Anda di halaman 1dari 21

PENELITIAN KUALITATIF

ETNOGRAFI

Disusun oleh

KELOMPOK 4

Citra Anggraini 167046045


Lina Berliana Togatorop 167046046
Andriani Mei Astuti 167046047
Siti Cahaya Meliza 167046048
Ismuntania 167046049
Kipa Jundapri 167046050
Fajar Amanah Ariga 167046051
Youlanda Sari 167046052
Hariati 167046053
Meszadena Tumanggor 167046054
Sylvia Marlina Turnip 167046055
Fauziah 167046056
Ginvera Ivan Inanda Ginting 167046057
Abdullah Husein 167046058

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Etnografi adalah salah satu metode kualitatif yang tertua dari riset social.
Perawat telah menggunakan etnografi untuk mempelajari berbagai topik penting
untuk keperawatan, termasuk kualitas hidup anak setelah transplantasi jantung;
budaya rumah Taiwan jompo; dan pengambilan keputusan oleh para profesional
hospice. Ini hanya beberapa contoh bagaimana perawat menggunakan etnografi
untuk lebih melayani orang-orang yang dipercayakan kepada mereka. Untuk
sepenuhnya memahami mengapa ada komitmen untuk penelitian etnografi,
penting untuk melihat dasar etnografi sebagai metode penelitian (Streubert &
Carpenter, 2011)
Antropologi adalah identik dengan etnografi. Hasil kerja antropolog adalah
etnografi (Muecke, 1994 dalam Streubert & Carpenter, 2011). Pada awal tahun
1960-an, referensi dapat ditemukan mengenai nilai pendekatan etnografi sebagai
sarana untuk mempelajari budaya keperawatan. Ahli etnografi perawat awal
memeluk metode antropologi untuk mempelajari fenomena yang mereka anggap
yang tereduksi atau tidak dapat dibuat objektif.
Metode penelitian etnografi ini sangat tepat untuk meneliti masalah budaya,
dan biasanya selalu terpilih sebagai metode penelitian antropologi. Untuk
menjelaskan lebih rinci, maka kelompok membahas makalah etnografi dalam
penelitian kualitatif.

1.2. Tujuan
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat :
a. Mengetahui pengertian etnografi
b. Mengetahui bentuk etnografi
c. Mengetahui karakteristik dasar etnografi
d. Mengetahui instrument pengumpul data etnografi
e. Mengetahui langkah-langkah penelitian etnografi
f. Mengetahui kelebihan dan kelemahan penelitian etnografi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Etnografi


Metode etnografi adalah metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan,
menganalisa, dan menafsirkan unsur-unsur dari sebuah kelompok budaya seperti
pola perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu.
Fokus dari penelitian ini adalah budaya (Cresswell, 2012).
Etnografi adalah jenis penelitian kualitatif yang melibatkan deskripsi dan
interpretasi budaya dan perilaku budaya. Budaya mengacu pada cara sekelompok
orang hidup-pola aktivitas manusia dan struktur simbolik (misalnya, nilai-nilai
dan norma-norma) yang memberikan aktivitas tersebut penting (Pollit & Beck,
2008).
Menurut Spradley (1980 dalam Streubert & Carpenter, 2011), etnografi
merupakan karya yang menggambarkan budaya. Deskripsi budaya atau adegan
budaya harus dipandu oleh keinginan yang kuat untuk memahami kehidupan
individu lain sehingga peneliti menjadi bagian dari adegan budaya tertentu.
Tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya
dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.

2.2. Bentuk Etnografi


Bentuk etnografi menurut Muecke (1994 dalam Streubert & Carpenter, 2011)
ada 4 jenis, yaitu:
1. Etnografi klasik meliputi penjelasan perilaku dan demonstrasi mengapa dan
dalam keadaan apa mereka berperilaku, waktu dilapangan, observasi secara
terus menerus, alasan perilaku, menjelaskan segala sesuatu tentang budaya.
2. Etnografi sistematis yang lebih mendeskripsikan stuktur dari budaya dari pada
mendeskripsikan tentang seseorang dan social interaksinya, emosi dan
materinya. Tipe ini melihat stuktur budaya tentang bagaimana mengatur jalan
hidup dari kelompok yang diteliti.

