TINJAUAN PUSTAKA
theory (teori sistem tingkah laku). Model Dorothy Johnson (1980, 1990) adalah
sintesis dari teori dan konsep ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi ke
dalam kerangka kerja sistematis, seperti yang tertuang dalam buku Nursing
structures and processes as they are coordinate and articulated, and as they
membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal
ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu, yaitu agar tingkah lakunya
sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap
perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif
kelompokan oleh para ahli perilaku dan biologi: output dari struktur dan proses-
memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran aktual dan Terapi
2019)
2.1.2 Model Perilaku Jhonson
Model Jhonson ini berfokus pada teori mengenai perilaku sosial manusia
yang kurang lebihnya banyak dipengaruhi oleh kehadiran langsung dan tidak
2019)
1. Sistem(System)
2. Perilaku(Behavior)
dari para ahli perilaku dan biologi. Definisi dari perilaku tersebut adalah
structures and processes as they are coordinate and articulated, and as they
the interactions between the person and his or her environment, and
dan efektif.
4. Subsistem(Subsystem)
Subsistem adalah sistem didalam suatu sistem dimana sistem berada pada
lebih dari satu tingkat. Behavioral system memiliki banyak target untuk
budaya (cross culturally) dan hal tersebut di kendalikan atau di kontrol oeh
yaitu:
a. Subsistem attachement-affiliative
b. Subsistem ketergantungan(dependency)
Pada hakikatnya, manusia tidak akan pernah terlepas dari manusia
yang lain. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi dan
c. Subsistem biologis
dengan kondisi apa kita makan, dan dengan kondisi apa kita
biologis.
d. Subsistem seksual(sexual)
e. Subsistem agresif
f. Subsistem achievement
lingkungannya.
2) Tension
2019)
seseorang. Sebagai suatu sistem , didalamnya terdapat komponen sub sistem yang
sistem perilaku menurut (Yusra, dalam Behavioral System Model 2019) adalah :
yang kreatif.
dicintai.
sedang berguru (belajar, bersekolah). Pengertian siswa adalah orang yang datang
siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor
guru, tujuan dan metode pengajaran. Menurut Sarwono (2007) siswa merupakan
orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran didunia pendidikan.
Mengacu dari beberapa istilah siswa, siswa diartikan sebagai orang yang berada
dalam taraf pendidikan, yang dalam beberapa literatur murid juga disebut sebagai
siswa disebut peserta didik. Dalam hal ini siswa dianggap sebagai seseorang
peserta didik yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, makhluk sosial yang
optimal (Muhaimin dkk, 2005. Menurut Sudirman (2003) pengertian siswa adalah
orang yang datang ke sekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe
pendidikan (Safitri, 2019). Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan
Murid atau siswa merupakan pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan
mengalami berkembang.
Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang
sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam
Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan
guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik.
Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam
pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah
satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang
terpenting diantara komponen lainnya. Murid atau anak didik menurut Djamarah
(2011) adalah subjek utama dalam pendidikan setiap saat. Sedangkan menurut
(Daradjat, dalam Djamarah, 2011) murid atau anak adalah pribadi yang “unik”
itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak
ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama
Doktor 5 orang mahasiswa S3 Program Studi Bimbingan dan Konseling PPs IKIP
berperilaku
berhitung
dan kehidupan
7. Membangun sikap hidup yang sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan
mengakibatkan kerusakan fisik, psikologis dan sosial secara berulang, yang sering
suatu fenomena atau peristiwa yang sama. Bullying sendiri sering disama artikan
dengan kata “harassment” yang berasal dari kata “ to harrass “ yang berasal dari
Bahasa Perancis kuno “ harer “ dan bahasa Inggris kuno “ hergian “ yang
mengganggu dan merusak kehidupan orang lain. Tujuan dari perilaku bullying
merupakan suatu perilaku agresif yang bertujuan menimbulkan rasa tidak nyaman
baik fisik maupun emosional dalam diri korban. bullying mengalami perubahan
bentuk sejalan dengan berjalan usia anak. Menurut (Dogruer, dalam jurnal Tri
yang dilakukan berulang – ulang, dengan sengaja dan dari waktu ke waktu kepada
seseorang atau lebih untuk menimbulkan atau mencoba menimbulkan, cedera atau
kususnya oleh remaja, orang tua,guru dan pihak sekolah. Bullying ini dapat terjadi
dimanapun tanpa kita bisa ketahui. Selain itu juga hal ini dapat dirasakan atau
diterima oleh berbagai kalangan, baik anak kecil usia Sekolah Dasar, baik remaja
maupun orang dewasa. Menurut (Wiyani, dalam jurnal Putu Yulia Angga Dewi
dilakukan pihak yang kuat tidak hanya secara fisik saja tetapi juga secara mental.
Istilah bullying dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan menyakat (berasal dari
a. Keluarga
tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah
yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku
bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka,
berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan
c. Kelompok Sebaya
bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan
(43%).
a. Bullying Fisik
Bullying fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling
bullying fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden bullying yang dilaporkan
barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa
sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak
b. Bullying Verbal
Bullying verbal adalah bentuk bullying yang paling umum digunakan, baik
oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Bullying verbal mudah dilakukan
dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa
dengan hingar binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya
dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di antara teman sebaya.
Bullying verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
pelecehan seksual. Selain itu, bullying verbal dapat berupa perampasan uang
surat -surat kaleng yang berisi ancaman bullying, tuduhantuduhan yang tidak
c. Bullying Relasional
mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami
pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik,
sangat mempengaruhi rasa percaya diri anak korban bully, anak yang menjadi
korban bully akan merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa takut untuk
perlakuan bully akan tertinggal dan tidak mempunyai semangat dan keceriaan
juga tidak percaya diri dalam bergaul dengan teman sebayanya. Bullying
berdampak negatif bagi pelaku maupun korban. Dampak yang dialami korban
bullying antara lain merasa rendah diri sampai pada depresi, tidak mau ke sekolah,
cemas dan insomnia dan disfungsi sosial (Sampson, dalam jurnal Wisnu Sri
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana seseorang menilai dirinya
berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas hidupnya. Harga diri rendah
merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka berkepanjangan. Harga diri rendah
adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila
lain. Harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk yang
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya rasa percaya diri
dan harga diri. Menurut Coopersmith (dalam jurnal Andi Halima 2023)
menyatakan bahwa harga diri adalah evaluasi yang dibuat dan berkembang
keberhargaan.
dan menuntut lebih dari kemampuan yang dimilikinya (Rahayu, dkk, 2019).
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah yaitu meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang terjadi
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dari struktur
sosial
2. Faktor Presipitasi
Menurut SDKI D.0087 harga diri rendah situasional dapat dilihat dari tanda
1. Menilai diri negatif (mis : merasa tidak berguna dan tidak berharga)
7. Berjalan menunduk
8. Postur tubuh menunduk
Dampak yang timbul jika seseorang memiliki harga diri rendah, yaitu tidak
memiliki keinginan untuk bergaul atau mengisolasi diri, individu yang mengalami
isolasi sosial dapat menjadikan dirinya sibuk dengan dunia dan pikirannya sendiri,
sehingga dapat memicu munculnya resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri
serta mengalami perubahan mood yang akan berpengaruh pada keadaan fisik dan
somatis, seperti gangguan pola tidur, mudah lelah, dan gangguan konsentrasi
dihantui oleh rasa bersalah dan putus asa (Sutejo, 2019). Harga diri rendah juga
Respon individu terhadap konsep dirinya diawali dari respon adaptif dan
maladaptif (Stuart & Sundeen 1998 dalam Rahmawati, 2019). Rentang respon
1. Respon Adaptif
dihadapinya
a) Aktualisasi Diri
2. Respon Maladaptif
dari yang lain, hilangnya rasa percaya diri, merasa tidak berharga lagi,
b) Kerancuan Identitas
masa anak-anak.
c) Depersonalisasi
Mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain, tidak ada rasa percaya diri dan tidak
Harga diri dibagi menjadi tiga kategori, yaitu harga diri tinggi, harga diri
sedang, dan harga diri rendah (Coopersmith, 1967 dalam Rusdiana, 2019):
Individu yang harga dirinya tinggi mempunyai sifat aktif, agresif, sukses
dalam bidang akademis dan interaksi sosial. Dalam pergaulan lebih bersifat
terhadap semua kritikan dan tidak mudah cemas. Individu bergaul dengan baik,
adanya sifat optimis yang terbentuk berdasarkan keyakinan dalam dirinya bahwa
Individu yang memiliki harga diri sedang mempunyai ciri-ciri sifat dan cara
bertindak yang sama dengan individu yang mempunyai harga diri tinggi.
diri, kurang yakin dalam menilai diri pribadinya dan tergantung pada penerimaan
asa, membayangkan kegagalan, mudah depresi dan merasa tidak menarik serta
orang yang berbuat kesalahan, sangat peka terhadap kritikan serta tidak senang
Dapat disimpulkan bahwa individu dengan harga diri tinggi akan merasa
dirinya orang yang berharga, puas akan dirinya, dapat menerima kritik, tahu akan
keterbatasan dirinya, rendah hati, aktif, mandiri, dan berani mengambil resiko.
Harga diri sedang mempunyai persamaan dengan harga diri tinggi, yang
diri rendah akan menganggap dirinya tidak berharga, mudah tersinggung, tidak
yakin akan kemampuan dirinya sendiri, tidak bersemangat, merasa asing dan
mudah menyerah.
penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuannya.
Menurut Rahmawati, 2019 terapi yang dapat diberikan pada penderita harga
1. Psikoterapi
dengan orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi, karena jika
klien menarik diri, klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk lagi.
perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk membentuk kesepakatan persepsi
Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah salah satu terapi modalitas
yang dilakukan oleh seorang perawat kepada korban bullying di Pendidikan
Sekolah dasar.
psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama untuk memantau
menurut Jasman, 2020 secara umum adalah individu dapat menumbuhkan rasa
harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi harga diri rendah
Rendah
aspek, sebagai berikut (Stuart & Laraia 2001 dalam Budi Anna Keliat 2014:
1. Struktur Kelompok
2. Besar Kelompok
menurut Stuart dan Laria adalah 7-10 orang, menurut Lancaster adalah 10-
12 orang, dan menurut Rawlins, Williams, dan Beck adalah 5-10 orang.
Jika anggota kelompok terlalu besar, maka tidak semua anggota mendapat
3. Lamanya Sesi
Menurut Stuart & Laraia, waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40
menit bagi kelompok yang baru (fungsi kelompok yang masih rendah) dan
60-120 menit bagi kelompok yang sudah kohesif (fungsi kelompok yang
pada tujuan kelompok, dapat satu atau dua kali perminggu, atau dapat
4. Komunikasi
dilaksanakan.
5. Peran Kelompok
Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok
kerja kelompok, yaitu maintenance roles, task roles, dan individual roles.
kelompok.
6. Kekuatan Kelompok
kelompok.
7. Norma Kelompok
8. Kekohesifan
mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain, diskusi dengan kata-
Diri Rendah
persepsi harga diri rendah menurut (Budi Anna Keliat,2014 dalam Humairah,
2020):
Setting :
Alat :
Metode :
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu korban bullying dengan
2. Orientasi
1) Salam terapeutik
main tersebut
(3) Setiap anak wajib mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
dan di Rutan/Lapas
4) Terapis meminta anak membacakan hal positif yang sudah ditulis
4. Tahap terminasi
1) Evaluasi
2) Tindak lanjut
5. Evaluasi
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan anak sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah sesi 1,
1. Korban Bullying dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan
dilatih/dilakukan
dipilih
setiap 1 minggu 1x pertemuan dengan kurun waktu selama 45 menit pada korban
bullying yang mengalami harga diri rendah, TAK stimulasi persepsi dapat
mengalami harga diri rendah dalam mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
dan meningkatkan harga diri pada korban bullying yang mengalami harga diri
rendah.
dalam bentuk permainan atau interaksi satu dengan yang lainnya, anak korban
positif, dan bergabung dengan anggota kelompok yang lain. Kekuatan kelompok
ada pada kontribusi dari setiap anggota, dan saling menemukan hubungan
interpersonal yang baik serta merasa diakui dan dihargai (Fatma dkk, 2019).
sendiri. Oleh karena itu, akan terjadi peningkatan harga diri karena anak korban
bullying merasa lebih rileks, tenang, tidak banyak beban pikiran, dan berdamai
dengan keadaan