Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat
untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep
keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan
yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut
bekerja.
Menurut teori Behavioral System Dorothy E. Johnson sistem perilaku
memberikan arah untuk praktisi, pendidikan dan pelatihan. Karena tujuan
dari suatu teori adalah memelihara dna memulihkan keseimbangan pada
pasien dnegan menolong mereka mencapai level fungsional lebih optimal,
tujuan juga dinilai oleh perawatan. Pengetahuan teori sistem perilaku
membuat perawat sadar pentingnya memberikan perlindungan, pengasuhan
dan stimulasi yang konstan.
Oleh karena itu suatu teori perlu di analisis dan di evaluasi terus-menerus
agar berdayaguna dalam memandu perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan seperti teori yang di kembangkan oleh Dorothy E. Johnson
tentang Model Sistem Perilaku yang menjelaskan tentang tujuh subsistem:
attachement-affiliative, dependency, ingestion, eliminative, seksual, agresif
dan achievement.

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menganalisa dan mengevaluasi Teori Behavioral System Model Dorothy
E. Johnson

1
1.2.1. Tujuan Khusus
a. Mengetahui antecendent (sesuatu) yang mendahului pengetahuan dari
keperawatan dan adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam
pengembangan teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.
b. Penjelasan teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.
c. Menggambarkan konsep dan proporsi teori Behavioral System Model
Dorothy E. Johnson tersebut.
d. Philosophical claims yang menjadi dasar dan penjelasan secara
eksplisit dari dari teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.
e. Internal Consistency yang menjadi dasar dari teori Behavioral System
Model Dorothy E. Johnsondibahas dalam kaitannya dengan kejelasan
konsep, konsistensi bahasa, dan konsistensi struktur dari teori tersebut.
f. Parsimony dari teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.
g. Testability teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnsondalam
kaitannya dengan observability.
h. Pembahasan Empirical adequacyteori Behavioral System Model
Dorothy E. Johnson sesuai dengan empirical evidence.
i. Kecukupan pragmatis dari teori Behavioral System Model Dorothy E.
Johnson.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bibliografi Dorothy E. Johnson


Dorothy E. Johnson lahirkan di Savannah, Georgia, pada 21 agustus
1919. Dia seorang Sarjana Muda Dalam Ilmu Pengetahuan Keperawatan dari
Universitas Vanderbiltpada tahun 1942 dan menyelesaikan gelar master ilmu
kesehatan di Harvard pada tahun 1948. Dia mulaikarir akademisnya di
Vanderbilt University SchoolKeperawatan. Dia memulai penerbitan idenya
tentang keperawatan segera setelah wisuda dari Vanderbilt.Pengalaman
profesional johnson meliputi: sebagian besar mengajar, meskipun dia adalah
seorang staf perawat di dewan kesehatan Chatham Savanah pada tahun 1943-
1949. Selain itu dia adalah seorang instruktur, penasehat dan asisten profesor
di keperawatan pediatrik perguruan tinggi keperawatan di Vanderbilt dari
tahun 1949 hingga pensiun pada tahun 1978. Johnson adalah seorang Asisten
profesor keperawatan anak, seorang rekan profesor keperawatan, dan seorang
profesor keperawatan di Universitas California di Los Angeles dan dia
memulai menulis serangkaian artikel klinis ilmiah tentang konsep teorinya
untuk NursingJournal of India.
Johnson adalah penasehat keperawatan pediatrik ditugaskan pada
sekolah Cristian Medis perguruan tinggi keperawatan di Vellore, India
Selatan. Dari tahun 1965 sampai tahun 1967, ia menjabat sebagai ketua pada
Komite Asosiasi Perawat California yang mengembangkan spesialisasi klinis.
Publikasi Johnson termasuk empat buku, lebih dari 30 artikel dalam majalah
dan banyak makalah, laporan, proceedings (laporan rapat) dan monograf
(karya ilmiah). Dia meninggal pada bulan Februari 1999 pada usia 80 tahun,
dia senang bahwa model sistem behavioralnya telah ditemukan, berguna
dalam memajukan pengembangan suatu teori yang berbasis keperawatan dan
telah digunakan sebagai model untuk praktik keperawatan secara institusi,
tapi ia melaporkan bahwa sumber kepuasan terbesarnya berasal dari karir
produktif dari murid-muridnya.