3
3. Etnografi interpretive atau hermeutic ethnography adalah untuk menemukan
arti dari interaksi sosial yang diamati. Mempelajari budaya melalui analisa
inferensial dan implikasi perilaku yang ditemukan.
4. Critical ethnography dilakukan untuk mengkritik teori, peneliti dan anggota
dari budaya untuk kemudian bersama-sama membuat skema kultural.

2.3. KARAKTERISTIK DASAR ETNOGRAFI


Ada 6 karakteristik penelitian etnografi (Streubert & Carpenter, 2011),
sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai instrumen
Ketika antropolog berbicara tentang peneliti sebagai instrumen, mereka
menunjukkan peran signifikan etnografer bermain dalam mengidentifikasi,
menafsirkan, dan menganalisis budaya yang diteliti. Cara utama dimana
peneliti menjadi instrumen adalah melalui wawancara, mengamati, merekam
data budaya, dan memeriksa artefak budaya.
Etnografer menjadi bagian dari budaya yang sedang dipelajari untuk
merasakan apa yang dirasakan orang-orang dalam sebuah situasi.
Peneliti etnografi, meskipun menjadi bagian dari adegan budaya, tidak akan
pernah sepenuhnya memiliki pandangan emic (pandangan dari dalam), tetapi
juga memiliki pandangan etik (pandangan orang luar). Pandangan emic
adalah pandangan yang mencerminkan bahasa kelompok budaya, keyakinan,
dan pengalaman. Salah satu cara etnografer adalah dengan mewawancarai
anggota kelompok, mengamati perilaku mereka, dan mengumpulkan artefak
budaya. Pandangan etik adalah pandangan orang luar dengan interpretasi.

2. Fieldwork (Kerja Lapangan)


Semua penelitian etnografi terjadi di lapangan. Peneliti pergi ke lokasi budaya
yang menarik. Secara fisik menempatkan diri di lingkungan budaya penelitian
adalah karakteristik mendasar dalam semua pekerjaan etnografi.
3. Siklik Alami dari Penggumpulan Data dan Analisis
Dalam Penelitian etnografi, sebuah pertanyaan tentang perbedaan
pengalaman manusia ditemukan dalam budaya. Menurut Agar (1982, 1986
dalam Streubert & Carpenter, 2011 ) telah menunjukkan, salah satu masalah
bagi ahli etnografi adalah bahwa tidak ada batas yang jelas antara persamaan
dan perbedaan dalam pengalaman manusia. Oleh karena itu, peneliti yang
terlibat dalam proses yang berkesinambungan dari wawancara, observasi,
meninjau bahan, menganalisis data tersebut, dan kembali ke lapangan untuk
melakukan lebih wawancara, melakukan observasi lebih, dan mengumpulkan
artefak tambahan. Menurut Spradley (1980) dan Spradley dan McCurdy
(1972) dalam Streubert & Carpenter (2011) menunjukkan, studi berakhir
bukan karena peneliti telah menjawab semua pertanyaan atau benar-benar
menggambarkan budaya, tetapi karena waktu dan sumber daya yang habis.

4. Fokus pada Budaya


Etnografi adalah satu-satunya metode penelitian yang tujuan utamanya adalah
untuk memahami cara hidup individu terhubung melalui keanggotaan
kelompok. Menurut Boyle (1994 dalam Streubert & Carpenter, 2011)
menyatakan, "Etnografi berfokus pada sekelompok orang yang memiliki
kesamaan". Adalah penting bahwa peneliti etnografi berusaha untuk
menemukan dan menafsirkan makna budaya yang ditemukan dalam
kelompok yang terhubung. Sayangnya, budaya sulit untuk diartikan (Roper &
Shapira, 2000 dalam Streubert & Carpenter, 2011).

5. Keterlibatan dalam Budaya (Cultural Immersion)


Karakteristik lain dari etnografi adalah kedalaman etnografer berpartisipasi
dalam budaya yang diteliti. Partisipasi peneliti telah disebut cultural
immersion (keterlibatan dalam budaya), yang mengharuskan peneliti hidup di
antara orang-orang yang diteliti. Sebagai contoh, jika seorang peneliti perawat
tertarik dalam mempelajari budaya keluarga mengatasi human
immunodeficiency virus di anggota keluarga, peneliti akan perlu untuk
menempatkan dirinya sendiri dalam kehidupan keluarga tersebut. Peneliti

5
akan mengamati bagaimana masing-masing fungsi keluarga di dalam dan di
luar rumah,. Berdasarkan wawancara, observasi, partisipasi dalam budaya,
dan meninjau artefak budaya, perawat peneliti akan menafsirkan dan menarik
kesimpulan tentang budaya berdasarkan penemuan nya sambil
mengumpulkan data.

