Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk


pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangan
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu
keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman.
Pelayanan keperawatan itu sendiri merupakan bagian penting dalam pelayanan
kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan
sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model
keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam
praktik keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan
model konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat mengingat dalam model praktek
keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang
mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan
pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta ada pengetahuan dan keterampilan
dalam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuan.
Berikut ini adalah ringkasan teori keperawatan dari “Marie Dorothy Johnson” yang
perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek
keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.
2. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Mampu menjelaskan tentang perkembangan teori dan pengetahuan keperawatan


model konseptual dan grand theories of nursing Johnson.

B. Tujuan Khusus

1) Mendeskripsikan perkembangan teori dan pengetahuan keperawatan model


konseptual dan grand theories of nursing Johnson.

2) Mendeskripskan kerangka konsep perkembangan teori dan pengetahuan


keperawatan model konseptual dan grand theories of nursing Johnson.

3) Mendeskripsikan aplikasi teori keperawatan Johnson ke dalam asuhan


keperawatan lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PANDANGAN DOROTHY E. JOHNSON MENGENAI KONSEP DAN TEORI


KEPERAWATAN

Dorothy E. Jhonson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di savannah Georgia.


Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan
perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari
penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagi individu
dan bukan pada entitas yang spesifik.

Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan
etnologi untuk membangun teorinya. Ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri sistem-
sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport,R. Chin dan W.Buckley.
struktur teori sistem perilaku dipolakan sesudah model system - sistem dinyatakan terdiri
dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama untuk membentuk
keseluruhan. Dalam tulisanya, Johnson mengkonseptualkan manusia sebagai sistem
perilaku dimana fungsi adalah observasi perilaku adalah teori sistem biologi, yang
menyatakan bahwa manusia merupakan sistem biologi yang terdiri dari bagian biologi
dan penyakit adalah hasil gangguan sistem biologi.

Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa


perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien
sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti
sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku, untuk
mengembangkan teorinya.

Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan lain yaitu
bahwa manusia merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide tersebut adalah asli
dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku dicikung dalam ilmu-ilmu
perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan bahwa sistem perilaku merupakan
keseluruhan yang belum dikembangkan. Dalam sistem biologis, pengetahuan atas
bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruahan sistem.
2. MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN JOHNSON

Jhonson’s Seven Behavioral Subsystems

Attachment
and
Affiliation

Behavioral Forces Dependency Elimination


Disorder And Effective
3.
Stress Functioning
And
Adaptation
Sexuality Ingestion

Ineffective
Aggression Achievement

Feedback

Gambar 2.1 Jhonson’s model. (From Torres, G. (1986). Theoretical


foundations of nursing. Norwalk, CT: Appleton-Century-Crofts, p. 121. Used with
premission.)

Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan behavioral system theory.


Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli perilaku dan biologi:
output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya dikoordinasi dan
di artikulasi dan bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan dalam sensori
stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran
actual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah ditunjukkan mempunyai
signifikansi adaptif utama.
Sistem. Dengan memakai definisi sitem oleh rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan , “ A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the
interpedence of its prt.” (sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi berdasarkan atas
ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima pernyataan chin yakni
terdapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi bagian dan elemen-elemen”.
Disamping itu, manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini
melalui pengaturan dan adapatasi terhadap kekuatan yang mengenai mereka.

A. Sistem perilaku (behavioral system)

Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan


maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan
lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan objek, peristiwa dan
situasi dengan lingkunganya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan
untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup fleksibel untuk
mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.

B. Subsistem.

Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-


bagian sistem berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat
dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan
saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung aktifitas subsistem-
subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman
dan pembelajaran . sistem yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di kontrol
oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah
attachment-affiliative, dependency, biologis, sexual, achievement dan aggressive.
1) Subsistem attachement-affiliative.

Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis, karena


subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social. Pada tingktan
umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan (security).
Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan
serta pemeliharaan ikatan sosial yang kuat.
Subsistem merupakan respon pertama sistem untuk mengembangkan dalam
individu dari bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan
lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial,
keamanan, dan kelangsungan hidup.

2) Subsistem dependency

Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan


perilaku yang memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya adalah bantuan
persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya,
perilaku dependency berubah dari hampir bergantung total kepada orang lain
kearah bergantung total kepada orang lain kearah bergantung kepada diri sendiri
dengan derajat yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting
untuk kelangsungan kelompok sosial.

Subsistem merupakan respon kedua bagian yang membentuk sistem perilaku


dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.

3) Subsistem biologis

Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan dengan kapan,


bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan dan kapan,
bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa kita
buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan sosial dan psikologis seperti halnya
pertimbangan biologis.

4) Subsistem seksual

Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan


kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating,
sistem respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan
termasuk (dalam cakupan yang luas) perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis
kelamin dan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan
dicintai.

5) Subsistem agresif

Merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan berbagai


ancaman yang ada di lingkungan. Perlindungan (protection) dan pemeliharaan
(preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan
feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku
agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang
lain. Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan
pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati
dan dilindungi.