3
2.2.Analisa Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson
2.2.1. Antecendent yang mendahului pengetahuan dari keperawatan dan
adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam pengembangan
teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.
Model Sistem Perilaku Johnson bersumber dan berevolusi dariide-ide
filosofis, teori dan penelitian, latar belakang klinisnya, pemikiran,
diskusi,dan menulis (Johnson, 1968dalam Parker, 2005). Johnsonjuga
mengutip sejumlah sumber untuk teorinya dariFlorenceNightingale datang
keyakinan bahwa kekhawatiran keperawatanadalah fokus pada orang
daripada penyakit. Ilmu dan seni keperawatan harus fokus pada pasien
sebagai individu dan bukan pada penyakit spesifik yang sesungguhnya
(Johnson, 1992 dalam Parker, 2005). Johnson menyatakan bahwa model
sistem perilaku didasarkan pada body of knowlegde yang sudah ada
sebelumnya yang dikembangkan selama bertahun-tahun oleh para peneliti
dari suatu disiplin ilmu (Parker, 2005).
Johnson menggabungkan keilmuan perilaku dalam psikologi, sosiologi
dan etnologi untuk mengembangkan teorinya. Johnson sangat bergantung
pada teori sistem dan menggunakan konsep-konsep dan definisi dari A.
Rapoport, R. Chin, dan W. Buckley (Johnson, 1980 dalam Parker, 2005).
Struktur teori sistem perilaku terpola setelah satu model sistem; sistem
didefinisikan sebagai ringkasan bagian-bagian yang berfungsi untuk
membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh (Parker & Smith, 2010).
Dengan memakai definisi sistem oleh A Rapoport (1968), Johnson
menyatakan “A system is a whole that functions as a whole by virtue of the
interdependence of the part” (sistem merupakan keseluruhan yang
berfungsi berdasarkan saling ketergantungan dari bagian-bagiannya).
Johnson menerima pernyataan R. Chin yaitu terdapat organisasi, interaksi,
interpedensi dan integrasi bagian dan elemen-elemen. Kemudian manusia
berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui
pengaturan dan adaptasi terhadap kekuatan yang dimiliki.
Johnson mengkonsepkan seseorang sebagai suatu sistem tindakan di
mana hasil fungsinya adalah perilaku yang diamati (Fawcett,

4
2005).Sebuah analogi untuk model sistem perilaku adalah teori sistem
biologi, dimana seseorang dipandang sebagai sistem biologis yang terdiri
dari bagian-bagian biologis dan penyakit adalah hasil dari gangguan sistem
biologi (Fawcett, 2005).Johnson mengatakan bahwa, seseorang adalah
suatu sistem perilaku dan pola respon spesifik seseorang dari suatu
keseluruhan yang terorganisir dan terintegrasi (Parker & Smith, 2010).
Sama seperti pengembangan pengetahuan tentang seluruh sistem biologis
diawali dengan bagian-bagian pengetahuan, pengembangan pengetahuan
model sistem perilaku berfokus pada respon perilaku spesifik (Parker &
Smith, 2010).
Perspektif filosofis Johnson (1980) menulis bahwa keperawatan
memberikan kontribusi dengan memfasilitasi fungsi perilaku efektif pada
pasien sebelum, selama, dan setelah sakit. Johnson menggunakan konsep
dari disiplin lain, seperti pembelajaran sosial, motivasi, stimulasi sensorik,
adaptasi, modifikasi perilaku, proses perubahan, ketegangan dan stres
untuk memperluas teorinya untuk praktek keperawatan.

2.2.2. Kejelasan teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.


Teori system prilaku Dorothy E. Johnson adalah sintesis dari teori dan
konsep ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi ke dalam kerangka
kerja sistematis. Teori system prilaku Dorothy E. Johnson dalam
keperawatan adalah membantu individu (pasien) untuk mencegah penyakit
atau mengobati cidera yang diderita oleh individu, dimana ilmu dan
perawatan berfokus pada pasien sebagai individu dan bukan pada entitas
yang spesifik, teori tersebut lebih menekankan pada perilaku manusia
khususnya terhadap kesehatannya dan sebuah kesatuan untuk mencegah
terjadinya penyakit. Dorothy E. Johnson mengatakan bahwa system
tersebut saling berhubungan dan saling bergantung dengan bagian-bagian
yang lain, sehingga diharapkan manusia tersebut mampu menjaga
keseimbangan dan beradaptasi dengan kekuatan yang mengenai mereka
(Parker & Smith, 2010).