6. Refleksivitas
Refleksivitas menggambarkan perjuangan antara menjadi peneliti dan
menjadi anggota dari budaya. Meskipun penting bagi peneliti untuk tetap
objektif dan tetap fokus pada penelitian, pada tingkat tertentu, namun peneliti
menjadi anggota dari budaya sehingga memiliki potensi kehilangan
objektivitas mereka dalam melakukan penelitian.

2.4. Instrumen Pengumpul Data Etnografi


Wolcott (dalam Creswell, 2012), menampilkan beberapa teknik pengumpulan
data. Observasi dan wawancara terstruktur sangat populer di kalangan ahli
etnografi. Adapun instrumen pengumpul data pada penelitian etnografi
selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Merupakan serangkaian pertanyaan yang diajukan peneliti kepada subjek
penelitian. Mengingat karakter etnografi yang naturalistik, maka bentuk
pertanyaan atau wawancara yang dilakukan merupakan pertanyaan terbuka
dan sifatnya mengalir, meski demikian untuk menjaga fokus penelitian ada
baiknya seorang peneliti memiliki panduan wawancara yang sifatnya
fleksibel. Setiap wawancara yang dilakukan, peneliti harus memperdalamnya
dengan cara membuat catatan hasil wawancara dan observasi. Karena itu,
kegiatan wawancara akan selalu menghasilkan pertanyaan baru yang sifatnya
memperdalam apa yang telah diterima dari subjek penelitan. Dalam konteks
memperdalam data, proses wawancara dapat dilakukan secara spontan
maupun terencana.
2. Observasi partisipan (participant observation)
Untuk mengetahui secara detail langsung bagaimana budaya yang dimiliki
individu atau sekelompok masyarakat maka seorang peneliti etnografi harus
menjadi “orang dalam”. Menjadi “orang dalam” akan memberi keuntungan
peneliti dalam menghasilkan data yang sifatnya natural. Peneliti akan
mengetahui dan memahami apa saja yang dilakukan subjek penelitian,
perilaku keseharian, kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan keseharian,
hingga pada pemahaman terhadap simbol-simbol kehidupan subjek penelitian
dalam keseharian yang bisa jadi orang lain tidak memahami apa sebenarnya
simbol itu. Menjadi orang dalam memberikan akses yang luar biasa bagi
peneliti untuk menguak semua hal tanpa sedikitpun halangan, karena subjek
penelitian akan merasa kehadiran peneliti tak ubahnya sebagai bagian dari
keluarganya, sehingga tidak ada keraguan dan hambatan bagi subjek untuk
berperilaku alami, sebagaimana layaknya dia hidup dalam keseharian. Namun
demikian, menjadi orang dalam melalui kegiatan observasi partisipan tidak
menjadikan peneliti larut hingga tidak bisa membedakan dirinya dengan diri
subjek penelitian. Posisi inilah yang harus benar-benar dijaga dalam
melakukan riset etnografi.
3. Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)
Merupakan kegiatan diskusi bersama antara peneliti dengan subjek penelitian
secara terarah. Dalam konteks ini sebenarnya kemampuan peneliti untuk
menyajikan isu atau tema utama, mengemasnya dan kemudian mendiskusikan
serta mengelola diskusi itu menjadi terarah dalam arti proses diskusi tetap
berada dalam wilayah tema dan tidak terlalu melebar apalagi sampai
menyertakan emosi subjek secara berlebihan menjadi kata kunci dari proses
diskusi yang baik. Diskusi kelompok terarah ini bisa diawali dengan
pemilihan anggota diskusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti,
ataupun dapat saja dilakukan dengan secara acak, namun tetap
memperhatikan kekuatan masing-masing peserta diskusi, mulai dari tingkat
pendidikan, intelektualitas, pengalaman bahkan keseimbangan gender.
Dengan penetapan ini, merupakan langkah untuk menghindari ketimpangan
atau dominannya satu kelompok atau individu dalam sebuah diskusi.

