Anda di halaman 1dari 7

1.

Ethic Of Empowerment
Empowerment/Diberdayakan adalah bertindak dengan integritas untuk
menciptakan lingkungan di mana kita dan orang lain dapat mengembangkan
karakter, kompetensi, dan sinergi. Ini adalah keseimbangan antara otonomi dan
ketergantungan. Ketika kita mengambil sikap atau mengadvokasi beberapa aspek
dari praktik keperawatan kita sebagai sesuatu yang kita inginkan, kita sedang
menciptakan sebuah visi. Karena itu, kami bersedia mengambil risiko untuk itu.
Mengadvokasi ''untuk'' sesuatu menyiratkan mengadvokasi ''untuk'' seseorang untuk
mewujudkan visi. Advokasi sebagai praktik etis berarti mengambil tindakan atas
nama seseorang atau sesuatu yang kita yakini(Koggel, 2010). Manfaat empowerment
mendorong orang lain untuk berpikir kritis, memecahkan masalahdan menumbuhkan
sikap kepemimpinan. Oleh karena itu, sebagai perawat, kita perlu mengadvokasi
pasien dan diri kita sendiri. Untuk mengadvokasi membutuhkan beberapa tingkat
kekuatan untuk melakukannya. Untuk melakukan ini, kita harus memilih untuk
diberdayakan dan kemudian mulai dengan visi diri kita sendiri sebagai yang
diberdayakan. Langkah pertama dalam memilih pemberdayaan ini menyiratkan
bahwa, suka atau tidak suka, kepemimpinan untuk mencapai visi kita sepenuhnya
tergantung pada kita. Manfaat tambahan dari memiliki visi adalah bahwa kita telah
memberi makna pada apa yang kita lakukan(Koggel, 2010). Menurut Marquis dan
Huston (2000), Empowerment menumbuhkan kepemimpinan, colleagueship, self-
respect, dan profesionalisme. Empowerment membebaskan tiap anggota dari pemikiran
mekanis dan mendorong berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengaplikasikan
pengetahuan praktek.
Terdapat alasan untuk memberperdayaan perawat yang tidak efektif.
Pemberdayaan ini terdapat tiga komponen.
1. Tempat kerja yang memiliki struktur yang diperlukan untuk mendorong
pemberdayaan.
2. Keyakinan psikologis pada kemampuan seseorang untuk diberdayakan.
3. Pengakuan bahwa ada kekuatan dalam hubungan dan kepedulian yang
disediakan perawat. (Bradbury-Jones, Sambrook, & Irvine, 2008).
American Sentinel College Of Nursing & Health Sciences (2021) Pada tahun
2011 disebuah penelitian bahwa perawat dalam manajemen menegah dalam
lingkungan rumah sakit perawatan akut tidak sepenuhnya diperdayakan. Journal of
Nursing Administration 2014, hanya menemukan tingkat pemberdayaan moderat di
antara 140 manajer perawat klinis di satu sistem perawatan kesehatan besar di timur
laut(Sciences, 2021).
Perawat membutuhkan pemimpin perawat yang tidak hanya merasa
diperdayakan sendiri tetapi memiliki keterampilan untuk memperdayakan perawat
yang mereka awasi. Beberapa manfaat yang diterima oleh perawat yang diperdayakan
dalam berbagai cara:
1. Perawat menunjukan otonomi.
2. Perawat cenderung memeliki keterampilan pengambilan keputusan independent.
3. Perawat dapat berkinerja baik tanpa umpan balik yang konstan.
4. Perawat merasa seperti pemangku kepentingan diseluruh system pengiriman
perawatan.

Perawat lebih cenderung mengembangkan rasa pemberdayaan ketika mereka


bekerja di sebuah organisasi yang menghargai pemberdayaan struktural - misalnya,
dengan memasukkan perwakilan keperawatan dalam proses menciptakan kebijakan.
Ini memberi perawat beberapa pengaruh di bidang-bidang yang secara tradisional
diperintah oleh administrator rumah sakit tingkat eksekutif, dan diketahui membantu
mempromosikan tingkat keunggulan keperawatan tertinggi (Sciences, 2021). Perawat
yang diberdayakan akan berbicara tentang kebijakan rumah sakit dan bidan yang
perlu ditingkatkan.

Ada banyak alasan mengapa pemberdayaan perawat itu penting dan membuat
suaranya terdengar:

1. Sebagai penyedia perawatan garis depan, perawat memiliki pengetahuan paling


langsung tentang praktik yang mendorong kepuasan dan kesejahteraan pasien.
Perawat harus dapat mengartikulasikan wawasan ini kepada administrator yang
mungkin tidak memiliki data langsung seperti itu.
2. Karena sumber daya kesehatan terbatas dan karena ada limbah dalam sistem,
perawat harus menjadi pelayan yang baik dari sumber daya yang ada termasuk
pasokan medis, sumber daya manusia, dan peralatan modal. Perawat dapat, dan
harus, membantu membentuk praktik berbasis bukti di mana sumber daya yang
bersangkutan - bahkan ketika itu sesederhana menyarankan perubahan prosedural
sederhana yang dapat menghemat waktu dan langkah-langkah.
3. Dalam Kode Etik Keperawatan ANA perawat mengidentifikasi bahwa perawat
mempromosikan, mengadvokasi, dan berusaha untuk melindungi kesehatan,
keselamatan, dan hak pasien(Koggel, 2010). Secara khusus menyatakan bahwa
perawat bertanggung jawab untuk terus meningkatkan kualitas dan efektivitas
praktik keperawatan.

Hasil perawatan yang lebih baik


Perawat yang diberdayakan merasa didukung dan pemberdayaan dalam
struktural memiliki efek positif pada individu perawat, yang memiliki efek
memotivasi, meningkatkan kepuasan kerja, menciptakan tim yang diberdayakan, dan
banyak lagi. Selain itu, tim yang diberdayakan dapat melakukan lebih dari sekadar
mempengaruhi moral dan produktivitas staf. Hal ini dapat meningkatkan perawatan
pasien kualitas serta keselamatan pasien(Koggel, 2010)(Sciences, 2021).
Peningkatan Kepuasan Kerja
Pemberdayaan membantu perawat meningkatkan kepuasan kerja mereka
secara keseluruhan, yang penting karena berbagai alasan. Dalam kekurangan
keperawatan saat ini, rumah sakit harus bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk
mempertahankan perawat yang berkualitas dan berpengalaman. Ketika perawat
merasa diberdayakan, mereka lebih bahagia dan kecil kemungkinannya ingin
meninggalkan pekerjaan mereka lebih cepat(Koggel, 2010)(Sciences, 2021).
Pemimpin Perawat Dapat Memberdayakan Orang-Orang di Sekitar Mereka.
Karena berbagai alasan, pemberdayaan itu penting. Beberapa cara pemimpin bisa
memberdayakan perawat dalam sistemnya:
1. Tawarkan visi yang jelas tentang masa depan. Itu membantu para pemimpin
mendapatkan buy-in dan mengembangkan strategi di sekitar visi mereka yang
dapat membawa perubahan.
2. Dorong perawat untuk merasa nyaman dengan perubahan. Perubahan adalah
kepastian dalam lingkungan perawatan kesehatan. Semakin banyak pemimpin
membantu perawat belajar mengelola perubahan, semakin mahir mereka dalam
pekerjaan mereka(Koggel, 2010).
3. Berikan perawat ruang suara. Pemimpin harus mengadakan pertemuan harian
dan mingguan di mana staf memiliki kesempatan untuk berbagi keprihatinan,
mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman dan tantangan pasien mereka.
Sangat penting untuk merancang sistem di mana perawat dilihat dan
didengar(Koggel, 2010).
4. Membantu perawat memajukan pendidikan mereka, yang memungkinkan
mereka untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka dan menemukan
cara untuk memajukan dampak mereka sebagai perawat(Sciences, 2021).

2. Ethic Of Sustainability
a. Definisi
Sustainability atau berkelanjutan yang paling dikenal adalah yang tercantum
dalam Our Common Future, lebih dikenal dengan laporan Brundland: “Mengukur
kebutuhna masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka”. Etika berlanjutan ini penting karena memberikan
pemahaman yang jelas tentang prinsip-prinsip yang membuat kesinambungan
lebih dari sekedar sederhana system pemecahan masalah, tetapi menjadikannya
sebuah ide yang didasarkan pada umumnya dipahami prinsip-prinsip etika. Etika
berkelanjutan didalamnya tercantum hak untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
mendukung kualitas hidup yang baik. Etika berkelanjutan merupakan otoritas
moral sebagai pendekatan yang adil dan merata untuk membuat dunia menjadi
tempat yang lebih baik (Thompson, 2007).

b. Prinsip
Etika berkelanjutan memiliki variasi sesuai dengan budaya, kontek, dan factor-
faktor lain, yang bertujuan untuk menguraikan gambaran etika berkelanjutan ini.
1. Harus secara teoritis koheren, yang berarti memiliki asumsi yang
mendasarinya, argumentasi, konsistensi dan pengguatan bukti persuatif.
2. Harus ada etika yang memadai sehingga adanya konsistensi landasan
filosofisnya tentang hal-hal kemanusiaan, sumber nilai (transenden, alami,
atau lainnya) dan ruang lingkup filosofis.
3. Ada kaitannya dengan antara pengetahuan dan klaim moral, dimana filosopis
tentang pengetahuan terkandung dalam sub-bidang epistemology yang
menggambarkan sumber dan sifat jenis pengetahuan tertentu secara ilmiah dan
pengetahuan sosial.
Suatu etika berkelanjutan harus jelas dan terinterpretasi secara koheren tentang
isu-isu yang mendasar dengan tujuan yang beorientasi ke masa depan dengan
mempertimbangkan hubungan antara generasi sekarang dan masa generasi akan
dating baik itu manusia mapun bukan manusia.

Keberlajutan merupakan meta-konsep yang telah diterapkan dalam pencitpaan


kerangka kerja sebagai Langkah-langkah alami yang dirancang untuk diterapkan
pada situasi yang nyata untuk memandu warga, oragnisasi, pemerintah, dan
perusahaan ke jalur dimana generasi masa depan dapat memeliki kualitas hidup
yang baik tidak hanya mempertimbangkan populasi miskin saat ini tetapi juga
potensi kondisi populasi di masa akan datang. Hal ini sebagai tanggung jawab etis
yang harus di masa depan yang harus ditangani dan dipahami dengan baik.
Sebagai akibatnya etik berkelanjutan ini memaksa kita untuk menghadapi
konsekuensi dari perilaku yang tidak seperti konsep lain.

Hasil dari pengembangan dasar-dasar pemahaman etik berkelanjutan digunakan


sebagai solusi untuk banyak masalah yang sedang dihadapi dan atau akan
dihadapi sekarang maupun dimasa depan (Thompson, 2007).

Analisa Kasus.

1. Ethic Of Empowerment
Empowerment/Diberdayakan adalah bertindak dengan integritas untuk
menciptakan lingkungan di mana kita dan orang lain dapat mengembangkan karakter,
kompetensi, dan sinergi. Empowerment dapat mendorong staf untuk berpikir kritis,
memecahkan masalah dan menumbuhkan sikap kemimpinan, colleagueship,
profesionalisme dan mendorong berpikir kritis, memecahkan masalah dan
mengaplikasikan pengetahun untuk praktik. Terdapat alasan untuk memberperdayaan
perawat yang tidak efektif. Pemberdayaan ini terdapat tiga komponen.
1. Tempat kerja yang memiliki struktur yang diperlukan untuk mendorong
pemberdayaan.
2. Keyakinan psikologis pada kemampuan seseorang untuk diberdayakan.
3. Pengakuan bahwa ada kekuatan dalam hubungan dan kepedulian yang disediakan
perawat. (Bradbury-Jones, Sambrook, & Irvine, 2008).
Dalam masalah ini sangat terlihat jelas bahwa perawat A masih kurang diberdayakan,
sehingga terlihat jelas masih memiliki belum mampu berpikir kritis dalam pemecahan
masalah yang dihadapi. Hal ini dilihat dari Tindakan perawat A dalam pemecahan
masalah dengan mendobrak pintu Bersama security dan yang melakukan penganaiyaan
dalam pemberian Obat yang dianggap sebagai tanggung jawabnya sebagai perawat
pelaksana diruangan tersebut dan tidak merasa berasalah pada dengan tindakannya.
Pemikiran mekanisme masih sangat terlihat jelas dalam pemecahan masalah serta
kurangnya aplikasi pengatuan dalam praktik.

Bila dikaitkan dengan prinsip etik utilitiariasme yang memandang kebenaran ata
kesalahan bergantung dari akibat tindakan yang dilakukan dengan hasil nilai positif yang
lebih besar. Pada kasus ini perawat A melakukan perannya untuk membantu pasien
meminum obat dengan caranya yang merupakan otonominya tetapi hal ini justru
menimbulkan masalah baru yang memiliki dampak negatif pada pasien, keluarga, dan
karirnya sebagai perawat bahkan pada rumah sakit.

2. Ethic Of Sustainability

Etika berlanjutan ini penting karena memberikan pemahaman yang jelas tentang
prinsip-prinsip yang membuat kesinambungan lebih dari sekedar sederhana system
pemecahan masalah, tetapi menjadikannya sebuah ide yang didasarkan pada umumnya
dipahami prinsip-prinsip etika. Etika berkelanjutan merupakan otoritas moral sebagai
pendekatan yang adil dan merata untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Pemecahan masalah dalam kasus ini masih belum terlihat dalam prinsip etika
berkelanjutan seperti tidak memiliki dasar teoritis yang koheren dalam asumsi
argumentasi dan bukti persuatif. Pada prinsip konsistensi landasan filosofi kemanusiaan
pemecahan masalah dalam konteks ini terlihat hanya dilakukan seperti puish and reward.
Pendekatan nilai-nilai kemanusiaan masih tertutup pada kebenaran yang terlihat pada
ketidakpuasan keluarga pasien.

Dalam prinsip pengetahuan dan klaim moral, sanksi yang diberikan pada perawat
A tidak memiliki menggambarkan dasar sumber dan sifat pengetahuan dan pengetahuan
sosial. Hal ini diliaht pada sanksi yang dijalani perawaat A yaitu dibebas tugaskan
selama beberapa bulan lalu pindahkan keruangan lain untuk mencegah terjadi hal yang
tidak diinginkan kembali dilakukan oleh oknum perawat A.

Koggel, C. (2010). The ethics of empowerment. Development, 53(2), 175–178.


https://doi.org/10.1057/dev.2010.7

Sciences, A. S. C. of N. and H. (2021). Empowerment in Nursing as an Important Factor of


Nurse Leadership. https://www.americansentinel.edu/blog/2021/04/15/empowerment-
in-nursing-as-an-important-factor-of-nurse-leadership/

Thompson, I. (2007). The Ethics Of Sustainability. Landscape and Sustainbility: Second


Edition, 16-36. https://doi.org./10.4324/9780203962084

Anda mungkin juga menyukai