5
Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnsonmengharapkan
bahwa seorang perawat harus mampu melakukan perawatan pada klien-
klien dalam hal mencegah penyakit sebelum terjadinya penyakit dan
mampu memberikan pengobatan pada klien yang sudah mengalami cidera
hal tersebut dipengaruhi oleh prilaku individu tersebut yang mampu
beradaptasi dan menjaga keseimbangan baik yang bersasl dari dirinya
maupun lingkungan hidupnya.
Model teori Johnson mejelaskan 4 konsep utama yaitu:
1) Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai perilaku yang menunjukkan
hubungan dirinya dengan lingkungan, dengan berbagai aturan-aturan
agar tercipta sebuah keseimbangan tersebut. Contoh: seorang individu/
pasien membutuhkan asuhan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhannya untuk proses penyembuhan penyakit yang ia derita dan
pencegahan sebelum terjadi
2) Kesehatan (health)
Teori Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami serta dipengaruhi oleh factor biologis, psikologis dan sosial
yang saling mendukung, dimana kesehatan itu merupakan bagian yang
terpenting dari seorang individu. Contoh: mencegah terjadinya
penyakit, kecacatan, komplikasi dan penularan dengan memperhatikan
pola hidup sehat (PHBS)
3) Lingkungan (environment)
Dalam teori Johnson, lingkungan bukan bagian sistem perilaku individu
tetapi hal itu mempengaruhi sistem, dan dapat dimanipulasi oleh
perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Ketika
lingkungan stabil dan baik, individu dapat melanjutkan dengan
perilaku-perilaku yang baik, contoh: pengolahan limbah ternak,
sampah, kebersihan lingkungan hidup, membuat TOGA di lingkungan
tempat tinggal

6
4) Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson adalah tindakan eksternal
untuk memberikan tindakan saat klien mengalami stress dengan
memakai mekanisme yang baik, contoh: melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan intervensi dan SOP, menunjukkan sikap
carring

2.2.3. Konsep dan Proporsi Teori Behavioral System Model Dorothy E.


Johnson
Defenisi dari konsep behavior Johnson itu sendiri merupakan
penggabungan dari beberapa teori dan konsep ilmu perilaku dan biologi
dalam ilmu sosial, model Johnson ini berfokus pada teori mengenai
perilaku sosial manusia yang banyak dipengaruhi secara langsung dan
tidak langsung oleh makhuk sosial lainnya yang sistematis teorinya terdiri
dari empat system yaitu, orang (person), kesehatan (health), lingkungan
(environment) dan perawatan (nursing).

7
Allogood & Tomey, (2006)

Tujuh elemen subsistem yang di jelaskan oleh Johnson yaitu


attachment-affiliative, ketergantungan (dependency), pola
makan(ingestive), eliminasi (eliminative), seksualitas (sexual), pencapaian
(achievement), dan penyerangan (aggressive) (Alligood, 2010).
1) Subsistem attachement-affiliative.
Subsistem hubungan kasih sayang (attachement-affiliative) adalah
perilaku yang terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan
hubungan interpersonal dengan orang tua, teman sebaya, figure
otoritas. Hal tersebut dapat membangun rasa memiliki dan hubungan
kekerabatan dengan orang lain termasuk perilaku kasih sayang,
interpersonal, dan keterampilan berkomunikasi.

8
Hubungan interpersonal terbina dengan adanya trust (kepercayaan)
terhadap orang lain, hubungan perawat pasien, pasien dengan keluarga,
perawat dengan keluarga. Hubungan interpersonal yang terbina dengan
baik memungkinkan pasien untuk menunjukkan perilaku baik dalam
asuhan keperawatan.
2) Subsistem Dependency (Ketergantungan)
Pada hakikatnya, manusia tidak akan pernah terlepas dari manusia
yang lain. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi dan
juga dengan lingkungannya seling memberi dan menerima.
Subsistem dependency membantu untuk mengembangkan perilaku
yang memerlukan respon pengasuhan. Membantu mengembangkan
perilaku yang memerlukan respon pengasuhan. Konsekuensinya
adalah bantuan persetujuan dan bantuan fisik.
3) Subsistem Ingesty
Subsistem Ingesti (ingestion) merupakan perilaku yang terkait
dengan asupan sumber daya yang diperlukan dari lingkungan
eksternal, termasuk makanan, cairan, informasi, benda, untuk tujuan
perkembangun hubungan yang efektif dengan lingkungan biologis.
4) Subsistem Eliminative
Subsistem eliminasi (eliminative) merupakan perilaku yang terkait
dengan pelepasan produk-produk yang tidak dibutuhkan. Respon-
respon ini dikaitkan dengan sosial dan psikologis seperti halnya
pertimbangan biologis (Alligood & Tomey 2006). ingestion dan
eliminasi berkaitan dengan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak dan
dengan kondisi apa kita makan? Dan kapan bagaimana dan dengan
kondisi apa kita.
5) Subsistem sexuall
Subsistem seksual yaitu perilaku yang terkait dengan identitas,
gender atau spesifik untuk tujuan memastikan kesenangan
(gratification) atau prokreasi (procreation) dan pengetahuan serta
perilaku yang kongruen dengan seks biologis. Sistem respon ini
dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan perilaku-

