TINJAUAN TEORI
Universitas Vanderbilt pada tahun 1968. Modelnya merupakan yang pertama menyediakan
panduan baik sebagai petunjuk untuk memahami dan bertindak. Kedua ide tersebut (pertama
pemahaman dilihat sebagai sebuah proses, dimana sistem holistik perilaku dimediasi oleh
kerangka kerja yang kompleks dan kedua sebagai proses yang aktif dari stimulus dan respon)
memberikan dasar bagi pencetus teori lain untuk menyusun dan mengembangkan model
memperoleh gelar A.A. dari Armstrong Junior College di Savannah, Georgia pada tahun
1938; gelar B.S.N. dari Universitas Vanderblit di Nashville, Tennese pada tahun 1942; dan
gelar M.P.H dari Universita Havard di Boston pada tahun 1948. Selama karirnya akademik
Savannnah dari tahun 1943-1944. Ia telah menjadi instruktur dan asisten profesor dalam
perawat kesehatan anak (pediatric nursing) di Vanderbilt University School of Nursing. Dari
tahun 1949 sampai pensiunnya pada tahun 1978 dan pindah ke Florida, Johnson menjadi
asisten profesor bidang pediatric nursing dan asisten profesor ilmu keperawatan dan profesor
Disamping itu dari tahun 1965 sampai tahun 1967 ia mengepalai Komite Asosiasi Perawat
Publikasi Johnson termasuk 4 buku, lebih dari 30 artikel berkala dan sejumlah laporan,
proceeding dan monograph. Salah satu dari sekian banyak penghargaan yang ia terima yang
paling dibanggakan adalah Faculty Award tahun 1975 dari mahasiswa-mahasiswa sarjana,
Lulu Hassenplug Distinguished Achievement Award dari Asosiasi Perawat California tahun
1977 dan Vanderbilt University Schol of Nursing Award for Excellence in Nursing tahun
1981. Ia senang bahwa model sistem perilakunya ternyata berguna dalam perkembangan
lebih jauh basis teoritis untuk keperawatan, tetapi dapat dikatakan bahwa sumber kepuasan
terbesar berasal dari kelanjutan karir produktif dari siswa-siswanya. Dorothy E. Johnson, RN,
Johnson mengatakan bahwa teorinya berkembang dari ide-ide filosofis, teori dan
penelitian, latar belakang klinis yang ia punya dan bertahun-tahun pemikiran, diskusi, serta
berbagai tulisannya selama bertahun-tahun (Johnson, 1968). Dia mengutip sejumlah sumber
untuk teorinya. Teori dari Florence Nightingale bahwa perhatian keperawatan berfokus pada
orang dan bukan penyakit. Menurut keyakinan Nightingale tujuan keperawatan adalah
membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati penyakit atau cidera. Ilmu dan
seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai individu dan bukan pada entitas penyakit
yang spesifik. Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi
dan etnologi untuk membangun teorinya, ia menyandarkan sepenuhnya pada teori sistem dan
menggunakan berbagai konsep dan definisi teori sistem oleh Buckley, 1968; Chin, 1961;
Parsons & Shils, 1951; Rapoport, 1968; dan Von Bertalanffy, 1968. Sistem dinyatakan terdiri
dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama guna membentuk
sejumlah subsistem dalam teorinya mempunyai dasar-dasar biologi. Analogi teori sistem
perilaku adalah teori sistem biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan sistem
biologi yang terdiri dari bagian biologi dan penyakit adalah hasil gangguan sistem biologi.
untuk mendukung validitas model sistem perilakunya (Ainsworth, 1964; Crandal, 1963;
Gerwirtz, 1972; Kagan, 1964; dan Sears, Maccoby, & Levin, 1954). Johnson menulis bahwa
keperawatan menyediakan kontribusi fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan
sesudah penyakit. la memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi,
teorinya didukung literatur dari beberapa pakar. Leitch dan Escolona menyimpulkan
bahwa tekanan menyebabkan perubahan perilaku dan manifestasinya pada tiap individu
bergantung pada faktor eksternal dan internal. Johnson memakai teori Selye, Grinker,
Simmons dan Wolf untuk mendukung ide bahwa pola-pola spesifik perilaku merupakan
reaksi atas stressor baik dari sumber biologis, psikologis dan sosiologis (Marriner, 2001).