6) Subsistem achievement

Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya


mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual ,
fisikis, kreatif, mekanis dan sosial.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang menggambarkan
lebih jauh teori manusia sebagai sistem perilaku (behavioral system). Halo yang
membedakan antara apa yang ada di dalam dan apa yang di luar sistem adalah
ikatan (boundary). Ini merupakan titik (point) dimana sistem memiliki control
kecil atau pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan “ sebagai kondisi
akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya individu
berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkunganya. Homeostasis
adalah proses menjaga stabilitas dalam sistem perilaku. Stabilitas adalah
pemeliharaan suatu level atau daerah perilaku tertentu yang dapat diiterima.
Ketidakstabilan (instability) terjadi saat sistem mengalami overcompensate
berkaitan dengan strees (tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan
untuk menjaga stabilitas dikosongkan . stressor adalah stimulan eksternal dan
internal yang menghasilkan tegangan (tension) dan menyebabkan ketidakstabilan.
Tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang atau kendor. ia disebabkan karena
disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.

3. PARADIGMA KEPERAWATAN

A. Perawatan (nursing)

Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tinmdakan eksternala


untuk memberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi strres
dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan
sumber daya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan selama
gangguan keseimbangan sistem dan karenanya membutuhkan pengetahuan
tentang order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tidak bergantung pada
wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis/
pengobatan.

B. Orang (person)

Johnson memandang manusia sebagai sistem perilaku dengan pola,


pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan
dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk
keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah sistem dari bagian-
bagian interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk
menjaga keseimbangan.

Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting


untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah
mengganggu keseimbangan sistemt perilaku, integritas manusia terancam. Usaha-
usaha mausia untuk menbangun kembali keseimbangan membutuhkan
pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk
membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.

C. Kesehatan (health)

Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami


(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor - faktor biologis, psikologis
dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para pekerja
kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.

Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan


subsistem – subsistem dari sistem perilaku. Manusia berusaha mencapai
keseimbangan dalam sistem ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional.
Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau fungsional
cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika sistem membutuhkan
sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan, suplai energi yang lebih besar
yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.

D. Lingkungan

Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang bukan
bagian sistem perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi sistem, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya.
Sistem perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap faktor
lingkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya.
Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan sistem
perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.

4. HUBUNGAN ANTARA MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN DAN

PROSES KEPERAWATAN

Model Konseptual Keperawatan adalah suatu abstraksi yang dioperasikan dengan


menggunakan proses keperawatan yang mencakup :

A. Pengkajian
Pengkajian data spesifik mengenai kebutuhan kesehatan klien yang langsung
berhubungan dengan unit kedua model keperawatan yaitu klien. Teori Johnson,
klien dipandang memiliki 7 subsistem, maka data yang dikumpulkan juga tentang 7
subsistem tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan

Dalam tahap ini, masalah klien baik yang aktual maupun potensial ditulis
sebagai suatu diagnosa keperawatan yang disesuaikan dengan model keperawatan
yang digunakan.

C. Intervensi

Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model


konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi dari
model konseptual yang digunakan.

D. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan
merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa
yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi
keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat
bagaimana menerapkan rencana itu.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut.

1) Bagaimana klien beradaptasi dan bereaksi.


2) Apa yang dipandang klien sebagai kebutuhan.
3) Bagaimana klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan jawaban dari
pertanyaan - pertanyaan tadi akan membantu perawat menilai keefektifan dari
proses perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Marie Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan sesuai


kebutuhan kesehatan klien berdasarkan unit kedua model keperawatan yaitu klien dengan
memperhatikan 7 subsistem meski tidak saling berhubungan. Masalah klien ditemukan
dengan model keperawatan klien. Klien mendapatkan intervensi keperawatan sesuai
dengan pola intervensi dari model konseptual keperawatan yaitu pendekatan sistem
perilaku. Klien mendapat tindakan keperawatan berdasarkan pengetahuan ilmiah agar
intervensi keperawatan tercapai. Meski sistem perilaku klien sulit untuk diketahui, klien
mampu beradaptasi dan bereaksi untuk mengungkapkan kebutuhan dan kemampuan
dalam memenuhinya.

2. Saran

Secara umum diharapkan mahasiswa keperawatan maupun perawat mengaplikasikan


teori Dorothy Jhonson dalam asuhan keperawatan. Sebab, asuhan keperawatan Jhonson
memberikan kerangka acuan bagi perawat dengan perilaku klien tertentu sehingga dapat
di terapkan di seluruh jangka hidup dan berbagai lintas budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Dorotyh E. Johnson, 2006. Nursing Theorists and Their Work. St. Louis, Missouri. USA.
Westline Industrial Drive.
Effendy. 2004. Dasar-dasar Kepewatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.
Hidayat,A.Aziz alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/03/teori-keperawatan-perilaku-dorothy-e.html.
Diakses tanggal 30 September 2019
https://www.academia.edu/29030299/Teori_Dorothy_E._Johnson. Diakses tanggal 30
September 2019
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Jakarta.EGC.
Sarwoko soemowinoto. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai