilan system hormone
Ketidak stabilan siklus internal stress.
2) SELF KONSEP MODE
a. Physical Self
Gangguan body image
Disfungsi seksual
Kehilangan
Rape Trauma syndrome
b. Personal self
Ansietas
Ketidak berdayaan
Perasaan bersalah
Harga diri rendah
3) ROLE FUNCTION MODE
23
a. Transisi Peran
b. Konflik Peran
c. Gangguan / Kehilangan Peran
II. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
adalah : mode
fisiologis, konsep diri dan interdependensi.
Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼
tampak kurus, hal ini membuat klien mengalami gangguan Body Image
( Mode Konsep diri ), kondisi ini juga mengakibatkan klien tidak dapat
24
koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai
dengan kemampuan individu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku
adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab
selama pengkajian tahap II.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah
laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif
jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
BAB 4
25
PENERAPAN TEORI MODEL CALISTA ROY
Kasus :
yang timbul sejak 7 hari lalu.Tn.A mengeluh kaki kanan terasa nyeri
keadaannya . Saat ini ia juga mengeluh sering BAK bahkan pada malam
kadang suka lupa dan dia menyalahkan kondisi ini pada istrinya.
38,5C. Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah –marah dan Tn
26
Pada kasus Tn. A, digunakan teori adaptasi Roy yang diawali dengan
1. Mode fisiologis
a. Oksigenasi : RR : 20 x/menit,
b. Nutrisi : menurut istrinya Tn A tidak patuh terhadap diet nya.
c. Eliminasi : sering BAK bahkan pada malam haripun sering
baik.
b. Personal self : Harga diri terganggu karena beban finansial dan
hospitalisasi
3. Mode fungsi peran
4. Mode interdependensi
kadang suka lupa dan klien menyalahkan kondisi ini pada istrinya.
27
Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah –marah.
mempengaruhi perilaku :
1. Fokal Stimuli :
Terdapat luka pada daerah kaki kanan, ada pus dan bau menyebar,
S : 38,5C ( mengalami infeksi )
pp : 400 mg/dl.
2. Contextual Stimuli
3. Residual Stimuli
1. Mode Fisiologik
28
a. Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan penurunan regulasi
infeksi
4. Mode Interdependency
OHO atau insulin sesuai program medis, rawat luka dengan aseptik
teknik
29
3. Gambaran diri pasien menjadi positif : jelaskan bahwa kondisi ini
terjadi juga pada pasien lain, suport dengan nilai- nilai moral dan
emosi yang terjadi pada pasien adalah sesuatu yang bisa diantisipasi,
kembali utuh
lingkungannya
30
3. Pasien nampak menerima perubahan fungsi primer : lebih relaks,
DAFTAR PUSTAKA
Andrews A Heather (1991), The Roy Adaptation Model The Definitive Statement,
Appletion & Lange, California
31
Fitzpatrick & Whall (1989), Conceptual Models of Nursing, Appleton & Lange,
California
Tomey & Alligood (2006), Nursing Theorist, Mosby Elsevier, United States of
Amerika
32