9
perilaku berdasarkan prinsip jenis kelamin (Alligood, 2010). Memiliki
fungsi ganda yakni hasil dan kepuasan.
6) Subsistem Aggressive
Agresif dalam subsistem ini adalah perilaku yang berhubungan
dengan ancaman aktual atau potensial dalam lingkungan untuk tujuan
menjamin kelangsungan hidup manusia. Subsistem agresif terdiri dari
dua komponen yaitu perlindungan (protection) dan pemeliharaan
(preservation).
Hal tersebut mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz
dan Feshback (Alligood, 2010).Perlindungan dan pemeliharaan.
Dianggap perilaku agresif tidak hanya dipelajasi tetapi memiliki
maksud utama untuk membahayakan oleh orang lainsebagai
mekanisme pertahanan diri.
7) Subsistem Achievement
Achievement merupakan perilaku yang terkait dengan penguasaan
diri sendiri dan lingkungan untuk tujuan menghasilkan efek yang
diinginkan termasuk kegiatan pemecahan masalah, pengetahuan
tentang kekuatan dan kelemahan pribadi. Subsistem achievement
berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau
menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan. Cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan
intelektual, psikis, kreatif, mekanis dan sosial (Alligood, 2010).
Berusaha memanipulasi lingkungan fungsinya mengontrol dan
menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan.

2.2.4. Philosophical Claims dan Penjelasan Secara Eksplisit dari Teori


Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.
Klaim filosofi dalam teori johnson adalah dalam bentuk keyakinan
tentang profesi keperawatan, asumsi dan sistem nilai. Identifikasi
keyakinan dan nilai-nilai dalam teori johnson menghasilkan informasi
tentang dasar-dasar filosofi dari model teori tersebut dan mencerminkan

10
pandangan tentang pola-pola perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan
klien. Teori johnson ini tidak hanya menggambarkan fenomena-fenomena
yang terjadi tetapi juga menjelaskan, memprediksi dan mengontrol serta
mengevaluasi fenomena-fenomena klien dalam pola masa lalu sehingga
dapat menentukan efek dari penyakit kesehatan yang dapat mengubah pola
perilaku klien tersebut.
Dalam profesi keperawatan, asumsi dan sistem nilai dalam teori
johnson ini berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi
sakitnya dan bagaimana stress actual atau potensial dapat mempengaruhi
kemampuan beradaptasi. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara
efektif didalam lingkungannya. Akan tetapi ketika stres mengganggu
adaptasi normal, maka perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak
jelas. Sebagai peran perawat dapat mengidentifikasi ketidakmampuan
klien dalam beradaptasi dan memberikan asuhan keperawatan untuk
mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Peran perawat menerapkan dasar-dasar filosofi yang komprehensif
melalui cara berpikir kritis, keterampilan dan tindakan dalam membantu
klien mencapai potensi kesehatan yang optimal. Dalam teori johnson ini
dilakukan untuk membantu individu memfasilitaskan tingkah laku yang
efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Seseorang
dikatakan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan
sosial terhadap lingkungan internal maupun eksternal dengan harapan
dapat memelihara kesehatannya.

2.2.5. Internal Consistency Teori Behavioral System Model Dorothy E.


Johnson
Teori Johnson tentang model sistem perilaku telah tersusun secara
konsisten berdasarkan konsep paradigma keperawatan yaitu manusia,
lingkungan,kesehatan, dan keperawatan sudah tercerminkan dalam
konsepSistemModel Perilaku (Fawcett, 2005). Konsep model
konseptualdiklasifikasikan sesuai dengan paradigma yang pendahulunya
yaitu konsep paradigma manusia diwakilioleh konsep Sistem Perilaku

11
Model PerilakuSistem, Struktur Komponen,dan Persyaratan Fungsional
dan masing-masing konsepadalah multidimensi.

2.2.6. Parsimony dari Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson.


Teori Johnson tidak terlepas dari kesinambungan empat
metaparadigma yaitu manusia (person), kesehatan (health), lingkungan
(environment) dan keperawatan (Nursing).Johnson membahas tentang
Behavioral System Model yang mencakup tujuh subsistem yang
merupakan inti dari penjelasan teori Johnson, yaitu:
1) Subsistem attachement-affiliative
2) Subsistem dependency
3) Subsistem ingestion
4) Subsistem eliminasi (eliminative)
5) Subsistem seksual
6) Subsistem agresif
7) Subsistem achievement

2.2.7. Testability teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson


Teori behavioral system memenuhi kriteria testability (pengujian)
dalam grand range theory, Model Johnson ini telah diuji atau digunakan
untuk mengarahkan penelitian keperawatan dan sudah lebih dari 20 studi
penelitian telah diidentifikasi dengan menggunakan model Johnson.
Pemberian terapi social skills training berdasarkan pendekatan teori
Johnson’s Behavioral System Model yang ditujukanagar keperawatan lebih
mengembangkanfungsi-fungsi perilaku manusia yangsecara efektif dan
efisien.
Efektifitas pelaksanaan terapi social skillstraining pada klien isolasi
sosial dengan pendekatan Behavioral System Johnson ditujukan agar
keperawatan lebih mengembangkan fungsi – fungsi perilaku manusia
secara optimal. Hal ini menegaskan bahwa perilaku manusia adalah sistem
yang dipengaruhi oleh subsistemnya yaitu lingkungan dan masalah
kesehatan. Penerapan terapi social skills training memberikan dampak

12
yang efektifdalam mengembangkan perilaku positifkhususnya dalam hal
kemampuan berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan subsistem
perilaku yang dimiliki klien.