subsistem yang memuat sistem perilaku karyanya. Guna mendukung subsistem keterikatan
subsistem lain yang didefinisikan Johnson. Respon subsistem Ingesti (ingestion) dan
eleminasi (elimination) seperti yang dijelaskan oleh Walike, Mead dan Sears juga merupakan
bagian sistem perilaku Johnson. Hasil karya Kagan dan Resnik digunakan untuk mendukung
subsistem seksual (sexsual). Subsistem agresif (aggressive) yang fungsinya melindungi dan
memelihara didukung oleh Lorenz dan Feshbach. Menurut Atkinson, Feather dan Crandell
prestasi perilaku, diman hal- hak tersebut merupakan bagian dari subsistem pencapaian
oleh para ahli perilaku dan biologi yaitu output dari struktur dan berbagai proses
terhadap berbagai perubahan dalam stimulasi sensori. Johnson fokus pada perilaku
yang dipengaruhi oleh kehadiran aktual dan tak langsung mahluk sosial lain yang
2. Sistem (System). Dengan memakai definisi sistem oleh Rapoport tahun 1968,
Johnson menyatakan, "A system is a whole that functions as a whole by virtue of the
bagian dan berbagai elemen dalam sistem. Manusia berusaha menjaga keseimbanga
3. Sistem Perilaku (Behavior System). Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan
berbagai cara bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk
unit fungsional yang terorganisasi dan terintegrasi, yang menentukan dan membatasi
seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkungannya. Biasanya sikap
dapat digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai sistem perilaku berusaha untuk
mencapai stabilitas dan keseimbangan suatu fungsi dengan pengaturan dan adaptasi
tertentu. Suatu subsistem merupakan sistem kecil dengan tujuan khusus dan berfungsi
dengan baik sepanjang hubungannya dengan subsistem lain atau lingkungan tidak
kontinyu dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman dan proses belajar. Tujuh elemen
subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi sosial. Pada tingkatan
Tujuan dari subsistem ini adalah untuk berhubungan atau terikat dengan orang
lain, mencapai intimasi dan inklusi. Fungsinya untuk menciptakan kejasama dan
agar terhubung dengan orang lain, menggunakan rasa percaya diri dalam arti yang
terhadap diri sendiri, mengkondisikan diri untuk perduli pada kebutuhan fisik
menerima keadaan bahwa dalam situsi tertentu kita memerlukan bantuan atau
tergantung pada orang lain, memfokuskan keinginan dan kebutuhan diri atau
Mengatur pembuangan sampah tubuh dengan cara yang dapat diterima secara
sosial dan kultural. Respon-respon ini dikaitkan dengan sosial dan psikologis
seperti halnya pertimbangan biologis. Tujuan dari subsistem ini adalah untuk
melalui ekskresi sampah tubuh, untuk menjaga homeostasis fisik melalui ekskresi,
Mengakomodasi diet dengan cara yang dapat diterima secara sosial dan kultural.
Tujuan subsistem ini adalah mengambil sumber daya yang dibutuhkan dari
melalui intake nutrisi, merubah pola diet yang tidak efektif, mengurangi nyeri atau
yang berguna bagi diri sendiri, mendapat kepuasan fisik dan psikis baik dari
Tujuan subsistem ini adalah untuk memberi dan mendapatkan kepuasan sera
diperhatikan orang lain. Fungsinya untuk membangun konsep diri atau identitas
Subsistem seksual Memiliki fungsi garda yakni hasil (procreation) dan kepuasan
ataupun potensial baik dalam bentuk obyek, orang atau ide serta pencapaian
(yang berasal dari sistem kesehatan, lingkungan, maupun sistem biologi) baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, memobilisasi sumber daya untuk
maka timbul perilaku mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan
jauh tentang teori manusia sebagai sistem perilaku. Equilibrium didefinisikan sebagai
kondisi akhir yang stabil tetapi kurang kekal, dimana di dalamnya individu berada dalam
keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkungannya. Homeostasis adalah proses menjaga
stabilitas dalam sistem perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaan suatu level atau daerah
perilaku tertentu yang dapat diterima. Ketidakstabilan (instability) terjadi saat sistem
tambahan digunakan untuk merespon terhadap tekanan, sumber energi yang dibutuhkan
untuk menjaga stabilitas dikosongkan. Stressor adalah stimulan eksternal dan internal yang
menghasilkan tegangan (tension) dan menyebabkan ketidakstabilan. Tension adalah kondisi
dalam keadaan tegang atau rileks yang disebabkan karena disequilibrium dan merupakan
Model konsep dan teori keperawatan Johnson melakukan pendekatan pada sistem
perilaku: individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai
memiliki keinginan mengatur dan menyesuaikan diri terhadap pengaruh dari lingkungan . Di
dalam sistem ini terdapat berbagai komponen subsistem yang membentuk keseluruhan
3. Ingestif (Ingestion), yaitu memanfaatkan setiap sumber daya dari lingkungan untuk
menjaga integritas kehidupan atau untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu; untuk
internalisasi lingkungan eksternal, mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secara
4. Eliminasi (Elemination), merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau
5. Seksual (Sexsual), digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
6. Agresif (Aggressive), merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan
yang kreatif (Basavanthappa, 2007; Tomey & Alligood, 2006; Kozier, 2004; Parker 2001)
Subsistem di atas akan membentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga Johnson
memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan klien harus dapat
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan sistem perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalah
manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh
kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang
ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau
berdasarkan kategori subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif
didalam lingkungannya, akan tetapi ketika stress menganggu adptasi normal perilaku klien
menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas. Perawat mengidentifikasi ketidakmampuan
beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam
Teori sistem perilaku Johnson mengupas dua komponen utama: pasien dan perawatan.
Pasien merupakan sistem perilaku dengan tujuh subsistem yang saling berkaitan. Setiap
dan fungsi. Empat elemen struktural yang telah diidentifikasi termasuk : (1) dorongan
(drive) atau tujuan (goal); (2) set, kecenderungan betindak (predisposition); (3) pilihan
(choice), alternatif untuk bertindak; (4) perilaku (action/behavior). Setiap subsistem agar
(nurturance), dan stimuli (stimulation). Ketiga hal ini disebut sebagai persyaratan fungsionl
(functional requirement). Sistem dan subsistem cenderung memelihara diri sendiri (Self-
Maintaining) dan mengekalkan diri sendiri (Self Perpetuating) selama kondisi eksternal dan
internal sesuai dan dapat diprediksi. Jika kondisi-kondisi dan sumber daya penting terhadap
kebutuhan fungsi mereka tidak cocok atau interrelationship antar subsistem tidak harmonis,
motivasi, pengalaman, dan proses belajar serta dipengaruhi oleh faktor-lakior biologis,
psikologis dan sosial. Sistem perilaku berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan
adaptasi terhadap stimulan lingkungan dan internal. Kondisi ketidakstabilan dalam sistem
dalam sistem mengarahkan tindakan perawatan yang cocok yang menghasilkan pemeliharaan
atau pemulihan keseimbangan sistem perilaku. Perawatan dilihat sebagai kekuatan regulator
1. Manusia
perilaku yang teratur, berulang, sistematis, dan terorganisir dengan subsistem biologis
dan perilaku saling berhubungan dan saling tergantung. Klien dipandang sebagai
perilaku. Sistem dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang kompleks, tindakan atau
respon yang terbuka terhadap berbagai rangsangan yang ada di lingkungan sekitarnya
yang bertujuan dan fungsional (Auger, 1976). Cara berperilaku ini merupakan unit
fungsional terorganisir dan terpadu yang menentukan dan membatasi interaksi antara
orang dan lingkungan, dan menetapkan hubungan orang tersebut ke dalam objek,
peristiwa, dan situasi di lingkungan. Johnson (1980) menganggap perilaku bisa diatur,
punya tujuan dan diprediksi, perilaku bisa berfungsi secara efisien dan efektif
sepanjang waktu, dan cukup stabil serta berulang sehingga lebih terbuka untuk
membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi
melaksanakan tugas khusus atau fungsi yang dibutuhkan untuk menjaga integritas
subsistem ini ditemukan di berbagai budaya dan di berbagai skala filogenetik. Ia juga
mencatat pentingnya berbagai faktor sosial dan budaya yang terlibat dalam
telah dirumuskannya sebagai suatu patokan yang lengkap, karena melalui berbagai
penelitian kemungkinan akan bisa teridentifiasi subsistem yang baru (Johnson, 1980).
tersebut. Perilaku ini bervariasi pada setiap individu tergantung pada usia seseorang,
jenis kelamin, motif, nilai-nilai budaya, norma sosial, dan konsep diri. Setiap
subsistem terdiri dari setidaknya empat komponen struktural yang berinteraksi dengan
pola tertentu. Komponen yang dimaksud adalah tujuan (goal), set (set), pilihan
konsekuensi dari perilaku. Dasar dari tujuan (goal) adalah dorongan (drive) yang
(drive) setiap subsistem adalah sama bagi semua orang, tetapi ada variasi antara tiap
individu dan antara individu dari waktu ke waktu) baik dari segi kekuatan dorongan,
bentuk dorongan, nilai yang melekat pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya
berlaku secara universal. Set perilaku adalah kecenderungan untuk bertindak dengan
cara tertentu dalam situasi tertentu. Set perilaku merupakan pola perilaku yang relatif
stabil dan suatu pola kebiasaan yang timbul sebagai respon terhadap stimulius dan
pengetahuan, sikap, dan keyakinan. Set tediri atas dua komponen yaitu
untuk bereaksi terhadap rangsangan tertentu dengan pola perilaku yang sama. Set
Komponen ke tiga dan keempat dari subsistem adalah pilihan (choice) dan
untuk mencapai tujuan dan hasil terbaik yang diinginkan individu. Semakin banyak
atau luas alternatif perilaku yang dimiliki individu dalam situasi tertentu maka
setiap subsistem adalah tindakan (action) individu yang bisa diamati. Diutamakan
pada efisiensi dan efektivitas perilaku dalam mencapai tujuan. Tindakan (action)
stagnasi. Kekurangan dari salah satu atau semua hal tersebut akan mengancam sistem
perilaku secara keseluruhan atau fungsi efektif dari subsistem tertentu yang terlibat
langsung.
Secara ringkas, sistem perilaku adalah serangkaian ciri-ciri utama dan tindakan
lingkungan. Ini adalah integrasi sistem respon yang adaptif berkaitan dengan berbagai
khusus, sistem secara keseluruhan bergantung pada kinerja terpadu dari berbagai
2. Lingkungan
eksternal. Dia juga menyebutkan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan,
objek, peristiwa, dan situasi di lingkungan. Dia mencatat bahwa ada kekuatan di
dari semua elemen yang bukan merupakan bagian dari individu sistem perilaku tetapi
mempengaruhi sistem dan bisa berfungsi sebagai sumber imperatif sustenal. Beberapa
keseimbangan atau stabilitas perilaku) pasien. Johnson tidak memberikan definisi lain
internal dan lingkungan eksternal. Tetapi banyak yang dapat disimpulkan dari tulisan-
internal" secara khusus dan tidak pula tercantum pada tulisan-tulisannya. Akan tetapi
ia memberikan informasi rinci tentang struktur internal dan bagaimana fungsinya. Dia
juga menulis bahwa penyakit atau perubahan lingkungan internal atau eksternal secara
tiba-tiba merupakan penyebab tersering atas kerusakan yang terjadi pada sistem
(Johnson, 1980).
3. Kesehatan
Johnson melihat kesehatan sebagai fungsi yang efektif dan efisien dari sistem,
serta sebagai keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku yang dipengaruhi oleh
Keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku ditunjukkan oleh perilaku yang bisa
efektivitas dan efisiensinya tidak lagi jelas, atau ketika tingkat fungsional yang lebih
optimal dirasakan. Individu dikatakan mencapai perilaku fungsional yang efektif dan
efisien jika perilaku mereka sesuai dengan tuntutan sosial, ketika mereka mampu
yang tidak perlu sebagai akibat dari penyakit (Johnson 1980). Ketidakseimbangan dan
ketidakstabilan sistem perilaku sebagai malfungsi dari sistem perilaku tidak dijelaskan
Subsistem dan sistem secara keseluruhan cenderung mempertahankan diri (self-maintaining) dan
mengkekalkan diri (self perpetuating) selama kondisi lingkungan internal dan eksternal dari
sistem tetap teratur dan dapat diprediksi, kondisi dan sumber daya yang diperlukan untuk
kebutuhan fungsional mereka terpenuhi, dan hubungan timbal balik antara subsistem
harmonis. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, malfungsi perilaku yaitu tidak teratur (disorganized),
tidak menentu (erratic), dan disfungsional akan terjadi. Penyakit atau perubahan lingkungan
internal atau eksternal yang terjadi secara tiba-tiba merupakan penyebab tersering dari malfungsi
terpisah dari fungsi sistem perilaku. Johnson juga menyebut tentang kesehatan fisik
dan sosial, tetapi tidak secara khusus mendefinisikan kedua macam kesehatan
tersebut. Sama seperti kesimpulan tentang penyakit maka dapat disimpulkan bahwa
kesehatan adalah keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku serta perilaku yang
terapi medis dan profesi kesehatan lainnya, tetapi memiliki kontribusi tersendiri bagi
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Seni dan ilmu dalam memberikan bantuan
eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan sistem. Johnson (1980)
pasien sebagai sistem perilaku, dan kedokteran melihat pasien sebagai sistem
biologi. Dalam pandangan Johnson tujuan spesifik dari tindakan keperawatan adalah
sistem perilaku individu di tingkat tertinggi (Johnson, 1980). Tujuan ini dapat
sistem nilai eksplisit. Satu hal penting yang dinyatakan oleh Johnson tentang sistem
nilai adalah bahwa mengingat bahwa individu telah dilengkapi dengan pemahaman
yang memadai tentang potensi dan sarana untuk memperoleh tingkat fungsional
perilaku yang lebih optimal daripada pada saat ini, keputusan akhir terhadap level
kesulitan timbul dari stress struktural dan fungsional. Masalah struktural dan
akan menimbulkan gangguan struktural. Selain itu, stres fungsional dapat ditemukan
sebagai akibat dari kerusakan struktural atau dari konsekuensi disfungsional perilaku.
Masalah lain berkembang ketika kontrol sistem dan mekanisme regulasi gagal untuk
tujuan. Gangguan yang ditemukan pada lebih dari satu subsistem diklasifikasikan
dari dua atau lebih subsistem perilaku dalam situasi yang sama sehingga merugikan
individu, atau sebagai Dominance (Dominasi), terjadi saat salah satu subsistem
perilaku digunakan lebih dominan dari yang lain, sehingga merugikan subsistem
lainnya. Area ini juga di yakini oleh Johnson sebagai sesuatu yang akan terus
berkembang (Basavanthappa, 2007; Tomey & Alligood, 2006; Kozier, 2004; Parker
2001)
sumber kesulitan atau asal masalah. Ada sedikitnya tiga jenis intervensi keperawatan
yang dapat digunakan untuk membawa perubahan. Pertama Perawat mencoba untuk
memperbaiki unit struktural yang rusak dengan mengubah set dan choice
sistem perilaku. Perawat juga bertindak di dalam dan terhadap lingkungan eksternal
dan interaksi internal subsistem untuk membuat perubahan dan memulihkan
stabilitas. Yang ketiga, dan yang paling umum, modalitas pengobatan yaitu
hidup dan pertumbuhan, melatih klien untuk mengatasi rangsangan baru, mendorong
(melindungi dari stimuli berbahaya, membela dari ancaman yang tidak perlu,
menghadapi ancaman atas nama individu). Perawat dan klien menegosiasikan rencana
perawatan.
penelitian Johnson telah menggunakan bentuk logika penalaran logika induktif (inductive
terdapat dalam perawatan. dimana para praktisi menggunakan dalam banyak setting dengan
Hal mendasar bagi setiap disiplin profesional adalah pengembangan dari inti
pengetahuan (body of knowledge) yang dimiliki secara ilmiah untuk memandu praktiknya.
mengklasifikasi fenomena penting dalam keperawatan. Model ini telah digunakan oleh
perawat sejak awal 1970-an dan telah menunjukkan kemampuannya untuk menyediakan
media bagi pertumbuhan teoritis; menyediakan organisasi dan landasan bagi perawat untuk
memikirkan, observasi, dan interpretasi dari apa yang diamati, memberikan struktur yang
sistematis dan rasional untuk kegiatan, memberikan arahan untuk mencari pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang relevan, memberikan solusi untuk masalah perawatan pasien, dan,
1. Penelitian
ilmu keperawatan pada perluasan pengetahuan tentang masalah kesehatan klien dan
keperawatan Johnson dalam praktek klinis dengan berbagai cara. Sebagian besar
penelitian memfokuskan pada fungsi klien dalam hal memelihara atau memulihkan
berfokus pada ilmu-ilmu dasar, atau berfokus pada perawat sebagai agen dari
perilaku.
Dr. Anayis Derdiarian dalam program penelitiannya melibatkan baik klien dan
perawat sebagai agen dari tindakan. Penelitian awal dirancang untuk mengukur dan
1983). Penelitian ini didasarkan pada premis Johnson bahwa penyakit adalah
stimulus berbahaya yang mempengaruhi keseimbangan sistem perilaku. Hasil yang
variabel usia, tempat, dan stadium kanker pada "set" perilaku dari subsistem model
perilaku Johnson. Penelitian ini juga semakin menguatkan validitas instrument yang
(1991) menunjukkan hubungan yang jelas antara teori keperawatan Johnson dan
Holady (1974) meneliti pola normal dan atipikal perilaku anak-anak dengan
penyakit kronis dan perilaku orang tua mereka, serta keterkaitan antara anak-anak
membandingkan perilaku prestasi anak sakit kronis dan sehat. Hasil penelitian
attributional bila dibandingkan dengan anak-anak yang sehat, dan bahwa pola
respon berbeda dalam kelompok sakit kronis bila dibandingkan dengan dimensi
tertentu (misalnya, jenis kelamin, usia saat diagnosis). Seri berikutnya studi
menggunakan konsep "set perilaku" dan meneliti bagaimana ibu dan bayi mereka
dilakukan dan jenis dan bentuk intervensi keperawatan spesifik untuk mengatasi hal
tersebut.
Wilke, Lovejoy, Dodd, dan Tesler (1988) teori Johnson digunakan untuk
dan dimodifikasi dari waktu ke waktu. Lovejoy (1983) menemukan bahwa persepsi
Lewis dan Randell (1990) teori sistem perilaku Jhonson digunakan untuk
geopsychiatric yang dirawat di rumah sakit. Mereka menemukan bahwa 30% terkait
NANDA. Poster, Dee, dan Randell (1997) menemukan bahwa model sistem
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien. Semua studi ini telah
2. Pendidikan
School of Nursing. Kurikulum dikembangkan oleh fakultas, namun tidak ada materi
Alaska, dan Colorado juga menggunakan Model Johnson sebagai dasar untuk
dari program ini adalah mempelajari manusia sebagai sistem perilaku. Sebagai
pengetahuan dalam bidang biologi dan perhatian pada bidang psikologi dan
sosiologi.
perawat untuk membuat pernyataan tentang hubungan antara input dan hasil
perawatan kesehatan bagi klien. Model ini berguna dalam praktek karena
untuk mengidentifikasi sumber masalah dalam sistem. Salah satu contoh terbaik dari
tersebut. Penggunaan model memiliki dampak besar pada semua tahapan proses
kekuatan pasien sebagai area masalah, dan kriteria hasil untuk mengevaluasi
kualitas asuhan keperawatan (Dee & Auger , 1983). Karya-karya awal Dee dan
pasien. Perilaku indeks untuk setiap subsistem telah lebih lanjut dioperasionalkan
dalam hal perilaku kritis adaptif dan maladaptif. Data perilaku dikumpulkan untuk
1990). Berdasarkan data perilaku, setiap subsistem diberi skor kategori perilaku
berkisar antara 1 sampai 4 (1 = efektif; 2 = tidak konsisten efektif; 3 = tidak efektif,
dan 4 = sangat tidak efektif). Selain itu, data yang dikumpulkan untuk menentukan
sejauh mana lingkungan internal dan eksternal melindungi, memelihara, dan / atau
pasien / keluarga dan perawat (Dee & Randell, 1989). Intervensi Keperawatan
hasil dan tujuan jangka pendek digunakan untuk menentukan apakah peningkatan
yang terkait dengan masing-masing tingkat (Dee & Randell, 1989) . Pengembangan
sistem ini telah memberikan petunjuk pada administrasi keperawatan dengan cara
mengidentifikasi tingkat staf yang diperlukan (berapa jumlah registered nurse dan
mutlak diperlukan pada saat terjadi pembatasan anggaran. Penelitian terbaru telah
(Poster, Dee, & Randell, 1997) dan efektivitas penggunaan model untuk
1998). Karya Vivien Dee dan rekan-rekannya telah menunjukkan validitas dan
kegunaan dari model sistem perilaku Johnson sebagai dasar untuk praktek klinis
keperawatan dalam setting pelayanan kesehatan. Dari hasil kerja mereka, jelas
bahwa model sistem perilaku Johnson membentuk kerangka kerja yang sistematis
umum untuk semua praktisi dalam pengaturan klinis, memberikan kerangka kerja
pada staf tentang perawatan pada klien , dan meningkatkan kontinyuitas layanan
keperawatan.
digambarkan sebagai sistem perilaku yang terdiri dari tujuh subsistem. Perawat
menjadi komplek karena sejumlah kemungkinan inter relasi antar sistem perilaku dan
diantra sistem perilaku dan subsistem-subsistemnya. Meski demikian pada titik ini
2. Teori Jhonson relatif tak terbatas saat diterapkan pada individu yang sakit. Tetapi ia
belum banyak dipakai pada individu atau kelompok yang kondisinya baik. Johnson
3. Kesesuain empiris sulit dicapai ketika suatu teori mengandung konsep terlalu abstrak
dan hanya memiliki potensi keumuman. Kesesuaian empiris dapat diperbaiki jika ia
mengnalakan sub konsep yang terdefinisi dengan baik dan memiliki indikator-
indikator realitas. Unit-unit dan hubungan unit-unit dalam teori Johnson secara
konsiten didefinisikan dan digunakan, akan tetapi teori ini hanya memiliki tingkat
4. Dalam teorinya Johnson menyebut tentang lingkungan eksternal dan internal akan
tetapi ia belum menjelaskan dengan jelas definisi dari kedua komponen tersebut.
5. Informasi tentang peranan klien hanya tersedia sedikit, sehingga sulit untuk menilai
apakah hubungan antara sistem perilaku dan perawatan bersifat interaktif atau reaktif.
arti masing-masing.
7. Johnson juga tidak menyebutkan dengan jelas kriteria hasil yang diharapkan jika salah
hasil (homeostasis) yang sama untuk penerapan pada kultur yang berbeda.
9. Model Keperawatan Johnson berfokus pada perilaku sehingga perawat akan kesulitan
10. Model ini terlalu bersifat individual sehingga jika diterapkan untuk memberi asuhan
Teori ini orientasi utamanya adalah pasien sehingga keluarga dianggap sebagai