7
Kemudian, dilanjutkan dengan tema yang akan diusung peneliti, dan
diskusikan secara bersama. Proses inilah yang kemudian oleh peneliti dicatat
secara rinci untuk kemudian dijadikan dasar pijak untuk memperdalam dan
memperkaya data etnografi.
4. Sejarah hidup (Life history)
Merupakan catatan panjang dan rinci sejarah hidup subjek penelitian. Melalui
catatan sejarah hidup ini peneliti etnografi akan memahami secara detail apa
saja yang menjadi kehidupan subjek penelitian dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya termasuk budaya yang ada di lingkungannya. Catatan
sejarah hidup, menghendaki kemampuan peneliti untuk jeli dalam melihat
setiap detail kehidupan seseorang, sehingga tergambar dengan jelas
bagaimana jalan kehidupan subjek penelitian dari lahir hingga dewasa
sehingga terketemukan peristiwa-peristiwa penting yang menjadi titik balik
(turning point) dalam sejarah kehidupan subjek penelitian. Meski hampir
sama dengan pola autobiografi, namun terdapat perbedaan terutama pada
upaya yang lebih kuat dalam penulisan untuk menghindari subjektivitas
penulis.
5. Analisis dokumen (Document analysis).
Analisis dokumen diperlukan untuk menjawab pertanyaan menjadi terarah,
disamping menambah pemahaman dan informasi penelitian. Mengingat
dilokasi penelitian tidak semua memiliki dokumen yang tersedia, maka ada
baiknya seorang peneliti mengajukan pertanyaan tentang informan-informan
yang dapat membantu untuk memutuskan apa jenis dokumen yang mungkin
tersedia. Dengan kata lain kebutuhan dokumen bergantung peneliti, namun
peneliti harus menyadari keterbatasan dokumen, dan bisa jadi peneliti
mencoba memahami dokumen yang tersedia, yang mungkin dapat membantu
pemahaman.
2.5. Langkah-langkah penelitian Etnografi
Spradley (1980 dalam Streubert & Carpenter, 2011) mengidentifikasi 11
langkah dalam melakukan penelitian etnografi:
a. Mendapatkan Akses
Salah satu pertimbangan pertama ketika memulai studi etnografi adalah untuk
memutuskan tujuan. Berdasarkan tujuan penyelidikan, peneliti dapat
menentukan ruang lingkup proyek. Setelah peneliti telah memutuskan pada
lingkup proyek, langkah berikutnya adalah untuk mendapatkan akses ke
budaya. Karena etnografi memerlukan studi tentang orang, kegiatan di mana
mereka terlibat, dan tempat-tempat di mana mereka tinggal, untuk melakukan
penelitian, peneliti harus mendapatkan akses ke budaya. Akses paling mudah
ketika para peneliti telah jelas menyatakan tujuan penelitian dan telah berbagi
bagaimana mereka akan melindungi kerahasiaan peserta. Memperoleh akses
menggunakan prosedur yang tepat, akan mulai membangun kepercayaan yang
dibutuhkan untuk berhasil di lapangan.
b. Melakukan Pengamatan Partisipan
Dimulai ketika peneliti mulai mengajukan pertanyaan tentang budaya yang
dipilih. Selain mengajukan pertanyaan, peneliti akan mulai melakukan
pengamatan. Ada tiga jenis pengamatan: deskriptif, fokus, dan selektif.
Pengamatan deskriptif mulai saat peneliti memasuki situasi sosial. Etnografer
akan mulai dengan menggambarkan situasi sosial, mendapatkan gambaran
situasi, dan menentukan apa yang sedang terjadi. Setelah menyelesaikan jenis
observasi, peneliti akan melakukan observasi deskriptif lebih terfokus.
Pengamatan ini dihasilkan dari pertanyaan peneliti meminta selama fase
deskriptif awal. Sebagai contoh, sementara di klinik peneliti menemukan
bahwa perawat bertanggung jawab untuk mengajar kesehatan. Pengamatan
terfokus diperlukan untuk melihat secara khusus pada jenis pengajaran
kesehatan dilakukan oleh perawat dalam pengaturan. Berdasarkan
pengamatan terfokus ini, peneliti melakukan pengamatan lebih selektif.
Misalnya, peneliti mengamati bahwa hanya dua dari tujuh perawat di klinik
melakukan apapun pengajaran kesehatan dengan klien dengan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Sebuah wawancara selektif atau