2.2.8. Empirical adequacy teori Behavioral System Model Dorothy E.


Johnson Sesuai dengan empirical evidence
Asal-usul empiris teori ini dimulai dengan penggunaan Johnson
sistem yang prosesnya berkonsentrasi pada fungsi dan perilaku,
difokuskan pada pemahaman dan penjelasan sistem perilaku.
Kerangkanya adalah bagian komponen dari sistem dan dideskripsi dari
konteks hubungan satu sama lain (subsistem) dan dengan sistem lain
(lingkungan). Konsistensi dari teori Johnson memberikan pemahaman
tentang sistem dengan memeriksa keterkaitan dan interaksi antara unsur-
unsur yang membentuk keseluruhan system (Alligood, 2010).
Johnson (1959b) menggunakan karya Selye, Grinker, Simmons, dan
Wolff untuk mendukung gagasan bahwa pola tertentu perilaku adalah
reaksi terhadap stres dari biologis, psikologis, dan sumber sosiologis,
masing-masing.Untuk mendukung attachment/affiliative, ia mengutip
karya Ainsworth dan Robson. Heathers, Gerwitz, dan Rosenthal. Respon
sistem pencernaan dan eliminasi, dijelaskan oleh Walike, Mead, dan Sears,
Karya Kagan dan Resnik digunakan untuk mendukung subsistem seksual.
Itu subsistem agresif-pelindung, yang berfungsi untuk melindungi dan
melestarikan, didukung oleh Lorenz dan Feshbach (Feshbach, 1970;
Johnson, 1980; Lorenz, 1966). Menurut Atkinson, Feather, dan Crandell,
keterampilan fisik, kreatif, mekanik, dan sosial dimanifestasikan oleh
perilaku prestasi, subsistem lain diidentifikasi oleh Johnson (1980).
Subsistem restoratif dikembangkan oleh fakultas dan dokter untuk
mencakup perilaku seperti tidur, bermain, dan relaksasi.

2.2.9. Kecukupan Pragmatis dari teori Behavioral System Model Dorothy E.


Johnson
Terdapat kecukupan pragmatis dari teori yang dipaparkan oleh

13
Dorothy E Johnson untuk praktek klinis. Teori Dorothy E Johnson Yaitu
keperawatan lebih mengembangkan fungsi-fungsi perilaku manusia yang
secara efektif dan efisien. Jonhson dalam hal ini juga menjelaskan bahwa
perilaku manusia adalah sistem yang akan dipengaruhi oleh subsistemnya
yaitu lingkungan, dan masalah kesehatan. Subsistem lain yang juga akan
memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia yaitu tujuan dari
intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam rangka memperoleh
kembali kestabilannya.
Berdasarkan Penelitian Sutejo yang berjudul Penerapan Terapi Social
Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial dengan Pendekatan Teori
Dorothy E. Johnson Behavioral System Model di Kelurahan Balumbang
Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, perawat diharapkan mampu
dalam berinteraksi dengan orang lain melalui pendekatan teori Behavioral
System Model. Dimana Behavioral Sistem Model milik Johnson memiliki
skematik yang jelas untuk menggambarkan interaksi antara subsistem
yang ada dalam sistem manusia.
Berdasarkan jurnal “ The Use Of Johnson Behavioral System Model
To Measure Change During Adolescent Hospitalization “ maka terlihat
penerapkan tujuh subsistem dalam perawatan pasien rawat inap remaja di
unit psikiatri, dalam hal pengkajian hingga evaluasi keperawatan. Perilaku
pasien yang diamati terkait dengan setiap subsistem antara interaksi bio-
psiko-sosio-budaya tertentu untuk individu, serta pengaruh langsung pada
situasional / faktor lingkungan dan perubahan perilaku pasien dalam
perawatan yang diberikan oleh tim perawatan kesehatan.
Berdasarkan jurnal Aini Nur yang berjudul Upaya Meningkatkan
Perilaku Pasien Dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus Dengan Pendekatan
Teori Model Behavioral System Dorothy E. Johnson.. Kesimpulan
Pemberian motivasi dan edukasi dapat memperbaiki perilaku pasien dalam
tatalaksana diabetes mellitus melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan
praktik. Selanjutnya apabila perilaku pasien sudah baik maka gula darah
akan stabil. Saran Rumah sakit dalam memberikan penyuluhan, hendaknya
lebih mengoptimalkan jadwal yang telah ditetapkan dan membuat program

14
penyuluhan semenarik mungkin sehingga akan lebih banyak lagi pasien
yang tertarik untuk mengikuti penyuluhan. Pasien juga perlu diberikan
motivasi karena dengan memberikan motivasi maka kita memberikan
dukungan dan menanamkan kesadaran pada pasien untuk melaksanakan
tatalaksana DM. Perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien
karena waktu interaksi antara perawat dan pasien lebih lama dibandingkan
dengan tenaga kesehatan lain, oleh karena itu hendaknya mereka juga
dibekali dengan materi motivasi karena pemberian motivasi terbukti bisa
merubah pengetahuan, sikap maupun praktik pasien sehingga perilaku
pasien dapat berubah menjadi lebih baik dan gula darahnya turun.

15
BAB 3
ANALISA KASUS

3.1.Sutejo. (2013). Penerapan Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi
Sosial Dengan Pendekatan Teori Dorothy E. Johnson Behavioral System
Model Di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor
Penerapan Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial dengan
Pendekatan Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson di Kelurahan
Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Teori yang
dikembangkan oleh Dorothy E. Johnson yakni BehavioralSystem Model.
Model ini ditujukan agar keperawatan lebih mengembangkan fungsi-fungsi
perilaku manusia yang secara efektif dan efisien. Jonhson dalam hal ini juga
menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah sistem yang akan dipengaruhi
oleh subsistemnya yaitu lingkungan, dan masalah kesehatan. Subsistem lain
yang juga akan memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia yaitu
tujuan dari intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam rangka memperoleh
kembali kestabilannya. Terapi social skills training merupakan suatu teknik
modifikasi perilakuyang telah banyak dilakukan dan ditelititingkat
keberhasilannya. Melalui penerapanterapi tersebut, klien memperoleh
prosespembelajaran perilaku dalam meningkatkankemampuannya dalam
berinteraksi denganorang lain agar dapat diterima dan dihargaisecara sosial.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk memilih model konsepJohnson’s
Behavioral System Model sebagai landasan untuk pemberian terapi social
skills taining pada pasien klien isolasi sosial di Kelurahan Balumbang Jaya,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Menurut teori Johnson bahwa klien mempunyai sesuatu yang terintegrasi,
sistematik, terpola, memiliki tujuan, dan cara untuk memprediksi sesuatu.
Perilaku menjadi bagian, orientasi, sistem, pola dan prediksi dari tujuan klien.
Hal tersebut menjadi dasar untuk melaksanakan terapi social skills training
pada klien isolasisosial. Pemberian terapi social skills training berdasarkan
pendekatan teori Johnson’s Behavioral System Model yang ditujukan agar
keperawatan lebih mengembangkan fungsi – fungsi perilaku manusia yang
secara efektif dan efisien. Hasil yang diperoleh yaitu klien mampu

16
menunjukkan peningkatan keterampilan berkomunikasi baik secara verbal
maupun non verbal serta mampu melakukan interaksi dengan orang lain yang
berada disekitarnya. Semua karakteristik klien isolasi sosial memiliki
hubungan terhadap hasil pelaksanaan manajemen kasus spesialis. Efektifitas
pelaksanaan terapi social skillstrainingpada klien isolasi sosial dengan
pendekatan Behavioral System Johnson ditujukan agar keperawatan lebih
mengembangkan fungsi-fungsi perilaku manusia secara optimal. Hal ini
menegaskan bahwa perilaku manusia adalah sistem yang dipengaruhi oleh
subsistemnya yaitu lingkungan dan masalah kesehatan. Penerapan terapi
social skills training memberikan dampak yang efektif dalam
mengembangkan perilaku positif khususnya dalam hal kemampuan
berinterkasi dengan orang lain sesuai dengan subsistem perilaku yang dimiliki
klien. Hal yang disarankan kepada pihak-pihak terkait adalah berupaya
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa khususnya di area komunitas.
Keterlibatan pelayanan kesehatan.

3.2.Berdasarkan jurnal Aini Nur yang berjudul Upaya Meningkatkan


Perilaku Pasien Dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus Dengan
Pendekatan Teori Model Behavioral System Dorothy E. Johnson.
Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting dalam merubah
perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan (equilibrium) dalam
diri pasien. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan model
asuhan keperawatan Behavioral System Model dari Dorothy E. Johnson. Teori
Behavioral System Model memandang individu sebagai sistem perilaku yang
selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal
atau eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan
dari pengaruh yang ditimbulkannya (Tommey and M.R. Alligood, 2006).
Intervensi yang digunakan untuk merubah perilaku pasien dalam Behavioral
System Model yaitu regulasi eksternal, misalnya dengan cara membatasi
perilaku dan menghambat respon perilaku yang tidak efektif, merubah elemen
structure dengan tujuan untuk memotivasi pasien dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan dan konseling dan memenuhi kebutuhan subsistem

17
dengan cara nurture, protect dan stimulate (Tommey and M.R. Alligood,
2006).
Pemberian motivasi dapat memperbaiki perilaku pasien terhadap
pengobatan karena dalam hal ini kita menanamkan kesadaran individu untuk
mentaati pengobatan didasari adanya keinginan yang timbul dari dirinya
sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep yang diciptakan oleh Johnson bahwa
untuk merubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara memotivasi
drive menjadi action. Aplikasi teori ini untuk memperbaiki perilaku pasien
diabetes mellitus belum diteliti, oleh karena itu peneliti ingin mengadakan
penelitian tentang perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pasien dalam
tatalaksana DM akibat pemberian motivasi dan edukasi. Kesimpulan
Pemberian motivasi dan edukasi dapat memperbaiki perilaku pasien dalam
tatalaksana diabetes mellitus melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan
praktik. Selanjutnya apabila perilaku pasien sudah baik maka gula darah akan
stabil. Saran Rumah sakit dalam memberikan penyuluhan, hendaknya lebih
mengoptimalkan jadwal yang telah ditetapkan dan membuat program
penyuluhan semenarik mungkin sehingga akan lebih banyak lagi pasien yang
tertarik untuk mengikuti penyuluhan. Pasien juga perlu diberikan motivasi
karena dengan memberikan motivasi maka kita memberikan dukungan dan
menanamkan kesadaran pada pasien untuk melaksanakan tatalaksana DM.
Perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien karena waktu interaksi
antara perawat dan pasien lebih lama dibandingkan dengan tenaga kesehatan
lain, oleh karena itu hendaknya mereka juga dibekali dengan materi motivasi
karena pemberian motivasi terbukti bisa merubah pengetahuan, sikap maupun
praktik pasien sehingga perilaku pasien dapat berubah menjadi lebih baik dan
gula darahnya turun.

3.3.Poster, C.E dan Beliz Linda. (1992). The Use of the Johnson Behavior
System Model to Measure Change During Adolescent Hospitalization.
Penelitian ini menggunakan kategorisasi instrumen pasien berdasarkan
Sistem perilaku Model ohnson (JBSM) untuk menilai 38 pasien dirawat di
rumah sakit pada remaja Unit psikiatri rawat inap. Hasil penelitian

18
menunjukkan bahwa model tersebut efektif dalam penargetan sub sistem
perilaku tertentu yang memerlukan intervensi keperawatan dan mengevaluasi
perubahan perilaku selama rawat inap. Delapan subsistem perilaku dan
kategori perilaku keseluruhan menduduki peringkat menurut empat tingkat
efisiensi perilaku yang mencerminkan tingkat keparahan gejala dan
persyaratan perawatan pasien. Penilaian tingkat efisiensi perilaku antara 8
perilaku subsistem mengungkapkan bahwa subsistem agresif-pelindung dari
60% dari pasien menjadi lebih efisien dalam minggu pertama rawat inap.
Sementara peningkatan secara keseluruhan ditemukan pada remaja dengan
diagnosa gangguan perilaku, batas gangguan kepribadian dan gangguan
makan, ada variabilitas yang cukup besar dalam peningkatan subsistem
perilaku spesifik terkait untuk semua 3 fase rawat inap. skor efisiensi
subsistem tertentu yang disediakan tidak hanya indikator efektivitas
intervensi, tetapi juga menunjuk daerah-daerah tertentu untuk intervensi
pasca-discharge. Penggunaan JBSM, model sistem perilaku yang berfokus
pada ukuran perubahan perilaku, memberikan informasi yang berharga bagi
dokter, menargetkan intervensi spesifik, memonitor perubahan perilaku, dan
mengevaluasi dampak intervensi.

19
BAB 4
PEMBAHASAN

Dari jurnal yang dianalisis subsistem yang terkait yaitu :


4.1. Subsistem attachement-affiliative.
Subsistem hubungan kasih sayang (attachement-affiliative) adalah perilaku
yang terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan hubungan
interpersonal dengan orang lain. Hal tersebut dapat membangun rasa
memiliki dan hubungan kekerabatan dengan orang lain termasuk perilaku
kasih sayang, interpersonal, dan keterampilan berkomunikasi. Jadi Terapi
Social Skills Trainingdigunakan agarklien mampu menunjukkan peningkatan
keterampilan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal serta
mampu melakukan interaksi dengan orang lain yang berada disekitarnya.

4.2.Subsistem Dependency (Ketergantungan)


Pada hakikatnya, manusia tidak akan pernah terlepas dari manusia yang
lain. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi dan juga dengan
lingkungannya saling memberi dan menerima. Jadi terapi ini juga berkaitan
dengan ketergantungan antara manusia satu dengan yang lainnya melalui
komunikasi.

4.3.Subsistem Achievement
Achievement merupakan perilaku yang terkait dengan penguasaan diri
sendiri dan lingkungan untuk tujuan menghasilkan efek yang diinginkan
termasuk kegiatan pemecahan masalah, pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan pribadi. Subsistem achievement berusaha memanipulasi
lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau
lingkungan. Dari terapi yang diberikan menghasilkan pemecahan masalah
yaitu klien isolasi sosial dapat melakukan komunikasi kepada orang lain dan
mampu membina hubungan interpersonal dengan orang lain.

20
BAB 5
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson adalah sintesis dari
teori dan konsep ilmu perilaku dan biologi.TeoriBehavioral System Model
Dorothy E. Johnson dalam keperawatan adalah membantu individu (pasien)
untuk mencegah penyakit atau mengobati cedera yang diderita oleh individu,
teori tersebut lebih menekankan pada perilaku manusia khususnya terhadap
kesehatannya dan sebuah kesatuan untuk mencegah terjadinya penyakit. Teori
ini merupakan interaksi, interpedensi dan integrasi bagian dari subsistem
dimana manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini
melalui pengaturan dan adaptasi untuk melakukan perubahan perilaku yang
lebih baik.
Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson mendefinisikan
metaparadigm yaitu
1) Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai perilaku yang menunjukkan
hubungan dirinya dengan lingkungan, dengan berbagai aturan-aturan agar
tercipta sebuah keseimbangan tersebut.
2) Kesehatan (health)
Teori Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami serta dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis dan sosial yang
saling mendukung, dimana kesehatan itu merupakan bagian yang
terpenting dari seorang individu.
3) Lingkungan (environment)
Dalam teori Johnson, lingkungan bukan bagian system perilaku individu
tetapi hal itu mempengaruhi sistem, dan dapat dimanipulasi oleh perawat
untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Ketika lingkungan
stabil dan baik, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang
baik.

21
4) Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson adalah tindakan eksternal
untuk memberikan tindakan saat klien mengalami stress dengan memakai
mekanisme yang baik.

Tujuh elemen subsistem yang di jelaskan oleh Johnson yaitu subsistem


kasih sayang dan hubungan interpersonal dengan orang lain (attachment-
affiliative), ketergantungan (dependency), pola makan (ingestive), eliminasi
(eliminative), seksualitas (sexual), pencapaian (achievement), dan
penyerangan (aggressive). Dorothy E. Johnson mengatakan bahwa sistem
tersebut saling berhubungan dan saling bergantung dengan bagian-bagian
yang lain, sehingga diharapkan manusia tersebut mampu menjaga
keseimbangan dan beradaptasi dengan kekuatan yang mengenai mereka.

5.2.Saran
Teori Behavioral System Model Dorothy E. Johnson dapat diterapkan
dalam memberikan pelayanan keperawatan melalui penerapan asuhan
keperawatan secara berkesinambungan dimana dapat membantu pasien untuk
mencegah penyakit atau mengobati cedera yang diderita oleh pasien, dan
pasien berusaha menjaga keseimbangan antara subsistem dalam melakukan
adaptasi untuk melakukan perubahan perilaku yang lebih baik lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Aini Nur, dkk. (2011). Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam Tatalaksana
Diabetes Mellitus Dengan Pendekatan Teori Model Behavioral System
Dorothy E. Johnson. Media Jurnal Ners Volume : 6 - No. 1 Terbit : 4.
Diakses 21 November 2016.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18236&val=1136

Aligood. (2010). Nursing Theory and Their Work. Mosby Elsever: USA

Fawcett, J. (2006). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation


of Nursing Models and Theories. Davis Company: Philadelphia.

Poster, C.E dan Beliz Linda. (1992). The Use of the Johnson Behavior System
Model to Measure Change During Adolescent Hospitalization.
International Journal of Adolescence and Youth, 4:1, 73-84. Diakses 17
November 2016.
http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/02673843.1992.9747724?n
eedAccess=true

Smith, M. C dan Parker, M. E. (2010). Nursing Theories and Nursing Practice.


Davis Company: Philadelphia.

Sutejo. (2013). Penerapan Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial
Dengan Pendekatan Teori Dorothy E. Johnson Behavioral System
Model Di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor. Ners Jurnal Keperawatan Volume 9, No1 Maret 2013: 28-3.
Diakses 17 November 2016.
http://jurnal.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/47

23

Anda mungkin juga menyukai