9
observasi yang melibatkan dua perawat akan membahas pertanyaan tambahan
tentang mengapa anggota staf klinik berperilaku seperti yang mereka lakukan.
c. Membuat Catatan Etnografi
Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal
lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga
sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu,
melainkan cukup sederhana saja. Yang penting, peneliti bisa mencatat jelas
tentang identitas informan.
d. Menmbuat pengamatan deskriptif.
Setiap ahli etnografi kali berada dalam situasi sosial, mereka umumnya akan
melakukan observasi deskriptif tanpa pertanyaan spesifik dalam pikiran.
Spradley (1980 dalam Streubert & Carpenter, 2011) telah mengidentifikasi
sembilan dimensi utama untuk setiap situasi sosial:
1. Ruang mengacu pada tempat fisik atau tempat-tempat dimana budaya yang
menarik melakukan interaksi sosial. Contoh: klinik rawat jalan, ruang akan
mencakup tata letak fisik dari situs pemberian perawatan.
2. Aktor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari budaya diteli. Contoh:
perawat, dokter, klien, pekerja pemeliharaan, sekretaris dan resepsionis
staf, dan anggota keluarga klien di klinik akan menjadi aktor.
3. Kegiatan adalah tindakan oleh anggota budaya. Dalam contoh klinik,
kegiatan akan mencakup perawatan yang diberikan kepada klien dan
percakapan antara anggota kelompok budaya.
4. Objek di contoh klinik akan mencakup artefak seperti alat yang digunakan
untuk perawatan, pamflet dibaca oleh klien, catatan staf, dan menit
pertemuan. Benda mati termasuk dalam ruang di bawah penelitian dapat
memberikan wawasan budaya.
5. Setiap tindakan tunggal yang dilakukan oleh anggota kelompok adalah
tindakan. Contoh dari tindakan yang diamati di klinik akan menjadi alas an
obatnya.
6. Sebuah acara adalah serangkaian kegiatan terkait dilakukan oleh anggota
budaya. Contoh, etnografer satu hari dapat mengamati staf memberikan
pesta ulang tahun untuk klien lama.
7. Dokumen peneliti saat dia melakukan pengamatan dan ketika kegiatan
terjadi saat itu.
8. Hal yang berhubungan secara khusus untuk kelompok yang berharap agar
anggota mampu mencapainya
9. Peneliti juga harus mencatat perasaan untuk setiap situasi sosial, termasuk
emosi yang dinyatakan atau diamati. Misalnya, selama pesta ulang tahun,
staf yang merayakannya untuk klien lama, etnografer bisa mengamati air
mata dari klien, sorak-sorai oleh staf, dan kemarahan oleh anggota
keluarga. Merekam perasaan untuk membuat kesimpulan budaya.
e. Membuat analisis domain.
Sepanjang pengumpulan data, etnografer yang diperlukan untuk menganalisis
data. Untuk mulai memahami makna budaya, etnografer harus menganalisis
situasi sosial yang mereka amati. Situasi sosial adalah tidak sama dengan
konsep budaya, melainkan, "mengacu pada aliran perilaku (kegiatan) yang
dilakukan oleh orang-orang (pelaku) di lokasi tertentu (tempat). Analisis
situasi sosial akan menyebabkan penemuan adegan budaya. Adegan budaya,
istilah etnografis, mengacu pada budaya yang diteliti (Spradley, 1980).
Langkah pertama dalam analisis adalah dengan melakukan analisis domain.
Etnografer melakukan fokus analisis domain pada situasi tertentu.
Menghasilkan domain analisis mengarah etnografer untuk mengajukan
pertanyaan tambahan dan melakukan pengamatan lebih lanjut untuk
mengeksplorasi peran dan hubungan dari anggota kelompok budaya.
f. Membuat pengamatan terfokus
Berdasarkan analisis domain selesai, etnografer akan perlu melakukan
pengamatan baru dan mengumpulkan materi tambahan. Analisis domain
harus menjadi dorongan untuk putaran berikutnya pengamatan. Para peneliti
mengidentifikasi kategori domain yang membutuhkan pengembangan dan
kemudian kembali ke situs penelitian. Dalam contoh klinik, berdasarkan
identifikasi dari berbagai jenis perawat di klinik, etnografer akan ingin fokus
pada berbagai jenis perawat dan menemukan peran khusus mereka dan
kegiatan. Informasi ini dapat memberikan wawasan penting ke dalam budaya.

11
g. Membuat analisis taksonomik
Analisis taksonomi adalah analisis lebih mendalam dari domain peneliti telah
dipilih sebelumnya. Para peneliti sedang mencari kategori yang lebih besar
yang domain mungkin milik. Dalam contoh klinik, "perawat di klinik" adalah
kategori yang diidentifikasi dalam analisis domain. Perawat adalah jenis
orang di klinik. Selain itu, ada jenis lain dari perawat. Perawat dapat
dikategorikan berdasarkan latar belakang pendidikan mereka: berlisensi
perawat praktis (LPNs), perawat terdaftar (RNS), praktisi perawat (NP), dan
spesialis perawat klinis (CNSS). kategori ini dapat dipecah lebih lanjut
berdasarkan fokus klien untuk siapa perawat peduli dalam budaya tertentu
yang diteliti.
Setelah menyelesaikan analisis ini, etnografer akan mencari hubungan antara
bagian-bagian atau hubungan dengan keseluruhan. Berdasarkan kategori baru,
peneliti akan melakukan pengamatan tambahan dan mengajukan lebih banyak
pertanyaan.
h. Membuat pengamatan selektif.
Melalui pengamatan selektif, peneliti akan lebih menyempurnakan data yang
mereka kumpulkan. pengamatan selektif akan membantu untuk
mengidentifikasi "dimensi kontras". selektif akan membantu untuk
mengidentifikasi "dimensi kontras" (Spradley, 1980, hal. 128). Spradley
menawarkan beberapa jenis pertanyaan yang akan membantu para peneliti
melihat perbedaan dalam dimensi kontras. Pertanyaan tersebut berusaha
untuk mengidentifikasi perbedaan antara dua domain.
Kita dapat mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang
berbeda, seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, simpanan, dan
sebagainya.
i. Membuat analisis komponen.
Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Hal
ini untuk menghindari jika ada hal-hal yang masih perlu ditambah, segera
dilakukan wawancara ulang kepada informan.
j. Menemukan tema-tema budaya.
Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis
etnografi. Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya,
berarti keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru
peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema
yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
k. Menulis etnografi.
Tujuan penulisan etnografi adalah untuk berbagi dengan orang-orang tentang
apa yang peneliti telah pelajari. Jika menulis untuk komunitas ilmiah, rincian
akan menjadi penting. Jika menulis untuk pers populer, wawasan dengan
eksemplar akan paling berguna. Jika menulis untuk sebuah organisasi dalam
bentuk laporan formal, peneliti harus memperhatikan detail-detail yang
mencerminkan kekhawatiran yang mengarahkan penyelidikan.

2. 6. Kelebihan dan Kelemahan Etnografi


Gall (2003) menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari penelitian
etnografi.
1. Kelebihan
Kelebihan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai
berikut:
a. Menghasilkan pemahaman yang mendalam. Karena yang dicari dalam
penelitian ini bukan hal yang tampak, melainkan yang terkandung dalam
hal yang nampak tersebut
b. Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang berarti
memiliki tingkat falidasi yang tinggi.
c. Menghasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci
d. Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang akan diteliti.
e. Membantu kemampuan beinteraksi karena menuntut kemampuan
bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.
2. Kelemahan
Kelemahan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai
berikut:

13
a. Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan
budaya peneliti.
b. Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan data dan
mengelola data.
c. Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis peneliti,
ketika peneliti kembali kebudaya asalnya.
d. Peneliti yang tidak memiliki kemampuan sosialisasi, terdapat
kemungkinan penolakan, dari masyarakat yang akan diteliti.
BAB III
KESIMPULAN

Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang


terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk
memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli
menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di
lapangan dalam latar alami. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam
sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan
anggota kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak
secara jeli. Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar
metodologinya dari antropologi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and


Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person
Education, Inc.
Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003) Educational Research: An
Introduction, Seventh Edition. New York: Pearson education Inc
Polit, D. F dan Cherly T. Beck. (2008). Essensial Of Nursing Research;
Appraising Evidence for Nursing Practice. Seventh Edition. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins
Streubert, Helen J dan Dona Rinaldi Carpenter. (2011). Qualitative Research In
Nursing; Advancig The Humanistic Imperative. Fifth Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins.
TELAAH JURNAL

Judul : Entry into Nursing: An Ethnographic Study of Newly Qualified


Nurses Taking on the Nursing Role in a Hospital Setting
Penulis : Bjerknes, Mari Skancke Bjork, Ida Torunn
Jurnal :Riset Kualitatif, Study Ethnography
Sumber : Hindawi Publishing Corporation Nursing Research and
Practice Volume 2012, Article ID 690348, 7 pages
Tahun : 2012

RINGKASAN JURNAL
Makalah berjudul “Entry into Nursing: An Ethnographic Study of Newly
Qualified Nurses Taking on the Nursing Role in a Hospital Setting” merupakan
penelitian dari Bjerknes, Mari Skancke Bjork dan Ida Torunn yang dilakukan
pada tahun 2012. Penelitian menggunakan Riset Kualitatif dengan desain Study
Ethnography. Jurnal dipublikasikan pada Hindawi Publishing Corporation
Nursing Research and Practice Volume 2012, Article ID 690348. Masalah yang
diangkat dalam penelitian terkait dengan tingginya tingkat stress yang dihadapi
perawat di bangsal rumah sakit dan telah mengalami perubahan besar dari
keberadaan masa lalu. Perawat baru membutuhkan waktu satu tahun untuk merasa
lebih nyaman dalam bekerja untuk meminimalkan efek shok, dan mengurangi
gesekan dengan perawat lainnya. Permasalah tersebut disebabkan transisi perawat
baru dari dunia pendidikan ke lingkungan rumah sakit yang cukup besar dan
kurang kompeten. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki secara empiris, cara
perawat baru melakukan perannya di rumah sakit. Metode pengambilan data
menggunakan metode observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Data yang
telah terkumpul selanjutnya dianalisa dengan membaca koleksi data yang sudah
ditranskrip secara berulang-ulang sampai peneliti menemukan konsep yang berarti
dari data. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perawat baru lulus
kemungkinan memasuki praktik keperawatan dengan rasa empati dan antusiasme
untuk pofesinya. Namun, potensi dan kesiapan mereka untuk belajar dibatasi oleh

17
organisasi dan keterbatasan tenaga profesionalis termasuk tekanan dan kurangnya
dukungan. Tema yang ditemukan dalam penelitian ini adalah melakukan
perawatan pada pasien, peran dari seorang pemimpin, tantangan menjadi
bertanggung jawab, kegembiraan dari belajar lebih banyak. kurangnya bimbingan.
Kesimpulan yang diambil peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu perlu
mengoptimalkan transisi, struktur organisasi yang benar dan lingkungan yang
mendukung dan memenuhi kebutuhan perawat dalam mengembangkan
kompetensi mereka baik melalui latihan dan orientasi khususnya 1 tahun pertama.

PEMBAHASAN
KAJIAN PENJELASAN

Masalah  Norwegia telah mengalami pergeseran akademis perawat


dari segi keterampilan dan kepedulian sudah mulai
melemah.
 Tingginya tingkat stress yang dihadapi di bangsal rumah
sakit dan telah mengalami perubahan besar dari keberadaan
masa lalu.
 Perawat baru tidak berpengalaman untuk mencipatkan
lingkungan yang mendukung dan jauh dari yang diharapkan.
 Perawat membutuhkan waktu satu tahun untuk merasa lebih
nyaman dan suadh banyak organisasi memperkenalkan
strategi untuk meminimalkan efek shok, dan mengurangi
gesekan.
 Transisi perawat yang cukup besar dan kurang kompeten.
Tujuan Untuk menyelidiki secara empiris, cara perawat baru
melakukan perannya di rumah sakit?

Pertanyaan Apa peluang dan keterbatasan kualitas perawat baru dalam


Penelitian melakukan tindakan keperawatan?
Literature Peneliti menggunakan 42 literature dan mayoritas diantaranya
yang ditelaah adalah journal tetapi jika dilihat jurnalnya berjarak ada sampai
40 tahun (jurnal 1976) dari tahun terbitnya jurnal ini.

Metode Observasi, wawancara, dan analisis dokumen

Sampling  Sampel terdiri dari 13 perawat wanita (new graduates), rata-


rata berusia 25 tahun dan berasal dari Norwegia.
 Partisipan merupakan perawat lulusan baru, yang berjenis
kelamin perempuan. Partisipan telah diberikan inform
concern sebelum diambil data. Peneliti merupakan orang
luar dari rumah sakit sehingga partisipan bisa merasa bebas
untuk
jujur dalam dialog tentang pekerjaan mereka. Subjektivitas
dalam penelitian ini secara tidak langsung menanamkan
konseptual bias dalam proses kerja lapangan, meskipun
upaya pengumpulan dilakukan untuk memastikan bahwa
informan diarahkan jenis data yang dikumpulkan.
Prosedur  Perawat dimonitor sepanjang observasi dan wawancara.
Pengumpulan  Catatan refleksi ditulis oleh mereka tentang pengalaman
Data bekerja dan merawat yang dijadikan sebagai pelengkap data.
 Observer Peneliti mengamati perawat-perawat tersebut saat
pertemuan di ruangan staf, di ruangan pasien, dan di
ruangan lainnya, di ruang pantry, di koridor di setiap waktu
yang berbeda, disiang hari dan malam hari.
 Perawat diikuti oleh seseorang per 4 jam.
 Selama penelitian, peneliti menggunakan pakaian yang
sama seperti perawat dengan tujuan agar perawat lebih
mudah diterima sebagai partisipan alamiah.
 Selama wawancara, peneliti merekam hasil wawancara.
Analisa Data  Peneliti membaca koleksi data yang sudah ditranskrip secara
berulang-ulang sampai peneliti menemukan konsep yang

19
berarti dari data.
 Melakukan analisa teknik dengan menanyakan pertanyaan
terbuka sebagai panduan seperti:
- Apa yang dilakukan new graduate?
- Apa yang mereka bicarakan?
- Dengan siapa mereka bekerja sama?
 Peneliti mengharapkan ada pandangan baru tentang perawat
bekerja dan interpretasi cara-cara baru dalam keperawatan.
Dalam proses ini banyakpertanyaan spesifik yang
dikembangkan, konsistendengan tema dan tanggung jawab
perawat. Kemudian dicari persamaan dan perbedaan dari
setiap hasil jawaban dan observasi individu.
Validitas atau Untuk validasi dan keabsahan data, peneliti merekam hasil
Keabsahan wawancara dan membuat catatan refleksi.
Data

Hasil  Ada 4 tema tetapi tidak ditulis secara sistematis, hasil tidak
terorganisir
 Apa yang menajdi lack of guidance
 Konklusion tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian
Ringkasan a. Melakukan perawatan pada pasien
Tema dan Pasien memilki banyak penyakit dan mereka membutuhkan
Interpretasi perawatan dan observasi siang dan malam
b. Peran dari seorang pemimpin
Belajar menyusun dan menangani permasalahan pasien dan
mengkomunikasin hasil observasi
c. Tantangan menjadi bertanggung jawab
Perawat baru tidak mempersiapkan untuk berbagai perasaan
diprovokasi oleh tanggung jawab sementara terjebak dalam
rutinitas administratif; mereka tidak pernah menyadari
luasnya beban kerja dan konsekuensi bagi kualitas perawatan
mereka.
d. Kegembiraan dari belajar lebih banyak.
Meskipun konflik antara perawatan pasien dan tugas
administratif, perawat baru antusias tentang belajar untuk
melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Diberi berbagai
macam tugas merupakan alasan mereka mulai karir mereka di
rumah sakit.

e. Kurangnya bimbingan.
Kesan umum berasal dari data adalah bahwa perawat baru
mengalami sedikit dukungan atau peluang untuk
mendiskusikan situasi menantang yang mereka temui dalam
pekerjaan. Merekamemerlukan solusi praktis dalam hal ini

Pembahasan Terlampir

Kesimpulan  Perlu mengoptimalkan transisi.


 Struktur organisasi yang benar.
 Lingkungan yang mendukung dan memenuhi kebutuhan
perawat dalam mengembangkan kompetensi mereka baik
melalui latihan dan orientasi khususnya 1 tahun pertama.
 Memperhatikan nasib karir mereka di masa depan.

21

Anda mungkin juga menyukai